1

Efek Buruk Punya Tubuh Terlalu Kurus

Kabar6-Sebagian wanita ingin memiliki tubuh kurus, langsing dan cantik. Dengan tubuh langsing, mereka akan lebih percaya diri, merasa lebih memesona dan anggun.

Namun di balik tubuh kurus, ternyata ada sejumlah bahaya yang kurang disadari, bahkan seringkali diabaikan. Melansir cheatsheet, ini efek buruk memiliki tubuh terlalu kurus:

1. Tulang keropos dan lemah
Sebuah studi menyebutkan, seseorang yang memiliki tubuh kurus justru lebih rentan terhadap masalah kepadatan tulang. Hal ini sendiri terjadi karena kurangnya kalsium dan vitamin D dalam tubuh akibat terlalu kurus.

2. Sakit/gangguan hati
Ketika terlalu kurus, bisa jadi tubuh akan memecah organ hati agar pasokan energi tubuh tetap terjaga dan memiliki fungsi normal. Sementara, kondisi tubuh yang terlalu kurus bisa menyebabkan jantung dan hati menjadi abnormal. Menurut American Heart Assosiation, jantung dan hati abnormal bisa memicu kerusakan otak hingga paru-paru.

3. Kesuburan terganggu
Ketika Anda ingin memiliki kesuburan yang baik atau normal, pastikan untuk memiliki berat badan ideal. Jangan biarkan tubuh terlalu kurus. Selain menyebabkan kesuburan terganggu, tubuh terlalu kurus juga memicu masalah seksual seperti disfungsi ereksi dan daya tahan tubuh lemah.

Sebuah studi yang dilakukan pada 2010 mengungkapkan, seseorang yang terlalu kurus memiliki jumlah sperma lebih sedikit dibanding mereka yang memiliki berat badan ideal.

4. Depresi
Sebuah penelitian yang dilakukan di VU University Amsterdam menemukan, seseorang yang terlalu kurus maupun seseorang yang terlalu gemuk akan rentan mengalami stres dan depresi. Bahkan, studi terbaru menyebutkan jika orang yang terlalu kurus lebih rentan mengalami gangguan mental.

5. Anemia
Dari banyak kasus, orang yang terlalu kurus akan mengalami anemia atau kurang darah. Hal ini sendiri terjadi karena nutrisi pada tubuh kurang. Tak hanya itu, tubuh terlalu kurus juga rentan terhadap berbagai serangan penyakit karena daya tahan tubuh yang tak maksimal. ** Baca juga: Ini Alasan Makan di Rumah Lebih Sehat Ketimbang di Luar

Pastikan Anda memiliki pola hidup sehat dan selalu menjaga berat badan dalam kondisi ideal, jangan terlalu kurus dan juga tidak terlalu gemuk.(ilj/bbs)




Jangan Abaikan 5 Tanda Awal Anda Alami Depresi

Kabar6-Setiap orang bisa mengalami depresi. Ada berbagai faktor yang dapat menjadi penyebab depresi, antara lain kelelahan, tekanan batin, rasa kehilangan, trauma dan lain sebagainya.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit federal Amerika Serikat, melansir idntimes, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami depresi. Karena itulah, penting mengetahui tanda-tanda depresi agar Anda bisa melakukan tindakan pencegahan. Apa saja lima tanda awal depresi yang sering diabaikan?

1. Sulit tidur
Jika Anda seringkali kesulitan tidur, padahal merasa lelah dengan aktivitas sehari-hari, kondisi ini perlu diwaspadai. Ya, insomnia yang terjadi terus menerus disertai rasa cemas dan gelisah dapat menjadi salah satu tanda depresi.

Banyak orang yang kesulitan tidur setiap malam, tapi hanya menganggap hal itu sebagai insomnia biasa. Padahal, jika terus menerus dibiarkan, rasa cemas, gelisah dan susah tidur tersebut bisa memengaruhi kesehatan fisik dan mental.

2. Mudah marah
Seseorang yang mengalami depresi umumnya mudah marah bahkan untuk hal-hal yang sepele. Kemarahan bisa muncul begitu saja, apalagi jika aktivitas sehari-hari dirasa terlalu berat dan memberikan tekanan.

Mungkin bukan masalah besar jika Anda hanya sesekali meluapkan kemarahan karena pekerjaan yang melelahkan. Namun jika rasa marah itu selalu saja muncul dan meluap-luap, bahkan tanpa alasan yang jelas, Anda harus curiga mungkin saja mengalami depresi.

