1

Riset: Orang yang Egois Mudah Cemas dan Depresi

Kabar6-Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah egois.

Setiap orang tentu memiliki sifat egois sampai batas tertentu. Sebuah penelitian mengungkapkan, orang egois atau yang mementingkan diri sendiri ternyata mudah terkena depresi dan cemas berlebih.

Fakta tersebut, melansir popularworld, dikemukakan oleh periset dari University of Kassel, Jerman, setelah melakukan penelitian pada 103 wanita dan 15 pria. Kebanyakan partisipan mengalami depresi dan kecemasan. Peneliti menanyakan mengenai masa lalu, hubungan, dan cara mereka melihat diri sendiri. Dr Johannes Zimmerman yang langsung memimpin riset ini mengungkapkan, orang yang terlalu banyak menggunakan kata ‘aku’ atau ‘saya’ lebih muda merasa depresi.

Tak hanya itu, bahkan mereka juga lebih sulit melakukan interaksi dengan berhubungan dengan orang lain dalam kelompok. Orang-orang yang terlalu berfokus pada diri mereka seringkali ingin diperhatikan dan tak bisa sendirian.

Sebaliknya, orang yang sering menggunakan kata ‘kita’ diketahui lebih mudah bergaul dengan orang lain. Mereka juga cenderung memiliki hubungan yang sehat dan jaringan pertemanan yang baik. ** Baca juga: Hargai Diri Sendiri Sebelum Lakukan Diet

Hasil lain dari penelitian ini juga mengungkapkan, orang yang terlalu fokus pada diri sendiri dan egois menjadi terlalu banyak menuntut. Bagi orang yang mudah merasa depresi karena terlalu fokus pada dirinya, Zimmerman menyarankan untuk melakukan olahraga.(ilj/bbs)




Kenali Jenis Depresi dalam Keseharian

Kabar6-Depresi dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja, baik pada anak-anak atau orang dewasa. Kondisi yang satu ini juga dirasakan saat kehilangan orang tercinta atau saat mengalami suatu peristiwa traumatis, bahkan setelah melahirkan.

Karena itulah sebelum mengatasi atau meminimalisir depresi, sebaiknya kita mengenal jenis depresi dalam keseharian. Melansir WebMd, berikut penjelasannya:

1. Depresi musiman
Biasanya lebih sering terjadi pada orang yang tinggal di negara dengan empat musim, di mana perubahan mood sesuai dengan perubahan musim yang sedang berlangsung.

Penderita akan merasa ceria dan bersemangat di musim panas, dan kemudian merasa sedih dan tidak bersemangat saat musim dingin dimulai.

Timbulnya gejala depresi musiman biasanya terjadi pada akhir musim gugur dan awal musim dingin. Depresi musiman mengenai sekira tiga persen hingga 20 persen penduduk dunia, tergantung pada di mana mereka tinggal.

2. Depresi postpartum
Baby blues merupakan depresi yang terjadi pada seorang wanita yang baru saja melahirkan dan dapat mengenai tiga dari empat ibu baru.

Bila gejala depresi yang terjadi semakin berat dan berlangsung lama, bahkan setelah bayi anda bertumbuh, maka hal ini disebut dengan depresi postpartum.

Depresi ini memiliki gejala yang mirip dengan gejala depresi pada umumnya. Ibu yang mengalami depresi postpartum juga dapat mempengaruhi kehidupan anaknya.

Mungkin ibu yang depresi lebih sulit untuk merasa senang saat bersama bayinya dan sulit membangun suatu ikatan dengan sang bayi.

3. Depresi pada anak-anak
Depresi pada anak dapat mengganggu kemampuan mereka untuk bermain, berteman, dan menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Gejala depresi pada anak mirip dengan gejala depresi pada orang dewasa, tetapi beberapa anak mungkin tampak sebagai anak yang ‘bermasalah’, yang seringkali terlibat dalam berbagai hal berbahaya dan mudah marah. Menegakkan diagnosa depresi pada anak-anak biasanya lebih sulit.

Nah, bagaimana mendiagnosa depresi? Tidak ada pemeriksaan darah yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya depresi. Untuk menegakkan depresi, para dokter biasanya bergantung pada gejala yang dialami oleh penderita.

