1

Jika Tidak Dimasak dengan Benar, Bahan Makanan Ini Berisiko Bagi Kesehatan

Kabar6-Demi kesehatan, bahan makanan harus dimasak dengan cara yang benar. Hal ini karena terkadang makanan yang kita konsumsi dapat menimbulkan risiko serius bagi kesehatan.

Makanan diperlakukan dengan cara tertentu sebelum dikonsumsi, karena jika tidak dimasak dengan benar, dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, dan bahkan keracunan. Melansir Sindonews, ada enam makanan yang bisa berbahaya jika tidak dimasak dengan benar. Apa sajakah itu?

1. Ayam
Unggas dapat menjadi sumber banyak bakteri penyebab penyakit seperti campylobacter dan salmonella. Jadi, cara yang baik untuk dikonsumsi adalah dengan selalu memasak ayam secara menyeluruh. Memeriksa suhu internal ayam dan memasak hingga mencapai 165 derajat Celcius adalah langkah yang bagus untuk memastikan memasak yang benar.

2. Singkong
Singkong merupakan sumber karbohidrat yang kaya, tetapi harus direndam dalam air 24 jam sebelum dimasak dengan benar. Singkong mentah mengandung racun yang bermetabolisme dalam tubuh untuk menghasilkan sianida.

Ini bahkan lebih buruk dengan singkong pahit yang ditanam selama musim kemarau. Jadi, memasaknya dengan benar menjadi sangat penting.

3. Telur mentah
Mengonsumsi telur mentah cukup umum. Dari menggunakan putih telur mentah dalam krim kue hingga menggunakannya dalam mayonais, beberapa orang bahkan menyukai rasa telur setengah matang. Tetapi, apakah aman untuk mengkonsumsi telur mentah?

Telur mungkin mengandung bakteri (salmonella), yang dapat menyebabkan keracunan makanan dan sakit perut. Kadang-kadang, bahkan dapat menularkan virus flu. Oleh karena itu, penting untuk memasak telur dengan benar sebelum dimakan.

4. Beras
Beras bisa terkontaminasi oleh bakteri disebut Bacillus cereus, yang dapat masuk ke tubuh dan menyebabkan gejala keracunan makanan. Karena dapat dengan mudah bertahan hidup dalam kondisi kering, bakteri dapat hidup dalam paket beras di dapur Anda. Jika tidak dimasak dengan benar, bakteri ini bisa bertahan dari panas dan masuk ke tubuh.

5. Kecambah
Ada jenis kecambah tertentu seperti kacang hijau, alfalfa, kecambah semanggi dan bunga matahari yang berisiko infeksi, jika tidak dibersihkan dan dimasak dengan benar.

Bakteri yang hidup pada kecambah ini, seperti listeria, E. coli dan Salmonella yang tumbuh subur di lingkungan yang lembap dan hangat. Memasak kecambah dengan benar bisa mengurangi risiko keracunan makanan.

6. Keju khusus
Beberapa jenis keju, seperti keju Meksiko, menempatkan kudapan ini pada risiko keracunan makanan. Keju ini terbuat dari susu yang tidak dipasteurisasi dan mentah, yang jauh lebih mungkin terkontaminasi oleh kuman penyebab penyakit daripada jenis yang diobati.

Jadi, jika Anda menggunakan keju ini, pastikan untuk memasaknya dengan benar. ** Baca juga: Lapar Usai Olahraga, Sebaiknya Konsumsi Makanan dan Minuman Ini

Memasak dengan cara benar akan menghindari Anda dari sejumlah masalah kesehatan.(ilj/bbs)




Cara Efektif Bersihkan Layar Ponsel Agar Terhindar dari Bakteri dan Virus

Kabar6-Virus dan bakteri bisa bersarang di berbagai benda atau barang-barang miliki kita, terlebih jika sering digunakan dan jarang dibersihkan. Padahal menjaga kebersihan barang-barang yang selalu digunakan setiap hari sangat penting, terlebih selama pandemi COVID-19 ini.

