1

Sulit Dapat Pasangan Jadi Alasan Pria Inggris Ini Hidup dengan 9 Boneka Cantik

Kabar6-Seorang pria asal Dorset, Inggris, bernama Everard Cunion (63) merasa kesulitan untuk mendapatkan pasangan hidup. Karena itulah, Cunion memutuskan bahwa dia akan mendapatkan pasangan hidup dengan cara menikahi boneka maneken yang dibelinya.

Diakui Cunion, ia selalu tertarik melihat boneka maneken di butik-butik. Namun karena terlalu keras untuk disentuh, Cunion pun membeli boneka yang lebih fleksibel dan bisa diatur gerak-geriknya seperti manusia.

Cunion, melansir wolipop, pertama kali membeli boneka seukuran wanita asli yang dinamainya Rebecca pada 2000 lalu. Kemudian, ia membeli boneka cantik kedua pada 2004. Tidak berhenti sampai di situ, Cunion kembali membeli boneka ketiga pada 2005 yang dinamakannya Louis.

Cunion begitu semangat dengan ‘wanita’ pilihannya, sehingga ia sangat detail dalam memutuskan warna kulit, make-up, rambut hingga busana-busana yang dikenakan mereka. ** Baca juga: Sadis! 3 Pikopat di Bawah Umur yang Jadi Pelaku Pembunuhan Berantai

Pria ini terus mengoleksi boneka wanita ini hingga jumlahnya total ada sembilan. Alhasil, ia hidup bersama sembilan boneka di rumahnya di kawasan Christchurch, Dorset, Inggris.

Entah apa yang ada dalam pikiran Cunion.(ilj/bbs)




Kehadiran Pasangan Bantu Kurangi Rasa Sakit Fisik

Kabar6-Manusia adalah makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain. Sebuah riset terbaru dari Eropa mengungkapkan, kehadiran pasangan ternyata memiliki dampak yang lebih besar, yaitu mengurangi rasa sakit fisik bahkan tanpa kontak verbal maupun fisik.

Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Health Science, Medical Informatics and Technology (UMIT, Austria) dan University of the Balearic Islands (Palma de Mallorca, Spanyol) ini, melansir Kompas, melibatkan partisipan dalam kelompok kecil, yaitu 48 pasangan heteroseksual. Para peneliti mempelajari sensitivitas mereka terkait rasa sakit ketika sendiri, dan ketika pasangan mereka hadir meski secara pasif, atau tidak bicara maupun melakukan kontak fisik.

Sikap empati pasangan atau tendensi untuk membayangkan dan merasakan perasaan yang dialami oleh orang lain diukur menggunakan kuisioner. Hasilnya, ketika pasangan hadir, toleransi partisipan terhadap rasa sakit cenderung lebih tinggi. Hal ini berlaku baik bagi pria maupun wanita.

Tak hanya toleransi yang tinggi, studi yang dipublikasikan pada Scandinavian Journal of Pain ini juga menunjukkan, rasio rasa sakit yang mereka rasakan menurun, dibandingkan ketika pasangan tidak hadir. Tingkat empati yang tinggi pada pasangan juga sangat berkaitan dengan toleransi terhadap rasa sakit, dan berkebalikan dengan pengalaman merasakan sakit.

Beberapa studi terdahulu sudah menyebutkan bahwa dukungan verbal dan sentuhan fisik bisa mengurangi rasa sakit. Namun, efek dukungan sosial pasif atau hadir tanpa dukungan verbal dan fisik, belum terdokumentasikan dengan baik.

“Riset menunjukkan bahwa kehadiran pasangan meski secara pasif bisa mengurangi rasa sakit, dan sikap empati pasangan bisa mengurangi tekanan yang dirasakan selama paparan rasa sakit itu,” kata Professor Stefan Duschek, penulis studi. ** Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Jika AC dalam Ruangan Terlalu Dingin?

Para peneliti mencatat, empati yang kembali diberikan pada pasangan juga bisa meningkatkan keintiman, kedekatan, serta mengurangi ancaman yang dirasakan. Itu semua mampu membantu mengurangi perasaan tertekan dan karenanya juga mengurangi sensitivitas nyeri dan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi rasa sakit.(ilj/bbs)




Riset Ungkap, Seumur Hidupnya Rata-rata Orang Rasakan 2 Kali Jatuh Cinta

Kabar6-Setiap manusia tentu pernah merasakan jatuh cinta pada seseorang. Nah, selama ini berapa kali Anda telah jatuh cinta?