Dokter akan menanyakan mengenai riwayat kesehatan Anda dan obat-obat yang digunakan. Untuk menentukan jenis dan keparahan depresi yang terjadi, dokter akan mengamati perubahan mood, perilaku, dan bagaimana Anda melakukan aktivitas sehari-hari.

Tanpa pengobatan, perubahan fisik dan emosional pada penderita depresi dapat mempengaruhi pekerjaan, aktivitas, dan hubungan Anda dengan pasangan.

Penderita depresi seringkali merasa kesulitan untuk berkonsentrasi, dan membuat suatu keputusan. ** Baca juga: Studi Sebutkan, Cinta Bisa Bikin Orang Jadi Lebih Kejam

Penderita biasanya juga menarik diri atau tidak lagi merasa tertarik untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya sangat disukainya, termasuk berhubungan seksual. Pada keadaan berat, depresi dapat membahayakan keselamatan jiwa Anda.(ilj/bbs)




Makanan dan Minuman Sederhana yang Bantu Bikin Anda Bahagia

Kabar6-Bahagia itu memang tidak bisa diukur dengan uang. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar hidup Anda selalu bahagia. Salah satunya dengan menghindari hal-hal yang dapat memicu efek negatif kesehatan mental.

Selain itu, ada sejumlah makanan yang ternyata dapat menstimualsi berbagai kelenjar dan sejumlah hormon di dalam tubuh, sehingga dapat membuat Anda merasa lebih bahagia. Melansir Lifespan, ini dia sembilan jenis makanan dan minuman sederhana yang dimaksud:

1. Ubi
Ubi mengandung beta karoten dan vitamin B6 yang berfungsi untuk menjaga kesehatan mental. Selain itu, vitamin B6 juga dapat membantu memperbaiki mood, yang membuatnya sering digunakan sebagai terapi pada penderita gangguan mood.

2. Tomat Ceri
Likopene yang terdapat di dalam tomat ceri merupakan suatu antioksidan yang dapat membantu memperbaiki mood Anda.

3. Bayam
Bayam merupakan sayuran serba guna yang mengandung berbagai zat penting yang diperlukan tubuh. Selain mengandung zat besi, bayam juga mengandung asam folat yang dapat membuat Anda merasa bahagia.

Asam folat juga dapat meningkatkan kesehatan sel-sel darah merah dan sistem kekebalan tubuh, yang dapat melindungi Anda dari berbagai gangguan kesehatan.

4. Teh Camomile
Berdasarkan sebuah penelitian, orang dewasa yang mengonsumsi ekstrak camomile selama delapan minggu mengalami lebih banyak penurunan rasa cemas dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi plasebo.

Selain itu, camomile juga dapat membuat kualitas tidur menjadi lebih baik sehingga tubuh Anda pun dapat memperoleh istirahat yang diperlukannya, yang menjadikannya lebih mampu mengatasi stres.

5. Gandum
Gandum utuh mengandung karbohidrat baik yang dapat membantu mengatasi depresi dan cemas. Karbohidrat dapat membantu memberikan tenaga dan mencegah sembelit.

Selain itu, selenium yang terdapat di dalam gandum juga dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan melawan berbagai efek berbahaya dari radikal bebas serta membantu mengatasi sembelit.

6. Keju
Keju ternyata dapat membuat Anda merasa lebih senang bila dikonsumsi dalam jumlah yang tepat. Keju mengandung seng, suatu mineral yang dapat membantu mengatasi gejala depresi.

Selain itu, seng juga dapat membantu memperindah kulit dan rambut Anda, serta membantu perkembangan sel-sel di dalam tubuh dan meningkatkan fungsi kognitif Anda.

7. Kacang merah
Kacang-kacangan merupakan sumber protein dan antioksidan. Kandungan asam amino (protein) dan zat besi di dalamnya dapat membantu mencegah terjadinya berbagai gangguan mental. Selain itu, kacang-kacangan juga mengandung magnesium yang berperan penting dalam proses produksi energi di dalam tubuh.

Saat Anda berolahraga, maka magnesium akan didistribusikan ke seluruh tubuh untuk membantu proses pembentukan energi pada berbagai tempat di dalam tubuh yang memerlukan energi. Kekurangan magnesium dapat membuat Anda menjadi mudah lelah.

8. Pisang
Pisang dapat membantu menyediakan energi, membantu perkembangan sel-sel di dalam tubuh, dan meningkatkan kesehatan sistem saraf.

