1

Ketahui Sejumlah Fakta Tentang MSG

Kabar6-Monosodium glutamat (MSG) adalah salah satu bahan makanan yang paling banyak mendapatkan pemberitaan buruk dan sering disebut berbahaya. Benarkah demikian?

Berdasarkan sejumlah fakta ilmiah dan regulasi terkait keamanan pangan, MSG dimasukkan sebagai bahan tambahan pangan yang aman dikonsumsi dengan pemakaian secukupnya. Selain itu, MSG tidak menyebabkan masalah tekanan darah, risiko penyakit, dampak buruk/berbahaya lainnya bagi kesehatan manusia.

MSG sebagai bahan tambahan pangan juga sudah mendapat izin edar dari BPOM RI. Nah, apa saja sih sejumlah fakta tentang MSG:

1. Bahan tambahan pangan penyedap rasa (MSG) terbuat dari tetes tebu, dan bukan zat kimia (sintetik) atau zat aditif, MSG dibuat melalui proses fermentasi.

2. Kandungan zat dalam bahan tambahan pangan penyedap rasa (MSG) ada tiga yaitu asam glutamat 78 persen, natrium 12 persen, dan air 10 persen.

Sebagai zat utama adalah asam glutamat yang merupakan asam amino, yang tidak berbeda dengan asam glutamat yang ada dalam makanan alami sehari-hari seperti tomat, susu, keju, dan lain sebagainya.

3. Bahan tambahan pangan penyedap rasa (MSG) mudah larut dan dapat dimetabolisme dengan baik dalam tubuh.

4. Bahan tambahan pangan penyedap rasa (MSG) sudah diakui keamanannya oleh beberapa badan dunia yang berkompeten dalam bidang makanan seperti JECFA, terdiri dari FAO dan WHO. Kemudian FDA dan juga Kementerian Kesehatan serta BPOM RI.

5. Bahan tambahan pangan penyedap rasa (MSG) adalah salah satu bahan tambahan pangan penguat rasa yang paling aman dan diizinkan untuk dikonsumsi berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.033 Tahun 2012 dengan takaran secukupnya. ** Baca juga: Voila! Studi Sebutkan, Pria 10 Kali Lebih Bahagia Menikah dengan Wanita ‘Berisi’

Jadi, bahan tambahan pangan penyedap rasa (MSG) aman dikonsumsi dan tidak menimbulkan dampak buruk atau berbahaya bagi kesehatan.(ilj/bbs)

sumber: Persatuan Pabrik Monosodium Glutamate dan Glutamic Acid Indonesia (P2MI)




Konsumsi Kecap Berlebihan Tidak Baik untuk Kesehatan

Kabar6-Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan, berupa cairan berwarna hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai atau kedelai hitam. Namun ada pula kecap yang dibuat dari bahan dasar air kelapa yang umumnya berasa asin.

Rasa lezat yang dihasilkan dari penambahan kecap ke dalam masakan sebenarnya adalah MSG alami yang terbentuk dari proses fermentasi. Karena proses fermentasi ini, struktur protein di dalam kedelai terpecah-pecah menjadi berbagai macam asam amino. Berbagai asam amino ini bercampur dengan garam yang ditambahkan, membentuk kandungan umami yang tinggi sekali dan tercipta rasa gurih.

Ternyata rasa gurih terjadi karena kecap memiliki MSG alami dalam proses fermentasi kedelai dan penambahan larutan garam (brine). Selain memberi rasa gurih, MSG ini juga berperan sebagai bahan pengawet agar kecap lebih tahan lama.