Salah satunya adalah ponsel yang menjadi barang paling sering disentuh dan digunakan sepanjang hari, sehingga berisiko kotor karena terpapar banyak bakteri.

Diketahui, kandungan bakteri yang ditemukan pada ponsel, jumlahnya berkisar 10 kali lipat dibanding toilet duduk. Berdasarkan data yang diteliti oleh jurnalis kesehatan dari Seattle Times, diketahui bahwa ada 25.127 bakteri yang menempel berpotensi terdapat pada ponsel setiap orang.

Lantas, bagaimana cara efektif bersihkan layar ponsel? Melansir Popmama, berikut penjelasannya:

1. Cairan khusus pembersih layar yang bisa hilangkan bekas sidik jari
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan pada ponsel Anda, cobalah membersihkan layarnya. Gunakan cairan khusus untuk membersihkan layar ponsel yang merupakan campuran bahan kimia tertentu. Fungsinya, dapat menghilangkan kotoran maupun sidik jari di permukaan layar secara efektif tanpa merusaknya.

2. Gunakan campuran air dan alkohol untuk meminimalisir kotoran
Pada umumnya, ponsel yang kotor ada pada bagian layarnya. Untuk membersihkannya, Anda perlu membersihkan layar ponsel dengan alkohol. Campurkan air dan alkohol isopropyl 70 persen ke dalam botol semprot.

Lalu semprotkan di kain microfiber yang digunakan untuk membersihkan ponsel. Dengan demikian, smartphone lebih terawat dan bisa diminimalisir kerusakannya.

3. UV smartphone sanitizer yang ampuh membunuh kuman di layar
Bersihkan layar ponsel menggunakan UV smartphone sanitizer atau perangkat pembersih ultraviolet khusus smartphone. Cara tersebut adalah metode yang paling efektif membunuh kuman di layar ponsel. Alat ini memiliki blitzing UV cukup kuat untuk membunuh kuman di layar ponsel.

4. Penggunaan cotton bud dapat menjangkau celah ponsel
Cara efektif membersihkan layar smartphone berikutnya yakni menggunakan tisu basah yang mengandung cairan antiseptik. Gunakan pula bantuan cotton bud untuk membersihkan celah-celah ponsel yang sulit terjangkau.

Bahkan cotton bud lebih mudah menjangkau bagian pinggiran handphone hingga lubang speaker. Penggunaan keduanya bisa membersihkan layar dari debu.

5. Kain fiber yang khusus untuk membersihkan segala jenis layar
Kain fiber memang dibuat khusus untuk membersihkan segala bentuk permukaan seperti lensa, layar komputer, laptop, ponsel hingga televisi.

Tuangkan sedikit air bersih ke permukaan layar handphone, kemudian lap secara lembut menggunakan kain fiber secara vertikal dan horizontal. ** Baca juga: Malas Diet, Atur Pola Makan Agar Berat Badan Tetap Ideal

Jangan malas membersihkan ponsel agar terhindar dari masalah kesehatan.(ilj/bbs)




Cara Mudah Atasi Bau Mulut dengan Konsumsi 4 Jenis Makanan Sehat

Kabar6-Bau mulut atau halitosis dapat disebabkan oleh beragam hal. Namun studi menunjukkan, 80 persen bau mulut disebabkan oleh adanya masalah pada kesehatan gigi dan mulut, seperti gigi berlubang atau masalah gusi.

Selain itu, makanan yang berbau menyengat juga dapat menyebabkan bau mulut. Meskipun begitu, bau mulut juga dapat diatasi dengan mengonsumsi makanan yang tepat. Melansir cantiksehat, ini empat jenis makanan sehat yang bantu atasi bau mulut:

1. Yoghurt
Pencernaan yang baik dapat membuat bau mulut semakin berkurang. Yoghurt, produk olahan yang tinggi akan prebiotik ini mampu menekan produksi bakteri jahat yang biasanya hidup dalam sistem pencernaan.

