1

Tetap Bisa Makan Enak Tanpa Takut Badan Melar

Kabar6-Tidak sedikit orang yang ragu melakukan diet karena harus berhenti makan enak. Ya, diet memang sering diartikan atau identik dengan makanan sehat yang tidak enak dan rasanya hambar.

Lantas, bagaimana solusinya? Ada sejumlah cara, melansir tabloidindonesia, yang dapat dilakukan agar Anda tetap dapat berdiet sekaligus makan enak tanpa takut badan melar. Apa sajakah itu?

1. Ubah pilihan menu di restoran cepat saji
Jika tidak bisa berhenti makan di restoran cepat saji, maka cukup hindari membeli makanan creamy, cheesy, butter, crispy, atau yang disajikan dengan saus. Sebaliknya, ganti makanan dengan porsi lebih keci yang dipanggang, dibakar, atau dikukus.

2. Makan salad tanpa dressing
Hindari ‘mengguyurkan’ dressing setiap kali menyantap salad. Campur salad sayur dengan buah-buahan untuk rasa yang lebih nikmat. Jika Anda benar-benar tidak bisa menghindarinya dan tetap menginginkan sensasi dressing yang creamy, pilih yang terbuat dari yoghurt.

3. Pilih olesan bentuk kocok alih-alih batangan
Ganti mentega atau margarin batangan dengan mentega kocok (whipped butter) buatan sendiri. Dengan volume yang lebih mengembang kurang lebih tiga kali setelah dikocok dengan campuran susu, otomatis lebih sedikit jumlah minyak beku yang Anda konsumsi.

4. Ganti krim dengan susu rendah lemak untuk minuman kopi
Jika Anda bukan penikmat kopi, dan punya kebiasaan menambahkan krim agar rasa kopinya lebih ringan, maka ganti krim yang Anda gunakan dengan susu rendah lemak.

5. Coba cocolan yang lebih sehat
Ketimbang menggunakan mayonais sebagai cocolan, coba ganti dengan krim asam atau greek yoghurt tawar. ** Baca juga: Waktu Tidur Ideal Seseorang Berdasarkan Usianya

6. Hindari makanan olahan
Hindari mengonsumsi makanan olahan seperti keripik kentang, kue kering, atau crackers sebagai camilan. Ganti semuanya dengan buah-buahan atau sayuran.

Anda bisa mencoba membuat camilan irisan wortel yang dicocol dengan greek yoghurt atau buah-buahan potong tanpa tambahan sirop dan pemanis.

7. Berhenti menjadi ‘meat lovers’
Mungkin Anda termasuk orang yang sangat tidak mungkin berhenti memakan pizza. Sebagai solusi, ganti piza ‘meat lovers’ menjadi ‘veggie lovers’. Pergantian taburan ini secara signifikan akan mengubah asupan lemak yang Anda konsumsi.

Selain itu, Anda juga bisa mencoba menyesap kelebihan lemak yang ada pada permukaan piza dengan cara melampirkan tisu towel di atas piza segar yang baru keluar dari panggangan.

Selamat mencoba.(ilj/bbs)




Tidak Hanya Cukup Istirahat, Ada 5 Hal yang Bantu Atasi Kelelahan Kronis

Kabar6-Terkadang tanpa disadari, Anda sudah bekerja terlalu keras sepanjang hari, dan hal itu terus menerus dilakukan hingga akhir pekan. Ya, beban pekerjaan serta deadline yang singkat membuat Anda harus berpacu melawan waktu.

Padatnya aktivitas tersebut bisa jadi membuat Anda mengalami kelelahan kronis, yaitu penyakit yang ditandai dengan kelelahan yang amat sangat, dan biasanya semakin memburuk ketika melakukan aktivitas yang menguras tenaga.

Umumnya, sindrom kelelahan kronis disertai dengan berbagai gejala, seperti tidur yang tidak nyenyak, nyeri otot, kesulitan konsentrasi, hingga sakit kepala dan tenggorokan.

Meskipun tidak ada pengobatan atau penanganan yang disepakati untuk kondisi ini, melansir journalsociolla, ada lima hal yang bisa membantu atasi kelelahan kronis, selain waktu istirahat yang cukup. Apa sajakah itu?

1. Hindari makanan olahan
Makanan olahan memang dibuat untuk mempermudah Anda makan tanpa repot memasak. Namun, beberapa makanan olahan dikritik karena kekhawatiran mengenai kandungan gizi yang tergolong rendah.

Tak hanya itu, makanan olahan seperti burger nyatanya mengandung pengawet dan garam yang membuat tubuh bekerja lebih lambat.

2. Kurangi konsumsi kafein
Beberapa orang menganggap konsumsi kafein dapat membuat Anda jadi ‘melek’ sekaligus mengurangi rasa lelah. Padahal minuman dengan kandungan kafein hanya akan memberi dorongan sementara. Setelah kafein meninggalkan tubuh, Anda akan merasakan kelelahan atau disebut caffeine crash.

