1

Tubuh Kurang Zat Besi Bisa Sebabkan Suasana Hati Jadi Buruk

kabar6. com

Kabar6-Seseorang yang kurang mendapat asupan zat besi, menurut penelitian, dapat memicu risiko perubahan suasana hati. Ada hubungan kuat antara defisiensi zat besi dan perubahan suasana hati.

“Kekurangan zat besi dapat menyebabkan masalah kognitif pada anak-anak. Sementara pada orang dewasa, telah dikaitkan dengan gangguan mood, kecemasan, hingga kurang fokus berpikir,” kata Dr Sarjapur Road, konsultan psikiatri Rumah Sakit Columbia Asia.

Kalau sudah berlebihan, melansir Thehealthsite, risikonya juga mengarah pada depresi, dan ini juga ada hubungannya dengan defisiensi zat besi. Ketika seseorang didiagnosis menderita depresi, seringkali dilakukan pengecekan terhadap zat besi.

Terlebih peran zat besi membantu dalam produksi hemoglobin, zat dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru-paru Anda ke bagian lain dari tubuh. Dengan kata lain, jika tubuh Anda kekurangan zat besi, tentu tidak dapat menghasilkan sel darah merah pembawa oksigen yang sehat. Orang yang mengalaminya disebut anemia. ** Baca juga: Benarkah Saat Musim Panas Ukuran Mr P Bertambah Besar?

Kaitan kekurangan zat besi yang mengakibatkan perubahan suasana hati, dapat mempengaruhi fungsi kognitif otak. Ketika zat besi tidak dikelola dengan baik tentu bisa memicu kekurangan. ** Baca juga: Europixpro Door, Produk Anak Negeri Berkualitas Dunia

Terlebih besi adalah logam transisi yang paling melimpah di dalam otak. Ini fungsinya sangat penting sebagai neurotransmitter. Akhirnya bisa mengakibatkan perkembangan masalah psikologis, seperti kecemasan, gangguan suasana hati, serangan panik, depresi, dan sebagainya.(ilj/bbs)




Apa yang Terjadi Jika Anda Sering Lewatkan Sarapan?

kabar6.com

Kabar6-Kesibukan yang dimulai sejak pagi, membuat sebagian orang sering melewatkan sarapan. Di sisi lain, banyak juga yang percaya bahwa sarapan membuat tubuh menjadi gemuk.

Padahal diketahui, kebiasaan tersebut akan berdampak buruk bagi kesehatan. Melansir timesofindia, ini yang terjadi apabila Anda sering melewatkan sarapan:

1. Lebih mudah terkena diabetes
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Harvard mengungkapkan bahwa wanita yang tidak sarapan memiliki risiko 20 persen lebih tinggi terkena diabetes tipe 2. Tidak sarapan bisa menyebabkan gangguan intoleransi glukosa, prediabetes dan diabetes.

2. Berat badan cenderung bertambah
Sebuah penelitian membuktikan, orang yang rutin sarapan cenderung sukses menjaga berat badan mereka tetap sehat. Sebaliknya, orang-orang yang tidak sarapan justru cenderung makan terlalu banyak di waktu lainnya.

3. Efek metabolisme
Tidak sarapan juga dikaitkan dengan penurunan metabolisme. Tubuh Anda mengurangi tingkat metaboliknya untuk kompensasi pembatasan kalori. Jika Anda tidak makan dalam durasi yang lebih lama, maka itu akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk membakar kalori.

4. Pengaruhi mood & sakit kepala
Dalam sebuah penelitian disebutkan, pria yang sarapan setiap hari memiliki suasana hati positif dibanding mereka yang melewatkan makan pagi. Tidak sarapan juga dapat menurunkan kadar gula darah, menyebabkan iritabilitas dan kelelahan serta sakit kepala.