3. Sulit berkonsentrasi
Seseorang yang begitu sulit berkonsentrasi bisa menjadi tanda awal depresi. Penderita depresi seringkali kehilangan benda karena lupa di mana meletakkannya.

Pikiran yang tidak menentu dan tidak fokus menjadikan penderita depresi kesulitan berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan sehari-hari. Jika Anda mengalami hal tersebut, jangan diabaikan karena mungkin mengalami gejala depresi.

4. Selalu merasa bersalah
Jika Anda terus menerus merasa bersalah karena suatu hal buruk yang pernah terjadi dalam hidup, mungkin sedang depresi. Misalnya Anda pernah mengalami putus cinta, perceraian, kehilangan seseorang yang disayangi atau lain sebagainya.

Rasa bersalah yang terus menerus menumpuk dalam hati dan membuat seseorang tertekan, jika dibiarkan begitu saja akan membuat seseorang itu mengalami depresi berat.

5. Tidak bersemangat
Seseorang yang selalu merasa sedih dan tidak bersemangat menjalani hidup bisa jadi mengalami depresi. Tidak adanya energi dan semangat dalam diri akan membuat seseorang lesu dan mudah merasa lelah. Belum lagi rasa sedih yang bisa disebabkan oleh berbagai hal.

Hilangnya semangat dalam menjalani hidup tidak boleh dibiarkan begitu saja, sebab hal itu tidak hanya memengaruhi kesehatan tubuh, tapi juga bisa memberikan tekanan batin yang merugikan diri sendiri. ** Baca juga: Kalahkan Depresi dengan 7 Makanan Sehat

Jadi, peduli dengan perubahan diri sendiri membuat Anda bisa meminimalisir depresi.(ilj/bbs)




Kalahkan Depresi dengan 7 Makanan Sehat

Kabar6-Gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat memberikan kontribusi bagi perkembangan masalah kesehatan mental, seperti depresi.

Meskipun begitu, mengonsumsi makanan yang tepat dibarengi tidur yang cukup, serta rutin olahraga, dapat membantu Anda menjaga kesehatan mental.

Penelitian tentang makanan yang tidak dianjurkan untuk kesehatan mental, melansir Sindonews, menyarankan agar Anda ‘membuang’ susu, gula, kafein, dan gluten dari pola makan. Lantas, makanan yang boleh dikonsumsi? Ini tujuh makanan sehat yang dimaksud:

1. Apel
Memiliki kandungan antioksidan tinggi dan kemampuan untuk melawan peradangan sel, melindungi sel-sel Anda terhadap efek berbahaya dari oksidasi dan meningkatkan suasana hati. Serat dalam apel dapat ditingkatkan dengan omega 3 dari mentega almond saat dikonsumsi bersama.

2. Sayuran berdaun hijau
Bayam, selada, kubis dan lainnya melindungi otak Anda dari peradangan, sehingga membantu Anda mengalahkan depresi.

3. Makanan penambah protein
Makanan penambah protein sehat seperti kalkun, tuna, ayam, kacang-kacangan, produk kedelai bermanfaat dalam meningkatkan kewaspadaan, dan meningkatkan suasana hati. Juga memberi Anda energi untuk menjalani hari-hari.

4. Tomat
Asam alfa-lipoat dan asam folat banyak terdapat dalam tomat. Keduanya bermanfaat untuk melawan depresi. Studi menemukan, kekurangan folat adalah hal biasa pada sekira sepertiga orang yang menderita depresi. Asam folat membantu melawan homocysteine, yang menolak produksi bahan kimia bahagia.

5. Jamur
Jamur bermanfaat bagi kesehatan mental dalam dua cara. Pertama, jamur membantu menurunkan kadar insulin dalam darah yang meningkatkan suasana hati Anda. Kedua, jamur memiliki efek probiotik yang memperkuat pertumbuhan bakteri usus yang sehat. Ini baik untuk suasana hati Anda karena serotonin 80-90 persen (bahan kimia bahagia) diproduksi oleh sel-sel saraf di usus.

6. Bawang
Semua allium yang mengandung sayuran, seperti bawang putih, bawang merah, daun bawang, daun bawang, daun bawang, bawang merah dikaitkan dengan pengurangan risiko beberapa jenis kanker.

