1

Sering Dipakai Saat Bepergian, Apa Sebenarnya Fungsi Face Shield?

Kabar6-Selain masker, saat ini banyak juga orang yang memakai face shield saat bepergian ke luar rumah, sebagai salah satu cara untuk mencegah penularan virus Corona>

Fungsi face shield juga sebagai perlindungan tinggi bagi pemakainya dari paparan jarak dekat terhadap partikel virus yang dipancarkan melalui batuk atau bersin.

Selain itu, face shield secara signifikan bisa mengurangi paparan inhalasi ke virus influenza, atau penyakit pernapasan lainnya. Melansir detikhealth, ini tiga fungsi face shield yang lainnya:

1. Penghalang droplet
Fungsi face shield bisa sebagai penghalang droplet yang dikeluarkan seseorang saat bersin dan bernapas sebagai pelindung yang kuat saat seseorang batuk atau bersin di sekitar Anda.

Droplet merupakan cairan atau cipratan liur yang dikeluarkan oleh seseorang dari hidung atau mulut saat bersin, batuk, bahkan berbicara. Droplet juga bisa dihasilkan melalui prosedur medis yang bisa menghasilkan aerosol.

2. Kurangi pajanan virus hingga 90 persen
Meski belum ada penelitian langsung terkait virus Corona COVID-19, studi sebelumnya menunjukkan face shield mengurangi virus yang bisa di inhalasi sebesar 92 persen.

“Ketika penelitian ini dilakukan pada jarak satu meter, pelindung wajah mengurangi virus yang dihirup sebesar 92 persen,” demikian tulis penelitian dari Iowa University.

3. Lebih nyaman dari masker
Face shield diklaim lebih nyaman untuk digunakan daripada masker. Model yang dibuat dirancang khusus untuk orang tidak sering menyentuh wajah. ** Baca juga: Apa Sebab Lemak Perut Susah Berkurang?

Face shield juga mudah dibersihkan dengan sabun dan air ataupun disinfektan. Selain itu, penggunaan face shield tidak menutup ekspresi wajah karena bahannya yang tembus pandang.

Meski demikian, masker tetap jadi pencegahan virus Corona yang utama. Penggunaan face shield hanya sebagai pelengkap masker, bukan untuk menggantikan karena face shield tidak benar-benar menutup hidung dan mulut.(ilj/bbs)




5 Kriteria Olahraga yang Baik untuk Tingkatkan Sistem Imunitas Tubuh

Kabar6-Olahraga, menurut sejumlah hasil studi, dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Nah, ada sejumlah kriteria olahraga yang baik dilakukan untuk menjaga atau bahkan meningkatkan sistem imunitas tubuh.

Frekuensi, durasi, konsistensi, dan jenis olahraga memainkan peranan penting untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Imunitas tubuh yang kuat akan membantu melindungi tubuh dari serangan virus dan penyakit. Melansir CNN Indonesia, ini kriteria olahraga yang baik untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh:

1. Durasi atau lama waktu olahraga
Berolahraga terlalu lama justru tidak baik untuk kekebalan tubuh. Sebaliknya, berolahraga terlalu sedikit tidak dapat memacu sistem imun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan, olahraga optimal hingga 300 menit per minggu atau sekira 45-60 menit setiap hari.

2. Frekuensi berolahraga
Frekuensi adalah seberapa sering melakukan olahraga setiap minggu. WHO menyarankan, olahraga setiap hari sekira 30-45 menit dengan intensitas sedang. Dapat pula berolahraga lima kali seminggu dengan durasi 30-60 menit dengan intensitas sedang hingga berat.

3. Intensitas olahraga
Intensitas adalah kekuatan olahraga dalam memacu jantung. Intensitas olahraga yang disarankan adalah sedang ke berat. Semakin jantung berdetak dengan cepat atau semakin terengah-engah, semakin tinggi intensitas olahraga yang dilakukan. Sesuaikan pula intensitas dengan kesanggupan diri.