Nah, karena MSG di kecap mengandung komponen garam, melansir Viva, maka pemakaiannya harus dibatasi. Kecap sebaiknya hanya digunakan untuk bumbu di dapur saja agar konsumsinya tidak berlebihan. Disarankan juga untuk menggunakan sendok makan saat menakar kecap, yaitu dibatasi hanya dua sendok makan kecap dalam sehari, baik sebagai bumbu masakan di dapur atau penambahan pada makanan di piring. ** Baca juga: Guys, Tidak Disarankan Sering Begadang

Maksimal dua sdm (sendok makan) bagi yang tidak memiliki riwayat diabetes. Sementara untuk yang memiliki riwayat diabetes, cukup satu sdm kecap dalam sehari.(ilj/bbs)




MSG Tidak Selamanya Membuat ‘Bodoh’

Kabar6-Monosodium glutamat (MSG) telah digunakan sebagai bahan penambah rasa masakan sejak puluhan tahun yang lalu. Pada zaman dulu, MSG adalah penyedap rasa alami yang diperoleh dari proses pengolahan rumput laut.

Seiring perkembangan teknologi, kini MSG dibuat dari proses fermentasi industri. MSG ditambahkan ke dalam masakan untuk menghasilkan rasa gurih, mirip dengan glutamat yang diproduksi secara alami oleh bahan makanan segar.

Di sisi lain, MSG sering memiliki konotasi negatif dan dianggap berbahaya bila terlalu banyak dikonsumsi. Ada banyak mitos yang menyatakan bahwa MSG dapat membuat seseorang menjadi lebih bodoh dan kurang cerdas.

Benarkah demikian? Melansir tempo.co, MSG adalah bahan yang natural dan alami pembuatannya. MSG merupakan fermentasi dengan proses natural dan alami dan tidak ada kimiawinya. Berbagai organisasi di seluruh dunia sudah menyatakan, MSG sebagai bahan yang aman untuk dikonsumsi. Badan pengawas makanan dan obat-obatan Amerika Serikat (FDA) bahkan mendaftarkan MSG sebagai penyedap rasa yang ‘secara umum diakui aman’, sama dengan garam, gula, rempah-rempah, dan vitamin.

Meskipun demikian, sama seperti penyedap rasa lainnya, FDA menambahkan penjelasan bahwa MSG dinyatakan aman jika dikonsumsi dengan dosis yang sewajarnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyetujui kategori tersebut dan menganggap MSG sebagai bahan penyedap rasa yang aman. ** Baca juga: Kopi Ikut Pengaruhi Pola BAB?

Jadi gunakan MSG sesuai kebutuhan saja.(ilj/bbs)




Pencernaan Lancar, Hindari 5 Makanan Penyebab Sembelit

Kabar6-Buang air besar (BAB) idealnya memang dilakukan setiap hari untuk membuang racun dari dalam tubuh. Sayangnya, tidak semua orang memiliki pencernaan yang lancar, sehingga seringkali mengalami susah BAB atau sembelit.

Padahal jika hal ini terjadi terus menerus dalam waktu lama, susah sembelit dapat memicu berbagai penyakit pencernaan. Ternyata selain karena kurang gerak, sembelit bisa disebabkan oleh kebiasaan Anda mengonsumsi makanan tertentu berlebihan. Melansir beberapa sumber, ini dia lima jenis makanan yang dapat memicu sembelit:

1. Daging merah
Tubuh butuh waktu lebih lama untuk mencerna daging merah, sehingga lebih baik jika menu Anda diimbangi dengan sayuran dan buah.

2. Makanan olahan
Makanan cepat saji seperti burger, ayam goreng, kentang goreng, sarden kalengan, dan sebagainya selalu minim serat dan sangat tinggi lemaknya. Mengonsumsinya setiap hari sama saja dengan memperbanyak racun di tubuh Anda dan menyumbat saluran pencernaan.

3. Keripik
Selain tinggi lemak, keripik banyak mengandung MSG yang menyebabkan Anda cepat dehidrasi. Kandungan garamnya yang tinggi juga memicu penyempitan pembuluh darah, termasuk aliran darah ke area bokong.

4. Cookies
Tidak hanya kandungan seratnya yang sedikit, kue juga tinggi kandungan gula, yang menyebabkan susah dicerna oleh usus sehingga bisa mengakibatkan sembelit.

5. Minuman berkafein
Jenis minuman yang mengandung kafein antara lain adalah kopi atau teh, bersifat diuretik alias menyerap air di dalam tubuh. Akibatnya, tubuh gampang dehidrasi.