Jika Anda sering marah, mudah tersinggung, merasa depresi atau stress; maka hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya kadar vitamin B dalam tubuh. Pisang merupakan salah satu sumber vitamin B. ** Baca juga: Bentuk Tubuh Pengaruhi Penurunan Berat Badan

9. Bit
Bit mengandung banyak vitamin dan nutrisi penting yang turut berperan melawan depresi, karena mengandung uridine, asam folat, dan magnesium. Berbagai jenis mineral ini dapat membantu meningkatkan mood Anda karena berfungsi sebagai neurotransmiter.

Selamat mencoba.(ilj/bbs)




Efek Nyata Media Sosial Bagi Kesehatan Mental yang Jarang Disadari

Kabar6-American Academy of Pediatrics telah memperingatkan tentang potensi efek negatif dari media sosial pada anak-anak dan remaja, termasuk cyber-bullying dan depresi.

Nah, risiko yang sama mungkin berlaku juga untuk orang dewasa atau lintas generasi. Ada sejumlah efek buruk media sosial terhadap kesehatan mental yang seringkali jarang disadari. Melansir idntimes, berikut uraiannya:

1. Media sosial bersifat adiktif dan dapat membuat sejumlah orang mengalami kecanduan
Sebuah studi dari Nottingham Trent University mengungkapkan, sejumlah gejala seperti mengabaikan kehidupan pribadi, terlalu asyik, menggunakan media sosial sebagai objek pelarian, memodifikasi suasana hati, dan perilaku adiktif, tampak dialami oleh beberapa orang yang menggunakan jejaring sosial secara berlebihan.

Sebuah studi lanjutan yang dilakukan oleh Swansea University menemukan, orang-orang juga mengalami gejala psikologis ketika mereka berhenti menggunakan media sosial dan internet. Di mana orang-orang yang terlalu bergantung pada perangkat digital melaporkan perasaan cemas ketika mereka berhenti menggunakannya.

2. Semakin banyak waktu yang kita gunakan untuk media sosial, semakin tidak bahagia kita
Sebuah studi menemukan, penggunaan Facebook dikaitkan dengan kurangnya kebahagiaan dan kepuasan hidup yang lebih sedikit. Hal ini dimungkinkan karena adanya kaitan dengan fakta bahwa Facebook memunculkan persepsi isolasi sosial. Dan, isolasi sosial adalah salah satu hal terburuk bagi setiap orang, secara mental dan fisik.

3. Membuat Anda membandingkan hidup dengan orang lain
Media sosial membuat orang-orang tanpa sadar suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain ketika sedang menelusuri timeline. Kebanyakan orang akan membuat penilaian apakah mereka lebih baik atau lebih buruk ketika melihat foto-foto yang diunggah teman di media sosial. Dan sikap suka membandingkan ini memiliki kaitan dengan gejala depresi.

4. Memicu perasaan cemburu
Bukan rahasia lagi bahwa sikap suka membandingkan di media sosial mengarah pada kecemburuan. Terdapat hubungan antara kecemburuan dan depresi dalam penggunaan media sosial di mana kecemburuan memediasi depresi. Namun ketika kecemburuan tersebut dikendalikan, media sosial tidak begitu buruk.

5. Semakin banyak teman yang ada di media sosial tidak menjamin seseorang memiliki kehidupan sosial yang lebih baik
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal the royal society publishing menemukan fakta, semakin banyak teman di media sosial tidak berarti seseorang memiliki kehidupan sosial yang lebih baik.

Merasa bersosialisasi atau mencari dukungan lewat media sosial tidak akan mampu mengatasi sejumlah masalah, seperti merasa kesepian, kesedihan, dan sebagainya.

Untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan kesehatan mental, setiap orang membutuhkan dukungan sosial yang nyata, bukannya dukungan virtual. Karena pertemanan virtual tidak memiliki efek terapi seperti pada pertemanan sosial yang nyata.