4. Jenis olahraga
WHO menyarankan untuk melakukan olahraga jenis aerobik atau olahraga yang memacu detak jantung. Banyak penelitian membuktikan, olahraga aerobik baik untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh. Beberapa contoh olahraga aerobik adalah berjalan, berlari, bersepeda, dan berenang.

Latihan interval intensitas tinggi atau dikenal dengan HIIT (High-Intensity Interval Training), dalam sebuah penelitian juga disebut meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Studi lain mendapati latihan kekuatan juga kemungkinan dapat membantu sistem kekebalan tubuh.

5. Konsistensi
Konsistensi memainkan peran penting untuk menjaga sistem imunitas tubuh. Olahraga yang dilakukan secara rutin lebih ampuh meningkatkan sistem imun tubuh ketimbang olahraga yang hanya dilakukan sesekali saja. ** Baca juga: Fakta Unik Seputar Tidur

Selamat berolahraga.(ilj/bbs)




Cara Efektif Bersihkan Layar Ponsel Agar Terhindar dari Bakteri dan Virus

Kabar6-Virus dan bakteri bisa bersarang di berbagai benda atau barang-barang miliki kita, terlebih jika sering digunakan dan jarang dibersihkan. Padahal menjaga kebersihan barang-barang yang selalu digunakan setiap hari sangat penting, terlebih selama pandemi COVID-19 ini.

Salah satunya adalah ponsel yang menjadi barang paling sering disentuh dan digunakan sepanjang hari, sehingga berisiko kotor karena terpapar banyak bakteri.

Diketahui, kandungan bakteri yang ditemukan pada ponsel, jumlahnya berkisar 10 kali lipat dibanding toilet duduk. Berdasarkan data yang diteliti oleh jurnalis kesehatan dari Seattle Times, diketahui bahwa ada 25.127 bakteri yang menempel berpotensi terdapat pada ponsel setiap orang.

Lantas, bagaimana cara efektif bersihkan layar ponsel? Melansir Popmama, berikut penjelasannya:

1. Cairan khusus pembersih layar yang bisa hilangkan bekas sidik jari
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan pada ponsel Anda, cobalah membersihkan layarnya. Gunakan cairan khusus untuk membersihkan layar ponsel yang merupakan campuran bahan kimia tertentu. Fungsinya, dapat menghilangkan kotoran maupun sidik jari di permukaan layar secara efektif tanpa merusaknya.

2. Gunakan campuran air dan alkohol untuk meminimalisir kotoran
Pada umumnya, ponsel yang kotor ada pada bagian layarnya. Untuk membersihkannya, Anda perlu membersihkan layar ponsel dengan alkohol. Campurkan air dan alkohol isopropyl 70 persen ke dalam botol semprot.

Lalu semprotkan di kain microfiber yang digunakan untuk membersihkan ponsel. Dengan demikian, smartphone lebih terawat dan bisa diminimalisir kerusakannya.

3. UV smartphone sanitizer yang ampuh membunuh kuman di layar
Bersihkan layar ponsel menggunakan UV smartphone sanitizer atau perangkat pembersih ultraviolet khusus smartphone. Cara tersebut adalah metode yang paling efektif membunuh kuman di layar ponsel. Alat ini memiliki blitzing UV cukup kuat untuk membunuh kuman di layar ponsel.

4. Penggunaan cotton bud dapat menjangkau celah ponsel
Cara efektif membersihkan layar smartphone berikutnya yakni menggunakan tisu basah yang mengandung cairan antiseptik. Gunakan pula bantuan cotton bud untuk membersihkan celah-celah ponsel yang sulit terjangkau.

Bahkan cotton bud lebih mudah menjangkau bagian pinggiran handphone hingga lubang speaker. Penggunaan keduanya bisa membersihkan layar dari debu.

5. Kain fiber yang khusus untuk membersihkan segala jenis layar
Kain fiber memang dibuat khusus untuk membersihkan segala bentuk permukaan seperti lensa, layar komputer, laptop, ponsel hingga televisi.

