1

Perasaan Tegang Bisa Picu Sakit Kepala

Kabar6-Tiap orang tentu pernah merasa dalam kondisi tegang, antara lain karena tekanan pekerjaan atau hal lain yang membuat dirinya stres. Tidak hanya membuat jantung berdebar-debar dan perut terasa mulas, perasaan tegang juga bisa menimbulkan sakit kepala.

Saat Anda merasa tegang, melansir Webmd, maka otot-otot di leher, wajah, kulit kepala, serta rahang akan ikut menjadi tegang, sehingga bisa menyebabkannya sakit kepala. Selain perasaan tegang, postur fisik yang membuat otot kepala dan leher tegang juga bisa membuat sakit kepala. Misalnya, posisi duduk yang tidak benar di depan komputer selama berjam-jam atau menempelkan ponsel ke telinga dengan bahu terlalu lama.

Sakit kepala tegang atau juga biasa disebut sakit kepala kontraksi, adalah jenis sakit kepala yang paling umum. Rasa sakit biasanya ada di kedua sisi kepala dan Anda mungkin akan merasa seolah-olah ada ikat pinggang yang diikat erat atau sesuatu yang menekan pada wajah, kepala, atau leher. Selain itu, Anda juga mungkin lebih sensitif terhadap cahaya dan suara.

Untuk menyembuhkan sakit kepala tegang, Anda sebaiknya mencari tahu terlebih dahulu apa yang menjadi penyebabnya. Jika itu sudah dihindari, tetapi sakit kepala belum juga hilang, mintalah saran pada dokter.

Cara lain, mandi air panas atau meletakkan wash lap hangat di belakang leher, sehingga bisa membantu menghilangkan sakit kepala tegang. ** Baca juga: Benarkah Khasiat Madu Hilang Saat Proses Memasak?

Anda juga bisa rutin melakukan meditasi atau teknik rileksasi untuk mengelola stres, yang diharapkan ampuh untuk mengurangi atau menghilangkan sakit kepala akibat rasa tegang.(ilj/bbs)




Sifat Sensitif Bisa Jadi Karena Genetik dari Orangtua?

Kabar6-Sebagian orang memiliki sifat sensitif atau mudah merasakan emosi. Ternyata, sifat tidak hanya berhubungan dengan kepribadian. Menurut sebuah penelitian terbaru di Inggris, sifat sensitif bisa jadi merupakan bawaan genetik dari orangtua.

Selama bertahun-tahun, melansir Hellosehat, banyak peneliti mencari kaitan antara kepribadian dan kondisi genetik. Siapa sangka, kumpulan gen yang menyusun tubuh seseorang ternyata juga berperan dalam membentuk kepribadiannya. Ada banyak faktor yang membuat seseorang memiliki sifat sensitif.

Menurut penelitian terbaru yang dipimpin oleh Queen Mary University of London, Inggris, hampir sebagian dari faktor-faktor tersebut adalah bawaan genetik.

Dalam studi ini, para peneliti membandingkan pasangan gen dari anak kembar identik dan non-identik berusia 17 tahun. Tujuannya adalah untuk melihat efek yang muncul pada gen setelah anak-anak ini mendapatkan pengalaman positif dan negatif.

Para peneliti ingin melihat seberapa sensitif gen-gen tersebut. Dengan cara ini, mereka ingin mengetahui apakah faktor genetik memiliki peran lebih besar dalam membentuk kepribadian dibandingkan pengaruh lingkungan.

Studi melibatkan kepribadian anak kembar sebab kembar identik memiliki gen yang sama persis, sedangkan kembar non-identik tidak. Jika sepasang anak kembar identik tidak punya sifat sensitif yang sama, artinya sifat ini memang berbeda pada tiap orang dan tidak ada kaitannya dengan faktor genetik.