5. Bau mulut
Melewatkan sarapan bisa membuat Anda menghadapi masalah bau mulut. Hal ini terjadi karena sarapan merangsang produksi air liur dan membantu menyingkirkan bakteri dari lidah.
** Baca juga: 7 Tanda yang Tunjukkan Tubuh Anda Kurang Asupan Zat Tertentu

Jadi, jangan pernah lewatkan waktu sarapan Anda, ya.(ilj/bbs)




Menurut Penelitian, Suasana Hati Tidak Halangi Produktivitas Kerja

Kabar6-Tidak sedikit orang berusaha mendapatkan suasana hati yang baik, demi bisa bekerja dengan baik. Namun sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa suasana hati yang buruk juga dapat membantu meningkatkan produktivitas kerja seseorang, lho.

Penelitian yang dilakukan oleh Tara McAuley dan Martyn S. Gabel, profesor psikologi di University of Waterloo, seperti dilansir Sciencedaily, mengungkapkan bahwa suasana hati yang buruk dapat membantu fungsi eksekutif seseorang. Fungsi itu mencakup kemampuan dalam memusatkan perhatian, memprioritaskan tugas, dan mengatur waktu dengan baik.

Studi yang sama juga menemukan suasana hati yang baik memiliki efek negatif terhadap hal-hal itu dalam beberapa kasus. Penelitian tersebut dilakukan terhadap 95 orang yang masing-masing diberi sembilan tugas dan kuesioner berbeda untuk diselesaikan.

Hal itu dimaksudkan untuk mengukur interaksi suasana hati, reaksi emosional, serta berbagai memori kerja dan tantangan analitik.

Tara dan Martyn mengeksplorasi apakah reaksi emosional mempengaruhi keterampilan berpikir, yang dibutuhkan untuk menavigasi tekanan dari hari ke hari. Reaksi emosional mengacu pada sensitivitas, intensitas, dan durasi tanggapan emosional yang terkait dengan suasana hati.

Hasilnya, ada sejumlah orang yang memiliki suasana hati buruk dapat mengasah jenis keterampilan berpikir yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Orang-orang yang memiliki respons emosional cepat dan intens, bekerja lebih baik pada tugas-tugas eksekutif ketika mengalami suasana hati yang buruk.

Individu yang memiliki respons emosional lamban menunjukkan efek sebaliknya, menjalankan fungsi eksekutif yang lebih buruk ketika mengalami suasana hati yang buruk.

Hasil itu mendukung pandangan bahwa suasana hati yang buruk dapat membantu sejumlah keterampilan kerja, tapi hanya untuk orang yang lebih reaktif secara emosional.

Disebutkan, reaksi emosional berbeda dari orang ke orang mulai dari usia dini. Perbedaan individu ini memiliki implikasi untuk kesehatan mental di kemudian hari. ** Baca juga: Beda Kondisi Pisang, Beda Pula Manfaatnya

Bagaimana dengan Anda? (ilj/bbs)




Saat Bahagia, Ini yang Terjadi Pada Tubuh Anda

Kabar6-Pada level emosional, kita bisa merasakan kegembiraan itu dalam berbagai cara, salah satunya adalah air mata yang menetes. Dari kacamata ilmiah, kita merasakan kegembiraan dalam neurotransmiter, yakni ketika sel ‘kurir’ yang sangat kecil mengirim sinyal di antara saraf dan sel tubuh.

Neurotransmiter itu bertanggung jawab pada proses dan perasaan di setiap aspek tubuh, mulai dari aliran darah sampai pencernaan. Apa sih yang sebenarnya terjadi pada bagian tubuh saat Anda gembira? Melansir Healthline, semua emosi yang kita rasakan dipengaruhi oleh otak, demikian juga sebaliknya. “Otak tidak memiliki satu pusat emosi, tetapi emosi yang berbeda melibatkan struktur yang berbeda,” kata Diana Samuel, asisten profesor bidang psikiatri klinik di Columbia University Medical Center.

Kita merasakan gembira karena dilepaskannya dopamin dan serotonin, dua jenis neurotransmiter di otak. Keduanya terkait erat dengan kebahagiaan. Jadi, saat sesuatu yang dipersepsikan sebagai kegembiraan terjadi, otak akan menerima sinyal untuk melepaskan kedua zat kimia itu ke sistem saraf pusat.