2. Wortel
Sayuran yang kaya akan vitamin A dan tinggi serat ini dapat sangat membantu mengatasi masalah bau mulut. Makanan dengan kadar serat tinggi ini dapat memicu produksi air liur lebih banyak dan alami, dan di dalam air liur terdapat senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri penyebab bau mulut.

3. Lemon
Meski tidak cukup signifikan mengatasi bau mulut, buah lemon cukup ampuh mengusir masalah bau mulut. ** Baca juga: 4 Tanda yang ‘Beritahukan’ Tubuh Anda Lelah

4. Jeruk
Konsumsi buah-buahan yang mengandung cukup banyak air, antara lain seperti jeruk, tomat, apel, dan lain sebagainya, dapat membantu menjaga agar mulut selalu dalam kondisi segar.

Dan, kelenjar yang ada di sekitar mulut aktif memproduksi air liur sehingga akan membunuh bakteri jahat penyebab bau mulut. Perbanyak konsumsi buah yang mengandung vitamin C tinggi, seperti jeruk dan sejenisnya. Vitamin C dipercaya ampuh membunuh beragam bakteri membandel di dalam mulut.

Selamat mencoba.(ilj/bbs)




Pakai Talenan dari Kayu dan Plastik, Mana yang Terbaik?

Kabar6-Selama ini kita mengenal ada dua jenis talenan yang digunakan untuk memotong sayuran atau daging, yaitu talenan yang terbuat dari kayu dan plastik. Nah, mana yang sebaiknya dipilih, dan berapa lama talenan harus diganti?

Talenan kayu dan plastik masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Talenan plastik lebih mudah dirawat, tetapi talenan jenis ini disebut lebih berisiko menyimpan bakteri. Sebaliknya, talenan kayu dianggap lebih higienis.

Penelitian Dean O. Cliver dari University of California, Amerika Serikat, melansir tempo.co, menemukan bahwa talenan kayu mengandung lebih sedikit bakteri, terutama salmonella dan E. Coli. Bakteri dari bahan makanan mentah seperti daging akan tenggelam di kayu, mereka tidak dapat berkembang biak dan akhirnya mati.

Sementara pada talenan plastik, bakteri akan terjebak di bekas goresan pisau. Bakteri ini sulit dibersihkan meskipun dengan mesin pencuci piring. Itu sebabnya, para ahli menyarankan menyiram talenan dengan air panas setelah digunakan.

Selain itu, talenan kayu yang terbuat dari bahan keras, seperti kayu maple, memiliki toleransi yang lebih tinggi terhadap keausan sehingga tidak perlu sering diganti. Kalaupun aus, talenan ini masih bisa digunakan lebih lama.

Namun talenan apa pun yang Anda gunakan, jangan lupa bersihkan setiap hari, karena alat dapur ini bisa mengandung bakteri dari sisa bahan makanan yang bisa menginfeksi keluarga.

Jangan lupa menggantinya jika sudah digunakan terlalu lama. Indikasi mengganti talenan adalah ketika permukaan talenan sudah kasar. ** Baca juga: Jangan Lupa Tutup Kloset Sebelum Disiram untuk Hindari Penyebaran COVID-19

Satu hal lagi, pisahkan talenan khusus untuk memotong daging atau sayuran mentah dengan talenan untuk buah-buahan atau makanan siap saji.

Cara ini akan mengurangi risiko kontaminasi silang.(ilj/bbs)




Bolehkan Makanan yang Sudah Dihinggapi Lalat Tetap Dimakan?

Kabar6-Saat lupa memakai tudung saji atau membiarkan wadahnya terbuka, seringkali makanan di atas meja dihinggapi lalat. Sebagian orang langsung membuang makanan tadi, sebaliknya tidak sedikit yang tetap memakannya, hanya dengan membuang bagian yang dihinggapi lalat saja.