Para peserta penelitian diminta mengisi kuesioner yang dibuat oleh Michael Pluess, pimpinan penelitian yang juga seorang profesor psikologi perkembangan. Kuesioner tersebut digunakan menilai seberapa sensitif mereka terhadap lingkungan sekitarnya.

Kuesioner tersebut juga menilai jenis sifat sensitif yang mereka miliki, yakni antara lebih sensitif terhadap pengalaman positif atau negatif. Jawaban dalam kuesioner juga akan diteliti dan dihubungkan dengan pola asuh orangtua.

Para peneliti juga mengaitkan sifat sensitif para peserta dengan ciri kepribadian yang dikenal Teori Kepribadian Model Lima Besar (Big Five Personality). Kelimanya adalah keterbukaan, kehati-hatian, ekstraversi, kemudahan untuk akur, dan neurotisme.

Hasilnya, ternyata sekira 47 persen perbedaan sifat sensitif seseorang ditentukan oleh faktor genetiknya. Sementara itu, 53 persen sisanya adalah hasil dari pengaruh lingkungan. Kedua faktor ini rupanya memengaruhi kepribadian dengan cukup seimbang.

Hasil kuesioner juga menunjukkan, faktor genetik ikut menentukan apakah anak lebih peka terhadap pengalaman positif atau negatif. Apabila lebih peka terhadap pengalaman negatif, ini mungkin karena anak lebih mudah stres saat menghadapi situasi sulit.

Sebaliknya, anak yang lebih peka terhadap pengalaman positif mungkin diasuh dengan baik oleh orangtuanya dan mendapatkan pengaruh baik dari sekolahnya. Kedua faktor ini membuat mereka mampu menghadapi situasi sulit dengan lebih baik.

Para peneliti juga melihat hubungan antara faktor genetik, sifat sensitif, dan ciri dalam Teori Kepribadian Model Lima Besar. Menurut hasil analisis, ada faktor genetik yang sama dalam sifat sensitif, neurotisme, dan ekstraversi. ** Baca juga: Ternyata 4 Makanan Ini Bisa Bikin Anda Mudah Lelah dan Mengantuk

Neurotisme adalah sifat yang membuat seseorang lebih mudah marah, cemas, ragu pada diri sendiri, dan emosi negatif lainnya. Sementara ekstraversi menandakan seberapa sosial dan terbuka seseorang kepada lingkungannya (sikap ekstrover).(ilj/bbs)




Tidur di Lantai Tidak Baik untuk Kesehatan

Kabar6-Saat cuaca terasa sangat panas, tidak sedikit orang yang memilih tidur di lantai. Ya, sensasi dingin dari lantai memang bisa memberikan kesejukan, sehingga tidur pun menjadi tidur lebih nyenyak.

Namun siapa sangka, melansir Kompas, kebiasaan tersebut ternyata dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan? Apa sajakah itu?

1. Perburuk gejala sakit punggung
Riset yang diterbitkan dalam The Lancet telah membuktikan, dalam penelitian yang diikuti 313 orang dewasa ditemukan bahwa permukaan keras pada lantai bisa meningkatkan rasa nyeri di punggung.

Belum diketahui dengan pasti mengapa tidur di permukaan yang keras bisa meningkatkan sakit punggung. Itu sebabnya, hasil penelitian ini memerlukan analisis lebih lanjut.

2. Picu reaksi alergi
Lantai biasanya mengandung debu dan kotoran yang lebih banyak dari pada permukaan lain di sekitar rumah. Selain itu, permukaan lantai juga bisa menjadi tempat menumpuknya alergen seperti debu dan tungau.

Jika Anda alergi dengan zat-zat tersebut, tidur di lantai bisa memicu bersin, pilek, gatal-gatal, batuk dan susah bernapas.

3. Sebabkan meriang
Permukaan lantai biasanya lebih dingin daripada bagian lain di ruangan. Meski terasa nyaman, tidur di lantai bisa mengurangi panas di tubuh. Hal ini bisa membuat kita berisiko lebih besar mengalami meriang.