Sebuah penelitian yang dibuat oleh Siemens Festival Nights terhadap 2.000 orang di Inggris mengungkapkan, mereka mengalami jatuh cinta sebanyak dua kali.

Satu dari tujuh partisipan, melansir Detik, mengungkapkan bahwa mereka tidak merasa jika pasangan yang sekarang adalah ‘cinta sejatinya’. Sedangkan 73 persen lainnya, mengatakan mereka jatuh cinta pada pasangan setelah menikah.

Hasil riset juga menunjukkan, orang-orang yang merasa menjalani hubungan tidak dengan cinta sejatinya, masih tidak berhenti untuk mencari pasangan yang akan melengkapi hidup mereka.

Sebanyak 17 persen pria dan wanita dewasa yang jadi partisipan mengatakan, mereka telah menemukan dan merasakan cinta sejak bersama dengan pasangannya sekarang.

“Hasil penelitian menunjukkan, sulit untuk menemukan si cinta sejati. Meskipun persepsi umum menyatakan bahwa wanita cenderung jatuh cinta lebih sering daripada pria, itu menarik untuk melihat bahwa dalam kenyataannya baik pria maupun wanita jatuh cinta rata-rata dua kali dalam hidup mereka,” urai Claire Jarvis, Director Communications dari Siemens.

Ditambahkan, “Apa yang mengkhawatirkan adalah bahwa begitu banyak orang mengaku berada dalam hubungan jangka panjang atau bahkan menikah dengan seseorang, tapi lebih dari setengah berpikir bahwa mereka telah jatuh cinta pada satu kesempatan tapi tidak percaya itu adalah hal yang nyata.”

Penelitian terdahulu yang dilakukan Elite Daily menunjukkan hasil berbeda. Situs ini mengungkapkan, manusia jatuh cinta empat kali dalam hidup mereka. Penelitian itu juga dilakukan terhadap 2.000 orang responden pada 2012. ** Baca juga: Ingin Tidur Berkualitas, Matikan Lampu Kamar

Riset yang dikumpulkan Elite menunjukkan, sebanyak 61 persen orang menyesal telah melepaskan orang yang pernah membuat mereka jatuh cinta.

Apakah Anda juga demikian? (ilj/bbs)




Hasil Penelitian, Jangan Salah Pilih Pasangan Agar Karier Sukses

Kabar6-Memilih pasangan hidup tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Bagi banyak orang, sejumlah hal seperti bibit, bobot, dan bebet penting untuk diterapkan agar mendapatkan pasangan yang berkualitas.

Ternyata tidak sekadar itu, sebuah penelitian ilmiah mengungkapkan, seseorang yang mencintai kita akan mampu membantu membuat pasangannya ‘maju’ dan bukan malah menjatuhkan.

Peneliti di Universitas Carnegie Mellon, Amerika Serikat, melansir Kompas, melakukan survei terhadap 163 pasangan suami istri (pasutri). Hasilnya, orang-orang dengan pasangan yang mendukung, cenderung menghadapi tantangan dengan lebih baik, dan berhasil meraih kesuksesan.

Mereka juga menemukan bahwa orang-orang yang bersaing untuk mendapatkan kesuksesan, hidup lebih bahagia dan mengalami kemajuan personal.

Penelitian lain yang diterbitkan dalam Journal of Applied Developmental Psychology menyimpulkan, komitmen dan cinta adalah dua hal yang saling menguatkan. Para periset meneliti sekumpulan pemuda Jerman berusia 18-30 tahun, yang telah bekerja atau masih menempuh pendidikan, serta terlibat dalam hubungan romantis.

Ternyata, individu yang memiliki komitmen tinggi dalam cinta dan kerja menunjukkan reaksi terbaik dalam gejala psikologis, termasuk stres kerja dan kepuasan. Riset ini dilakukan sebanyak dua kali dalam rentang waktu tiga tahun. Hasilnya, mereka yang memiliki komitmen, hidup dalam kebahagiaan yang melimpah dibandingkan mereka yang kurang berkomitmen.

