1

Sinar Biru Dari Ponsel Tidak Baik untuk Kulit

kabar6.com

Kabar6-Selain terik sinar matahari, banyak pakar yang menyebutkan bahwa hal yang membahayakan kesehatan kulit adalah sinar biru dari ponsel dan perangkat digital yang selalu Anda bawa.

Dr Stefanie Williams, seorang dokter kulit di London, mengungkapkan kebiasaan masyarakat terutama generasi muda, kini sangat lekat dengan aneka perangkat digital dan jumlahnya semakin meningkat.

“Kami sekarang melihat adanya peningkatan data tentang potensi bahaya jangka panjang terhadap kulit dari sinar yang tampak, khususnya sinar biru,” kata Stefanie.

Fakta menyebutkan, kaum milenial memeriksa ponsel mereka rata-rata 150 kali sehari. Lalu pada 2016, seperti dilansir HarpersBazaar, ditemukan bahwa orang dewasa rata-rata melihat perangkat digital merek lebih dari 10 jam dalam sehari. Jumlah itu jauh lebih banyak dari sinar yang didapatkan dari matahari.

Dr Murad, seorang dokter kulit yang berpengaruh di balik merek perawatan kulitnya, menjelaskan bahwa menghabiskan 4-8 jam bekerja di depan komputer sama saja memaparkan Anda di tengah sinar matahari selama 20 menit.

Sinar biru, atau juga disebut sebagai High Energy Visible atau HEV, dapat menimbulkan kerusakan kulit potensial melalui pembentukan radikal bebas. “Sinar biru telah terbukti menginduksi stres oksidatif pada kulit hidup,” kata Dr Stefanie. Hal tersebut dapat berkontribusi pada penuaan kulit, seperti paparan UVA, bahkan ketika kulit seharusnya belum mengalami penuaan. ** Baca juga: Sering Diremehkan, Ceker Ayam Ternyata Miliki Manfaat Bagi Tubuh

Ditambahkan, “Sinar biru bahkan memiliki kemampuan untuk menembus lebih jauh ke dalam kulit dibandingkan dengan sinar UVA dan UVB. Sinar mampu menembus semua jalan ke dermis, tempat kolagen dan elastin hidup.” ** Baca juga: Europixpro Door, Produk Anak Negeri Berkualitas Dunia

Yuk, kurangi kebiasaan memakai perangkat digital agar kulit menjadi lebih sehat.(ilj/bbs)




Benarkah Saat Musim Panas Ukuran Mr P Bertambah Besar?

kabar6.com

Kabar6-Hingga kini tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa semakin tinggi suhu udara, maka tingkat hormon pun semakin memuncak. Dan hal ini kemudian dikaitkan dengan pembesaran Mr. P secara tidak langsung. Benarkah anggapan tersebut?

Landon W. Trost, MD, seorang ahli urologi dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, melansir Okezone menjelaskan, dirinya tidak memiliki bukti konklusif untuk pertanyaan ini. Ditekankan, fluktuasi Mr.P jika dilihat dari musim bukanlah subjek di mana orang tertarik untuk menelitinya, tapi jika ingin jawaban, semua itu subjektif.

“Meski ada kemungkinan di sana, tapi saya rasa itu tidak hanya bicara mengenai ukuran, tetapi nagaimana ereksi yang terjadi di musim panas ini,” kata Trost.

Diketahui, ereksi berkaitan erat bukan hanya pada musim, tetapi juga saraf yang sama, yang mengontrol semua fungsi otomatis, seperti bernapas dan detak jantung, pun melebarkan pupil. Semua itu berhubungan erat dengan bagaimana ereksi terjadi

“Ini adalah sistem saraf otonom dan memiliki dua keadaan dasar, melawan atau terbang (sistem simpatis), dan beristirahat dan mencerna (sistem parasimpatik),” tambah Trost.

Sistem simpatik adalah semacam anti-ereksi untuk sebagian besar. Sebaliknya, ereksi terjadi di sistem parasimpatik. “Itu saat Anda tidak berada di bawah ancaman apa pun, tidak ada bahaya di sekitar Anda, dan tubuh memprioritaskan sistem lain seperti pencernaan dan fungsi seksual,” urai Trost.