Sebenarnya, tak masalah jika kita sesekali tidur di lantai untuk meningkatkan kualitas tidur saat cuaca sedang panas. Namun, jika dilakukan terus menerus, hal ini bisa berdampak negatif bagi kesehaan kita.

Selain itu, orang-orang dalam kondisi tertentu juga tidak disarankan untuk tidur di atas lantai karena mereka sangat rentan mengalami berbagai masalah kesehatan. Siapa saja kelompok orang yang tidak disarankan tidur di lantai?

a. Orang lanjut usia
Seiring bertambahnya usia, tulang kita menjadi lebih lemah, dan kita kehilangan masa lemak. Hal ini bisa meningkatkan risiko patah tulang atau menurunkan suhu tubuh yang ekstrem ketika kita tidur di lantai. ** Baca juga: Awet Muda dengan 6 Buah Pilihan

b. Orang yang sensitif terhadap cuaca dingin
Orang dengan kondisi tertentu misalanya seperti anemia, diabetes tipe 2, dan hipotiroidisme, sangat sensitif terhadap dingin. Ketika tidur di lantai, orang-orang dengan kondisi tersebut akan mudah mengalami penurunan suhu tubuh sehingga mudah merasa kedinginan.

Lantas, bagaimana cara aman tidur di lantai? Jika cuaca panas membuat Anda sangat ingin tidur di lantai, berikut beberapa hal yang harus dilakukan untuk menghindari dampak negatifnya:

a. Tidur dalam ruangan yang aman dan nyaman
b. Gunakan selimut, tikar atau kantung tidur
c. Tambahkan bantal tipis dan hindari menumpuk bantal karena membuat leher tegang
d. Lakukan berbagai posisi tidur untuk menemukan posisi paling nyaman
e. Jika tidur dalam posisi miring, letakkan bantal di antara kedua lutut
f. Beri diri waktu untuk terbiasa dengan lantai, jangan langsung tidur di lantai semalaman penuh. Cobalah tidur siang sebentar terlebih dahulu.

Selamat mencoba.(ilj/bbs)




Hindari Lakukan 5 Perawatan Kecantikan Ini Saat Sedang Menstruasi

Kabar6-Umumnya tiap bulan wanita rutin mendapat tamu bulanan atau menstruasi. Namun tahukan Anda, ternyata wanita yang sedang menstruasi tidak boleh sembarangan melakukan perawatan kecantikan?.

“Wanita mengalami tiga siklus hormon utama dalam satu bulan; estrogen, progesteron, dan testosteron, yang keseluruhannya memengaruhi kulit Anda secara berbeda,” kata Erica Cerpa, seorang ahli kecantikan.

Karena perubahan hormon inilah, ada beberapa hal yang juga bisa membuat perawatan kecantikan berdampak pada timbulnya jerawat atau gangguan lainnya. Melansir Teen, setidaknya ada lima jenis perawatan kecantikan yang sebaiknya tidak dilakukan selama menstruasi. Apa sajakah itu?

1. Facial
Melakukan facial saat menstruasi bukan keputusan yang tepat. Saat haid, kulit sedang dalam kondisi sangat sensitif sehingga rentan berjerawat. Baiknya, lakukan facial sekira dua minggu sebelum menstruasi.

2. Laser hair removal
Menyingkirkan bulu-bulu yang tidak diinginkan dengan laser sebaiknya tidak dilakukan selama menstruasi. Hal ini karena kulit sedang dalam kondisi sensitif, sehingga bisa saja iritasi dan bahkan menjadi menjadi merah karena tidak tahan dengan treatment yang dilakukan.

3. Exfoliate
Exfoliate biasanya dilakukan dua kali seminggu, namun hindari jika Anda sedang menstruasi. Melakukannya saat sedang menstruasi bisa membuat kulit wajah iritasi dan menjadi merah.