Ketika gembira, pipi akan merona merah dan detak jantung lebih cepat. Menurut Samuel, ini terjadi karena pengaruh sistem sirkulasi. “Kepak kupu-kupu di perut, ekspresi muka, bahkan perubahan suhu di jari, semua dipengaruhi oleh emosi. Efek dari sistem sirkulasi bisa muncul secara fisik,” katanya.

Bahagia bukan satu-satunya emosi yang memengaruhi, tapi juga rasa takut, sedih, dan emosi lain, akan menyebabkan reaksi di tubuh.

Selain itu, sistem saraf yang bertanggung jawab pada semua hal yang terjadi di tubuh tanpa disadari, misalnya bernapas, pencernaan, atau membesarnya pupil. Sistem saraf ini dipengaruhi oleh rasa bahagia dan gembira. Misalnya, napas lebih cepat saat kita melakukan sesuatu yang menyenangkan, seperti naik roller coaster, atau pupil mata membesar ketika kita terangsang.

Rangsangan emosi juga berpengaruh pada otot halus yang terletak di dinding organ berongga, misalnya perut, usus, atau kandung kemih.

Selanjutnya, kita dapat mengelabui otak agar mengira kita sedang gembira. Caranya sesederhana tersenyum. “Senyuman bisa mengelabui otak sehingga mood akan naik, stres berkurang. Senyum tidak harus didasarkan pada emosi yang nyata. Yang palsu pun punya efek sama,” urai Samuel.

Cara lain adalah olahraga. Aktivitas fisik ini terbukti bisa mengurangi gejala depresi dan kecemasan. ** Baca juga: Atasi Claustrophobia dengan Cium Aroma Mentimun & Apel

“Olahraga akan merangsang otak mengeluarkan hormon bahagia, serta mengurangi perasaan negatif,” kata Samuel. Jadi, ketika suasana hati sedang muram, cobalah berjalan-jalan ke taman, bermain dengan hewan kesayangan, atau memeluk orang tercinta.(ilj/bbs)




Bikin Asyik, Kunyah Permen Karet Ternyata Miliki Dampak Buruk

kabar6.com

Kabar6-Saat iseng, tidak sedikit orang yang mengunyah permen karet. Diketahui, kebiasaan itu dapat meningkatkan suasana hati atau mood dan mencegah stres.

Namun sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa mengunyah permen karet juga dapat menimbulkan sejumlah masalah kesehatan. Melansir timesofindia, pasien yang menderita Disfungsi Sendi Temporomandibular (TMJ), disarankan untuk tidak mengunyah permen karet.

Hal ini karena mengunyah permen karet yang berlebihan akan memperberat tulang rawan dan sendi di sekitar rahang yang akan menyebabkan gangguan di dalam mulut.

Sementara itu, sejumlah produsen mengklaim bahwa produk mereka cenderung bebas gula dan aman untuk dikonsumsi oleh para penderita diabetes. Kenyataannya, sebagian besar permen karet justru mengandung pemanis buatan (aspartame) yang dapat menyebabkan kerusakan pada gusi, tumor otak, kanker, hingga cacat lahir.

Menurut para ahli, setidaknya ada delapan otot yang berbeda pada wajah manusia. Jika Anda terlalu sering mengunyah permen karet akan menyebabkan sakit kepala yang berlebihan. ** Baca juga: Apa Saja Mitos & Fakta Seputar Diet?

Seberapa sering Anda mengunyah permen karet? (ilj/bbs)




Asupan Sehat Saat Kondisi Loyo Tiap Akhir Pekan

Kabar6-Apa yang Anda lakukan saat ingin memperbaiki mood? Ternyata kita disarankan tidak sembarangan mengonsumsi makanan untuk mengatasi kelelahan atau mood buruk saat memulai kerja.

Ya, setiap usai berakhir pekan dan harus memulai aktivitas keesokan harinya, tidak sedikit orang yang merasa loyo atau kurang semangat.