Idealnya, porsi kopi adalah tidak lebih dari tiga cangkir sehari. Itu pun harus diseimbangkan dengan menambah konsumsi air putih, dan bukan kopi yang penuh creamer dan gula. ** Baca juga: Pilih Makanan yang Tepat untuk Berbuka Puasa & Sahur

Konsumsi makanan yang tepat membuat Anda terhindar dari sembelit.(ilj/bbs)




Bikin Haus, Sejumlah Makanan yang Sebaiknya Dihindari Saat Sahur

Kabar6-Selama kurang lebih satu bulan ke depan, umat Islam di seluruh dunia akan menjalankan ibadah puasa. Salah satu tantangan terberat saat puasa adalah menahan haus. Terlebih apabila Anda termasuk orang yang memiliki segudang aktivitas dan berada di lapangan atau di luar ruangan.

Nah, bagaimana agar kebutuhan cairan tubuh terjaga dengan baik? Ada beberapa makanan yang sebaiknya dihindari sebagai menu sahur, karena bisa bikin haus. Melansir beberapa sumber, ini dia empat jenis makanan yang dimaksud:

1. Makanan asin & kaya MSG
Makanan yang terlalu asin dan kaya akan MSG adalah makanan yang sering bikin haus. Makanan seperti keripik, telur asin, dan ikan asin adalah makanan yang penting dihindari saat sahur.

2. Makanan bersantan
Bagi sebagian orang, makanan bersantan selain lezat juga menggugah selera. Hanya saja, batasi mengonsumsi makanan ini karena bisa menyebabkan meningkatnya kolesterol tubuh. Selain itu, makanan bersantan bisa meningkatkan risiko haus saat berpuasa.

3. Makanan pedas
Makanan pedas tak hanya bikin cepat haus saat puasa, ini juga bisa bikin sistem pencernaan kurang sehat. ** Baca juga: Apa Saja Sih yang Banyak Dipikirkan Orang Saat Bangun Pagi?

4. Makanan yang terlalu manis
Makanan yang terlalu manis atau mengandung gula dianggap bisa memberikan asupan energi selama puasa. Tapi mengonsumsi makanan manis secara berlebihan saat sahur justru hanya akan membuat kita cepat haus saat puasa.

Pilih menu sahur yang tepat agar puasa menjadi lancar.(ilj/bbs)




Bagaimana Atur Pola Makan yang Lebih Sehat?

Kabar6-Menerapkan pola hidup sehat sekaligus menjalani diet agar berat badan stabil, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ada saja rintangan, entah dari diri sendiri maupun lingkungan sekitar yang membuat diet kurang sukses.

Nah, jika Anda baru mulai mempraktikkan pola makan lebih sehat, ada baiknya mencoba lima langkah diet yang tidak hanya membantu mendapatkan tubuh ideal, tapi juga hidup lebih sehat. Melansir Pesona, ini penjelasannya:

1. Buah-buahan sebagai menu sarapan
Biasakan minum segelas air putih setelah bangun tidur. Untuk sarapan sebelum memulai aktivitas, siapkan buah segar, bukan dijus.

2. Tidak melewatkan makan siang
Makan siang dengan porsi biasa. Pastikan menu makan siang Anda memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Sebaiknya selalu dilengkapi dengan sayuran hijau. Memasuki hari ke-7, secara bertahap kurangi porsi karbohidrat (nasi). Setelah makan, biasakan hanya minum air putih biasa, bukan air putih dingin atau minuman manis.

3. Camilan buah
Sebaiknya Anda ngemil di jam-jam kosong, misalnya pukul 9.00-10.00 dan 14.00-16.00. Hal ini untuk mengurangi rasa lapar, sehingga Anda tidak lupa diri saat makan siang dan malam. Pilih camilan yang benar, bukan gorengan atau makanan mengandung MSG. Jika ingin aman sekaligus praktis, pilih buah sebagai camilan.