Tuangkan sedikit air bersih ke permukaan layar handphone, kemudian lap secara lembut menggunakan kain fiber secara vertikal dan horizontal. ** Baca juga: Malas Diet, Atur Pola Makan Agar Berat Badan Tetap Ideal

Jangan malas membersihkan ponsel agar terhindar dari masalah kesehatan.(ilj/bbs)




Tim Peneliti Kanada Ciptakan BlueDot yang Mampu Prediksi Pandemi di Masa Depan

Kabar6-Seorang peneliti Universitas Toronto dan anggota Divisi Penyakit Menular di Rumah Sakit St. Michael bernama Kamran Khan, menciptakan BlueDot yaitu metode cepat untuk memprediksi kemungkinan serangan pandemi di masa depan.

Prediksi tersebut menggunakan data dan perangkat lunak kecerdasan buatan. Khan, melansir huffingtonpost, mengatakan bahwa ia dan timnya yang terdiri dari 50 peneliti dibuat siaga oleh wabah COVID-19 di Wuhan, Tiongkok, pada malam tahun baru. Disebutkan, algoritma program komputer mengambil posting blog yang menceritakan wabah pneumonia terhadap 20 orang di Wuhan.

Hanya butuh beberapa detik bagi program untuk menganalisis jadwal penerbangan dan memilih 20 tempat yang berada di jalur virus. Ternyata, 12 tempat tersebut adalah yang pertama melaporkan keberadaan dan pecahnya COVID-19.

Perangkat lunak, dikatakan Khan, menyisir ratusan ribu laporan berita dalam 65 bahasa setiap hari, berusaha mengungkap informasi tentang titik-titik masalah penyakit. Khan menjelaskan, kecepatan BlueDot sangat penting karena dunia lambat bereaksi terhadap kemungkinan pandemi.

“Kami berada di wilayah yang belum dipetakan, karena virus mikroskopis sekarang mengganggu seluruh planet kita,” kata Khan. “Pandemi COVID-19 telah mengungkapkan perlunya menerapkan sistem yang secara proaktif mengelola risiko penyakit menular di dunia kita yang berubah dengan cepat, semakin meningkat dalam frekuensi, skala dan dampak.”

Teknologi baru bertindak sebagai sistem peringatan dini dan tidak bisa datang pada waktu yang lebih baik. Menurut Khan, ini karena dunia yang semakin menyusut di mana orang melakukan perjalanan internasional akan dapat terserang oleh virus parah di masa depan. ** Baca juga: Peneliti Thailand Kembangkan Vaksin COVID-19 untuk Dorong ‘Pariwisata Medis’

“Dan dengan kesiapsiagaan yang ditingkatkan, kita dapat mengatasi ancaman-ancaman ini untuk menciptakan dunia yang lebih sehat, lebih aman, dan lebih makmur,” ungkapnya lagi.(ilj/bbs)




Bersihkan Barang-barang yang Sering Digunakan Sepulang Bepergian Selama New Normal

Kabar6-Menjaga pola hidup sehat, terlebih memasuki masa new normal sangat penting dilakukan, di mana orang-orang kembali beraktivitas seperti biasa.

Hal yang harus diperhatikan, Anda wajib membersihkan barang-barang yang sering dibawa dan digunakan setelah kembali ke rumah, seperti ponsel, sepatu, tas dan dompet, pakaian, serta jam tangan. Jangan sampai barang-barang tersebut menjadi sarang virus dan bakteri yang kemudian bisa menginfeksi tubuh Anda.

Bagaimana caranya? Berikut ini, melansir Wolipop, sejumlah barang yang sering digunakan sehari-hari dan cara membersihkannya:

1. Ponsel
Ponsel adalah salah satu benda yang paling sering tersentuh oleh tangan. Itu membuat ponsel berisiko menjadi penyebar virus dan bakteri. Untuk membersihkan ponsel dari virus dan bakteri, Anda bisa menggunakan campuran distilled water atau air suling dengan 70 persen isopropil alkohol.