Meskipun memiliki beberapa dampak negatif, bukan berarti media sosial tidak memiliki manfaat sama sekali. Media sosial membantu menghubungkan orang-orang yang terpisah jarak ratusan kilometer, bahkan bisa menjadi ladang penghasilan. ** Baca juga: Bahaya ‘Bicara’ Negatif pada Diri Sendiri

Karena itulah, gunakan media sosial secara bijak.(ilj/bbs)




Bahaya ‘Bicara’ Negatif pada Diri Sendiri

Kabar6-Self talk adalah cara kita berdialog dengan diri sendiri saat menghadapi berbagai macam situasi. Kata-kata yang tanpa disadari sering kita ucapkan atau sering kita katakan kepada diri sendiri. Bisa jadi hal ini merupakan cerminan dari alam bawah sadar kita.

Biasanya, dialog dengan diri sendiri ini dipengaruhi oleh pikiran bawah sadar Anda dan umumnya mengungkapkan pikiran, kepercayaan, pertanyaan, dan ide-ide. Bagaimana isi self talk dalam pikiran akan mengungkapkan juga seberapa optimis Anda dalam menjalani kehidupan.

Jika Anda adalah orang yang optimis, self talk dalam pikiran pastilah berisi hal-hal yang penuh harapan dan sikap positif. Sebaliknya, apabila Anda termasuk orang pesimis, self talk yang dilakukan pastilah mencakup hal-hal negatif lainnya.

Karena itulah, jika Anda menyadari bahwa isi self talk yang biasa dilakukan lebih banyak negatif daripada positif, sebaiknya segeralah belajar untuk mengubah itu. Mengapa demikian? Melansir sehatq, sering mengatakan hal negatif terhadap diri sendiri memiliki dampak yang berbahaya. Apa sajakah itu?

1. Pemikiran Anda menjadi terbatas
Misalnya Anda sudah mencap bahwa tidak bisa melakukan sesuatu. Semakin sering Anda mendengar ungkapan tersebut, tanpa sadar Anda akan semakin memercayai ungkapan tersebut benar.

2. Perfeksionis
Anda menjadi punya pemikiran bahwa sekadar ‘bagus’ saja tidaklah cukup. Sesuatu harus dilakukan dengan ‘sempurna’ karena kesempurnaan dapat dicapai.

3. Perasaan depresi
Self talk negatif yang tidak segera dicegah dapat membuat seseorang menjadi depresi.

4. Muncul tantangan dalam membina hubungan dengan orang lain
Tanpa disadari, self talk negatif dapat membuat Anda memiliki kebiasaan yang sebenarnya bisa mengganggu orang lain. Misalnya, Anda jadi minder dan kurang percaya diri.

Mengapa penting untuk memiliki self talk positif? Mungkin banyak orang yang berpikir bahwa dengan memiliki harta benda yang diinginkan dapat membuat seseorang merasa bahagia. Namun para peneliti mengungkap bahwa hanyalah 10 persen kebahagiaan yang dapat diukur dari materi.

Karena 90 persen sisanya, tak lain dan tak bukan adalah berasal dari cara pandang Anda terhadap kehidupan. Tanpa disadari, cara Anda memandang kehidupan berawal dari self talk seperti apa yang biasa Anda lakukan, entah itu positif ataupun negatif.

Beberapa bentuk umum dari self talk negatif antara lain:

1. Menyaring segala hal positif
Ini terjadi ketika Anda hanya menonjolkan aspek negatif dari suatu situasi dan tidak menunjukkan sisi positifnya.

2. Cenderung menyalahkan diri sendiri
Jika ada suatu hal buruk yang terjadi, Anda langsung menyalahkan diri sendiri. Padahal belum tentu Anda yang menyebabkan peristiwa buruk tersebut terjadi.

3. Menganggap hidup penuh kesialan
Ketika Anda mengalami satu kejadian yang kurang menyenangkan, maka Anda merasa sisa hari akan buruk dan penuh kesialan. ** Baca juga: Jaga Kesehatan Mental dengan 5 Kebiasaan Sederhana dalam Keluarga

4. Selalu ingin segala sesuatu berjalan sempurna
Bagi Anda, hanya ada istilah baik atau buruk dalam sebuah penilaian. Tidak ada yang sedang-sedang saja. Anda merasa bahwa harus menjadi sempurna atau tidak berhasil sama sekali.

Yuk, hilangkan self talk yang bernada negatif, dan bangun kata-kata positif untuk diri sendiri agar selalu menjadi orang yang optimis.(ilj/bbs)




Jaga Kesehatan Mental dengan 5 Kebiasaan Sederhana dalam Keluarga

Kabar6-Selama ini masyarakat masih terlalu fokus untuk mencari tahu bagaimana agar tubuh tetap bugar dan prima. Padahal selain fisik, Anda pun harus menjaga kesehatan mental.