Salah satu solusi agar mood bekerja kembali seperti semula adalah mengonsumsi makanan penambah semangat. Seperti dilansir Everydayhealth, berikut beberapa jenis makanan yang direkomendasikan oleh para ahli nutrisi:

1. Kacang almond
Jenis kacang ini mengandung nutrisi yang penting bagi tubuh, seperti magnesium dan vitamin B. keduanya mampu mengubah makanan menjadi energi.

Dikatakan Rachel Berman, penulis buku Boosting Your Metabolism for Dummies, para peneliti mengungkap jika orang akan mudah lelah apabila kekurangan magnesium.

Kekurangan vitamin B juga bisa sebabkan kelelahan hingga merusak konsentrasi. Konsumsi sebanyak 23 biji kacang almond saat kelelahan bisa mengontrol kalori dalam tubuh.

2. Popcorn                                                                                                        Salah satu gandum utuh yang rendah kalori adalah popcorn. “Mengandung serat, biji-bijian yang bisa mencegah naiknya gula darah setelah mengonsumsi karbohidrat,” kata Bermans, ahli gizi asal Amerika Serikat.

Tapi ingat, jangan masak popcorn dengan mentega, garam, dan minyak. Tambahkan rempah ke dalam popcorn agar tidak terlalu hambar. Selain itu, makan popcorn juga bisa membuat Anda kenyang lebih lama.

3. Pisang
Pisang kaya akan serat, vitamin B6, dan kalium. Semua nutrisi tersebut punya peran penting bagi otot tubuh. Pisang cocok dijadikan camilan sebelum maupun setelah jam kerja.

4. Oatmeal
Gandum memiliki kandungan serat yang tinggi, sehingga tepat dijadikan sarapan. Serat tidak mudah dicerna tubuh, yang membuat Anda punya banyak energi sebelum jam makan siang datang. Kadar gula yang stabil setelah melahap oatmeal juga meningkatkan konsentrasi saat bekerja.

5. Yoghurt
Asam yoghurt punya segudang manfaat antara lain kaya protein, yang bisa memberi rasa kenyang lebih lama.

Yoghurt bisa dikonsumsi untuk sarapan, makan siang atau bahkan menjadi camilan. Hanya saja pastikan untuk mengonsumsi yoghurt yang rendah gula atau tanpa gula tambahan. Biasanya satu cup yogurt rendah gula mengandung 100 kalori. ** Baca juga: Ahli Nutrisi: Manusia Zaman Sekarang Mulai Kekurangan Asupan 7 Nutrisi Penting

Selamat mencoba.(ilj/bbs)




Apa Penyebab Seseorang Gampang Alami Depresi?

Kabar6-Apakah Anda termasuk orang yang gampang mengalami depresi? Sebuah penelitian yang dilakukan oleh beberapa lembaga seperti The University of Colorado Boulder, The Channing Division of Network Medicine di Brigham, dan Women’s Hospital di Boston menunjukan, kesukaan tidur dan bangun mempengaruhi kebugaran dan kondisi mentalitas kita.

Tim peneliti, melansir medicalnewstoday, melakukan penelitian atas 32.470 wanita berusia rata-rata 55 tahun. Tim juga meneliti hal-hal yang mempengaruhi siklus tidur bangun seseorang seperti paparan sinar matahari dan jadwal kerja. Selain itu, mencatat faktor lain yang berhubungan dengan depresi seperti berat badan, aktivitas fisik, penyakit kronis dan durasi tidur.

Hasilnya, sebanyak 37 persen adalah mereka yang bangun pagian, 10 persen tipe ‘burung hantu”, dan 53 persen di antara dua kategori tersebut. Mereka yang bangun lebih pagi dibandingkan dengan rata-rata orang memiliki risiko mengalami depresi lebih rendah sekira 12-27 persen. Sedangkan mereka yang termasuk tipe burung hantu atau kalong ini enam persen lebih tinggi kemungkinannya mengalami gangguan mood atau suasana hati. ** Baca juga: Kebiasaan Sehari-hari yang Berakibat Buruk Bagi Kesehatan

Jadi saat sedang gelisah tidak menentu, ada baiknya Anda mencoba bangun pagi. Selain itu, hindari hang out hingga malam atau pagi hari agar bisa istirahat cukup dan bangun lebih pagi dengan tubuh dan otak yang lebih segar.(ilj/bbs)




Yuk, Tidur Siang Agar Sehat

kabar6.com

Kabar6-tidur merupakan hal dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal, setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Secara umum, tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkatan kesadaran yang bervariasi, perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.

