oleh

Hanya dalam Rentang Waktu 2 Bulan, Pria Asal AS Ini Sudah 3 Kali Positif COVID-19

image_pdfimage_print

Kabar6-Entah apa yang dirasakan pria yang satu ini. Bayangkan saja, pria asal Houston, Texas, Amerika Serikat, bernama Christian Bermea (26) ini sudah tiga kali positif COVID-19 hanya dalam rentang waktu dua bulan.

Bermea, melansir Dailystar, pertama kali didiagnosis COVID-19 pada 19 Maret lalu. Dan setelah itu, dia dua kali dites positif COVID-19. “Aku sudah siap untuk selesai. Aku benar-benar merasa sangat lebih baik dibanding di awal, tapi aku masih belum 100 persen membaik. Penciumanku masih belum sebagus sebelumnya, lelah, dan sesak napas,” ungkap Bermea.

Meski tidak merasa sakit seperti yang dia rasakan dua bulan lalu, dikatakan Bermea, dia masih mengalami beberapa gejala dan terus mengisolasi diri.

“Lima pula hari dan masih terus berlanjut. Virus ini bukan hanya proses fisik, tapi mental juga. Kamu hampir terjebak dengan pikiranmu. Aku takut karena masih ada virus di dalam diriku,” ujarnya.

Sementara itu Dr Sandberg dari Kelsey-Seybold Clinic mengatakan, pasien seperti Bermea menimbulkan banyak pertanyaan. “Tes positif bukan berarti kamu bisa menginfeksi orang lain. Artinya kamu memiliki bagian dari kode genetik itu di dalam tubuhmu,” urai Dr. Sandberg.

Diakui Bermea, ia berencana untuk melakukan tes COVID-19 lagi minggu ini. Dikatakan, jika hasilnya kembali positif, kemungkinan dia akan menunggu satu bulan untuk melakukan tes lagi.

“Jika hasilnya kembali positif, dan kamu merasa seperti tidak akan menginfeksi siapa pun, lebih baik bermain aman daripada menyesal,” kata Bermea.

Menurut WHO, butuh waktu sekira dua hingga enam minggu untuk sembuh dari COVID-19. Tingkat kesembuhan akan bergantung pada keparahan penyakit, begitu juga dengan pengobatan. ** Baca juga: Hotel di Jepang Sediakan Kamar Isolasi untuk Pasutri yang Ribut Selama Pandemi COVID-19

“Waktu media dari onset hingga kesembuhan klinis dari kasus ringan diperkirakan dua minggu dan 3-6 minggu untuk pasien dengan penyakit parah atau kritis,” demikian tulis WHO dalam sebuah laporan.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email