Semuanya sangat intuitif, rileksasi menyalakan getaran seksi, sementara stres membunuh suasana hati. Seperti halnya suhu dingin yang mengejutkan, yang kadang kala membuat Mr P mengkerut atau bagian tubuh lainnya juga, sedangkan musim panas yang lembut biasanya akan melebarkan pembuluh darah. Itu berarti peningkatan aliran darah di musim panas yang akhirnya dapat mendorong ereksi lebih maksimal.

“Secara teoritis konsep ini benar. Saat musim panas, aliran darah meningkat dan itu kenapa ereksi lebih mudah terjadi. Ya, sekali pun Mr. P Anda berukuran biasa saja,” sambung Trost.
** Baca juga: Kenali 3 Pola Pikir yang Jadi Penyebab Stres

Trost melanjutkan, beberapa faktor lain mungkin berkontribusi pada kemungkinan adanya ‘Mr.P musim panas’ ini. Untuk Anda yang cenderung lebih aktif di musim panas ini, banyak olahraga akan memengaruhi kualitas ereksi. ** Baca juga: Europixpro Door, Produk Anak Negeri Berkualitas Dunia

Selain itu, suasana hati seseorang mungkin lebih baik di musim panas daripada di musim dingin, meskipun beberapa orang mengalami gangguan afektif musiman khususnya di musim panas, dan ketika suasana hati membaik, libido meningkat, dan kondisi ini juga dapat memaksimalkan ‘ketegangan’ Mr P.(ilj/bbs)




Kenali 3 Pola Pikir yang Jadi Penyebab Stres

Kabar6-Tiap orang tentu pernah mengalami stres karena berbagai sebab. Nah tahukah Anda, pola pikir kita dalam merespon dan mengatasi masalah ternyata juga sangat mempengaruhi tingkat stres?

Apabila Anda sering merasa stres, ada kemungkinan Anda memiliki pola pikir penyebab stres tersebut. Melansir journal.sociolla, berikut adalah tiga pola pikir penyebab stres:

1. Pola pikir sibuk
Saat ada pertanyaan, apa yang sedang Anda lakukan, jawaban apa yang akan Anda berikan? Apakah Anda lebih sering menjawab dengan kalimat “Saya sedang sibuk nih”.

Dengan pola pikir seperti ini, Anda akan perlahan membentuk diri menjadi manusia sibuk yang selalu tertekan. Bahkan hal kecil pun bisa membuat stres, karena Anda merasa tidak punya waktu untuk mengurusi hal lain. Banyak yang akan rugi dengan pola pikir ini, mulai dari diri Anda sendiri hingga hubungan Anda dengan orang lain, termasuk dengan keluarga dan pasangan,

Jadi, sebelum membuat orang terdekat kecewa dan membuat Anda tambah stres, lakukan hal berikut. Saat Anda merasa sibuk, coba berhenti sejenak dan lihat apa yang Anda kerjakan. Mulailah untuk membuat jadwal berdasar skala prioritas, agar hidup lebih teratur dan stres berkurang.

Pada akhirnya, Anda bisa melihat kalau sebenarnya Anda tidak sesibuk yang dibayangkan, dan ternyata memiliki cukup banyak waktu luang untuk melakukan hal lain.

2. Pola pikir perfeksionis
Dari kacamata psikologi, perfeksionisme didefinisikan sebagai ‘sifat multi-dimensional yang dimiliki seseorang dalam mengejar kesempurnaan dan standar performa yang sangat tinggi, dan biasanya dibarengi dengan evaluasi hasil yang berlebihan’.

Sebuah penelitian sudah membuktikan adanya hubungan antara sifat perfeksionisme tinggi dengan tingkat stres yang sangat tinggi. Mereka yang memiliki pola pikir perfeksionis biasanya mudah stres, gampang marah, dan sulit menerima kegagalan.

Pertanyaannya, apakah Anda tipe orang yang bisa stres karena melihat sesuatu tidak berjalan 100 persen sempurna sesuai dengan keinginan? Apakah kekurangan kecil bisa menjadi masalah besar yang membuat Anda kepikiran terus sampai tidak bisa fokus mengerjakan pekerjaan atau aktivitas lain?