Semprotkan campuran tersebut pada kain yang akan digunakan untuk membersihkan ponsel. Atau, gunakan tisu disinfektan yang memiliki kandungan sama.

Untuk area yang lebih kecil, seperti sekitar lensa kamera atau tombol, Anda bisa menggunakan cotton bud kering atau tusuk gigi kayu untuk membersihkan debu atau kotoran yang menempel.

2. Tas dan dompet kulit
Anda bisa menggunakan tisu disinfektan untuk membersihkan kotoran pada bagian luar tas dan dompet kulit. Kemudian, tuangkan sedikit hand sanitizer di tangan, lalu oleskan pada permukaan tas dan dompet kulit dengan menggunakan kapas atau tisu. Pastikan untuk mengoleskannya pada bagian pegangan atau gagang dan bawah tas, lalu biarkan mengering.

Untuk bagian dalam, bersihkan dengan sikat lembut. Perhatikan juga aksesoris keras yang terdapat pada tas atau dompet. Beberapa dompet dan tas biasanya dihiasi dengan logam seperti paladium.

Untuk membersihkannya, gunakan sikat lembut dan kain lembut untuk mengeringkannya. Jika ingin memperbaiki atau mencegah goresan pada tas dan dompet kulit, coba gunakan kondisioner khusus untuk bahan kulit.

3. Sepatu
Sepatu adalah alas kaki yang selalu kita gunakan setiap hari ketika keluar rumah. Sudah jelas jika sepatu berpotensi besar menyimpan virus dan bakteri.

Untuk membersihkannya, campurkan sabun cair antibakteri dengan air hangat dan gosok permukaan sepatu dengan lembut. Setelahnya, bilas sisa sabun dengan air hangat.

Jika Anda tidak mempunyai banyak waktu, rendam sepatu dalam wadah berisi alkohol untuk membunuh bakteri. Sepatu yang terbuat dari bahan yang mudah rusak harus dibilas dengan lembut setelahnya.

Untuk bagian dalam, gunakan air yang dicampur dengan pemutih. Namun untuk sepatu berwarna, harus berhati-hati saat menyemprotkan cairan pemutih tersebut.

4. Pakaian
Cara terbaik untuk mencuci pakaian agar terbebas dari virus dan bakteri adalah dengan menggunakan campuran deterjen ringan dan air hangat untuk merendam.

Untuk pakaian yang tidak terlalu kotor, cukup merendamnya selama dua hingga tiga menit. Disarankan melakukan pengeringan dengan udara, bukan menggunakan pengering bersuhu panas karena dapat merusak bahan pakaian.

5. Jam tangan
Campurkan air hangat dengan sabun pencuci piring. Lalu celupkan kain chamois atau sikat gigi berbulu halus ke dalam campuran cairan tersebut dan gunakan untuk menggosok permukaan jam tangan.

Jika tali jam tanganmu terbuat dari kulit, bisa dibersihkan dengan kain yang sudah diberi cairan disinfektan. Sedangkan untuk tali jam berbahan logam seperti baja, emas, dan perak, perlu dibersihkan sikat lembut dan air sabun. ** Baca juga: Era New Normal, Perhatikan 3 Protokol Kesehatan Membeli Makanan dan Minuman

Perhatikan kebersihan barang-barang yang sering Anda gunakan sehari-hari agar terhindar dari infeksi COVID-19.(ilj/bbs)




Pilih Jenis Hand Sanitizer yang Sesuai Kebutuhan Anda

Kabar6-Penggunaan hand sanitizer menjadi salah satu alternatif untuk membersihkan tangan dari kuman, bakteri, dan juga virus di tengah pandemi COVID-19 yang mewajibkan Anda untuk selalu menjaga kebersihan.