4. Waxing
proses waxing lumayan menyakitkan, sehingga sebaiknya ditunda saat Anda sedang menstruasi karena kulit sedang sangat sensitif. Bisa-bisa saat terkena panas lilin dan pengangkatan bulu-bulu yang tidak diingnkan, kulit menjadi seperti memar.

5. Hydrating mask
Tidak hanya menjadi lebih sensitif, kulit wajah saat menstruasi juga memproduksi lebih banyak minyak. Maka hindari penggunaan hydrating mask jika tidak mau jerawat muncul lebih banyak.

Lebih baik gunakan masker oil free atau masker yang memiliki soothing effect dengan bahan seperti lidah buaya. ** Baca juga: Bagaimana Cara Bernapas yang Benar Agar Paru-paru Lebih Sehat?

Tunda dulu lima perawatan kecantikan tadi saat sedang menstruasi agar hasilnya menjadi lebih maksimal.(ilj/bbs)




Ketahui 4 Tipe PMS yang Dialami Kaum Hawa Tiap Bulan

Kabar6-Premenstrual syndrom (PMS) atau sindrom prahaid adalah kondisi yang terjadi sebelum wanita datang bulan (menstruasi). Gejala-gejala PMS bisa memengaruhi fisik, mental, dan emosional.

PMS memiliki banyak tanda dan gejala, termasuk naik turun suasana hati, payudara keras, ngidam makanan, pingsan, cepat marah, hingga depresi. Diperkirakan, tiga dari empat wanita mengalami sindrom prahaid.

Gejala dapat terjadi berulang dan dapat diprediksi. Namun, perubahan fisik dan emosional yang Anda alami sebagai sindrom prahaid dapat bervariasi, dari ringan hingga intens. PMS adalah kondisi yang sangat umum terjadi. Sekira 50 persen dari wanita yang menderita sindrom ini berusia sekira 20-30 tahun.

Namun tahukah Anda, PMS sendiri ternyata memiliki empat tipe berdasarkan gejalanya? Melansir TabloidBintang, ini empat tipe yang dimaksud:

1. PMS tipe A (Anxiety)
Tipe untuk wanita yang sering merasa khawatir, mudah marah dan tersinggung, sensitif hingga merasa labil. Disarankan untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan serat agar bisa mengurangi kekhawatiran tersebut

2. PMS tipe C (Craving)
Tipe untuk Anda yang sering merasa ingin mengemil terus menerus saat PMS. Biasanya Anda juga akan merasa selalu lapar dan nafsu makan tak mudah terkendali.

3. PMS tipe D (Depression)
Tipe ini biasanya membuat seseorang lebih emosional hingga sulit tidur dan terus menerus ingin menangis. Saat mengalami tipe PMS yang ini Anda disarankan untuk lebih memperbanyak konsumsi sayuran ataupun kacang-kacangan yang kaya akan magnesium agar kondisi hati kalian bisa lebih stabil.

4. PMS tipe H (Hyperhydration)
PMS tipe H memiliki gejala yang langsung terlihat dari fisik kita. Biasanya Anda akan menjadi sedikit bengkak pada tangan atau kaki hingga payudara yang semakin mengeras.

Hal ini disebabkan oleh adanya kumpulan air pada jaringan luar sel karena asupan garam dan gula yang tinggi. ** Baca juga: Apakah Kita Harus Mandi Tiap Hari?

Tidak menutup kemungkinan biasanya wanita juga bisa langsung mengalami dua tipe PMS sekaligus.(ilj/bbs)




Kelola Stres dengan Cara Tepat Agar Anda Tetap Bahagia

Kabar6-Selain psikologis dan emosional, gejala stres juga tampak secara fisik. Tanda-tandanya seperti pusing, sakit di beberapa bagian tubuh, suhu tubuh rendah dan merasa kurang percaya diri.