Sementara itu laporan American Enterprise Institute menunjukkan, pasangan yang hidup dalam ‘drama’ yang kurang, cenderung memiliki etika kerja yang lebih baik. Penelitian tersebut juga menemukan, pria yang telah menikah cenderung bekerja lebih banyak 400 jam dalam setahun, dibandingkan pria lajang yang memiliki latar belakang sama.

Alasannya, orang cenderung lebih banyak bekerja saat hubungan intim berjalan dengan baik, dan karena tak adanya drama, sehingga memberi kekuatan emosional, kognitif, dan fisik yang lebih besar di tempat kerja.

Riset yang dilakukan peneliti di Universitas Washington menyimpulkan, kinerja seseorang juga dipengaruhi oleh pasangan mereka. Peneliti menilai reaksi dari 4.544 pasangan yang telah menikah, dan meminta mereka untuk melakukan penilaian terhadap lima ciri besar kepribadian manusia.

Kelima ciri itu adalah Openness to Experience (terbuka terhadap hal-hal baru), conscientiousness (sifat berhati-hati), dan extraversion (ekstraversi). Ekstraversi adalah dimensi kepribadian yang berkaitan dengan tingkat kenyamanan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.

Lalu ada, agreeableness (mudah akur atau mudah bersepakat), serta neuroticism (neurotisme). Neuroticism adalah dimensi kepribadian yang menilai kemampuan seseorang dalam menahan tekanan atau stres.

Selama lima tahun, peserta diminta memberikan laporan tentang keberhasilan pekerjaan yang diukur dengan kepuasan kerja, kenaikan gaji, dan promosi. Peserta dalam riset juga diminta memberikan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan rumah tangga, gaya hidup, dan kepuasan dalam pernikahan.

Hasilnya, kepemilikan atas pasangan yang baik atau bertanggung jawab dapat membantu kehidupan kerja yang sehat. Pasangan seperti itu juga bisa menjadi contoh yang baik karena mampu mendorong kemampuan dan produktivitas yang lebih besar di tempat kerja.

Sebuah riset yang dilakukan di Universitas California menemukan fakta, orang-orang yang berada dalam ikatan komitmen atau berpasangan, cenderung memiliki gaji lebih tinggi daripada orang lajang.

Riset ini juga menemukan, mereka yang memiliki ikatan semacam itu juga lebih cepat mendapatkan promosi, dan mencapai puncak karier.

Penelitian tersebut memperkirakan, sebanyak 70 persen pendiri bisnis sukses bertaraf tinggi sudah menikah saat menjadi wirausahawan. ** Baca juga: Jogging dalam Ruangan pun Miliki Kekurangan

Jadi ungkapan yang menyebutkan “Jika ingin sukses dalam karier dan memiliki kehidupan yang bahagia, maka jangan salah memilih pasangan” itu bisa jadi ada benarnya juga.(ilj/bbs)




Menurut Studi, Orang Cenderung Memilih Pasangan yang Mirip dengan Mantannya

Kabar6-Setiap orang memiliki selera berbeda dalam memilih pasangannya. Satu hal, sebagian besar akan mendekati seseorang yang memiliki minat sama seperti dirinya.

Nah, sebuah studi membuktikan alasan seseorang selalu memilih tipe yang sama ketika menemukan pasangan. Para psikolog sosial di University of Toronto, melansir Viva, menemukan bahwa sebagian besar dari kita mengencani orang yang sangat mirip dengan mantan.

“Hal yang biasa ketika sebuah hubungan berakhir, orang menghubungkan putusnya hubungan itu dengan kepribadian mantan mereka dan memutuskan untuk mengencani orang dengan tipe berbeda,” ungkap Yoobin Park, peneliti utama.

Ditambahkan Park, penelitian ini menunjukkan bahwa ada kecenderungan kuat bahwa bagaimanapun keadaannya, mereka akan mengencani kepribadian yang sama lagi.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti mewawancarai pasangan saat ini dan mantan pasangan dari 332 orang. Mereka mencari kesamaan antara pasangan yang lama dan yang sedang dikencani.