Hand sanitizer biasanya digunakan saat kita tengah dalam perjalanan dan mengalami keterbatasan untuk mencuci tangan dengan air dan sabun. Ada berbagai pilihan hand sanitizer yaitu gel, cair, dan busa. Sebenarnya, mana yang lebih efektif? Melansir Wolipop, berikut penjelasannya:

1. Hand sanitizer gel
Hand sanitizer berbentuk gel lebih banyak dipakai dibanding jenis yang lain. Tapi hand sanitizer yang satu ini butuh waktu lebih lama untuk kering di tangan saat dipakai.

Tekstur yang dihasilkan pun lebih kental dan pada dosis tertentu terasa lengket di tangan. Bagi sebagian orang, hand sanitizer gel lebih mudah menyebar ke seluruh tangan.

2. Hand santizer cair
Berbeda dengan gel, hand sanitizer cair biasanya dikemas dalam bentuk spray. Penggunaannya pun lebih ringkas karena tinggal semprot dan cepat kering saat dipakai di tangan. Bagi sebagian orang yang lain, hand sanitizer cair dirasa lebih bersih saat dipakai.

3. Hand sanitizer busa
Hand sanitizer busa mungkin bagi sebagian orang masih terasa asing atau bahkan belum pernah mencoba menggunakannya sama sekali. Di Indonesia, penggunaan hand sanitizer busa jarang ditemui karena masyarakat di sini lebih sering memakai jenis yang gel ataupun cair.

Kelebihan hand sanitizer jenis ini menempel pada tangan dan tidak mudah meluncur seperti jenis yang gel. Sebagian orang menganggap pembersih tangan jenis ini lebih mudah menyebar pada di seluruh tangan. Tapi sayangnya, harga hand sanitizer busa jauh lebih mahal dibanding dengan jenis yang lain.

Penelitian yang diungkap via Journal of Hospital Infection pada 2017 lalu fokus pada kandungan isopropanol dan etanol pada alkohol yang ada dalam hand sanitizer. Melibatkan sebanyak 20 responden dengan tes Standar Eropa EN 1500.

Hasilnya, tidak ada perbedaan dalam efektifitas membunuh batektri, virus, ataupun kuman pada ketiga jenis hand sanitizer tadi. Perbedaannya terletak pada kandungan etanol yang cenderung bisa lebih cepat kering dibanding isopropanol.

Hand sanitizer jenis gel, cair, dan busa sama-sama efektif untuk dipakai apabila sudah sesuai standar yang berlaku. Hanya perbedaannya ada pada waktu pengeringan saja.

Ketiga jenis pembersih tangan ini punya manfaat yang serupa untuk membunuh kuman, bakteri, ataupun virus. Semua kembali ke pilihan masing-masing yang disesuaikan sama kebutuhan.

Agar pemakaian hand sanitizer bekerja secara efektif, hal yang paling penting adalah dengan membiarkannya tetap basah di tangan selama 15 detik. Jangan mengaplikasikannya banyak-banyak, cukup disesuaikan dengan kebutuhan saja.

Namun jangan juga terlalu sedikit karena bisa berpengaruh pada hasil pemakaian. ** Baca juga: Jangan Lakukan 3 Kesalahan Ini Saat Memasak

Jadi, pilih jenis hand sanitizer yang sesuai kebutuhan Anda, dan pakai secukupnya saja, ya.(ilj/bbs)




Tidak Disarankan Simpan Hand Sanitizer dalam Mobil

Kabar6-Sama seperti mencuci tangan dengan sabun dan air, hand sanitizer juga efektif membunuh sebagian besar kuman dan patogen. Termasuk meminimalisir kontaminasi virus atau bakteri yang bisa saja hinggap di tangan.

Karena itulah, banyak orang yang selalu membawa hand sanitizer saat beraktivitas di luar rumah. Nah, tahukah Anda ternyata tidak dianjurkan untuk membawa atau bahkan menyimpan hand sanitizer dalam mobil? Apa alasannya?