Stres bisa mengundang beragam penyakit berat, melansir metro.co.uk, di antaranya kekebalan tubuh menurun, stroke, jantung, diabetes, bahkan kanker. “Stres yang berulang dan menumpuk, tingginya tekanan darah dalam waktu lama, serta daya tahan tubuh yang melemah, membuat diri kita semakin sensitif dalam menangkap virus dan infeksi, dan ini dapat memicu beragam penyakit berbahaya,” jelas Psikoterapis Dr. Gillian Todd.

Pakar lain bernama Ann Sidwell menyebut, orang yang mengalami stres harus lebih peka kepada dirinya sendiri. Dengarkan apa yang diinginkan tubuh dan pikiran. Sebisa mungkin menyempatkan rileksasi.

Perhatikan hal-hal yang dalam kegiatan sehari-hari bisa mengundang stres. ** Baca juga: Cara Masak yang Tepat Agar Gizi dalam Sayuran Tidak Hilang

Dr. Gillian merekomendasikan Cognitive Behavioural Stress Management atau mengelola stres perilaku kognitif. “Dari sini Anda akan belajar mengubah cara berpikir terhadap hal apa yang membuat diri Anda stres. Anda juga akan diajarkan meningkatkan dukungan sosial yang akhirnya akan membuat hidup Anda lebih positif dan berkualitas,” ungkapnya.

Ditekankan Dr. Gillian arti penting keterampilan untuk selalu berpikir positif, terutama pada banyak hal yang terjadi di luar kendali kita. Dengan demikian, setidaknya pikiran dapat lebih ringan dalam menjalani aktivitas sehari-hari.(ilj/bbs)




Punya Pencernaan Sensitif, Hindari Konsumsi Makanan dan Minuman Ini

Kabar6-Sejumlah orang yang memiliki saluran pencernaan tergolong sensitif, memang disarankan untuk menghindari beberapa makanan karena dapat memicu sakit perut atau gangguan kesehatan sejenisnya.

Lantas makanan atau minuman apa saja yang dapat membantu mencegah terjadinya berbagai gangguan pencernaan? Melansir Prevention, ini makanan dan minuman yang dimaksud:

1. Daging merah
Bila Anda memiliki pencernaan yang sensitif sebaiknya hindari mengonsumsi terlalu banyak daging merah. Hal ini karena daging merah membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dicerna karena mengandung lebih banyak lemak dibandingkan dengan sayuran.

2. Soda
Selain mengandung bahan kimia berbahaya dan kalori kosong, minuman bersoda juga dapat meningkatkan dan menurunkan kadar gula darah dengan cepat. Minuman ini juga dapat membuat perut menjadi kembung. Air putih tetap merupakan minuman terbaik dan paling sehat.

3. Susu dan produknya
Bila Anda menderita irritable bowel syndrome (gangguan jangka panjang pada sistem pencernaan yang umum terjadi), maka ada baiknya bila menghindari susu dan produknya karena mereka dapat membuat Anda mengalami diare dan perut kembung.

4. Anggur putih
Selain lebih sehat, anggur merah (red wine) juga mengandung lebih banyak antioksidan dibandingkan anggur putih. ** Baca juga: Makanan dari Berbagai Negara yang Dipercaya Bisa Bikin Hidup Lebih Lama

5. Probiotik
Jika Anda memiliki saluran pencernaan yang baik dan tidak sedang mengalami diare, sembelit, atau perut kembung, maka sebenarnya Anda tidak membutuhkan probiotik karena keseimbangan bakteri pencernaan Anda sudah sangat baik.

Hindari kelima makanan dan minuman tadi agar pencernaan Anda tetap sehat.(ilj/bbs)




Yuk, Mulai Kurangi ‘Level’ Pedas pada Makanan yang Anda Konsumsi

Kabar6-Banyak orang yang gemar mengonsumsi makanan pedas. Bahkan, sebagian orang merasa kurang berselera makan apabila tidak Anda sambal atau cabai rawit.