Selain tidur malam yang memberikan banyak manfaat kesehatan, ternyata tidur siang pun memiliki keuntungan tersendiri, meskipun hanya dilakukan selama 20 menit. Apa saja keuntungan yang dimaksud? Melansir huffingtonpost, berikut uraiannya:

1. Lebih sigap
Sesaat setelah Anda bangun dari tidur siang, kewaspadaan akan meningkat. Sebuah studi dari NASA menemukan fakta, tingkat kesigapan pilot lebih tinggi, setelah mereka tidur siang selama 40 menit. Bahkan, menurut Harvard Men’s Health Watch, tidur siang selama 20 menit juga mampu meningkatkan kualitas pekerja shift.

2. Tingkatkan kreativitas
Sekelompok peneliti mencoba memantau otak untuk mencari tahu mengapa hal itu terjadi. Mereka menemukan adanya ledakan aktivitas di otak sebelah kanan, wilayah yang berkaitan dengan kreativitas. Sementara itu, studi sebelumnya menunjukkan bahwa tidur siang memungkinkan kita memiliki performa yang lebih baik dan kreatif.

3. Lebih produktif
Para ahli setuju bahwa tidur siang merupakan kebalikan dari rasa malas di tempat kerja. Faktanya, tidur siang justru meningkatkan kualitas hasil pekerjaan. Menurut Sara Mednick, profesor psikologi sekaligus pengarang buku Take a Nap, Change Your Life!, tidur siang merupakan obat bagi karyawan yang kelelahan dan kurang tidur. Bahkan, itu lebih ampuh dibanding segelas kopi.

4. Atasi mood buruk
Kurang tidur sering dikaitkan dengan sifat mudah tersinggung dan itu membuat perasaan tidak enak. Tidur siang yang singkat diketahui bisa menghalau mood buruk.

5. Redakan stres
Salah satu alasan mengapa tidur siang bisa membuat Anda tersenyum adalah karena ia berkaitan dengan perasaan rileks. Memiliki kemewahan untuk beristirahat sejenak bisa menjadi pereda stres yang ampuh. The National Sleep Foundation bahkan menyebut tidur siang sebagai ‘liburan kecil’. ** Baca juga: Libatkan 6 Makanan Sehat untuk Kekebalan Tubuh

Jadi tidur siang pun diperlukan meskipun waktunya tidak lama.(ilj/bbs)




Adakah Hubungan Antara Depresi & Penurunan Berat Badan?

Kabar6-Iklan penurunan berat badan biasanya akan menampilakn foto model bertubuh langsing dengan raut wajah bahagia. Ternyata terdapat temuan yang menunjukkan, penurunan berat badan mungkin berhubungan dengan semakin buruknya mood seseorang.

Dalam penelitian yang dilakukan di Inggris, dilansir Foxnews, para peneliti mengamati sekira 2.000 orang dewasa berusia 50 tahun atau lebih, yang memiliki berat badan berlebih atau mengalami obesitas selama lebih dari empat tahun.

Hasilnya, orang yang mengalami penurunan berat badan sebanyak lima persen atau lebih memang memiliki kesehatan fisik yang lebih baik, tetapi juga lebih rentan terhadap depresi. Namun para peneliti masih tidak mengetahui secara pasti mengapa penurunan berat badan dapat meningkatkan risiko depresi.

Para peneliti mengukur tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut setiap peserta penelitian. Peserta penelitian juga diminta untuk menjawab berbagai pertanyaan untuk menilai bagaimana keadaan mood mereka.