Antioksidan flavonoid dalam bawang dapat membantu menjaga usus tetap sehat. Saluran pencernaan yang sehat secara langsung berkontribusi pada suasana hati yang baik.

7. Kacang kenari
Kacang kenari kaya akan asam lemak Omega 3, yang memiliki efek meningkatkan mood pada otak. Banyak penelitian telah menyoroti manfaat omega 3 dalam mengurangi gejala depresi dan membantu fungsi otak.

Karena otak terdiri dari 80 persen lipid, lemak sehat yang ditemukan dalam kacang kenari memperkuat fungsinya. ** Baca juga: Penelitian: Orang Lebih Nyaman Berinteraksi dengan Mereka yang Kepribadiannya Nyaris Sama

Selamat mencoba.(ilj/bbs)




Tidak Hanya Fisik, Kesehatan Mental pun Perlu Diperhatikan

Kabar6-Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kesehatan mental adalah kondisi sejahtera di mana setiap individu bisa mewujudkan potensi mereka sendiri.

Kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang meninggalkan dampak besar pada kepribadian dan perilaku seseorang.

Peristiwa-peristiwa tersebut dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, atau stres berat jangka panjang. Sayangnya, kesadaran sebagian masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan mental masih kurang.

Lantas, mengapa kesehatan mental juga perlu diperhatikan? Melansir idntimes, berikut uraiannya:

1. Mental dapat pengaruhi kesehatan fisik seseorang
Menurut sebuah penelitian, depresi mampu meningkatkan risiko penyakit arteri koroner. Dalam penelitian yang berjudul ‘Depression and Coronary Artery Disease’ tersebut juga dikatakan bahwa depresi dan arteri koroner memiliki hubungan dua arah.

Penelitian itu membuktikan, kesehatan mental dan kesehatan fisik sangat berkaitan satu sama lain. Jika pikiran tenang tanpa beban yang menumpuk, otomatis Anda akan lebih bergairah dan bersemangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Sebaliknya, jika dalam kondisi dengan pikiran yang menumpuk, hal tersebut akan membuat Anda malas bergerak dan hanya bermalas-malasan di tempat tidur. Jika dibiarkan, tentunya hal tersebut dapat mengganggu kesehatan fisik.

2. Orang yang memiliki masalah kesehatan mental cenderung mengganggu orang disekitarnya
Ketika seseorang memiliki masalah pada kesehatan mental, maka mereka tidak akan sepenuhnya memiliki kondisi batin yang tentram dan tenang. Mereka tidak bisa menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitarnya.

Bahkan, mereka cenderung mengganggu orang lain disekitarnya yang mungkin akan menimbulkan sebuah masalah fatal. Jadi, ketika Anda merasa bahwa kesehatan mental sedang mengalami masalah, tidak ada salahnya menemui psikolog untuk membantu menangani hal tersebut.

3. Masalah kesehatan mental dapat memicu seorang remaja untuk melakukan berbagai tindakan negatif
Penelitian menunjukkan, saat remaja otak akan berkembang lebih besar, artinya otak mampu menangkap segala sesuatu untuk dikonversikan sebagai tindakan. Lingkungan sosial sangat berpengaruh besar di dalam kasus ini.

Sebagian besar remaja mengalami depresi dan kecemasan. Hal ini sangat umum terjadi di kalangan remaja. Di awal usia 20-an, remaja lebih sensitif untuk terkena gangguan mental.

Bahkan, remaja lebih berpotensi untuk mengalami gangguan mental seperti masalah sekolah, kuliah, kurang tidur, bermain, dan percintaan. Tak jarang pula para remaja ini memilih untuk mengonsumsi obat-obatan dan alkohol untuk melupakan masalahnya.

4. Jika kesehatan mental baik, maka Anda bisa menjalani kehidupan dengan penuh tanggung jawab dan percaya diri
Menjalani kehidupan degan baik memang bukanlah pekerjaan yang mudah.

Seringkali Anda mungkin bekerja secara ambisius, asal-asalan, malas dan sebagainya. Alhasil, Anda mendapatkan masalah yang akhirnya membuat kesehatan mental jadi terganggu. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk menjaga kesehatan mental.

Ketika kesehatan mental tidak terganggu, hal tersebut bisa menyebabkan seseorang memiliki kepribadian yang baik dan tentunya bisa menjadi lebih bijaksana.