Ada beberapa ahli, melansir Intisari, yang memperingatkan bahwa kita sebaiknya tidak meninggalkan hand sanitizer dalam mobil. Associate Professor Florida Gold Coast University, Dr Greg Boyce, juga mengatakan bahwa itu bukan ide yang baik. Alasannya, karena suhu yang hangat dapat menyebabkan alkohol dalam hand sanitizer menguap. Suhu di dalam kendaraan seperti mobil dapat dengan cepat menjadi panas, terutama jika telah diparkir di bawah sinar matahari langsung.

Padahal, alkohol adalah bahan aktif yang membunuh bakteri dan virus, sehingga produk tidak akan dapat bekerja sebagaimana seharusnya tanpa adanya kandungan alkohol.

Jadi, hand sanitizer yang kita miliki kefektifannya dalam membunuh virus akan berkurang atau bahkan menghilang. Selain itu, hand sanitizer yang hangat juga bisa mengiritasi kulit.

Tidak hanya itu, hand sanitizer yang disimpan di mobil juga bisa menyebabkan kerusakan pada mobil itu sendiri apabila bocor. ** Baca juga: 7 Kebiasaan Sepele yang Ternyata Bisa Kontrol Nafsu Makan Anda

Insinyur Ford telah melakukan penelitian tentang hal ini, dan menemukan bahwa bahan-bahan dalam sanitiser dapat menyebabkan permukaan interior mobil aus sebelum waktunya.

Kondisi ini tentu akan cukup menguras kantong. Karena itulah, simpan selalu hand sanitizer dalam tas yang dibawa sehingga tidak akan ketinggalan dalam mobil.(ilj/bbs)




Berlebihan Konsumsi Kue Lebaran Dapat Turunkan Kekebalan Tubuh

Kabar6-Selain ketupat dan opor ayam, Lebaran selalu identik dengan kue-kue kering berbagai rasa. Ya, aneka kue yang tersaji sebagai hidangan lebaran memang sangat menggoda, sehingga seringkali Anda tidak sadar makan secara berlebihan.

Namun di balik kelezatannya, umumnya kue lebaran memiliki karakter yang manis ini tinggi kalori, minim serat dan kandungan zat gizi mikro. Lantas, bagaimana hubungan antara kue-kue kering tadi dengan masa pandemi yang sekarang kita hadapi?

Makanan tinggi kandungan gula dan kalori, melansir Sindonews, meningkatkan risiko terjadinya stres oksidatif dalam tubuh. Stres oksidatif adalah kondisi di mana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya. Kue lebaran yang umum sekali dikonsumsi masyarakat salah satunya adalah kue nastar. Satu buah kue nastar, sekira lima gram, mengandung sekira 26 kalori, di mana 65 persennya adalah karbohidrat.

Apabila mengonsumsi nastar 10 buah, maka kalori yang diperoleh sebesar 260 kalori, melebihi kalori yang didapat dari satu centong penuh nasi seberat 100 gram (180 kalori).

Kue-kue lebaran merupakan makanan sumber karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi dan meningkatkan stres oksidatif. Diketahui, risiko terinfeksi SARS-Cov-2 meningkat pada orang yang mengalami stres oksidatif dalam tubuh. Stres oksidatif meningkatkan risiko terjadinya inflamasi dalam tubuh.

Kue-kue lebaran yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah makanan sumber kalori dan hampir tidak mengandung serat sama sekali. Padahal, pola makan yang tinggi kalori tanpa diiringi dengan asupan serat, cepat meningkatkan berat badan. Ditambah masa karantina mandiri di rumah sebagai salah satu upaya physical distancing umumnya menyebabkan kurangnya aktivitas fisik, apalagi tanpa diiringi olahraga rutin di rumah.

Temuan terbaru di beberapa Rumah Sakit di USA menunjukkan, tidak hanya lansia yang dominan menjadi pasien COVID-19 di ruang ICU, banyak pasien COVID-19 dengan usia lebih muda di ruang ICU.