Namun tahukah Anda, selain menjijikkan, menurut ilmuwan peneliti dan Direktur Laboratorium Ekologi Vektor Universitas Fordham di Louis Calder Center, bernama Thomas J. Daniels, ada setidaknya 100 patogen berbeda yang bisa dibawa oleh lalat. Di antaranya ada bakteri, virus dan telur parasit.

Begitu seekor lalat membawa kuman, melansir Kompas, ia dapat menyebarkan penyakit dengan beberapa cara. Bakteri dan virus pada makanan yang terkontaminasi, akan menempel pada tubuh lalat dan rambut-rambut kecil di kakinya. Ketika lalat terbang dan mendarat di tempat lain, seperti makanan, ia akan meninggalkan beberapa kuman itu.

“Jadi akan ada potensi risiko penyakit, bahkan hanya dari lalat yang mendarat pada makanan kita dan patogennya cenderung kecil,” jelas Daniels.

Namun, kekhawatiran yang lebih besar datang dari lalat yang muntah. Saat lalat mendarat di makanan, ia tidak menggigit sedikit pun makanan dari sana. Sebagai gantinya, serangga memuntahkan cairan pencernaan ke dalam makanan untuk memecahnya, sehingga mereka bisa menghabiskan makanan cair. Tapi, itu bahkan bukan yang terburuk.

Muntahan lalat penuh dengan kuman dari makanan terakhirnya dan patogen di dalam lalat hidup lebih lama daripada yang ada di kakinya. Artinya, ada kemungkinan bakteri dan virus tetap hidup. Kuman-kuman itu bercampur dengan muntahan lalat dan tetap berada di mulutnya sampai ia memakannya pada waktu berikutnya.

Menurut spesialis penyakit menular sekaligus penulis buku ‘How to Avoid Contagious Diseases’ bernama Brent W. Laartz, MD, para ilmuwan tahu lalat dapat menyebarkan E. coli, salmonella, hepatitis A, dan rotavirus. Ada juga shigella, sekelompok bakteri yang dapat menyebabkan diare, demam, dan sakit perut.

Tidak perlu banyak bakteri shigella untuk membuat kita sakit. Tetapi, sebelum kita mulai membuang semua makanan di meja makan, ketahuilah bahwa tidak setiap lalat akan membawa kuman.

Semua patogen yang disebutkan di atas adalah bakteri dan virus feses, tidak ada pada semua makanan yang dimakan lalat. “Lalat harus mendarat di atas daging mentah atau tinja untuk menyebarkan bakteri dan virus ke makanan,” terang Laartz.

Jadi, semakin bersih dapur maka semakin kecil kemungkinan lalat mengambil sesuatu sebelum mengunyah makanan kita. Selain itu, hanya ada satu lalat pada makanan bukan berarti kita akan sakit karena kuman yang dibawanya.

Risiko juga bergantung pada berapa banyak kuman yang dibawa lalat, berapa lama ia berdiam di makanan, dan seberapa kuat sistem kekebalan tubuh kita. Jika faktor-faktor tersebut bisa dicegah, menurut Daniels, maka kita mungkin tidak akan terinfeksi.

Jadi, ketika ada seekor lalat mendarat di atas makanan, dan rumah kita bersih, kemungkinan kita bisa tetap menonsumsi makanan tersebut. Kita mungkin perlu khawatir jika berada di daerah yang kebersihannya tidak terjamin dan banyak serangga di sekitar, seperti saat piknik.

Hal ini karena semakin banyak lalat yang mendarat di makanan, sebetulnya semakin banyak kuman yang bisa mereka tinggalkan. “Jadi, jangan lupa tutupi makanan jika belum dimakan,” kata Laartz. ** Baca juga: Dalam Keseharian, Wanita Sering Kekurangan 5 Nutrisi Penting Ini

Disarankan agar makanan ditutup dengan tudung saji anti lalat atau piring lain. Jika mendapati lalat berdengung di sekitar makanan yang sempat kita tinggalkan sebentar tanpa ditutup, lebih baik buang makanan tadi.(ilj/bbs)




Ilmuwan Temukan Bakteri Mengerikan dalam Bangkai Kapal Titanic

Kabar6-Para ilmuwan yang ‘berkunjung’ ke bangkai kapal Titanic menemukan bakteri mengerikan. Diketahui, kapal Titanic tenggelam di Samudra Atlantik pada kedalaman 3.810 meter atau sekira 12.500 kaki di lepas pantai Newfoundland, Kanada, pada 1912 silam.