4. Makan malam tepat waktu
Terapkan disiplin makan malam. Jangan makan malam lebih dari pukul 19.000. Cukup tiga sendok nasi dengan lauk secukupnya. Jangan lupa sayuran hijau. Jika setelah makan Anda masih merasa lapar, boleh diganjal dengan makan buah.

5. Olahraga
Untuk membantu memaksimalkan diet Anda, lakukan olahraga rutin. Jika Anda pemalas, pilih olahraga yang paling mudah, misalnya lari atau jalan keliling kompleks rumah. Cukup 30 menit sekali lari, asal Anda lakukan rutin minimal tiga kali seminggu. ** Baca juga: Hal yang Terjadi Jika Anda Konsumsi Makanan Kedaluwarsa

Selamat mencoba.(ilj/bbs)




Fakta Berbeda Sejumlah Makanan yang Sering Disebut ‘Berbahaya’

Kabar6-Ada banyak jenis makanan yang dituding membahayakan tubuh seperti MSG, gluten, dan lain sebagainya. Padahal, berbagai makanan yang dicap bahaya tersebut tidak sepenuhnya buruk, lho. Mengapa demikan? Melansir Esquire, berikut penjelasannya:

1. MSG tidak memicu sakit kepala
Banyak orang beranggapan, mengonsumsi monosodium glutamat (MSG) berlebih dapat sebabkan sakit kepala, nyeri dada, hingga penyempitan pembuluh darah. MSG pertama kali diciptakan oleh ilmuwan Jepang dekade 60-an dari ekstraksi rumput laut.

Dalam studi ilmiah berjudul ‘Food and Chemical Toxicology’ yang dimuat di jurnal Science Direct, tidak menemukan pengaruh buruk dalam penggunaan MSG, kecuali peningkatan nafsu makan yang memicu kegemukan.

2. Pemanis buatan tidak memicu kanker
Belakangan, banyak produk makanan mengklaim telah beralih dari penggunaan pemanis buatan ke pemanis alami. Ini memang terkesan ‘lebih sehat’, namun masalahnya ternyata bukan tentang pemanis, melainkan seberapa besar konsumsi pemanis.

Bahkan secara ilmiah pun, belum pernah ditemukan data empiris mengenai pemanis buatan picu serangan kanker, kecuali tentang isu besaran konsumsi pemanis, itu pun tidak membedakan antara yang buatan dan asli.

3. Karbohidrat tidak selalu buruk
Semakin banyak orang yang ‘ketakutan’ mengonsumsi karbohidrat karena dinilai picu kegemukan. Padahal, ada beberapa karbohidrat yang sangat kaya akan manfaat sehat, seperti kacang legum, whole grain, serta buah dan sayuran (secara teknis, sayuran mengandung karbohidrat). Intinya, tentang komposisi yang seimbang antara seluruh nutrisi harian.

4. Tidak semua ikan laut mengandung merkuri
Ada sebuah isu yang membuat resah khalayak dalam beberapa waktu terakhir, yakni mengenai tudingan kandungan merkuri pada produk tangkapan laut. Ditambah dengan pembuktian dari berbagai studi ilmiah, khalayak pun mulai berpikir ulang ketika hendak menyantap makanan laut.

Ancaman merkuri sejatinya memang ada, terutama di ikan-ikan berdaging gelap, seperti tuna dan tongkol, namun skalanya tidak bisa dibilang besar. Ada baiknya membuat variasi santap di makanan laut lain yang lebih sehat, seperti ikan salmon, ikan kembung, dan lain sebagaiya.

5. Gluten aman dikonsumsi
Gluten merupakan bentuk protein yang ditemukan pada gandum dan beberapa tanaman padi-padian lagi. Namun belakangan, semakin banyak orang menghindari gluten karena khawatir terhadap risiko peradangan, masalah kesehatan kulit, dan bahkan kerusakan otak.