Mereka yang bermental sehat, tidak memiliki hambatan apa pun untuk berpikir dan bertindak. Seseorang yang bermental sehat juga cenderung percaya diri. ** Baca juga: Langkah Aman Olahraga di Tempat Umum Selama New Normal

Jadi jangan hanya fisik, kesehatan mental pun harus diperhatikan.(ilj/bbs)




Berada di Alam Bebas Berikan Efek Positif untuk Otak dan Kesehatan Mental

Kabar6-Sebuah studi yang diterbitkan dalam The Journal of Positive Psychology pada 2018 menemukan, menghabiskan lima menit di luar rumah dikaitkan dengan peningkatan suasana hati yang signifikan.

Ada lima cara, melansir tempo.co, yang dapat memengaruhi otak Anda saat berada di alam bebas. Apa sajakah itu?

1. Kesehatan mental
Sebuah studi jangka panjang yang diterbitkan dalam Environmental Science & Technology pada 2014 menemukan, rata-rata orang yang pindah ke area lebih hijau mengalami peningkatan segera dalam kesehatan mental dan kurang tekanan mental.

Peningkatan kesehatan mental juga tahan lama, mempertahankan efeknya bahkan tiga tahun setelah pindah. Studi ini menambah bukti yang berkembang dalam mendukung mengintegrasikan lebih banyak ruang hijau seperti taman umum di kota-kota untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.

“Temuan ini penting bagi perencana kota yang berpikir tentang memperkenalkan ruang hijau baru ke kota-kota kami, menyarankan mereka dapat memberikan manfaat jangka panjang dan berkelanjutan bagi masyarakat lokal,” kata Dr. Ian Alcock, pemimpin peneliti.

2. Kurangi depresi
Sebuah studi yang diterbitkan di PNAS pada 2015 menemukan, peserta yang berjalan selama 90 menit melalui taman hijau di kampus, dibandingkan berjalan di dekat jalan raya di dekatnya, menunjukkan otak yang ‘lebih tenang’ dan kurang memperhatikan aspek negatif dari kehidupan mereka dalam pemindaian otak lanjutan dan kuesioner.

Mereka juga mengalami penurunan aktivitas di korteks prefrontal subgenual, area otak yang terkait dengan depresi. Pada dasarnya, berjalan di alam terbukti memiliki efek positif yang hampir langsung pada suasana hati secara keseluruhan.

3. Tingkatkan kesehatan secara keseluruhan
Sebuah analisis mendalam dari 143 studi yang diterbitkan pada 2018 di Environmental Research, menemukan bahwa manfaat kesehatan dari ruang hijau pada manusia termasuk peningkatan detak jantung dan tekanan darah, penurunan yang signifikan secara statistik dalam kadar kolesterol, peningkatan durasi tidur dan hasil neurologis.

Mereka juga terkait dengan pengurangan dalam prevalensi diabetes tipe II, mortalitas kardiovaskular, dan mortalitas keseluruhan.

4. ‘Tingkat’ alam yang berbeda dapat miliki efek yang berbeda
Para peneliti menemukan bahwa mengunjungi kedua lingkungan hijau sangat membantu dalam mengurangi tanda stres fisik dan psikologis pada peserta, tetapi orang-orang di hutan belantara melaporkan penurunan tingkat stres yang paling signifikan, relatif terhadap dua kelompok lainnya.

Jika Anda benar-benar ingin memanfaatkan waktu di luar rumah, melakukan perjalanan mendaki atau berkemah mungkin merupakan pilihan terbaik. ** Baca juga: Ketahui 4 Tipe PMS yang Dialami Kaum Hawa Tiap Bulan

5. Bantu tingkatkan fungsi perhatian jangka pendek
Sebuah studi pada 2014 yang diterbitkan dalam Experimental Aging Research menemukan, perhatian eksekutif terlihat meningkat baik pada orang dewasa yang lebih tua (64 hingga 79 tahun) dan subjek berusia universitas (18 hingga 25 tahun) setelah paparan singkat dengan foto-foto alam.

Berita baik bagi penduduk kota dengan akses ke alam yang lebih sedikit, perhatian para peserta segera sebelum dan setelah melihat foto-foto alam diukur, dan penelitian menemukan bahwa melihat foto-foto itu benar-benar meningkatkan perhatian dan ingatan jangka pendek pada kedua kelompok umur.(ilj/bbs)




Kenali 6 Tanda Anda Berlebihan Konsumsi Gula

Kabar5-Selama Lebaran mungkin Anda tidak bisa lagi mengingat sudah berapa banyak kue atau makanan bersantan yang dikonsumsi. Padahal tanpa Anda sadari, tubuh kita sebenarnya selalu memberikan sinyal saat kesehatan sedang menurun.

