oleh

Tren Hitung ‘Mendongakkan Kepala’ di Sekolah Tiongkok untuk Ukur Tingkat Konsentrasi Siswa

image_pdfimage_print

Kabar6-Tren baru bernama ‘head-up rate’ menjadi populer di banyak sekolah menengah di Tiongkok. Dalam aturan baru itu, sekolah akan menghitung berapa banyak siswa yang mengangkat atau mendongakkan kepala mereka di kelas, ketika ada suara tak terduga, untuk mengukur tingkat konsentrasi mereka.

Beberapa guru, melansir Indiatimes, dilaporkan menguji konsentrasi siswa dengan sengaja membuat suara-suara seperti ketukan pintu, dan siswa yang ketahuan melihat ke atas akan dihukum. Wang Yimei, seorang siswa sekolah menengah dari Provinsi Hebei, Tiongkok utara, mengatakan bahwa ada hukuman berat bagi yang melanggar aturan tersebut.

“Kalau ketahuan mendongak akan dianggap melanggar aturan. Setelah ketahuan, Anda harus menjalani hukuman sepanjang hari. Dari pukul 08.00 sampai pukul 10.00,” kata Yimei.

Namun, aturan ini mendapat respons di dunia maya, dengan banyak yang mempertanyakan manfaat sebenarnya dari aturan tersebut. Salah satu siswa yang tak diketahui identitasnya, menulis di media sosial bahwa aturan itu bertentangan dengan refleks spontan manusia.

“Kita adalah manusia yang akan mencari sumber suara secara refleks. Namun, saya berkata pada diri sendiri untuk tidak melihat ke atas ketika mendengar suara-suara seperti itu. Bahkan jika sekolah runtuh, jangan angkat kepalamu,” tulisnya.

Padahal sebelumnya, aturan semacam itu telah berakibat fatal bagi para siswa. Misalnya pada 2016, ketika sebuah sekolah menengah di Provinsi Shandong, Tiongkok timur mengalami serangan, siswa-siswa yang mendengar ledakan merasa ragu untuk lari dan menyelamatkan diri.

Meskipun sudah ada beberapa kasus serupa terjadi, institusi pendidikan di Tiongkok tetap menerapkan aturan tersebut, dengan harapan bisa melatih fokus dan konsentrasi siswa yang dianggap akan berguna untuk mempersiapkan studi mereka.

Bahkan, beberapa sekolah menerapkan aturan bergaya militer bagi muridnya hingga menghapus kegiatan non-akademik di sekolah. Misalnya, sejumlah sekolah memaksa murid perempuan untuk memotong rambut mereka karena menilai bahwa rambut panjang dan aksesoris rambut dapat mengganggu fokus belajar mereka.

Di Tiongkok sendiri, sebagian besar sekolah menilai bahwa murid-muridnya harus berkuliah di universitas terkemuka agar bisa mendapatkan pekerjaan layak di tengah persaingan yang ketat.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email