Lain kali saat Anda merasa seperti ini, ingatlah kalau kenyataan seringkali datang dengan berbagai kekurangan. Coba lihat kekurangan itu sebagai peluang untuk berimprovisasi dan menjadikan sesuatu lebih baik dari sebelumnya. Perlahan tapi pasti, Anda akan mulai menghadapi hidup dengan lebih ringan.

3. Pola pikir kebal stres
Seringkali Anda merasa stres tak akan pernah hinggap di pikiran. Ternyata, pemikiran seperti ini akan membuat Anda lebih sering terkena stres parah. Jadi, daripada menganggap diri Anda kebal stres, lebih baik terapkan tiga langkah ampuh untuk menghilangkan stres. ** Baca juga: Tidur Gunakan Kipas Angin Ganggu Kesehatan

Pertama, Anda harus menyadari bahwa stres bisa memengaruhi siapa saja, serta punya risiko merusak fisik dan psikis. Kedua, Anda harus sadar bahwa stres muncul akibat respon Anda terhadap suatu masalah, dan ketahui bahwa Anda punya kemampuan untuk mengendalikan respon negatif menjadi energi positif. Dan ketiga, gunakan energi positif tersebut untuk mencari solusi masalah yang dihadapi. ** Baca juga: Europixpro Door, Produk Anak Negeri Berkualitas Dunia

Yuk, hadapi stres dengan cerdas.(ilj/bbs)




Hati-hati, Kerja ‘Dikejar’ Deadline Pengaruhi Kesehatan

kabar6.com

Kabar6-Sebagian besar orang, mungkin juga termasuk Anda, memiliki pekerjaan yang bersinggungan dengan deadline. Akibatnya seringkali Anda harus berlomba dengan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan, yang di sisi lain bisa menimbulkan stres.

Kimberly Key, seorang praktisi psikologi sekaligus mantan presiden divisi dari American Counseling Association membeberkan dampak buruk deadline bagi otak, kesehatan, dan hasil kerja kita.

Kimberly yang juga penulis buku ‘Ten Keys to Staying Empowered in a Power Struggle’, seperti dilansir tempo,co, mengungkapkan di situs Psychologytoday.com mengenai tantangan yang kita temui di era budaya internet yang serba cepat seperti sekarang ini, menjadikan kita orang-orang yang berorientasi pada deadline.

Menunda-nunda pekerjaan hingga deadline tiba tidak hanya membuat kita stres, tapi juga dapat membunuh sel-sel otak, mengurangi kreativitas, dan melemahkan kesehatan seseorang.

Lebih buruk lagi, deadline ibarat candu yang membuat orang ketergantungan tak ubahnya seperti seorang pecandu kafein yang menyelesaikan pekerjaannya sambil minum secangkir kopi hitam panas.

Berbagai gejala akan muncul seiring kejaran deadline, antara lain emosi dan hormon stres meningkat. Tak hanya itu, sakit kepala serta masalah pencernaan juga akan muncul, di mana hal itu merupakan salah satu gejala pertama yang muncul ketika hormon stres mengambil alih.

Bagaimana solusinya? Kimberly memberikan beberapa solusi praktis untuk Anda yang selalu berkejaran dengan deadline, yaitu:

1. Selesaikan pekerjaan sebelum deadline
Cobalah untuk mengubah cara bekerja Anda saat deadline mulai mendekat. Kerjakan tugas sebelum waktu deadline tiba lalu hadiahi diri Anda sendiri karena telah berhasil menyelesaikannya sebelum deadline.

Perlahan namun pasti, perubahan kebiasaan ini akan membantu Anda terhindar dari ketergantungan deadline. Stres berkurang, produktivitas kerja meningkat, lebih kreatif dan inovatif.

2. Nikmati alam rilis stres
Luangkan waktu beberapa kali dalam sehari untuk bernapas dalam-dalam lalu hembuskan pelan-pelan. Mendengarkan kicauan burung di pagi hari, mencium bunga mawar, dan berjalan di rumput tanpa menggunakan alas kaki.