3. Perbanyak gerakan fisik
Meskipun merasa lelah, penderita sindrom kelelahan kronis dianjurkan untuk banyak bergerak dan tetap berolahraga. Seorang profesor dan pakar fisiologi olahraga bernama Kerry J. Stewart, Ed.D., mengatakan bahwa olahraga justru dapat meningkatkan semangat, kepercayaan diri, efektivitas dalam bekerja, dan kualitas kesehatan secara menyeluruh.

Tak perlu bergerak ekstra, sekadar berjalan kaki selama 15 menit pun dapat bermanfaat mengatasi lelah. ** Baca juga: Penuaan Dini Bisa Disebabkan Oleh Sejumlah Faktor Lingkungan

4. Konsumsi makanan kaya zat besi
Pilih makanan segar yang mengandung lebih banyak nutrisi, seperti buah yang sesuai musimnya sehingga buah matang dengan alami.

Selain buah, Anda juga bisa mengonsumsi makanan lainnya yang menawarkan energi dan mengurangi rasa lelah, seperti kacang-kacangan dan ikan yang mengandung Omega-3 seperti salmon.

5. Temukan cara untuk rileks
Kelelahan kronis tak dipungkiri dapat merusak kesehatan dan kesejahteraan Anda. Untuk mengatasi hal ini, Anda juga perlu menemukan cara agar lebih rileks.

Misalnya, Anda bisa meluangkan waktu 20 menit pada sore hari untuk bermeditasi, karena baik untuk memulihkan tenaga.

Selain itu, Anda juga bisa melakukan yoga atau latihan pernapasan. Apa pun yang Anda lakukan, temukan waktu untuk bersantai dan mengatur ulang pikiran.(ilj/bbs)




Selain Gula, Ada Penyebab Lain yang Bikin Tubuh Cepat Gemuk

Kabar6-Setiap orang tentu saja ingin memiliki berat tubuh ideal. Bukan hanya soal penampilan, berat tubuh ideal juga menjaga sekaligus menghindari Anda dari berbagai masalah kesehatan seperti diabetes, jantung, kolesterol, dan stroke.

Sayangnya, saat Anda sudah berusaha semaksima mungkin, berat badan ternyata tidak kunjung turun. Rupanya selain dipengaruhi oleh pola makan, melansir idntimes, ada juga faktor lainnya yang menyebabkan tubuh mudah gemuk. Apa saja faktor yang dimaksud?

1. Konsumsi asupan gula berlebihan
Sering mengonsumsi makanan dan minuman manis seperti permen, kue, soda, dan sejenisnya, dapat dengan cepat meningkatkan berat badan, karena gula yang biasa digunakan sebagai pemanis mengandung kalori tinggi dan hampir tidak memiliki nilai gizi.

Menurut U.S National Library of Medicine, asupan gula tidak hanya berkaitan dengan penambahan berat badan, tetapi juga peningkatan risiko masalah kesehatan kronis, seperti diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

2. Sering stres
Tingginya hormon kortisol telah terbukti dapat meningkatkan rasa lapar dan keinginan untuk mengonsumsi makanan enak dan padat kalori yang dapat menyebabkan peningkatan berat badan.

Penelitian yang dipublikasikan dalam U.S National Library of Medicine menunjukkan, orang dengan obesitas memiliki kadar kortisol yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak stres. Untuk mengurangi stres, Anda bisa melakukan rileksasi secara rutin seperti yoga, meditasi, dan berjalan-jalan di alam terbuka.

3. Gaya hidup yang tidak aktif
Malas bergerak merupakan salah satu penyebab umum meningkatnya berat badan dan penyakit kronis. Sebuah studi pada 464 orang dengan obesitas dan kelebihan berat badan menemukan, rata-rata waktu duduk harian mereka adalah 6,2 jam pada hari kerja dan enam jam pada hari tidak bekerja.

Studi lain yang dilakukan selama tiga bulan menunjukkan, mengganti satu jam waktu duduk dengan satu jam berdiri setiap harinya dapat mengurangi massa lemak total dan lingkar pinggang sekaligus meningkatkan massa otot tanpa lemak.

4. Kebiasaan mengonsumsi makanan olahan
Makanan yang mengalami proses pengolahan tinggi seperti sereal manis, makanan cepat saji, dan berbagai macam makanan ringan, telah mengalami penambahan banyak bahan yang tidak sehat, seperti gula, penguat rasa, pengawet, dan lemak tidak sehat.

Selain itu, proses pengolahan juga dapat melipatgandakan jumlah kalori dan mengurangi nutrisi penting, seperti protein dan serat yang membantu tubuh merasa kenyang lebih lama.