Salah satunya saat kita kebanyakan mengonsumsi makanan manis atau mengandung tinggi gula. Melansir MSN, ada enam tanda tubuh yang menunjukkan Anda telah berlebihan mengonsumsi makanan atau minuman yang tinggi gula. Apa sajakah itu?

1. Jerawatan
Selain mengganggu pencernaan, kelebihan asupan gula juga bisa merusak kulit dan memicu pertumbuhan jerawat. Riset pada 2007 yang dipublikasikan dalam The American Journal of Clinical Nutrition mengaitkan breakout pada kulit dengan konsumsi gula yang berlebihan.

Gula meningkatkan produksi hormon androgen yang memicu jerawat. Tanda lebih spesifiknya adalah munculnya jerawat sekitar rahang dan mulut.

2. Sulit BAB
Sebuah penelitian pada 2017 yang berjudul ‘Diet-driven microbiota dysbiosis is associated with vagal remodeling and obesity’ mengungkapkan bahwa gula bisa mengurangi keberagaman bakteri sehat di pencernaan hanya dalam waktu seminggu.

Akibatnya, kinerja pencernaan jadi lebih lamban dan terganggu. Mereka yang mengonsumsi gula dalam jumlah banyak juga cenderung kekurangan asupan serat.

3. Susah fokus
Seluruh bagian tubuh kita, termasuk otak menggunakan karbohidrat dan gula sebagai bahan bakar, sehingga saat gula darah anjlok, otak akan sulit untuk berkonsentrasi.

Konsumsi gula yang berlebihan ini rupanya dapat membuat gula darah meningkat tajam selama beberapa saat, lalu turun drastis setelahnya. Energi kita juga akan ikut menurun, membuat makin sulit untuk fokus dan berkonsentrasi.

4. Depresi
Tak hanya sulit fokus, lebih banyak mengonsumsi gula bisa memicu depresi. Meski bikin bahagia, konsumsi makanan manis yang berlebihan justru punya efek sebaliknya.

Studi yang dipublikasikan dalam Scientific Report pada 2017, ditemukan bahwa kadar gula yang berlebihan akan memicu ketidakseimbangan pada senyawa otak tertentu. Akibatnya, bisa meningkatkan peluang timbulnya gangguan mental seperti depresi dan sindrom kecemasan.

5. Merasa makanan selalu kurang manis
Mengonsumsi makanan manis terlalu sering dapat mengubah cara lidah kita merasakan manis. Ekspektasi terhadap rasa manis pun jadi meningkat, sehingga saat menyantap makanan apa pun, rasanya jadi hambar.

Cara paling mudah untuk mengeceknya adalah dengan mengonsumsi buah-buahan. Kalau menurut Anda itu sudah kurang manis, sebaiknya singkirkan makanan manis.

Pada dasarnya buah sudah memiliki kandungan gula yang cukup tinggi. Jadi, kurangi konsumsi pemanis tambahan sebisa mungkin, untuk menstabilkan kemampuan tubuh dalam merasakan manis.

6. Tidak pernah merasa kenyang
Gula akan membuat gula darah cepat meningkat, namun juga cepat anjlok kembali. Ketidakstabilan tersebut akan membuat kita merasa lebih lapar dan ingin menyantap lebih banyak makanan manis.

Selain itu, gula juga tak memiliki kandungan serat serta protein, dan tak akan membuat Anda merasa kenyang. ** Baca juga: Ini 7 Mitos Seputar Rambut

Batasi konsumsi gula agar tidak berlebihan sehingga kesehatan Anda tetap terjaga.(ilj/bbs)




Selama Karantina di Rumah, Penting untuk Mengatur Mood

Kabar6-Selain bekerja dari rumah, apa yang Anda lakukan selama di rumah saja? Sebuah studi baru menemukan, orang dengan depresi cenderung menggunakan kegiatan untuk membantu mengatur suasana hati mereka. Ini adalah sesuatu yang bahkan lebih sulit dilakukan selama pandemi COVID-19.