Meskipun menambah rasa lezat, ada baiknya Anda tidak berlebihan mengonsumsi makanan pedas. Mengapa begitu? Mengonsumsi makanan pedas, melansir foodndtv, dapat mengacaukan sistem pencernaan terutama bagian perut. Menurut Dr. Kapil Agrawal, Sr. Consultant, Laproscopic & Bariatric Surgeon, Habilite & Apollo Spectra Hospital, makanan pedas memang tidak dapat menyebabkan bisul atau refluks, tetapi justru memperparah gejala pada pasien yang sudah menderita gangguan perut sebelumnya.

Berlebihan mengonsumsi makanan pedas juga dapat menyebabkan diare pada beberapa pasien karena iritasi usus. Ditambah lagi, makanan pedas juga dapat mengurangi sensitivitas indera perasa.

Bahkan, mengonsumsi makanan pedas dapat membuat saluran pencernaan merasakan sensasi panas berlebihan. ** Baca juga: Bagaimana Hubungan Antara Tidur dan Makanan Tinggi Gula?

Jadi, mulailah mengurangi konsumsi makanan terlalu pedas untuk menghindari hal-hal yang merugikan kesehatan.(ilj/bbs)




Apa Sih Perbedaan Antara Sakit Kepala Sebelah dan Migrain?

Kabar6-Hampir semua orang pernah mengalami sakit kepala dengan keluhan dan tingkat keparahan yang berbeda. Sakit kepala sendiri bisa dirasakan pada satu sisi kepala atau dua sisi kepala. Durasi dan frekuensinya juga bervariasi, tergantung pada jenis dan penyebabnya.

Salah satu jenis sakit kepala adalah sakit kepala sebelah. Orang yang menderita sakit kepala jenis ini biasanya merasakan sakit di satu bagian kepalanya. Namun, sakit kepala jenis ini sering kali dianggap sama dengan migrain. Padahal, kedua jenis sakit kepala ini berbeda.

Sakit kepala sebelah atau cluster headache, melansir Sindonews, adalah serangan sakit kepala yang terjadi berulang selama periode waktu tertentu, mingguan atau bulanan, dan berpusat pada area mata atau sekitarnya. Nyerinya bersifat tajam dan digambarkan seperti rasa tertusuk pada bola mata.

Kondisi ini berbeda dengan migrain. Serangan migrain menyebabkan sakit kepala yang disertai nyeri yang berdenyut. Intesitas serangannya bisa sedang hingga berat dan disertai gejala mual, muntah, sensitif terhadap cahaya atau suara. Rasa nyeri yang diderita bisa berlangsung selama 4—72 jam.

Biasanya rasa sakit muncul pada salah satu sisi kepala saja, misalnya pada pelipis, belakang mata, wajah, rahang, atau leher. Ini yang menyebabkan migrain sering dianggap sama dengan sakit kepala sebelah. Meski begitu, sakit kepala pada migrain juga bisa saja dirasakan pada kedua sisi kepala.

Kondisi ini memburuk saat penderita melakukan aktivitas, melihat cahaya, atau mendengar suara. Penderita migrain akan cenderung mencari tempat yang tenang dan gelap untuk beristirahat saat serangan sakit kepala terjadi.

Migrain bukanlah serangan sakit kepala yang tiba-tiba terjadi. Terdapat gejala awal—prodromonal yang terjadi beberapa jam atau beberapa hari sebelum serangan migrain terjadi. Gejala itu seperti pusing, leher kaku, gelisah, nafsu makan meningkat, atau depresi. Migrain juga lebih sering dialami wanita.

Serangan migrain juga bisa disertai gejala gangguan saraf atau aura. Gejalanya bisa seperti munculnya cahaya, garis, atau titik abnormal pada penglihatan atau bisa juga berupa hilangnya penglihatan untuk sementara. Selain itu, penderita migrain dengan aura juga dapat mengalami kesulitan bicara atau merasa kesemutan.