Ditambah lagi, sejumlah bahan pada makanan olahan, seperti gula dan penguat rasa juga dapat memberikan efek ketagihan yang membuat Anda selalu ingin mengonsumsi makanan tersebut. ** Baca juga: Sejumlah Hal yang Sering Bikin Tubuh Terasa Lelah

5. Tidak cukup tidur
Tidur sangat penting untuk menjaga kesehatan. Kurang tidur ternyata dapat memicu penambahan berat badan. Menurut Macedonian Journal of Medical Science, sebuah studi yang dilakukan pada 92 wanita menunjukkan, mereka yang tidur kurang dari enam jam setiap hari memiliki indeks massa tubuh tertinggi, dan tingkat visfatin atau protein yang disekresikan oleh sel-sel lemak lebih tinggi dibandingkan wanita yang tidur enam jam atau lebih per hari.

Jadi teliti lagi apa penyebab berat badan Anda susah turun.(ilj/bbs)




Apa Alasan Makanan Olahan Bisa Bikin Berat Badan Melonjak?

Kabar6-Makanan olahan adalah makanan siap saji yang komersial (sering melalui pemrosesan) untuk mengoptimalkan kemudahan konsumsi. Makanan jenis ini biasanya siap dimakan tanpa persiapan lebih lanjut.

Di sisi lain, terlalu banyak mengonsumsi makanan olahan bisa membuat berat badan Anda melonjak. Karena itulah, makanan olahan menjadi musuh utama bagi mereka yang berjuang untuk menurunkan berat badan.

Sebenarnya, apa yang menjadi alasan makanan olahan bisa membuat berat badan melonjak? Menurut studi dari National Institutes of Health (NIH), melansir Womantalk, makanan olahan cenderung membuat orang jadi makan lebih cepat dan dalam porsi yang berlebihan, sehingga membuat mereka kelebihan berat badan. Fakta tersebut berdasarkan penelitian yang melibatkan 20 pria dan wanita dewasa sehat, yang melakukan diet ketat selama sebulan.

Setiap sukarelawan secara acak mengonsumsi makanan yang diproses selama dua minggu, dan makanan yang tidak diproses selama dua minggu sesudahnya. Kedua jenis makanan dibuat seenak mungkin sehingga para sukarelawan sama-sama lahap menyantapnya.

Hasilnya, orang yang mengonsumsi makanan olahan lebih cenderung makan lebih banyak dan lebih cepat. Mereka mengonsumsi 508 kalori lebih banyak dan naik sekira satu kilogram dalam dua minggu.

Profesor nutrisi Universitas Harvard bernama Dr. Qi Sun menyebutkan, hasil studi tersebut semakin memperluas bukti bahwa makanan olahan membuat orang memiliki lebih banyak asupan energi karena makan lebih cepat. ** Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Anda Terlambat Makan?

“Kecepatan makan adalah faktor penting untuk perbedaan kenaikan berat badan. Anda perlu waktu untuk mengunyah makanan yang belum diproses, tetapi makanan olahan yang tidak perlu lama dikunyah, membuat makan berlebihan dan mengakibatkan lebih banyak asupan energi. Ditambah lagi, setiap gigitan makanan olahan lebih ‘padat energi’ atau lebih banyak kalori,” urai Dr. Qi.

Meski hasil studi ini tidak bisa 100 persen mewakili dunia nyata, di mana kebanyakan orang mencampur menu makanannya, para peneliti berharap semakin banyak orang yang lebih bijak saat mengonsumsi makanan olahan agar tidak membuat berat badan melonjak.(ilj/bbs)




6 Jenis Makanan yang Berikan Efek Negatif pada Otak

Kabar6-Semua fungsi tubuh bergantung pada fungsi otak. Karena itulah, penting untuk Anda tetap menjalankan pola hidup sehat, termasuk menjaga asupan nutrisi harian dan rutin berolahraga.

Di sisi lain, ada sejumlah makanan dapat memengaruhi fungsi otak secara negatif, termasuk ingatan, suasana hati, dan peningkatan risiko kondisi seperti demensia. Melansir Viva, ini enam jenis makanan yang berikan efek negatif pada otak Anda:

1. Minuman manis
Minuman manis seperti soda, jus, minuman berenergi dan sejenisnya, akan memperluas lingkar pinggang Anda, meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Tidak hanya itu, minuman tadi juga memiliki efek negatif pada otak Anda. Diabetes tipe 2 telah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit Alzheimer.

Sebagian besar minuman manis mengandung fruktosa tinggi, yang terkait dengan obesitas, tekanan darah tinggi, lemak darah tinggi, dan disfungsi arteri. Aspek-aspek sindrom metabolik ini dapat menyebabkan peningkatan risiko demensia. Diet tinggi gula dapat menyebabkan peradangan otak dan gangguan memori.

2. Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat memiliki efek samping yang serius pada otak. Penggunaan alkohol kronis dapat menyebabkan pengurangan volume otak, perubahan metabolisme, dan gangguan neurotransmiter.