Penelitian tersebut, melansir Medicalnewstoday, meneliti sejumlah kegiatan yang dapat digunakan orang sebagai bentuk pengaturan suasana hati untuk mencegah depresi. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah orang dengan depresi cenderung merencanakan kegiatan mereka untuk pengaturan suasana hati.

Homeostasis yang tidak mencukupi, merupakan ‘kegagalan untuk menstabilkan suasana hati melalui kegiatan yang mengubah suasana hati’, seperti yang dikatakan penelitian ini, kemungkinan akan diperburuk oleh pilihan kegiatan terbatas yang tersedia selama penguncian.

“Ketika kita jatuh, kita cenderung memilih untuk melakukan hal-hal yang menghibur kita, dan ketika kita bangun, kita dapat melakukan kegiatan yang cenderung membuat kita jatuh. Namun, dalam situasi kami saat ini dengan COVID-19, penguncian, dan isolasi sosial, pilihan kegiatan kami sangat terbatas,” ungkap Guy Goodwin, Penulis studi senior dari University of Oxford di Inggris.

Secara global, lebih dari 264 juta orang mengalami depresi. Menurut National Institutes of Health (NIH), depresi berat adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang paling umum di Amerika Serikat.

NIH memperkirakan bahwa 17,3 juta orang, atau 7,1 persen dari populasi orang dewasa di negara itu, memiliki setidaknya satu episode depresi besar.

Untuk memastikan sejauh mana kurangnya pengaturan suasana hati merupakan faktor dalam depresi, Goodwin dan rekannya menganalisis sejarah 58.328 peserta, membandingkan mereka dengan suasana hati yang kurang baik (depresi) dan suasana hati yang tinggi. Tim ini termasuk orang-orang dari daerah berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi dalam kohort.

Secara khusus, para peneliti melacak sejauh mana orang menanggapi suasana hati mereka melalui pilihan kegiatan mereka sepanjang hari. Mereka menemukan hubungan yang signifikan antara jarang atau tidak pernah mempraktikkan bentuk pengaturan suasana hati dan depresi ini.

Secara khusus, dalam simulasi komputer, para peneliti menemukan bahwa regulasi suasana hati yang tidak memadai memprediksi episode depresi yang lebih sering dan lebih lama.

Orang-orang yang secara proaktif memilih urutan kegiatan yang mereka lakukan cenderung memiliki suasana hati yang rendah. ** Baca juga: 4 Hal yang Disarankan Agar Tidak Merasa Lemas Saat Berpuasa

“Penelitian kami menunjukkan peraturan suasana hati yang normal ini terganggu pada orang dengan depresi, memberikan target langsung baru untuk penelitian lebih lanjut dan pengembangan perawatan baru untuk membantu orang dengan depresi,” demikian catatan Goodwin.

Para penulis penelitian mengusulkan bahwa memberikan saran kegiatan yang ditargetkan dengan baik untuk orang dengan depresi dapat membantu mereka mengatur suasana hati mereka dan mencegah episode depresi.

Karena pengobatan hanya bekerja untuk sekira 50 persen orang dengan depresi, ini dapat mewakili arah baru yang penting untuk pengobatan.

“Dengan melatih orang untuk meningkatkan homeostasis suasana hati mereka sendiri, bagaimana seseorang secara alami mengatur suasana hati mereka melalui pilihan kegiatan mereka, kita mungkin dapat mencegah atau lebih baik mengobati depresi,” ungkap Maxime Taquet, penulis utama studi.

“Ini mungkin menjadi penting pada saat terkunci dan isolasi sosial, ketika orang lebih rentan terhadap depresi dan ketika pilihan kegiatan tampak dibatasi.”

Dalam menganalisis sejarah para peserta, para peneliti juga menemukan bahwa jenis kegiatan yang dilakukan para peserta yang mengatur suasana hati mereka bervariasi tergantung pada tingkat pendapatan mereka.

Di negara-negara berpenghasilan tinggi, orang lebih cenderung memilih olahraga untuk pengaturan suasana hati. Dalam populasi berpenghasilan rendah, individu lebih cenderung memilih kegiatan keagamaan.(ilj/bbs)




Benarkah Stres Berkepanjangan Bikin Umur Lebih Pendek?

Kabar6-Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris, merasa sedih atau stres disebut tidak akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang.

Namun, penemuan ini ternyata berbeda dengan hasil berbagai penelitian lainnya yang menyatakan bahwa, merasa tidak senang atau stres dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan seseorang, terutama kesehatan jantung.