Mengapa demikian? Kesehatan mental juga memainkan peran penting agar seseorang dapat mengelola perasaan dan menghadapi berbagai kondisi dalam hidupnya. Bagaimana caranya? Melansir theasianparent, ada beberapa kebiasaan sederhana yang bisa Anda terapkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan mental. Apa sajakah itu?

1. Biasakan sarapan
Saat tidak sarapan, gula darah akan turun dan organ-organ tubuh Anda akan terganggu karena asupan gula untuk memasok nutrisi ke otak tidak tercukupi, sehingga perlahan-lahan akan mengalami degenerasi.

Kondisi ini yang menyebabkan menurunnya kinerja intelektual sepanjang hari. Percaya atau tidak, asupan gula darah yang kurang ini bahkan dapat menyebabkan gejala kecemasan dan depresi.

2. Pastikan kecukupan tidur terpenuhi
Tubuh tidak dapat beregenerasi tanpa jumlah tidur yang cukup. Banyak orang yang tidur larut malam atau tidak bisa tidur dengan baik karena stres. Ketika ini menjadi kebiasaan, proses kognitif Anda sangat terpengaruh.

Kurang tidur dapat menyebabkan stres, depresi, kemurungan dan dalam jangka panjang dapat mengalami stroke. Perlu diingat bahwa Anda harus tidur setidaknya sehari 8 jam rata-rata untuk menjaga kesehatan mental.

3. Rutin olahraga
Hormon endorfin yang membantu menyingkirkan stres dan meningkatkan suasana hati akan keluar saat Anda berolahraga. Karena itulah olahraga bisa menjadi cara menjaga kesehatan mental.

Olahraga juga bisa mencari cara yang ampuh untuk menangkal stres, kecemasan dan depresi. Untuk mendapatkan manfaat olahraga yang maksimal, lakukan olahraga setidaknya 30 menit setiap hari, dan lakukan di luar ruangan. Sinar matahiri juga membantu tubuh menghasilkan vitamin D, yang juga dapat meningkatkan serotonin di otak.

4. Tumbuhkan self image (citra diri) yang positif
Menurut sebuah penelitian, cara kita berpikir tentang diri sendiri dapat memiliki efek yang kuat pada kejiwaan. Saat kita memandang negatif pada diri sendiri, maka efek negatifnya pun akan kita rasakan.

Karena itulah, sangat penting untuk membiasakan diri menggunakan kata-kata yang baik dan lebih positif untuk menghindari masalah kesehatan mental seperti stres, kecemasan dan depresi. Memiliki pandangan postitif terhadap diri sendiri tentu saja membutuhkan proses, dan perlu dilakukan sejak dini.

5. Menuliskan hal-hal yang perlu disyukuri
Menuliskan banyak hal yang bisa kita syukuri menjadi salah satu treatment agar dapat meningkatkan kesejahteraan hidup. Bersyukur juga mempengaruhi perasaan bahagia.

Cara sederhana untuk memingkatkan rasa syukur ini adalah menuliskannya setiap hari. Dengan berterima kasih, setidaknya beban dalam hidup yang sedang dirasakan bisa sedikit berkurang. ** Baca juga: Apakah Tidur Bersama Kucing Pengaruhi Kesehatan Anda?

Mudah, bukan?(ilj/bbs)




Penelitian: Tiap Tahun Pria Abaikan Omongan Wanita Sebanyak 388 Kali

Kabar6-Banyak wanita yang kesal kepada pasangannya karena dianggap sering tidak memperhatian omongan mereka. Benarkah sebagian besar pria memang kurang perhatian terhadap apa yang dikatakan pasangannya?

Sebuah studi menemukan, pria abaikan omngan wanita rata-rata sebanyak 388 kali dalam setahun. Sebagian besar pria mengabaikan perintah pasangannya akibat pendengaran selektif. Kaum adam mengabaikan wanita di sini artinya hanya mau mendengarkan bagian-bagian tertentu saja pada pesan yang disampaikan oleh pasangan.