Orang yang terlalu banyak mengonsumsi alkohol sering kekurangan vitamin B1, dapat menyebabkan gangguan otak yang disebut ensefalopati Wernicke, yang pada gilirannya dapat mengembangkan sindrom Korsakoff. Sindrom ini dapat menyebabkan kerusakan parah pada otak, termasuk kehilangan ingatan, gangguan penglihatan dan kebingungan.

3. Ikan tinggi merkuri
Merkuri adalah logam berat dan racun neurologis yang dapat disimpan lama di jaringan hewan. Ikan predator berumur panjang rentan terhadap akumulasi merkuri dan membawa jumlah lebih dari 1 juta kali konsentrasi air di sekitarnya.

Apabila seseorang menelan merkuri, itu menyebar ke seluruh tubuh mereka, terkonsentrasi di otak, hati, dan ginjal. Pada wanita hamil, itu juga terkonsentrasi di plasenta dan janin. Toksisitas merkuri dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat dan neurotransmiter, yang mengakibatkan kerusakan otak.

Ikan dengan merkuri tinggi antara lain hiu, ikan todak, tuna, mackerel dan tilefish. Meskipun aman untuk mengonsumsi dua hingga tiga porsi ikan dengan merkuri rendah per minggu.

4. Makanan tinggi olahan
Makanan yang diproses sangat tinggi dengan gula, ditambahkan lemak dan garam. Makanan ini termasuk keripik, permen, popcorn microwave, saus, dan makanan siap saji.

Makanan-makanan ini tinggi kalori dan rendah nutrisi, yang dapat menyebabkan obesitas dan berdampak negatif pada otak. Sebuah penelitian kecil yang dilakukan terhadap 243 orang menemukan bahwa lemak di sekitar organ berhubungan dengan kerusakan jaringan otak.

Studi lain menemukan, diet tinggi bahan-bahan yang tidak sehat mengakibatkan rendahnya tingkat metabolisme gula di otak dan penurunan jaringan otak. Dua faktor itulah yang menjadi penanda penyakit Alzheimer.

Sebuah studi yang dilakukan pada 18.080 orang menemukan bahwa diet tinggi makanan olahan dan gorengan dikaitkan dengan skor yang lebih rendah dalam pembelajaran dan memori.

5. Makanan lemak tinggi
Lemak trans adalah lemak tak jenuh yang dapat berdampak buruk pada kesehatan otak Anda. Lemak trans yang ditemukan secara alami dalam produk hewani seperti susu dan daging tidak menjadi masalah. Ini adalah trans fat berbasis industri, juga disebut minyak sayur terhidrogenasi, yang bisa menjadi masalah.

Studi-studi telah menemukan bahwa orang-orang yang mengonsumsi jumlah lemak trans yang lebih tinggi berada pada peningkatan risiko penyakit Alzheimer, volume otak yang lebih rendah, memori yang lebih buruk dan penurunan kognitif.

Diet tinggi asam lemak omega-3 dapat membantu melindungi terhadap penurunan kognitif. Anda dapat meningkatkan jumlah omega 3 dalam diet dengan mengonsumsi makanan seperti ikan, kenari, dan biji rami.

6. Karbohidrat olahan
Karbohidrat olahan termasuk gula dan biji-bijian olahan seperti tepung putih. Karbohidrat olahan memiliki indeks glikemik yang tinggi, yang berarti mereka dicerna dengan sangat cepat, menghasilkan lonjakan gula darah secara tiba-tiba.

Makanan yang memiliki indeks glikemik telah ditemukan berdampak pada fungsi otak. Penelitian telah menemukan bahwa orang yang mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula rafinasi memiliki daya ingat yang lebih buruk. ** Baca juga: Gen Jadi Salah Satu Faktor yang Pengaruhi Berat Badan

Studi lain menemukan, lansia yang mengonsumsi lebih dari 58 persen kalori hariannya dari karbohidrat memiliki dua kali lipat risiko gangguan mental ringan dan demensia.(ilj/bbs)




Efek yang Terjadi Jika Sering Konsumsi Makanan Olahan

Kabar6-Makanan olahan adalah makanan yang diproduksi dengan mengubah bentuk dan rasa dari bahan asli untuk alasan kepraktisan dan keawetan. Sayangnya, sebagian bahan makanan olahan mengandung lemak, gula dan garam berlebih bagi tubuh.

Di sisi lain harus diakui, makanan olahan memang memiliki rasa yang lezat dan bikin ketagihan. Makanan olahan seperti nugget, sosis, dan abon juga sangat praktis sehingga cocok bagi Anda yang super sibuk.

Namun tahukah Anda, terlalu sering mengonsumsi makanan olahan ternyata tidak baik bagi kesehatan? Makanan olahan, melansir Klikdokter, sudah melewati tahap proses pengolahan tertentu seperti pengeringan, pemanasan, pembekuan, pengemasan atau pengalengan. Karena itulah, kandungan nutrisi pada makanan olahan sudah berubah dan cenderung berkurang.