Saat ini, bangkai kapal Titanic mengalami pelapukan dan telah membusuk. Dua bagian kapal yang terbelah ini berada di tempat berbeda dengan jarak ratusan meter.

Penyelaman untuk meneliti kapal Titanic ini dilakukan dengan menggunakan faktor pembatas (limiting factor) depth submergence vehicle atau DSV. Alat ini mampu menangkap video kapal Titanic dengan resolusi tinggi 4K dan 3D.

Para ilmuwan, melansir BBC, memprediksi bahwa kondisi kapal Titanic ini akibat menjadi konsumsi mikroba dan hewan laut yang beragam. Selain itu, karena korosi garam dan bakteri mengerikan yang membuat kapal Titanic mengalami kerusakan parah. Bakteri mengerikan tersebut adalah bakteri pemakan logam yang menggerogoti besi bangkai kapal Titanic, dan menciptakan struktur rusticle dan logam yang jauh lebih lemah.

Rusticle yang tercipta ini lalu membuat bentuk kapal menjadi lebih halus dan berubah menjadi bubuk hingga larut dalam laut. Dijelaskan ilmuwan, bakteri ini adalah Halomonas Titanicae yang pertama kali ditemukan pada 1991 di karat dan es. Sayangnya, untuk mengidentifikasi bakteri ini adalah hal sulit. Perlu waktu hingga 2010 baru disadari keberadaannya.

Alhasil, beberapa bagian kapal sudah menghilang, termasuk sejumlah ‘kemewahan’ yang dulu jadi salah satu ciri kapal Titanic. Bagian sisi kanan tempat tinggal petugas dan kapten berada, bak mandi kapten, hingga kabin-kabin telah rusak parah. ** Baca juga: Benarkah Orang Mesir Berasal dari Mars?

Karena masa kapal Titanic tidak akan bertahan lama dan akan rusak karena bakteri mengerikan tersebut, para ilmuwan lalu merekam wujud kapal ini dengan teknik fotogrametri yang memungkinkan adanya rekreasi 3D dan virtual augmented reality di masa depan.(ilj/bbs)




Apakah Kita Harus Mandi Tiap Hari?

Kabar6-Tiap orang memiliki kebiasaan mandi yang berbeda, termasuk frekuensi mandi. Nah, para ahli kulit cenderung memiliki pendapat berbeda mengenai hal tersebut.

Menurut dokter kulit bersertifikat, Loretta Ciraldo, terkadang mandi harian sangat diperlukan, bahkan dua kali sehari untuk beberapa orang. Sementara, dokter kulit bersertifikat lainnya, Zenovia Gabriel, menyebutkan, mandi dengan membilas badan secara sederhana di bawah semprotan sudah cukup.

Lantas, seberapa sering sebenarnya kita harus mandi setiap harinya? Melansir Republika, berikut beberapa alasan yang bisa menentukan seberapa sering seseorang harus mandi setiap harinya:

1. Lingkungan
“Jika Anda tinggal di daerah air keras, di mana ada banyak kalsium dan mineral lain dalam air, Anda mungkin harus membatasi mandi,” kata Ciraldo. Hal ini karena air yang keras dapat menjadikan kulit sangat kering, dan seringkali membuat kulit yang kering dapat lebih buruk.

2. Tingkat aktivitas
Jika kita memiliki aktivitas gym atau olahraga, maka harus sering mandi. Kadar keringat menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. “Anda bahkan mungkin ingin mandi pagi dan malam, jika Anda keluar rumah sepanjang hari,” ujar Ciraldo

Keringat tak terlalu membuat kita kotor, tapi pikirkan bagaimana bakteri akan berkembang. Orang yang berolahraga atau memiliki pekerjaan yang menantang secara fisik ke lingkungan yang kotor, mungkin sebaiknya harus mandi dua kali sehari.