Faktanya, gluten harus diwaspadai oleh penderita penyakit celiac yang hanya berjumlah satu persen dari total populasi dunia, sedangkan sisanya bebas mengonsumsi. ** Baca juga: Jangan Dikonsumsi Berlebihan, Jenis Camilan Ini Ternyata Mengandung Banyak Kalori

Semoga bermanfaat.(ilj/bbs)




Mana yang Sebaiknya Dihindari, Nasi Atau Mi?

Kabar6-Salah satu makanan instan favorit yang menjadi pilihan banyak orang karena praktis adalah mi. Di satu sisi, mi terkadang juga dimakan bersamaan dengan nasi sebagai lauk.

Diketahui, mi instan mengandung tinggi sodium dan MSG. Sementara nasi kini mulai ditinggalkan sebagain orang yang sedang menjalani program diet, karena dianggap memiliki kadar karbohidrat tinggi, sehingga memicu penambahan berat badan.

Sebenarnya mana sih yang sebaiknya dihindari, nasi atau mi? Melansir viva.co.id, mi yang terdapat di pasaran memiliki banyak jenis, rasa dan merek, di mana sebagian besar memiliki kandungan nutrisi tertentu dengan jumlah yang sama. Kandungan nutrisi dalam satu porsi mi ramen yaitu 188 kalori, 27 gram karbohidrat, 7 gram lemak total, 3 gram lemak jenuh, 4 gram protein, 0,9 gram serat, 861 mg sodium/natrium, serta kandungan nutrisi lain seperti vitamin B1, folat, mangan, zat besi, naicine, dan vitamin B2.

Sedangkan nasi merah merupakan beras yang masih memiliki dedak, dengan kandungan kaya serat dan karbohidrat. Nasi putih adalah beras yang sudah tidak memiliki dedak. Meningkatkan rasa pada nasi putih merupakan tujuan dihilangkan dedak.

Nasi putih dianggap hanya mengandung karbohidrat karena telah kehilangan sumber nutrisi utama. Kandungan nutrisi dalam 100 gram nasi putih yaitu 123 kalori, 2,9 gram protein, 30 gram karbohidrat, 0,4 gram lemak, 0,9 gram serat, serta kandungan nutrisi lain seperti folat, mangan, vitamin B1, selenium, niacin, zat besi, vitamin B6, fosfor, tembaga

Berdasarkan kandungan dalam mie, terdapat beberapa faktor risiko gangguan kesehatan yang akan meningkat jika dikonsumsi secara berlebihan. Mi mengandung MSG, di mana menurut penelitian, konsumsi dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan peningkatan berat badan, tekanan darah, sakit kepala dan mual.

Kandungan sodium yang tinggi pada mi akan menambah jumlah asupan sodium harian. Batas konsumsi sodium harian adalah 2000mg/hari. Mengonsumsi sodium yang tinggi dapat menyebabkan gangguan metabolisme DNA meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, stroke serta diabetes.

Sementara kandungan pada nasi dapat meningkatkan beberapa risiko gangguan kesehatan. Nasi putih memiliki kandungan indeks glikemi yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat pada nasi akan langsung diubah menjadi gula darah. Mengonsumsi nasi berlebihan dapat menyebabkan peningkatan risiko mengalami diabetes tipe 2.

Gangguan metabolisme seperti diabetes tipe 2 dapat menyebabkan komplikasi penyakit seperti penyakit jantung, peningkatan tekanan darah, dan stroke. ** Baca juga: Hindari Minuman yang Berisiko Sebabkan Diabetes

Mie dan nasi memiliki faktor risiko masing-masing jika dikonsumsi secara berlebihan. Jadi disarankan untuk makan secukupna, agar sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.(ilj/bbs)




Beberapa Makanan yang Sebaiknya Dihindari Penderita Migrain

Kabar6-Mengalami migrain menjadi hal yang menyebalkan, karena dapat mengganggu aktivitas sekaligus menghambat produktivitas. Menurut Gary Kaplan, pendiri dan pakar kesehatan Kaplan Center for Integrative Medicine, yang juga penulis buku Total Recovery, ada beberapa makanan yang perlu dihindari bagi orang dengan masalah migrain. Melansir mindbodygreen, ini dia tiga jenis makanan yang dimaksud:

1. Makanan berbahan dasar tepung
Bisa jadi secara tak sadar tubuh Anda sensitif terhadap gluten atau ada masalah penyakit celiac. Bila memang ini terjadi, asupan gluten sedikit saja bisa memicu respons peradangan pada tubuh. Sensitivitas ini bisa mengakibatkan masalah pada pencernaan dan saraf, termasuk migrain.