Proses itu sendiri sebenarnya dibagi menjadi dua, yakni proses tanpa bahan kimia yang disebut real food, dan proses dengan bahan kimia yang dikatakan sebagai makanan olahan.

Zat-zat kimia yang terkandung dalam makanan olahan inilah yang nantinya akan menimbulkan banyak masalah kesehatan pada tubuh Anda.

Jadi, semakin banyak Anda mengonsumsi makanan olahan, semakin sedikit juga nutrisi yang akan Anda dapatkan. Apa saja efek yang terjadi bila Anda sering mengonsumsi makanan olahan?

1. Kenaikan gula darah
Makanan olahan juga dikenal tinggi karbohidrat yang bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan, seperti kenaikan gula darah. Meski sejatinya tubuh manusia memang membutuhkan karbohidrat, harus ada batasannya.

Jika asupan tersebut kelewat berlebihan, kadar gula darah bisa melonjak. Diketahui, asupan karbohidrat berlebihan bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Mulai dari kelebihan berat badan hingga meningkatnya risiko terkena diabetes.

2. Bikin ketagihan
Beberapa orang mengalami kecanduan makanan olahan dan bisa sampai kehilangan kendali. Meski terdengar lumrah, kecanduan’ makanan olahan, ini bisa berbahaya untuk kesehatan tubuh.

Perpaduan antara makanan olahan dan minuman manis ini bisa menurunkan sistem kerja otak yang pada akhirnya membuat Anda jadi tidak konsentrasi dalam beraktivitas. ** Baca juga: Jika Tidak Diolah dengan Benar, Sejumlah Makanan Ternyata Bisa Bikin Tubuh Jadi Bau

Sering mengonsumsi makanan olahan tidak hanya merugikan kesehatan di masa sekarang, tapi juga berefek buruk jangka panjang. Namun bukan berarti Anda sama sekali tidak boleh mengonsumsi makanan olahan, lho. Anda hanya perlu membatasi frekuensinya.

Jangan lupa, isi piring Anda dengan makanan alami dari bahan-bahan segar setiap hari.(ilj/bbs)




Efek Kesehatan yang Terjadi Bila Gemar Konsumsi Makanan Olahan

Kabar6-Karena sifatnya yang praktis, makanan olahan cenderung dipilih banyak orang yang tidak memiliki waktu berkutat di dapur. Di Amerika Serikat, sebanyak 60 persen warganya mengonsumsi makanan olahan.

Diketahui, makanan olahan diperkuat dengan banyak gula, garam, serta lemak yang menghantarkan pada berbagai masalah kesehatan. Ketika orang konsumsi makanan yang diproses selama dua pekan berturut-turut, melansir MSN, maka lebih banyak kalori yang masuk sehingga berat badan akan bertambah dan lemak tubuh menjadi lebih banyak. Sebuah penelitian mengaitkan makanan olahan dengan risiko kanker dan obesitas yang lebih tinggi.

Hal yang tidak terduga, penyebab orang makan berlebihan ternyata bukan berasal dari gula, lemak, dan garam yang terkandung dalam makanan olahan. “Saya terkejut dengan hasilnya. Ini adalah percobaan pertama yang benar-benar dapat menunjukkan ada hubungan sebab akibat antara sesuatu tentang makanan olahan, terlepas dari nutrisi yang ada, yang menyebabkan orang makan berlebihan dan menambah berat badan,” kata Kevin Hall, penulis utama penelitian.

Dalam studi tersebut, 20 orang dewasa yang sehat hidup selama sebulan di laboratorium. Mereka dipersiapkan semua makanan utama dan makanan ringan. Dibuat dua rencana makan yang terdiri dari makanan proses atau tidak diolah. Mereka makan semua jenis itu secara bergantian selama dua pekan sekaligus.

Jenis makanan olahan yang diberikan seperti ravioli kalengan, nugget ayam, bagel, dan limun die. Sedangkan yang tidak diolah seperti salad, orak-arik telur, oatmeal, dan kacang-kacangan.

Kedua pola makan itu mengandung profil nutrisi yang hampir identik, dengan jumlah gula, lemak, natrium, serat yang sama dan banyak lagi. Namun, mengonsumsi dua jenis makanan tersbeut memiliki efek yang sangat berbeda.

Ketika orang mengonsumsi makanan diproses, mereka makan sekira 500 kalori lebih banyak per hari dibanding yang mereka lakukan pada makanan yang kurang diproses. Berat badan mereka juga naik sekira dua pon selama dua pekan dengan pola makan olahan dan kehilangan jumlah yang sama pada makanan yang tidak diproses.

Peserta yang terlibat pun makan lebih cepat ketika makan produk olahan, yang bisa menjadi salah satu alasan mengapa bertambah berat badan. “Makanan olahan cenderung lebih lunak, yang membuatnya lebih mudah dikunyah dan ditelan,” kata Hall.