Studi yang dilakukan oleh Scrivens Opticians, melansir Okezone, menemukan bahwa tiga perempat orang di Inggris percaya bahwa pasangan mereka memiliki pendengaran selektif. Kebiasaan mendengarkan selektif ini cenderung mempengaruhi pria ketimbang wanita.

Berdasarkan penelitian, bisa disimpulkan bahwa pria abaikan wanita sekali dalam sehari. Sementara itu wanita akan secara selektif mendengar apa yang dikatakan para pasangan mereka sebanyak 339 kali setiap tahunnya.

Menurut para ahli, kebiasaan ini bisa menyebabkan seseorang mengalami kesulitan pendengaran. Jajak pendapat yang disurvei dari 2.000 orang dewasa membuktikan, empat dari 10 responden mengatakan bahwa mereka tahu dengan pasti jika pasangan mereka berjuang untuk mendengar.

Selain itu, sepertiga responden lain mengatakan bahwa mereka telah melihat pasangan berusaha membaca omongan lewat gerakan bibir. Sebanyak 47 persen dari mereka mengakui bahwa pasangan bergumam dan keduanya mengindikasikan gangguan pendengaran.

Menurut seorang Audiolog Pendengaran Scrivens bernama Kirran Saimbi, pendengaran selektif ini bisa menjadi tanda gangguan pendengaran karena berhubungan dengan demensia. ** Baca juga: Ini Beberapa Fakta Unik Seputar Donor Darah

Sebanyak 47 persen dari mereka mengakui bahwa pasangan bergumam dan keduanya mengindikasikan gangguan pendengaran. Hal ini membuat Audiolog Pendengaran Scrivens, Kirran Saimbi angkat bicara. Dikatakan Kirran, pendengaran selektif ini bisa menjadi tanda gangguan pendengaran karena berhubungan dengan demensia.

“Sebagian besar manusia akan mengalami pendengaran selektif dan ini bisa menjadi tanda gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran dapat menyebabkan isolasi, depresi dan ada bukti hubungan dengan demensia. Perubahan dalam pendengaran seringkali sangat halus dan terjadi seiring waktu sehingga sulit untuk memperhatikan dampaknya terhadap orang yang ada di sekitar kita,” urai Kirran.

Jadi menurutnya, pemeriksaan pendengaran teratur sangat penting dilakukan.(ilj/bbs)




Benarkah Depresi Bisa ‘Ditularkan’ dari Orang Terdekat?

Kabar6-Tidak hanya terapi, obat terbaik untuk orang saat mengalami depresi adalah sahabat atau orang terdekat sebagai ‘pendengar’ yang baik.

Harus diakui, menghadapi seseorang yang mengalami depresi merupakan hal yang tidak mudah dilakukan. Efeknya, kita juga turut merasakan kesedihan orang yang bersangkutan.

Benarkah depresi dapat menular? Penularan depresi, melansir Dreamers, tidakah sama dengan penyebaran flu atau penyakit lainnya yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Selain itu, emosi yang Anda alami saat menemani seseorang saat depresi adalah sebuah emosi negatif, mood, dan kesedihan. Jadi sama halnya dengan melihat orang tertawa, Anda pun akan ikut tertawa. Seperti itulah cara penularan depresi.

Perilaku negatif tersebut dapat berubah menjadi sikap pesimis, menarik diri dari pergaulan, mudah marah, sering mengeluh, dan gejala lainnya. Pada 2014, sejumlah peneliti melakukan studi terhadap 100 pasang mahasiswa yang menjadi teman sekamar. Masing-masing mahasiswa dipasangkan dengan teman sekamarnya selama 3-6 bulan.

Setelah enam bulan, mahasiswa yang tinggal bersama teman sekamar yang sering merenung menunjukkan lebih banyak ciri depresi. Para peneliti menyimpulkan, hal ini terjadi karena mereka menganut cara berpikir yang sama dengan teman sekamarnya.

