oleh

Demi Rayakan Kelulusan Cucunya, Seorang Kakek Asal Suku Aborigin Rela Tempuh Perjalanan Ribuan Kilometer

image_pdfimage_print

Kabar6-Gali Yalkarriwuy Gurruwiwi, pria dari suku Aborigin Australia, rela menempuh perjalanan sejauh 3.000 kilometer dari sebuah pulau terpencil di timur laut wilayah Arnhem Land ke negara bagian Victoria, demi untuk menghadiri wisuda dua cucunya.

Gurruwiwi yang merupakan pemimpin Yolngu Mala atau penari Bintang Pagi, berniat menampilkan tarian spesial dengan kedua cucunya. “Bangga,” kata Gurruwiwi, tentang kelulusan cucu-cucunya, sambil menyentuh dadanya.

“Ini adalah mimpinya, menari bersama cucunya di sini,” sahut istri Gurruwiwi, Jane Garrutju, dalam bahasa tradisional klan Galpu. “Saya bangga dengan cucu-cucu saya, Sasha dan Alicia, saya bangga kampus ini terurus dan mereka mendapatkan pendidikan yang baik,” kata Gurruwiwi lagi.

Sasha yang lulus dari tahun ke-10 pendidikannya, bersekolah di Worawa Aboriginal College di Healesville di timur laut Melbourne. Wanita muda itu disebut sebagai anak perempuan yang memiliki ‘koneksi yang kuat’ dengan budayanya.

Di pagi hari sebelum upacara kelulusan kedua cucunya, melansir News18, Gurruwiwi disebut sempat tidak enak badan, namun tetap memaksakan diri untuk menampilkan tarian berkelompok yang juga mengikutsertakan cucu-cucunya. Tarian itu bernama Lunggurrma, berarti angin utara, menggabungkan upacara berbulu Banumbirr (tiang bintang pagi).

Sebagai seorang anak dari suku asli, Sasha mengatakan ia ‘berjalan dengan bangga di dua hal yang ditempuhnya, yaitu budaya sukunya dan pendidikan untuk masa depannya. Sasha bercita-cita menjadi perawat yang akan bekerja di komunitasnya sendiri dan sekaligus di Melbourne.

“Saya masih ingin mempraktikkan budaya dan mengajari orang-orang tentang budaya saya,” kata Sasha. “Saya juga ingin menjadi teladan bagi gadis-gadis muda dan menunjukkan kepada mereka bahwa mereka bisa melakukan sesuatu dalam hidup mereka dan menjadi bahagia.”

Sementara Garrutju mengungkapkan, suaminya ‘sangat kuat’ dalam mendidik cucu-cucunya untuk berpegang teguh pada nilai-nilai mereka, agar mampu menyeimbangkan budaya Barat dan budaya sendiri. “Mereka perlu tahu siapa mereka, dari mana mereka berasal,” tegas Garrutju.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email