Hal-hal seperti itu tampaknya sepele, namun dapat membetuk sisi spiritualitas kita dan sangat baik untuk fungsi otak secara keseluruhan.

Studi mengenai spiritualitas mengungkapkan manfaat kesehatan yang luar biasa seperti penurunan tekanan darah, menurunkan stres dan meningkatkan kekebalan tubuh.

3. Jangan terpacu untuk selalu sempurna
Hindari perfeksionisme, karena justru seperti memberi jalan munculnya stres, lebih dari apa pun. Perfeksionisme hanya menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan yang tak beralasan. ** Baca juga: 5 Penyebab Anda Selalu Merasa Kelaparan

Nikmatilah pekerjaan Anda dan jangan bebani dengan ambisi pencapaian sebuah kesempurnaan.(ilj/bbs)




5 Penyebab Anda Selalu Merasa Kelaparan

Kabar6-Tidak sedikit orang yang selalu merasa kelaparan, padahal baru saja menghabiskan sepiring nasi beserta lauk pauk lengkap.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Melansir Boldsky, ada banyak alasan Anda merasa lapar bahkan ketika usai makan. Berikut penjelasannya:

1. Tubuh Anda sebenarnya membutuhkan makanan
Kadang-kadang, salah satu hal yang memberi sinyal kelaparan adalah menurunnya kadar glukosa darah.

Pada saat-saat itu, carilah tanda-tanda seperti jika rasa lapar Anda terasa. Atau dengarkan suara geraman perut dan periksa apakah Anda masih lapar bahkan setelah minum segelas besar air. Solusinya, cobalah makan yang teratur, makan makanan bergizi, dan makanan ringan sepanjang hari.

2. Tidak cukup sarapan
Sebuah studi jangka panjang oleh University of Cambridge mengungkapkan, orang yang mengonsumsi 300 kalori untuk sarapan memperoleh bobot dua kali lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang mengkonsumsi 500 kalori atau lebih dalam sehari.

Hal ini karena usai sarapan yang mengenyangkan, kenaikan gula darah dan insulin semakin kecil di sepanjang hari, yang berarti tubuh menyimpan makanan lebih cepat.

Solusinya, tambahkan protein ke makanan Anda, seperti sosis dengan telur. Selain itu, makan sayuran hijau dapat membantu mengurangi rasa lapar karena kaya vitamin K, nutrisi yang mengatur insulin.

3. Stop stres berlebihan
Ketika sedang stres, tubuh kita memproduksi hormon seperti adrenalin dan kortisol. Namun ada beberapa alasan lain yang juga menyebabkan sekresi adrenalin, mungkin karena stres berlebihan dalam bekerja.

Sayangnya, tubuh kita belum belajar memahami perbedaan di antara keduanya, dan ketika tubuh kita mulai memproduksi lebih banyak hormon stres, yang menstimulasi kadar adrenalin bersirkulasi lebih tinggi, kita menuntut (dari dalam) ‘bahan bakar’ untuk memberi kekuatan dari bahaya yang dianggap oleh tubuh.

Hal tersebut menimbulkan rasa lapar. Solusinya, pertama, kurangi asupan kafein. Berlatihlah bernapas dalam-dalam. Buatlah latihan yang terfokus pada napas konstan.

Hal pertama yang harus dilakukan ketika Anda bangun tidur, lalukan meditasi, tai chi, yoga, atau apa pun yang berhubungan dengan kesadaran napas.

4. Tidur yang tidak cukup
Tidur sangat mempengaruhi nafsu makan Anda. Ilmu pengetahuan menyimpulkan bahwa ketika orang tidak cukup tidur, dua hormon utama yang mengendalikan rasa kenyang dan nafsu makan (masing-masing leptin dan ghrelin) berubah.

Jadi, secara biokimia, Anda terdorong ingin makan lebih banyak ketika belum cukup tidur. Solusinya, coba tidur delapan jam sehari di malam hari. Memiliki waktu tidur yang konstan dan waktu bangun yang tepat juga membantu mengobati rasa lapar yang berlebihan.