3. Jenis kulit
Jenis kulit sulit menentukan seberapa sering seseorang harus mandi, karena ada faktor lain yang ikut berperan, yaitu suhu air, lama mandi, dan jenis sabun.

Jika seseorang memiliki kulit sangat kering, Gabriel mengatakan, maka boleh saja tidak menggunakan pembersih dan hanya membilasnya dengan air.

Jika ingin menggunakan sabun sebaiknya di tempat-tempat yang lebih hangat, seperti daerah ketiak dan selangkangan. Menggunakan sabun hanya dua hingga tiga kali seminggu di permukaan kulit dapat menghindari kering lebih lanjut serta peradangan. Jika memiliki kulit super kering atau rawan eksim, pastikan air tidak terlalu panas.

Air panas dapat mengeringkan kulit lebih. Kemudian, tepuk-tepuk kulit sampai kering dan oleskan krim oklusif untuk kelembapan, lakukan dengan baik. “Mandi air dingin setelah berolahraga atau setelah aktivitas lain di mana Anda mungkin berkeringat,” tambah Ciraldo. ** Baca juga: 6 Jenis Makanan yang Berikan Efek Negatif pada Otak

Jadi, berapa kali Anda mandi dalam sehari?(ilj/bbs)




Bersihkan Barang-barang yang Sering Digunakan Sepulang Bepergian Selama New Normal

Kabar6-Menjaga pola hidup sehat, terlebih memasuki masa new normal sangat penting dilakukan, di mana orang-orang kembali beraktivitas seperti biasa.

Hal yang harus diperhatikan, Anda wajib membersihkan barang-barang yang sering dibawa dan digunakan setelah kembali ke rumah, seperti ponsel, sepatu, tas dan dompet, pakaian, serta jam tangan. Jangan sampai barang-barang tersebut menjadi sarang virus dan bakteri yang kemudian bisa menginfeksi tubuh Anda.

Bagaimana caranya? Berikut ini, melansir Wolipop, sejumlah barang yang sering digunakan sehari-hari dan cara membersihkannya:

1. Ponsel
Ponsel adalah salah satu benda yang paling sering tersentuh oleh tangan. Itu membuat ponsel berisiko menjadi penyebar virus dan bakteri. Untuk membersihkan ponsel dari virus dan bakteri, Anda bisa menggunakan campuran distilled water atau air suling dengan 70 persen isopropil alkohol.

Semprotkan campuran tersebut pada kain yang akan digunakan untuk membersihkan ponsel. Atau, gunakan tisu disinfektan yang memiliki kandungan sama.

Untuk area yang lebih kecil, seperti sekitar lensa kamera atau tombol, Anda bisa menggunakan cotton bud kering atau tusuk gigi kayu untuk membersihkan debu atau kotoran yang menempel.

2. Tas dan dompet kulit
Anda bisa menggunakan tisu disinfektan untuk membersihkan kotoran pada bagian luar tas dan dompet kulit. Kemudian, tuangkan sedikit hand sanitizer di tangan, lalu oleskan pada permukaan tas dan dompet kulit dengan menggunakan kapas atau tisu. Pastikan untuk mengoleskannya pada bagian pegangan atau gagang dan bawah tas, lalu biarkan mengering.

Untuk bagian dalam, bersihkan dengan sikat lembut. Perhatikan juga aksesoris keras yang terdapat pada tas atau dompet. Beberapa dompet dan tas biasanya dihiasi dengan logam seperti paladium.

Untuk membersihkannya, gunakan sikat lembut dan kain lembut untuk mengeringkannya. Jika ingin memperbaiki atau mencegah goresan pada tas dan dompet kulit, coba gunakan kondisioner khusus untuk bahan kulit.