Dijelaskan Hall, salah satu teorinya ketika seseorang makan lebih cepat, maka tidak memberi cukup waktu untuk memberi sinyal pada otak. Kondisi ini membuat otak tidak menangkap sinyal ketika telah memiliki cukup kalori dan kenyang, sehingga berhenti makan.

“Pada saat otak mendapatkan sinyal itu, sudah terlambat, Anda sudah makan terlalu banyak,” jelas peneliti senior di Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal di National Institutes of Health.

Hormon orang juga berubah tergantung pada bagaimana makanan diproses. Meskipun orang mengatakan mereka merasa sama-sama kenyang dan puas pada kedua pola makan, ternyata makanan yang tidak diproses menyebabkan peningkatan hormon penekan nafsu makan yang disebut PYY dan penurunan hormon ghrelin kelaparan.

“Kedua perubahan hormon ini yang terjadi, untuk alasan yang kami tidak sepenuhnya pahami, cenderung mendukung pengamatan kami,” kata Hall.

Pada makanan yang tidak diproses, orang-orang secara spontan mengurangi asupan kalori. Kondisi ini mengarah pada penurunan berat badan dan kehilangan lemak tubuh, tanpa mereka harus menghitung kalori atau bahkan dengan sengaja melakukannya. ** Baca juga: Yuk, Hentikan Kecanduan Makanan Manis

Menghindari makanan olahan tidak mudah, terutama secara finansial. Dalam studi tersebut, bahan untuk makanan yang tidak diproses harganya sekira 40 persen lebih tinggi dibanding makanan olahan.(ilj/bbs)




Ikuti Cara Konsumsi Makanan Olahan yang Sehat

Kabar6-Menurut anjuran ahli nutrisi, kita harus memenuhi kebutuhan nutrisi harian agar tetap sehat, mencakup empat sehat lima sempurna. Sayangnya, tidak sedikit orang yang karena alasan praktis lebih memilih makanan olahan atau siap saji.

Makanan olahan merupakan makanan yang dibuat melalui proses tertentu seperti pengeringan, pengalengan, pembekuan, pemanasan, pengemasan. Proses ini dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu seperti makanan terasa lebih lezat, tahan lama, nutrisi lebih banyak.

Menurut para ahli, mengonsumsi makanan olahan perlu dibatasi karena tidak baik, terlebih bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus menerus. Namun tentu saja tidak semua makanan olahan berdampak buruk, karena ada beberapa jenis yang dibuat untuk menambah nutrisi.

Pada umumnya makanan olahan memiliki bahan tambahan yang berlebih seperti lemak, gula, garam dan lain-lain untuk mengawetkan. Bahan tambahan tersebut biasanya memiliki kandungan yang cukup banyak, sehingga Anda seringkali tidak dapat mengontrol asupan kalori yang dikonsumsi.

Sebuah penelitian mengungkapkan, salah satu kandungan kimia yang ada dalam makanan olahan yaitu sodium nitrat. Bahan tersebut akan berisiko pada penyakit diabetes karena dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah dan berdampak pada tubuh dalam mengolah gula.

Makanan olahan boleh saja dikonsumsi, asalkan jangan terlalu sering dan tidak dalam jumlah yang banyak. Bagi Anda yang menyukai makanan olahan, terdapat beberapa cara sehat untuk mengonsumsi makanan olahan. Melansir beberapa sumber, batasi makanan olahan dalam kemasan dan lebih baik Anda memasak dan mengelolanya sendiri agar kebersihan dan nutrisi baik tetap terjaga.

Usahakan juga untuk membaca label mengenai informasi gizi yang terkandung dalam makanan olahan tersebut. Perhatikan jumlah kandungan yang tertera, dan Anda perlu menghindarinya dalam takaran per 100 gram, antara lain :

a. kandungan lemak total < 3 gram atau > 17,5 gram.
b. Lemak jenuh < 1,5 gram atau > 5 g/100 gram.
c. Garam < 0,6 gram atau 1,5 gram.
d. Gula > 22,5 gram.

Selanjutnya, perhatikan tangga kedaluwarsa pada kemasan makanan tersebut. Sebaiknya kombinasikan makanan olahan dengan sayuran atau buah. ** Baca juga: 4 Tanda yang Tunjukkan Anda Berlebihan Konsumsi Kopi

Usahakan juga Anda tidak mengonsumsi daging olahan yang memiliki kandungan kalori lebih dari 70 gram/hari atau setara dengan satu iris daging dengan ukuran selembar roti tawar. Cara lain, mengolah kembali makanan tersebut dan membuatnya menjadi menu kreasi Anda sendiri.(ilj/bbs)




Hal Tak Terduga yang Bikin Anda Tampak Sangat Lelah di Pagi Hari

Kabar6-Pernahkah Anda bangun pagi dengan kondisi sangat lelah? Akibatnya, rutinitas pagi menjadi sedikit terganggu. Apa yang menyebabkan kondisi ini terjadi?