Para ahli, melansir BBC, mengatakan bahwa rasa tidak bahagia yang dialami di masa kanak-kanak masih tetap memiliki efek jangka panjang pada seseorang. Berbagai penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa seberapa bahagia seseorang juga sangat menentukan seberapa lama usia mereka nantinya. Para ahli menduga, hal ini berhubungan dengan kadar hormon stres atau daya tahan tubuh orang tersebut, yang dapat membuat risiko kematian meningkat.

Pada penelitian baru ini, para ahli meminta para peserta untuk memeriksa kesehatan, kebahagiaan, dan kadar stres mereka secara teratur. Hasilnya, para ahli tidak menemukan adanya hubungan langsung antara tingkat kebahagiaan peserta atau kadar stres peserta dengan risiko kematiannya selama penelitian berlangsung (10 tahun).

Hasil ini bahkan tetap sama setelah para ahli memasukkan juga berbagai faktor lainnya seperti keadaan kesehatan dan kebiasaan merokok peserta. ** Baca juga: Buka Puasa dengan Air Dingin atau Air Hangat, Mana yang Lebih Disarankan?

Salah seorang peneliti lainnya yang berada di Australia mengatakan, “Memang benar bahwa menderita suatu penyakit akan membuat seseorang merasa tidak bahagia, akan tetapi merasa tidak bahagia itu sendiri sebenarnya tidak dapat membuat Anda jatuh sakit.”

Seorang ahli lainnya dari Amerika mengatakan, memang benar bahwa seorang perokok ringan memiliki risiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami kematian dini dan perokok lainnya memiliki risiko tiga kali lebih tinggi untuk mengalami kematian dini. Tetapi tidak demikian halnya dengan rasa tidak bahagia dan stres.

Para peneliti hanya menemukan beberapa hubungan tidak langsung antara ketidakbahagiaan dan stres, dengan peningkatan risiko terjadinya kematian dini.

Hal ini karena orang-orang yang stres atau tidak bahagia lebih sering mengonsumsi minuman beralkohol dan makan secara berlebihan, yang memang memiliki efek langsung terhadap kematian dini.(ilj/bbs)




Apa Penyebab Anda Bisa Mendadak Merasa Sedih?

Kabar6-Pernahkan Anda mendadak mengalami perasaan sedih, namun tidak mengetahui apa penyebabnya? Sebenarnya kondisi tersebut bisa dijelaskan secara ilmiah.

Ada beberapa gangguan psikologis dan neurologis yang bisa menyebabkan seseorang bisa merasa sedih secara mendadak. Rasa sedih, melansir Fimela, merupakan salah satu perasaan yang muncul ketika ada hal yang kurang menyenangkan perasaan kita. Namun, jika Anda tiba-tiba merasa sedih dan hal itu sering terjadi, maka harus mulai mawas diri dan mulai bertanya apa yang sebenarnya terjadi.

Perasaan sedih secara mendadak dalam waktu yang lama tentu membuat kondisi Anda tidak nyaman, termasuk bagi orang lain. Lantas, apa penyebab Anda bisa merasa sedih secara mendadak?

1. Gejala depresi
Depresi adalah gangguan suasana hati yang membuat Anda merasa sedih berlarut-larut. Biasanya, gejala ini berlangsung lebih dari beberapa minggu.

Hal tersebut membuat Anda merasa kehilangan minat untuk melakukan berbagai kegiatan, sekalipun itu adalah hobi yang sangat disukai.

Adapun gejala lain yang bisa dirasakan adalah perasaan muram, putus asa, merasa tidak berharga, lemas dan sulit berkonsentrasi. Apabila Anda merasakan kesedihan hingga membuat menangis, artinya Anda sedang mengalami gejala depresi ringan karena masih bisa mengungkapkannya lewat air mata.

Namun apabila sudah masuk dalam gejala berat, biasanya Anda akan kesulitan mengekspresikan perasaan, bahkan menangis pun terasa sulit.

2. Gangguan kecemasan
Setiap orang pasti memiliki tingkat kecemasannya masing-masing, ada yang bisa mengontrolnya dan terlihat baik-baik saja, namun ada juga tidak pandai menutupinya.