Penelitian terhadap 265 pasien COVID-19 yang telah dipublikasikan di jurnal internasional Lancet menunjukkan, rata-rata pasien yang lebih muda memiliki masalah kegemukan dan obesitas. Kegemukan dan obesitas sendiri menyebabkan prognosis yang buruk bagi pasien COVID-19.

Jadi, penting untuk memantau berat badan secara periodik dalam menyikapi potensi meningkatknya konsumsi kue-kue manis secara berlebihan di Hari Idul Fitri dan kurangnya aktivitas fisik di masa karantina mandiri.

Penelitian terkait respon imunitas terhadap makanan tinggi gula menunjukkan, semua bentuk karbohidrat (pati atau gula) dapat mengurangi keefektifan sel darah putih dalam menghancurkan bakteri dan virus.

Ketika imunitas tubuh rendah, maka tubuh mudah terinfeksi SARS-Cov-2 (virus dari Covid-19) yang menyerang sel limfosit T. Limfosit adalah salah satu jenis sel darah putih/leukosit yang ada dalam peredaran darah.

Sel darah putih berfungsi membantu melindungi tubuh terhadap penyakit dan melawan infeksi bakteri dan virus. Hasil penelitian, setelah puasa semalam kemudian konsumsi 100 gram karbohidrat (gula atau pati), menunjukkan semua bentuk karbohidrat (pati atau gula) mengurangi keefektifan sel darah putih dalam menghancurkan bakteri dan virus.

Leukocytic index (LI), yaitu ukuran seberapa banyak mikroorganisme yang dapat dimakan oleh satu sel leukosit dalam 1 jam, menurun hingga 50 persen dari kondisi awal puasa selama semalam. Dibutuhkan waktu lebih dari lima jam untuk LI kembali menjadi normal.

Sel leukosit/darah putih akan terus tertekan dan tidak dapat melakukan kerjanya menghancurkan virus dengan optimal bila terus menerus atau secara berlebihan mengkonsumsi makanan tinggi pati atau gula, seperti konsumsi kue lebaran, yang banyak orang mengganggapnya sebagai makanan ringan yang dapat dimakan kapan saja tanpa menghitung jumlah porsi dan dapat dikonsumsi terus menerus.

Pada dasarnya, asupan karbohidrat penting dan bermanfaat untuk kebutuhan energi kita bila dikonsumsi sebagai bagian dari pola gizi seimbang. Karbohidrat bisa menjadi ‘racun’ jika dikonsumsi tidak sesuai dengan pola gizi seimbang.

Karbohidrat dapat berupa jenis gula sederhana/monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Gula sederhana seperti sukrosa (gula pasir) yang banyak digunakan untuk membuat kue-kue lebaran memiliki indeks glikemik yang tinggi.

Jenis polisakarida atau karbohidrat kompleks yang dapat menurunkan stres oksidatif adalah serat yang dapat diperoleh dari serealia/biji-bijian utuh, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran. ** Baca juga: Kurangi Penggunaan Sendok Plastik untuk Kesehatan

Karena itu, Anda disarankan bijak mengonsumsi kue Lebaran saat pandemi COVID-19. Hitung dan batasi berapa buah kue yang dikonsumsi, sajikan kacang-kacangan (tidak digoreng) dan buah-buahan sebagai makanan ringan di hari raya untuk mempertahankan dan meningkatkan imunitas tubuh Anda di tengah pandemik.(ilj/bbs)




Hewan Trenggiling Disebut Sebagai ‘Kunci’ Berakhirnya Pandemi COVID-19

Kabar6-Dalam sebuah studi baru, para peneliti di Universitas Kedokteran Wina di Austria menganalisis cetak biru genomik trenggiling. Hewan ini bisa menjadi petunjuk besar untuk mengakhiri pandemi COVID-19.

Tim periset membandingkan mamalia bersisik tersebut dengan gen manusia, kucing, anjing, dan sapi. Pada sebagian besar mamalia, ada gen tertentu yang bisa mendeteksi ketika virus memasuki tubuh, lantas memicu respons kekebalan. Rupanya, melansir Republika, trenggiling tidak memiliki dua gen pengindera virus tersebut. Periset belum mengetahui apakah perbedaan itu yang melindungi trenggiling dari COVID-19, dan menyatakan butuh penyelidikan lebih lanjut.