Setiap peserta penelitian diukur tekanan darah dan kadar trigliserida dalam darah untuk mengetahui seberapa besar risiko mereka untuk mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah. Tidak ada peserta penelitian yang menderita gangguan depresi saat penelitian ini dimulai.

Namun para peneliti tidak meminta atau memberitahukan para peserta penelitian untuk menurunkan berat badan, tetapi para peneliti mencatat peserta mana saja yang memang berencana untuk menurunkan berat badannya.

Setelah mengamati selama empat tahun ditemukan bahwa sekira 14 persen peserta penelitian mengalami penurunan berat badan, setidaknya lima persen dari berat badan semula, yaitu sekira 7.5 kg. Sekira 71 persen peserta penelitian berhasil mempertahankan berat badannya tetap sama seperti saat penelitian dimulai, sementara sekira 15 persen peserta penelitian mengalami peningkatan berat badan sekira tujuh persen.

Kondisi psikologis para peserta penelitian pun kembali dinilai oleh para peneliti. Ditemukan berbagai kondisi psikologis yang berbeda pada tiga kelompok peserta penelitian. Namun para peneliti menemukan bahwa sebagian besar peserta penelitian yang mengalami penurunan berat badan menjadi lebih rentan terhadap depresi yaitu sekira 80 persen dibandingkan dengan peserta penelitian lain yang tidak mengalami penurunan atau peningkatan berat badan (berat badan tetap sama).

Penelitian ini tidak membuktikan bahwa penurunan berat badan dapat menyebabkan terjadinya depresi. Mungkin saja, gangguan depresilah yang menyebabkan para peserta penelitian mengalami penurunan berat badan atau sebaliknya. ** Baca juga: Walah, Terlalu Bersih Juga Tidak Baik Untuk Kesehatan Lho

Meskipun tidak dapat menemukan hubungan pasti antara penurunan berat badan dan depresi, para peneliti menduga hal ini mungkin dikarenakan berdiet membuat seseorang tidak lagi dapat menikmati berbagai hidangan lezat yang disukainya atau tidak dapat makan sebanyak yang mereka inginkan. Kondisi ini mungkin sulit bagi beberapa orang.(ilj/bbs)




Adakah Kaitan Antara Makanan yang Dikonsumsi dengan Mood Anda?

Kabar6-Laporan terbaru yang dipublikasikan pada Nutritional Neuroscience melihat kaitan antara makanan yang dikonsumsi dengan mood kita. Hasilnya, mengonsumsi daging bisa meningkatkan mood pada orang dewasa.

Mengapa demikian? Dilansir nypost, daging mengandung senyawa yang meningkatkan produksi dopamin yang biasa disebut ‘hormon bahagia’, yang mampu memperbaiki mood.

“Dewasa muda yang mengonsumsi daging kurang dari tiga kali dalam seminggu dan jarang olahraga, menunjukkan adanya tekanan mental yang signifikan,” kata Lina Begdache, asisten profesor kesehatan di Binghamton University. Ini berarti kita harus mengonsumsi lebih banyak daging agar stres berkurang.

Meskipun demikian, Begdache mengatakan bahwa para vegetarian tidak perlu khawatir. Olahraga rutin bisa memberikan efek yang sama bagi mereka yang tidak mengonsumsi daging.

Sementara itu, untuk orang-orang berusia di atas 30 tahun, memiliki rekomendasi yang sedikit berbeda. Mood mereka bisa menjadi lebih baik dari makanan yang kaya anti oksidan seperti buah-buahan, sebab membantu melawan radikal bebas yang berproduksi semakin banyak saat kita semakin beranjak tua. ** Baca juga: Apakah Mandi Saat Sedang Demam Diperbolehkan?

Selain itu, cara untuk meningkatkan mood adalah dengan mengurangi konsumsi karbohidrat simple dan kopi. “Semakin bertambahnya usia, kemampuan kita untuk mengatur stres berkurang. Jadi, jika kita mengonsumsi makanan atau minuman yang mengaktifkan respons stres (seperti karbohidrat dan kopi), maka tekanan hidup semakin terasa,” kata Begdache.(ilj/bbs)