Sementara, pada sakit kepala sebelah, serangan bisa terjadi 1—8 kali sehari dan berulang selama beberapa minggu atau beberapa bulan. Namun, setiap serangan hanya terjadi selama 15—180 menit, lalu menghilang. Hal ini berbeda dengan serangan migrain yang dapat berlangsung hingga beberapa hari.

Serangan hanya terjadi pada satu sisi kepala saja, terutama di area mata dan sekitarnya. Penderita tidak mengalami keluhan sensitif terhadap suara atau cahaya, mual, dan muntah seperti pada penderita migrain. Gejala yang dapat muncul adalah mata merah, serta mata dan hidung berair pada satu sisi. ** Baca juga: Sejumlah Alasan Medis Anda Selalu Merasa Lapar

Sakit kepala sebelah ini lebih sering dialami pria. Mereka yang mengalaminya akan merasa gelisah dan sulit duduk diam saat serangan muncul. Pada sakit kepala ini, tidak ada gejala awal dan tidak ada aura.(ilj/bbs)




Pakar Sebutkan Penyebab Seseorang Sulit Lupakan Cinta Pertama

Kabar6-Bagi banyak orang, cinta pertama memang sulit dilupakan karena meninggalkan begitu banyak kenangan manis. Konon, jatuh cinta untuk pertama kalinya bisa mengubah hidup, emosi yang dirasakan begitu kuat. Bahkan, karena membayangkan sulit hidup tanpanya, Anda jadi takut kehilangan si dia.

Rupanya, ada sejumlah alasan mengapa cinta pertama begitu sulit dilupakan. Seorang pakar hubungan bersertifikat bernama David Bennett, melansir tempo.co, mengatakan bahwa hormon dan koneksi otak memainkan peran besar di dalamnya.

“Cinta pertama seringkali merupakan hubungan emosional yang sangat kuat. Dalam banyak kasus, itu terjadi sebelum bagian logis dari otak berkembang sempurna dan ketika hormon tubuh sedang tinggi-tingginya,” jelas Bennett.

Dikatakan, ikatan emosional ini begitu kuat karena di saat itu terjadi pelepasan hormon oksitosin, hormon sama yang memperkuat ikatan ibu dan bayi.

Oksitosin dikenal sebagai hormon cinta. Hormon ini membantu dua orang saling saling terikat dan membantu Anda menjadi lebih terbuka dan mempercayai orang lain.

Tapi itu bukanlah satu-satunya alasan Anda sulit melupakan cinta pertama. Amy Ricke, psikiater dari Your Doctors Online, mengatakan hal itu juga terkait dengan cara kerja otak. Ketika Anda jatuh cinta, gelombang hormon, seperti dopamin, oksitosin, dan serotonin, membanjiri otak.

Hormon membuat Anda merasakan euforia dan perasaan menyenangkan yang intens, terutama ketika dikombinasikan dengan sentuhan fisik.

Dan, kebanyakan orang mengalami jatuh cinta pertama kali saat remaja, di saat otak sensitif terhadap pengalaman memuaskan dan intens seperti jatuh cinta.

“Dengan demikian pengalaman cinta pertama menjadi hampir tak terhapuskan tertanam dalam otak dengan cara yang sangat jelas dan mudah diingat,” urai Ricke.

Selain itu, setelah mengalami perasaan yang menyenangkan selama jatuh cinta, Anda mungkin akan mengejarnya lagi. “Karena cinta pertama sering terasa intens, itu bisa membuat seseorang percaya bahwa mereka lebih mencintai yang pertama daripada yang lain,” kata April Davis, pendiri situs kencan LUMA (Luxury Matchmaking).

Namun meski sulit dilupakan, dikatakan Davis, cinta pertama belum tentu yang terbaik. Anda mungkin sebenarnya lebih mencintai yang kedua, ketiga, atau yang terakhir. Tapi cinta pertama tetap mempengaruhi hubungan Anda setelah itu. ** Baca juga: 5 Kombinasi Jus yang Bantu Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

Apakah Anda pun sulit melupakan cinta pertama? (ilj/bbs)