Studi yang sudah dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Immunology edisi 8 Mei itu menjadi temuan awal yang penting. Mempelajari perbedaan gen pada trenggiling dapat mengungkap kemungkinan perawatan untuk pasien COVID-19.

“Riset kami menunjukkan bahwa trenggiling bertahan hidup melalui jutaan tahun evolusi tanpa jenis pertahanan antivirus yang digunakan oleh semua mamalia lain,” kata Leopold Eckhart, salah satu penulis studi.

Studi lanjutan tentang trenggiling, disampaikan Eckhart, akan menguak bagaimana satwa itu bertahan hidup dari infeksi virus. Sementara pada manusia, Corona justru menyebabkan respons imun inflamasi bernama badai sitokin, yang memperparah penyakit.

Eckhart menjelaskan, sistem kekebalan yang terlalu aktif itu dapat dimoderasi dengan mengurangi intensitas atau dengan mengubah waktu reaksi pertahanan. Oleh karena itu, obat yang menekan sinyal gen berpotensi menjadi pilihan pengobatan kasus kritis COVID-19.

Hanya saja, ada kendala lain yakni obat penekan kekebalan bisa membuat pasien lebih rentan terhadap infeksi berbeda. “Tantangan utama adalah mengurangi respons terhadap patogen dengan tetap mempertahankan kontrol yang memadai terhadap virus,” ungkap Eckhart.

Februari lalu, ilmuwan Tiongkok mengungkapkan dugaannya bahwa wabah virus corona bisa menyebar dari kelelawar ke manusia melalui perdagangan ilegal trenggiling. Disebutkan, trenggiling adalah satu-satunya mamalia bersisik di dunia yang digunakan di Asia untuk makanan dan obat-obatan.

Meskipun dilindungi oleh hukum internasional, trenggiling adalah salah satu mamalia paling diperdagangkan di Asia, dan dianggap lezat di negara-negara seperti Tiongkok. Menurut World Wildlife Fund, sisik trenggiling digunakan untuk obat tradisional. ** Baca juga: Hanya dalam Rentang Waktu 2 Bulan, Pria Asal AS Ini Sudah 3 Kali Positif COVID-19

“Penemuan terbaru ini akan sangat penting untuk pencegahan dan pengendalian (virus),” demikian pernyataan South China Agricultural University dalam situs resminya.(ilj/bbs)




Benarkah Keringkan Tangan Usai Dicuci Dapat Cegah Penyebaran COVID-19?

Kabar6-Mungkin banyak yang belum mengetahui bahwa mengeringkan tangan setelah dicuci, ternyata sama pentingnya dengan rajin mencuci tangan. Bahkan, mengeringkan tangan setelah dicuci dapat mencegah penyebaran virus corona.

Sebuah laporan dari World Economic Forum, melansir Dreamers, menyebutkan bahwa mengeringkan tangan menggunakan handuk kertas sekali pakai sangat penting, karena kemungkinan penyebaran virus dapat terjadi melalui tangan yang basah.

Hal itu karena ketika sedang mengeringkan tangan, patogen akan tetap menyebar di udara dan memenuhi ruangan. Kondisi inilah yang meningkatkan kemungkinan adanya kontaminasi lingkungan dan permukaan lantau hingga 10 kali lipat, dan pada pakaian sebanyak lima kali lipat.

Selain itu, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Hospital Infection, hand dryer cenderung dapat menyebarkan lebih banyak sumber infeksi dibandingkan dengan lap atau tisu kertas sekali pakai. ** Baca juga: Perlukah Suplemen dan Vitamin Saat Berpuasa?

Jadi, jangan lupa mengerikan tangan dengan tisu atau handuk bersih usai dicuci, ya.(ilj/bbs)