Jika Anda merasa adanya perubahan emosi yang menunjukkan gejala depresi, sebaiknya segeralah untuk melakukan konsultasi dengan dokter ahli. Selain melakukan konseling dengan dokter, cobalah untuk mengelola emosi yang sedang dialami. ** Baca juga: Saat Orang Terdekat Sakit, Lakukan 5 Cara Sehat Agar Tidak Ikut Tertular

Ungkapkan hal-hal yang ingin disampaikan, lakukan hal-hal yang ingin dilakukan selama itu baik untuk diri Anda, tanpa memikirkan pendapat negatif orang lain, selama itu adalah hal yang membuat Anda senang.(ilj/bbs)




Dibanding Pria, Wanita Lebih Sulit Berhenti Merokok

Kabar6-Tidak hanya pria, zaman sekarang sudah banyak wanita yang juga merokok, bahkan tidak sungkan melakukannya di tempat-tempat keramaian. Dan bagi sebagian orang, merokok merupakan kebiasaan yang sulit dihentikan.

Menurut penelitian, perokok wanita lebih sulit untuk meninggalkan kebiasaan ini. Apa sebabnya? Melansir Kompas, hal ini terkait dengan tingginya akan kecemasan dan depresi pada kelompok wanita, sehingga merokok dianggap sebagai salah satu cara untuk rileks saat stres. Temuan studi lainnya menyebutkan, otak wanita memiliki respon berbeda terhadap nikotin.

Karena itulah, terapi pengganti nikotin pada program berhenti merokok tidak selalu sukses pada perokok wanita. Takut berat badan bertambah juga jadi alasan kebanyakan wanita untuk menghentikan kebiasaan buruknya ini.

Menurut Dr.Beth Abramson yang meneliti tentang perokok wanita, depresi dan gangguan mood pada wanita perokok harus segera diatasi, terlebih pada mereka yang berisiko tinggi menderita stroke dan serangan jantung.

“Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko penyakit jantung yang paling bisa diubah,” jelas Abramson. ** Baca juga: Bagaimana Cara Terbaik Simpan Roti Agar Lebih Awet?

Faktor risiko penyakit jantung lainnya adalah hipertensi, kegemukan, kolesterol jahat tinggi, hingga penyakit diabetes. Merokok juga menjadi faktor risiko kematian yang paling bisa dikendalikan.

Sementara itu, alasan wanita berhenti merokok juga berbeda dengan pria. Mayoritas wanita berhenti merokok saat hamil dan menyusui. Namun, seringkali kebiasaan ini dilanjutkan kembali setelah anak telah lahir.(ilj/bbs)




Gaya Berjalan Dapat Pengaruhi Mood Seseorang?

Kabar6-Tiap orang memiliki gaya berjalan yang berbeda. Dan hal itu juga yang kadang menjadi ciri khas sesseorang. Nah, sebuah penelitian yang dilakukan di Kanada menemukan bahwa hanya dengan mengubah cara berjalan, maka Anda pun akan merasa lebih bahagia.

Benarkah demikian? Para peneliti meminta sekelompok orang untuk mengubah gaya atau cara berjalannya menjadi gaya berjalan ‘sedih’, di mana para peserta pada kelompok ini diminta untuk berjalan dengan membungkuk, bahu mengarah ke depan, dan tidak terlalu banyak mengayunkan tangan.

Sementara itu, para peneliti pun meminta kelompok lainnya untuk berjalan dengan gaya ‘bahagia’, di mana gerakan mengayunkan tangan lebih banyak, bahkan sambil sedikit melompat-lompat. Setelah mengubah gaya berjalan, para peneliti pun meminta para peserta penelitian untuk melakukan sebuah pemeriksaan daya ingat.

Hasilnya, melansir Menshealth, para peserta penelitian yang diminta berjalan dengan gaya sedih lebih banyak mengingat kata-kata negatif dibandingkan dengan peserta penelitian lainnya yang diminta untuk berjalan dengan gaya bahagia. Perubahan apa yang diingat seseorang ini sangatlah penting karena turut berperan dalam timbulnya gejala depresif.

Seseorang yang sedang mengalami depresi cenderung untuk mengingat berbagai kejadian negatif dan memfokuskan perhatian mereka pada kejadian tersebut, yang membuat mood mereka menjadi buruk.

Para peneliti menduga, dengan mengubah gaya berjalan atau cara seseorang bergerak, maka hal ini dapat mempengaruhi bagaimana otak Anda memproses suatu informasi. ** Baca juga: Ada Alasan Ilmiah Mengapa Pria dan Wanita Jatuh Cinta

Karena itulah, apabila ingin memperbaiki mood yang sedang buruk, ubahlah gaya berjalan Anda sehingga akan merasa lebih baik.(ilj/bbs)