5. Kurang minum air putih
Dehidrasi sering membentuk rasa lapar. Ketika mengalami dehidrasi, hipotalamus Anda yaitu bagian otak yang memberi sinyal atas rasa lapar dan kehausan, mengirimkan Anda sinyal-sinyal campuran, memaksa Anda berpikir bahwa Anda perlu mengunyah, meskipun yang benar-benar dibutuhkan hanyalah segelas air. ** Baca juga: Menurut Penelitian, Suasana Hati Tidak Halangi Produktivitas Kerja

Solusinya, jika Anda masih merasa lapar bahkan setelah makan makanan besar, cobalah minum segelas air.(ilj/bbs)




Tidak Sekadar Permainan, Naik Wahana Roller Coaster Picu Adrenalin yang Bermanfaat

Kabar6-Bermain roller coaster di wahana hiburan tentu saja bagi banyak orang sangat menegangkan sekaligus memicu adrenalin. Bagaimana tidak, menaiki roller coaster memiliki kenikmatan sensasi yang mirip dengan rasa takut. Pengunjung akan merasakan sensasi yang sama dengan sensasi yang didapat ketika menyaksikan film horor.

Hal yang akan terjadi adalah jantung akan berdebar, pernapasan menjadi lebih cepat, dan tubuh akan menghasilkan dorongan energi besar yang diakibatkan oleh pelepasan glukosa.

Penelitian yang dilakukan oleh Department of Medical Cardiology, Royal Infirmary, Glasgow, seperti dilansir theconversation mengungkapkan bahwa ketika seseorang menaiki roller coaster, detak jantung akan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 153 kali per menit. Rata-rata detak jantung manusia adalah 70 per menit.

Karena itulah roller coaster sangat tidak direkomendasikan untuk orang tua. Selain roller coaster, semua wahana yang memicu adrenalin juga menimbulkan dampak yang sama.

Peserta penelitian mengakui adanya peningkatan perasaan sejahtera dan euforia setelah menaiki roller coaster. Lebih dalam lagi, para peneliti menemukan bahwa kadar endorfin, pemicu perasaan senang, dalam darah akan meningkat setelah menaiki wahana tersebut.

Menariknya, semakin tinggi tingkat endrofin, semakin besar pula euforia yang dirasakan. Selain menimbulkan rasa bahagia, menaiki roller coaster ataupun wahana yang menantang adrenalin lainnya mampu meningkatkan rasa stres karena meningkatnya hormon kortisol.

Meskipun disebut mampu meningkatkan rasa stres, klasifikasi stres yang dimaksud adalah eustress, dorongan stres yang memunculkan dampak positif dan menyenangkan. ** Baca juga: Usai Olahraga, Dianjurkan untuk Konsumsi 5 Makanan Sehat Ini

Manfaat yang menyenangkan, bukan? (ilj/bbs)




Lapar Bisa Dipicu Oleh Hal-hal Tak Terduga

Kabar6-Lapar menjadi tanda kalau tubuh perlu asupan nutrisi dan gizi dari makanan. Kondisi ini disebabkan oleh gula darah yang menurun, sehingga kita merasa lemas dan pusing saat lapar.

Selain perut belum terisi, sebenarnya ada beberapa hal tak terduga yang dapat memicu rasa lapar, lho. Melansir Dreamers berikut uraiannya:

1. Nonton TV
Kegiatan menonton televisi ternyata bisa membuat rasa lapar meskipun perut sudah kenyang. Televisi mengeluarkan berbagai macam rangsangan yang bisa memicu mata untuk mengirim sinyal ke otak untuk makan.

2. Bosan
Rasa bosan atau jenuh juga bisa membuat kita merasa lapar, padahal sebenarnya tidak. Saat bosan, otak mengirim sinyal ke mulut sehingga produksi air liur meningkat. Hal ini menyebabkan tubuh merasa ingin makan sesuatu.

3. Marah
Emosi marah bahkan sampai berteriak-teriak mengeluarkan energi yang tidak sedikit. Karena itulah meluapkan kemarahan bisa membakar kalori dalam tubuh yang mengakibatkan kadar gula darah rendah hingga akhirnya memicu rasa lapar.