Kecemasan yang Anda rasakan, perasaan takut, khawatir, gelisah, gugup, dan tidak percaya diri mendorong perasaan sedih tersebut secara mendadak. Hal tersebut terjadi karena secara tidak sadar Anda terus merasakannya, bahkan sesekali mudah terlintas hal apa yang membuat Anda cemas tersebut.

3. Perasaan kehilangan
Anda sebenarnya sedang merasa kehilangan sesuatu, ataupun seseorang, hingga mendadak menjadi sedih karena ada banyak hal yang mengingatkan Anda dengannya.

Anda masih belum bisa menerima kehilangan sesuatu, dan terus mempertanyakannya. Anda berharap bisa mengubah keadaan tetapi tidak. Hal itulah yang membuat Anda mendadak sedih.

4. Memori buruk atau trauma
Anda masih memiliki trauma atau memori buruk tentang apa yang pernah dialami. Memori ini terus terngiang dalam pikiran hingga membuat Anda sedih. Bisa jadi Anda merasa memiliki pertanyaan atau sesuatu yang belum bisa diucapkan karena trauma tersebut.

Setiap orang pasti pernah mengalami masa terburuk dalam hidupnya yang mungkin sulit dilupakan. Namun, ketika Anda tidak bisa menerimanya sebagai sebuah proses dan perjalanan hidup, maka trauma itu akan selalu jadi emosi negatif. ** Baca juga: Tetap Lapar Meski Sudah Sahur, Atur Pola Makan Anda

Cari tahu penyebab mengapa Anda sering mendadak merasa sedih, agar kesehatan mental pun terjaga.(ilj/bbs)




Apa Penyebab Tubuh Mudah Letih Saat Work From Home?

Kabar6-Rutinitas harian tiap orang selama work from home (WFH) atau bekerja dari rumah, otomatis akan berubah. Namun di satu sisi, tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian orang justru merasa gampang letih selama bekerja dari rumah.

Rasa letih tersebut bisa disebabkan oleh sejumlah faktor yang kompleks. Melansir Fimela, berikut beberapa penyebab tubuh mudah letih saat WFH:

1. Stres
Stres kronis bisa mengganggu sistem stres tubuh, dan menjadi penyebab umum keletihan kronis. Istilah keletihan adrenal mengacu pada kondisi stres kronis yang dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan produksi kortisol.

Bekerja dari rumah dalam kurun waktu yang lama bisa menyebabkan stres. Hal inilah yang kemudian bisa membuat kita merasa gampang letih.

2. Pola makan yang buruk
Sebagian besar orang yang mengalami kondisi tubuh gampang letih disebabkan oleh pola makan yang buruk. Kurang konsumsi buah dan sayur, kekurangan vitamin dan mineral, dan terlalu banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula bisa jadi penyebabnya. Untuk itu, selama di rumah usahakan untuk mengatur pola makan jadi lebih baik dan bernutrisi.

3. Ketidakseimbangan hormon
Keletihan bisa disebabkan oleh kadar hormon yang tidak seimbang seperti hormon tiroid, testosteron, estrogen, dan progesteron. Kadar hormon tirodi yangrendah bisa menyebabkan penyakit autoimun tiroid yang merupakan salah satu gangguan paling umum yang berkaitan dengan hormon.

Pada wanita, gejala menopause seperti berkeringat pada malam hari juga dapat menyebabkan keletihan. ** Baca juga: Tidak Sembarangan, Pakai Hand Sanitizer dengan Cara yang Benar

4. Kecemasan dan depresi
Sebagian besar orang yang mengalami depresi akan merasa gampang letih. Dalam sebuah penelitian, lebih dari 90 persen pasien dengan depresi mayor mengalami keletihan parah, meski lebih dari 80 persen pasien tersebut telah mengonsumsi obat anti depresi.

5. Gaya hidup sedentary
Sedentary adalah gaya hidup di mana seseorang kurang dalam aktivitas fisik. Bekerja dari rumah mungkin membuat kita jadi kurang bergerak. Kurang olahraga dan kurang aktivitas fisik dapat menurunkan kondisi tubuh dan sistem kardiovaskuler.

Kondisi ini pun bisa menyebabkan keletihan. Untuk itu, penting bagi kita untuk tetap menjaga pola hidup dengan cukup gerak dan aktivitas fisik selama di rumah untuk membuat tubuh lebih energik.

Jaga pola makan sehat dan rutin berolahraga selama pandemi COVID-19.(ilj/bbs)