Ternyata, tidak hanya kurang tidur di malam hari saja yang dapat membuat Anda tampak lelah. Ternyata terdapat beberapa hal tak terduga yang dapat membuat Anda tampak lelah di pagi hari. Melansir Menshealth, ini dia lima hal yang dimaksud:

1. Kafein
Meskipun Anda mungkin merasa memerlukan kopi di pagi hari untuk mengusir rasa kantuk, tetaplah berhati-hati karena kopi dapat membuat Anda mengalami dehidrasi dan membuat kulit menjadi kering, kusam, dan berkeriput.

Selain itu, kopi juga dapat merusak berbagai antioksidan yang berfungsi untuk melindungi elastisitas kulit Anda. Hal ini juga dapat membuat kulit Anda berkeriput. Jadi pastikan Anda tidak mengonsumsi lebih dari empat gelas kecil kopi setiap harinya.

Anda dapat mengganti kopi dengan teh hijau, karena selain mengandung lebih sedikit kafein, teh hijau juga mengandung banyak antioksidan kuat yang dapat membantu menjaga kesehatan kulit.

2. Makanan olahan
Banyak orang telah mengetahui bahwa gula dan karbohidrat olahan dapat membuat gemuk. Namun tahukah Anda, gula dan karbohidrat olahan juga dapat berdampak buruk pada kulit? Keduanya dapat menghasilkan suatu produk sisa yang memicu terjadinya peradangan di dalam tubuh, yang menyebabkan kerusakan lapisan kolagen pada kulit, yang tentu saja menyebabkan kulit berkeriput.

Selain itu, keduanya juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, yang diperlukan oleh kulit agar tampak segar. Jadi, pastikan Anda tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung banyak gula, tepung putih, atau minyak hidrogenasi, yang biasanya ditemukan pada berbagai makanan olahan.

3. Tidur dalam posisi tengkurap
Pada malam hari, tubuh Anda akan melepaskan cairan dari dalam aliran darah menuju ke berbagai jaringan lunak tubuh Anda, termasuk ke wajah Anda. Seiring dengan berlalunya waktu saat Anda tidur, cairan ini dapat menumpuk di sekitar mata dan membuat kulit yang sangat tipis di sekitar mata merenggang.

Hal ini akan menyebabkan terbentuknya kantong mata pada bagian bawah mata dan membuat Anda terlihat lelah dan tampak lebih tua. Disarankan tidur telentang agar dapat mencegah penumpukkan cairan pada bagian wajah Anda dan mencegah terbentuknya kantong mata.

4. Menderita alergi
Reaksi alergi yang dialami tidak hanya membuat Anda terus bersin atau batuk atau gatal-gatal, tapi juga menyebabkan terbentuknya suatu lingkaran hitam di bagian bawah mata akibat peradangan yang terjadi di dalam tubuh.

Hal ini dikarenakan peningkatan aliran darah ke area tersebut juga turut membawa sel-sel pigmen dan menyebabkan bagian bawah mata Anda menjadi hitam. Jadi, jangan menunda konsumsi obat anti alergi bila menderita alergi, dan bila alergi Anda terjadi hampir setiap harinya, maka pastikan mengonsumsi obat anti alergi secara teratur setiap harinya, meskipun tidak sedang mengalami reaksi alergi untuk mencegah semakin memburuknya gejala alergi.

5. Udara kering
Mungkin Anda pernah terbangun dengan mata merah di pagi hari. Hal ini mungkin disebabkan oleh keringnya udara di dalam kamar tidur Anda. Tidur dengan udara kering dapat menyebabkan hilangnya kelembapan pada mata dan menyebabkan pembuluh darah mata melebar, sehingga Anda tampak lelah atau mengantuk atau keduanya.

Menggunakan alat humidifier di dalam kamar tidur dapat membantu menjaga kelembapan dalam kamar tidur Anda. ** Baca juga: Jauhkan 4 Kebiasaan Buruk untuk Cegah Sistem Imun Tubuh Rapuh

Minimalisir kelima hal tadi agar tubuh bugar saat bangun keesokan harinya.(ilj/bbs)




Begini Jadinya Jika Tubuh Berlebihan Konsumsi Makanan Olahan

Kabar6-Dengan alasan praktis dan mudah diolah, sebagian orang memilih mengonsumsi makanan olahan. Academy of Nutrition and Dietetics mendefinisikan makanan olahan sebagai makanan yang ‘dimasak, dikalengkan, dibekukan, dikemas, atau diubah komposisi nutrisinya’.