4. Sore hari
Sore hari menjelang jam pulang kantor atau sekolah bisa menyebabkan rasa lapar. Hal ini terjadi akibat akumulasi rasa bosan dan juga kelelahan yang dialami seseorang.

5. Stres
Saat stres biasanya seseorang menjadi tidak terlalu memperhatikan apa yang akan dimakan. Makanan tersebut dijadikan sebagai pelampiasan untuk menghilangkan stres yang ada di kepala.

6. PMS (premenstrual syndrome)
Beberapa hari sebelum menstruasi datang memang bisa membuat perubahan dalam hormon yang membuat nafsu makan bertambah dan ngidam berlebih. Namun tidak perlu kesal dengan hal tersebut keinginan makan bertambah saat PMS adalah hal yang masuk akal. ** Baca juga: Kenali Beberapa Jenis Depresi

Apakah Anda juga pernah mengalami salah satu dari penyebab lapar di atas? (ilj/bbs)




Mengapa Tetap Mengantuk Meskipun Sudah Tidur Cukup?

Kabar6-Selama ini disebutkan, waktu tidur yang optimal bagi orang dewasa adalah 7-9 jam per hari. Jika waktu tidur kurang, maka hal tersebut akan memberi banyak dampak bagi tubuh, mulai dari kelelahan, sulit fokus, bahkan risiko penyakit serius.

Namun bagaiman bila Anda sudah tidur cukup tetapi masih selalu merasa lelah dan mengantuk? Melansir journal.sociolla, berikut adalah hal yang menyebabkan kondisi tersebyt:

1. Pola makan tidak sehat
Meskipun karbohidrat merupakan sumber energi, apabila dikonsumsi secara berlebihan justru akan berefek buruk bagi tubuh. Anda perlu menyeimbangkan gizi makanan yang Anda konsumsi dengan memperbanyak protein, sayuran, dan nutrisi lainnya.

2. Ketidakseimbangan gula darah
Gula juga merupakan salah satu faktor terbesar yang dapat menyebabkan kekurangan energi.

Ketika Anda mengonsumsi terlalu banyak makanan bergula tinggi, level gula dalam darah akan melonjak dan menyebabkan mood swings. Hal ini kemudian akan diikuti dengan keinginan untuk makan lebih banyak lagi, pusing, dan kelelahan.

3. Stres
Mengalami stres bisa sangat menguras tenaga Anda. Apalagi jika stres ini membuat Anda merasa selalu cemas dan mengalami gangguan tidur.

Selain masalah pribadi atau masalah pekerjaan, stres juga bisa muncul karena turunan genetik atau gaya hidup yang kurang sehat.

4. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi ketika tubuh kehilangan banyak cairan tubuh namun Anda tidak menggantinya dengan meminum air yang cukup.

Ketika tubuh mengalami dehidrasi, darah akan mengental dan detak jantung Anda juga akan lebih pelan. Hal ini membuat asupan oksigen di aliran darah yang membawa oksigen ke otak juga berkurang, sehingga Anda akan merasa lelah dan mengantuk.

5. Kurang bergerak
Di lingkungan pekerjaan saat ini banyak ditemukan kasus-kasus gaya hidup kurang sehat akibat selalu duduk di depan komputer sepanjang hari.

Hal ini membuat tubuh menjadi kurang bergerak, sehingga Anda akan merasa pegal dan nyeri dari kepala, leher, hingga punggung. Karena pegal, maka Anda juga semakin cepat merasa lelah dan mengantuk. ** Baca juga: Kenali Ciri-ciri yang Tunjukkan Anda Kurang Tidur

Jadi cari tahu mana dari kelima hal di atas yang sering Anda alami.(ilj/bbs)




Bikin Asyik, Kunyah Permen Karet Ternyata Miliki Dampak Buruk

kabar6.com

Kabar6-Saat iseng, tidak sedikit orang yang mengunyah permen karet. Diketahui, kebiasaan itu dapat meningkatkan suasana hati atau mood dan mencegah stres.

Namun sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa mengunyah permen karet juga dapat menimbulkan sejumlah masalah kesehatan. Melansir timesofindia, pasien yang menderita Disfungsi Sendi Temporomandibular (TMJ), disarankan untuk tidak mengunyah permen karet.