2. Daging olahan
Pengawet makanan berupa sodium nitrate dan sodium nitrite-yang kerap ada di bahan daging olahan, meningkatkan level nitric oxide di dalam tubuh. Hal ini berpotensi memicu kemungkinan masalah migren.

3. MSG
Monosodium glutamate (MSG) bisa menyisip di beragam makanan. Selain dibubuhkan pada makanan yang dijual di rumah makan atau jajanan, juga kerap muncul dalam salad dressing, keripik kentang, hingga makanan kalengan.

Mengurangi makanan olahan atau cepat saji (instan) akan menurunkan jumlah asupan MSG. Coba kurangi jajanan dan belanja makanan di luar untuk mengurangi kemungkinan mengasup MSG. Lihat hasilnya, apakah ada perbaikan dalam kondisi migren Anda. ** Baca juga: Bagaimana Risiko Kesehatan Pekerja Malam?

Selain menghindari makanan-makanan di atas, ada beberapa makanan yang justru disarankan, antara lain yang mengandung omega-3, magnesium, asam folat, dan vitamin B.(ilj/bbs)




Adakah Manfaat yang Bisa Didapat dari MSG?

Kabar6-MSG adalah garam yang terbentuk dari sodium dan asam glutamat. Asam glutamat merupakan salah satu asam amino yang paling lazim ditemui dalam berbagai protein.

MSG digunakan sebagai bahan penambah rasa masakan sejak puluhan tahun yang lalu. Pada zaman dulu, MSG adalah penyedap rasa alami yang diperoleh dari proses pengolahan rumput laut. Seiring dengan perkembangan teknologi, kini MSG dibuat dari proses fermentasi industri. MSG ditambahkan ke masakan untuk menghasilkan rasa gurih, mirip dengan glutamat yang diproduksi secara alami oleh bahan makanan segar.

Namun benarkah MSG memang bermanfaat? Melansir readerdigest, sebuah penelitian yang disampaikan New England Journal of Medicine pada 1968 silam menemukan sebuah penyakit yang kemudian disebut dengan ‘Chinese Food Syndrome’. Gejala yang dialami penderita adalah mati rasa, lemah, dan jantung yang berdebar. Pada 2017, European Food and Safety Authority (EFSA) mengatakan batas aman MSG yang bisa dikonsumsi seseorang per hari adalah kurang dari 30 mg/ berat badan. Jadi, jika berat badan kita 70 kg, maka batas amannya adalah kurang dari 2,1 gram per hari.

Meskipun demikian, tidak semua orang bisa mentoleransi MSG, karena mereka dapat mengalami usus bocor, dan mengalami gejala seperti kembung, diare dan sakit perut. Mengonsumsi kaldu yang mengandung MSG ternyata juga memiliki beberapa manfaat. Salah satunya adalah membuat perilaku makan kita lebih baik. Konsumsi kaldu ayam dengan MSG bisa membuat otak mengirimkan sinyal puas untuk tubuh dan membuat kontrol makan lebih baik.

Dengan MSG maka akan mengurangi konsumsi garam pada masakan. Pengurangan garam ini bisa menyebabkan penurunan kecil pada tekanan darah. “Banyak makanan kemasan tinggi sodium, tetapi MSG dapat menjadi alat utama dalam membantu dengan pengurangan sodium,” kata Carlenen Tomas RDN, LD seorang ahli diet di Washington DC. ** Baca juga: Mengapa Wanita Disarankan untuk Berenang?

Namun tetap saja Anda harus membatasi pemakaian MSG agar tidak berlebihan.(ilj/bbs)