Namun di sisi lain, berlebihan mengonsumsi makanan olahan tidak disrankan karena sejumlah alasan kesehatan. Melansir Kompas, berikut dampak buruk yang akan dialami jika mengonsumsi terlalu banyak makanan olahan:

1. Pencernaan
Makanan olahan apapun berisiko mengakibatkan masalah pencernaan. “Makanan-makanan tersebut memiliki tambahan zat kimia dan berpotensi sulit dicerna dan diproses oleh tubuh,” kata Dr. Farshad Fani Marvasti, MPH, direktur kesehatan masyarakat, pencegahan dan promosi kesehatan di University of Arizona College of Medicine

Zat-zat tersebut bisa menjadi racun bagi bakteri baik di tubuh. Untuk mengetahui perbedaan makanan alami dan olahan adalah dengan membaca daftar bahan-bahannya. “Jika kamu tidak mengenali nama bahannya, maka bahan tersebut cenderung tidak alami dan berpotensi mengganggu pencernaan serta masalah kesehatan lainnya,” jelas dr. Marvasti.

2. Gangguan berpikir
Terlalu banyak konsumsi makanan olahan tinggi gula dan karbohidrat sederhana juga bisa menyebabkan gangguan berpikir atau yang kerap dikenal dengan istilah brain fog.

Konsumsi makanan olahan terlalu sering, dijelaskan asisten dokter berlisensi Kate Martino, MS, PA-C, akan mengakibatkan defisiensi sejumlah zat gizi. Di antaranya vitamin, mineral dan antioksidan yang dibutuhkan untuk menambah energi dan kejernihan otak.

Akibatnya, kita akan lebih sulit fokus dan mengerjakan tugas-tugas dengan baik, serta kehilangan energi. “Kemasan makanan olahan umumnya menyebutkan makanan yang kita konsumsi memiliki banyak nutrisi, padahal ketika dibandingkan dengan makanan alami makanan-makanan tersebut jelas kekurangan nutrisi,” katanya.

3. Gula darah rendah
Ketika mengonsumsi terlalu banyak karbohidrat sederhana, gula darah kita akan meningkat. Sebagai upaya untuk menurunkannya dengan cepat, dilakukanlah sekresi insulin.

Semakin tinggi gula darah, semakin banyak sekresi insulin yang dilakukan, sehingga seringkali menyebabkan gula darah justru jatuh ke angka yang sangat rendah. “Hal ini akan menimbulkan rasa lapar, tubuh terasa lemah, tubuh ‘haus’ akan karbohidrat, serta peningkatan nafsu makan,” kata Martino.

4. Sulit berhenti makan
Makanan olahan, dikatakan Martino, seringkali terasa sangat memuaskan. Artinya, setiap kita makan kita akan selalu mendapatkan respons positif. Kondisi ini akan memotivasi diri kita untuk makan lebih sebagai bagian dari bertahan hidup.

Padahal kebanyakan makanan olahan mengandung pemanis dan lemak lebih banyak serta memiliki tekstur spesifik yang membuat siapapun yang memakannya merasa lebih puas.
“Hal ini akan membuat kita lebih susah berhenti makan meskipun sudah merasa kenyang dan sulit menahan nafsu makan yang muncul,” katanya.

Martino kemudian menyinggung soal salah satu pasiennya yang menjadi kurang disiplin dalam menjalankan pola makan. Biasanya hal itu disebabkan terlalu banyak konsumsi makanan olahan.

5. Resistensi insulin
Ketika mengonsumsi makanan olahan dengan sirup jagung tinggi fruktosa, kita akan memaksa hati untuk mengeluarkan lebih banyak gula, meningkatkan level glukosa darah dan berkontribusi meningkatkan produksi insulin untuk menetralkan kondisi tersebut. Demikian dijelaskan ahli gizi teregistrasi bernama Linzi Cruz, LDN, CLT.

Disebutkan, terlalu banyak perbaikan insulin di sekitar sel bisa menyebabkan resistensi insulin. Hal itu adalah penyebab awal pre-diabetes dan obesitas.

6. Gangguan kecemasan
Ketika kecemasan menyerang, kita akan mencari camilan tinggi gula atau makanan olahan lainnya. Sayangnya, semakin banyak konsumsi makanan-makanan tersebut, tingkat kecemasan justru akan bertambah.

Sejumlah studi, dikatakan Cruz, dilakukan untuk mendalami bagaimana makanan-makanan olahan bisa menghilangkan banyak nutrisi penting, seperti Vitamin B, omega 3, magnesium, dan nutrisi kunci lainnya yang berdampak pada kesehatan mental dan mencegah gangguan mental.

7. Ganggu pola tidur
Salah satu hal yang bisa mengganggu keseimbangan ritme sirkadian adalah konsumsi makanan olahan sebelum tidur. “Terlalu banyak karbohidrat olahan serta terlalu sedikit protein dan lemak sehat bisa meningkatkan adrenalin,” jelas Cruz. ** Baca juga: Tidak Disarankan Pegang Ponsel Sepanjang Hari

Konsumsi makanan-makanan manis di malam hari bisa membuat adrenalin melonjak dan hal itu merusak pola alami serotonin dan seringkali mengganggu pola tidur. Yuk, kurangi konsumsi makanan olahan agar kesehatan tetap terjaga.(ilj/bbs)