Hal ini karena mengunyah permen karet yang berlebihan akan memperberat tulang rawan dan sendi di sekitar rahang yang akan menyebabkan gangguan di dalam mulut.

Sementara itu, sejumlah produsen mengklaim bahwa produk mereka cenderung bebas gula dan aman untuk dikonsumsi oleh para penderita diabetes. Kenyataannya, sebagian besar permen karet justru mengandung pemanis buatan (aspartame) yang dapat menyebabkan kerusakan pada gusi, tumor otak, kanker, hingga cacat lahir.

Menurut para ahli, setidaknya ada delapan otot yang berbeda pada wajah manusia. Jika Anda terlalu sering mengunyah permen karet akan menyebabkan sakit kepala yang berlebihan. ** Baca juga: Apa Saja Mitos & Fakta Seputar Diet?

Seberapa sering Anda mengunyah permen karet? (ilj/bbs)




Kenali Ciri Sakit Kepala yang Disebabkan Stres

Kabar6-Setiap orang tentu pernah mengalami sakit kepala. Namun tahukah Anda bahwa ada ciri khas sakit kepala yang disebabkan oleh stres? Sakit kepala yang dipicu oleh stres disebut dengan sakit kepala tipe tegang atau tension-type headache (TTH). Pemicu lainnya yakni kurang istirahat, postur tubuh yang buruk, kecemasan, kelelahan, kondisi lapar, dan kadar zat besi yang rendah.

Ciri khas dari TTH yaitu sakit kepala yang terasa seperti ditekan atau diikat. Dilansir Klikdokter, biasanya, nyeri dirasakan di sekitar dahi, sisi kepala, atau belakang kepala, serta dapat menjalar ke leher dan bahu. Jenis sakit kepala ini paling sering terjadi pada orang dewasa.

Para pakar berpendapat, emosi yang memuncak, tekanan, atau stres memicu kontraksi otot-otot wajah, leher, dan kulit kepala yang sebelumnya telah menjadi lebih sensitif terhadap rangsang nyeri.

Ciri lain dari TTH yakni nyeri kerap muncul pada siang atau sore hari setelah beraktivitas, tidak membaik dengan istirahat, dan membuat Anda sulit fokus. Meskipun jarang, TTH bisa menyebabkan seseorang lebih sensitif terhadap cahaya atau suara. Sakit kepala jenis ini umumnya tidak membuat Anda tidak bisa beraktivitas sama sekali karena penglihatan, keseimbangan, dan kekuatan otot Anda tidak terganggu.

Umumnya, sakit kepala bisa diatasi dengan cukup beristirahat, memijat bagian belakang kepala dan leher, mandi air hangat, memperbaiki postur tubuh, dan melakukan terapi rileksasi (pernapasan dalam, yoga, dan meditasi). Bila perlu, Anda dapat menggunakan obat-obat pereda nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen. Meski demikian, cara-cara ini kurang efektif untuk mencegah kekambuhan sakit kepala, selama faktor pencetusnya stres tidak dihindari.

Karena itulah, pengelolaan stres sangat penting agar Anda terhindar dari sakit kepala tipe tegang. Bentuknya bisa bermacam-macam. Misalnya, jika beban kerja bertanggung jawab terhadap munculnya stres, maka Anda harus bisa mengatur beban kerja tersebut untuk didistribusikan secara merata setiap harinya. Jika stres disebabkan oleh lingkungan kerja yang kurang kondusif, mungkin ini saat Anda mempertimbangkan untuk mencari lingkungan pekerjaan baru.

Selain mencari solusi untuk hal-hal yang menyebabkan stres, Anda juga dianjurkan untuk rutin berolahraga. Saat berolahraga, hormon endorfin yang ‘melawan’ hormon stres akan dikeluarkan, sehingga tubuh akan merasa lebih nyaman dan rileks. ** Baca juga: Sering Diabaikan, Memilih Pakaian Olahraga pun Harus Diperhatikan

Anda pun sebaiknya membatasi atau bahkan menghindari hal-hal yang dapat memperburuk stres seperti kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol, dan konsumsi kafein.(ilj/bbs)