3. Sepatu
Sepatu adalah alas kaki yang selalu kita gunakan setiap hari ketika keluar rumah. Sudah jelas jika sepatu berpotensi besar menyimpan virus dan bakteri.

Untuk membersihkannya, campurkan sabun cair antibakteri dengan air hangat dan gosok permukaan sepatu dengan lembut. Setelahnya, bilas sisa sabun dengan air hangat.

Jika Anda tidak mempunyai banyak waktu, rendam sepatu dalam wadah berisi alkohol untuk membunuh bakteri. Sepatu yang terbuat dari bahan yang mudah rusak harus dibilas dengan lembut setelahnya.

Untuk bagian dalam, gunakan air yang dicampur dengan pemutih. Namun untuk sepatu berwarna, harus berhati-hati saat menyemprotkan cairan pemutih tersebut.

4. Pakaian
Cara terbaik untuk mencuci pakaian agar terbebas dari virus dan bakteri adalah dengan menggunakan campuran deterjen ringan dan air hangat untuk merendam.

Untuk pakaian yang tidak terlalu kotor, cukup merendamnya selama dua hingga tiga menit. Disarankan melakukan pengeringan dengan udara, bukan menggunakan pengering bersuhu panas karena dapat merusak bahan pakaian.

5. Jam tangan
Campurkan air hangat dengan sabun pencuci piring. Lalu celupkan kain chamois atau sikat gigi berbulu halus ke dalam campuran cairan tersebut dan gunakan untuk menggosok permukaan jam tangan.

Jika tali jam tanganmu terbuat dari kulit, bisa dibersihkan dengan kain yang sudah diberi cairan disinfektan. Sedangkan untuk tali jam berbahan logam seperti baja, emas, dan perak, perlu dibersihkan sikat lembut dan air sabun. ** Baca juga: Era New Normal, Perhatikan 3 Protokol Kesehatan Membeli Makanan dan Minuman

Perhatikan kebersihan barang-barang yang sering Anda gunakan sehari-hari agar terhindar dari infeksi COVID-19.(ilj/bbs)




Pilih Jenis Hand Sanitizer yang Sesuai Kebutuhan Anda

Kabar6-Penggunaan hand sanitizer menjadi salah satu alternatif untuk membersihkan tangan dari kuman, bakteri, dan juga virus di tengah pandemi COVID-19 yang mewajibkan Anda untuk selalu menjaga kebersihan.

Hand sanitizer biasanya digunakan saat kita tengah dalam perjalanan dan mengalami keterbatasan untuk mencuci tangan dengan air dan sabun. Ada berbagai pilihan hand sanitizer yaitu gel, cair, dan busa. Sebenarnya, mana yang lebih efektif? Melansir Wolipop, berikut penjelasannya:

1. Hand sanitizer gel
Hand sanitizer berbentuk gel lebih banyak dipakai dibanding jenis yang lain. Tapi hand sanitizer yang satu ini butuh waktu lebih lama untuk kering di tangan saat dipakai.

Tekstur yang dihasilkan pun lebih kental dan pada dosis tertentu terasa lengket di tangan. Bagi sebagian orang, hand sanitizer gel lebih mudah menyebar ke seluruh tangan.

2. Hand santizer cair
Berbeda dengan gel, hand sanitizer cair biasanya dikemas dalam bentuk spray. Penggunaannya pun lebih ringkas karena tinggal semprot dan cepat kering saat dipakai di tangan. Bagi sebagian orang yang lain, hand sanitizer cair dirasa lebih bersih saat dipakai.

3. Hand sanitizer busa
Hand sanitizer busa mungkin bagi sebagian orang masih terasa asing atau bahkan belum pernah mencoba menggunakannya sama sekali. Di Indonesia, penggunaan hand sanitizer busa jarang ditemui karena masyarakat di sini lebih sering memakai jenis yang gel ataupun cair.

Kelebihan hand sanitizer jenis ini menempel pada tangan dan tidak mudah meluncur seperti jenis yang gel. Sebagian orang menganggap pembersih tangan jenis ini lebih mudah menyebar pada di seluruh tangan. Tapi sayangnya, harga hand sanitizer busa jauh lebih mahal dibanding dengan jenis yang lain.

Penelitian yang diungkap via Journal of Hospital Infection pada 2017 lalu fokus pada kandungan isopropanol dan etanol pada alkohol yang ada dalam hand sanitizer. Melibatkan sebanyak 20 responden dengan tes Standar Eropa EN 1500.

Hasilnya, tidak ada perbedaan dalam efektifitas membunuh batektri, virus, ataupun kuman pada ketiga jenis hand sanitizer tadi. Perbedaannya terletak pada kandungan etanol yang cenderung bisa lebih cepat kering dibanding isopropanol.

Hand sanitizer jenis gel, cair, dan busa sama-sama efektif untuk dipakai apabila sudah sesuai standar yang berlaku. Hanya perbedaannya ada pada waktu pengeringan saja.

Ketiga jenis pembersih tangan ini punya manfaat yang serupa untuk membunuh kuman, bakteri, ataupun virus. Semua kembali ke pilihan masing-masing yang disesuaikan sama kebutuhan.

Agar pemakaian hand sanitizer bekerja secara efektif, hal yang paling penting adalah dengan membiarkannya tetap basah di tangan selama 15 detik. Jangan mengaplikasikannya banyak-banyak, cukup disesuaikan dengan kebutuhan saja.

Namun jangan juga terlalu sedikit karena bisa berpengaruh pada hasil pemakaian. ** Baca juga: Jangan Lakukan 3 Kesalahan Ini Saat Memasak

Jadi, pilih jenis hand sanitizer yang sesuai kebutuhan Anda, dan pakai secukupnya saja, ya.(ilj/bbs)




Tidak Disarankan Simpan Hand Sanitizer dalam Mobil

Kabar6-Sama seperti mencuci tangan dengan sabun dan air, hand sanitizer juga efektif membunuh sebagian besar kuman dan patogen. Termasuk meminimalisir kontaminasi virus atau bakteri yang bisa saja hinggap di tangan.

Karena itulah, banyak orang yang selalu membawa hand sanitizer saat beraktivitas di luar rumah. Nah, tahukah Anda ternyata tidak dianjurkan untuk membawa atau bahkan menyimpan hand sanitizer dalam mobil? Apa alasannya?

Ada beberapa ahli, melansir Intisari, yang memperingatkan bahwa kita sebaiknya tidak meninggalkan hand sanitizer dalam mobil. Associate Professor Florida Gold Coast University, Dr Greg Boyce, juga mengatakan bahwa itu bukan ide yang baik. Alasannya, karena suhu yang hangat dapat menyebabkan alkohol dalam hand sanitizer menguap. Suhu di dalam kendaraan seperti mobil dapat dengan cepat menjadi panas, terutama jika telah diparkir di bawah sinar matahari langsung.

Padahal, alkohol adalah bahan aktif yang membunuh bakteri dan virus, sehingga produk tidak akan dapat bekerja sebagaimana seharusnya tanpa adanya kandungan alkohol.

Jadi, hand sanitizer yang kita miliki kefektifannya dalam membunuh virus akan berkurang atau bahkan menghilang. Selain itu, hand sanitizer yang hangat juga bisa mengiritasi kulit.

Tidak hanya itu, hand sanitizer yang disimpan di mobil juga bisa menyebabkan kerusakan pada mobil itu sendiri apabila bocor. ** Baca juga: 7 Kebiasaan Sepele yang Ternyata Bisa Kontrol Nafsu Makan Anda

Insinyur Ford telah melakukan penelitian tentang hal ini, dan menemukan bahwa bahan-bahan dalam sanitiser dapat menyebabkan permukaan interior mobil aus sebelum waktunya.

Kondisi ini tentu akan cukup menguras kantong. Karena itulah, simpan selalu hand sanitizer dalam tas yang dibawa sehingga tidak akan ketinggalan dalam mobil.(ilj/bbs)