Para partisipan kemudian diberikan pertanyaan untuk menguji kadar sifat mereka seperti ekstroversi, neurotisme, kesesuaian, pada dasarnya pertanyaan seperti layaknya percakapan di Tinder.

Hasilnya, pasangan yang sedang dikencani partisipan menggambarkan diri mereka serupa dengan mantan para partisipan.

“Dalam setiap hubungan, orang mempelajari strategi untuk menyesuaikan kepribadian pasangan mereka. Jika kepribadian pasangan baru Anda menyerupai kepribadian mantan Anda, mengadopsi keterampilan yang Anda sudah pelajari mungkin bisa jadi cara efektif untuk memulai hubungan baru,” jelas Park.

Namun ada kabar baik jika Anda adalah seorang ekstrovert. Para partisipan dalam studi yang terbuka pada pengalaman baru, kemungkinan besar mencari pasangan yang berbeda dengan para mantan mereka. ** Baca juga: Lezat, 2 Sumber Makanan Ini Ternyata Bisa Picu Karang Gigi

Apakah pasangan Anda saat ini mirip dengan mantan, atau justru bertolak belakang? (ilj/bbs)




Studi Sebutkan, Banyak Wanita Pilih Pria Berjenggot untuk Jadi Pasangan Hidup Karena Lebih Setia

Kabar6-Selain bentuk fisik dan sifat yang menyenangkan, ada banyak hal tak terduga yang membuat wanita memilih seorang pria sebagai pendamping hidup. Salah satu yang mungkin tidak terlintas dalam benak Anda adalah karena jenggot. Bagaimana bisa?

Sebuah riset yang dilakukan oleh seorang peneliti dari Australia, melansir popularworld, mengungkap fakta bahw pria berjenggot umumnya disebut lebih terlihat seksi dan jantan. Tak sedikit pula yang menyatakan bahwa pria berjenggot lebih setia dan akan selalu menjaga hubungan asmara dengan pasangannya. Kesimpulan tersebut didapat dari penelitian yang dilakukan Barnaby Dixson.

Penelitian ini melibatkan 8.520 responden wanita. Hasilnya, kebanyakan wanita lebih memilih pria berjenggot untuk menjadi pasangan hidupnya. Pria yang memiliki jenggot dinilai lebih jantan dan maskulin sehingga para wanita terasa terlindungi walau hanya dilihat dari penampilannya saja.

Selain itu, studi juga menyebutkan bahwa pria berjenggot merupakan suami paling setia dalam menjaga komitmen jangka panjang. Rata-rata wanita memilih pria berjenggot sebagai sosok yang menarik dalam hubungan jangka panjang. Sementara itu, pria tanpa jenggot kurang menarik.

“Temuan kami menunjukkan jenggot lebih menarik pada wanita yang memiliki hubungan jangka panjang,” kata Barnaby Dixson.

Ya, pria berjenggot seringkali diasosiasikan sebagai simbol kekuatan, stabilitas dan kekuasaan. Sosok pria yang bertanggungjawab dan bisa melindungi cukup kuat terpancar dari keberadaan jenggot tebal di wajah. ** Baca juga: Ternyata Hormon Ini Bisa Pengaruhi Kebahagiaan Anda

Benarkah demikian? (ilj/bbs)




Jodoh Tak Jua Datang, Seorang Pria di India Minta Bantuan Hakim

Kabar6-Seorang pria bernama Azim Mansoori, nekat menemui hakim lokal di Kairana, negara bagian Uttar Pradesh, India, untuk menuntaskan masalah yang dihadapinya. Bukan lantaran terjerat urusan hukum, pria yang memiliki tinggi badan kurang lebih 76 cm itu meminta bantuan hakim untuk mencarikan pasangan hidup.

Rupanya, Azim sudah putus asa menanti jodoh yang tak kunjung datang. Azim yang keluar sekolah saat duduk di kelas lima SD ini, melansir indiatimes, mengklaim keluarganya tak membantu untuk mencari pasangan hidup. Usai mendatangi hakim, satu tim polisi kemudian mengunjungi kediaman pria itu untuk berbicara dengan kedua orangtuanya. Dikatakan Azim, para petugas polisi sudah membantu dan memberi waktu dua bulan bagi orangtuanya untuk bertindak.

“Polisi datang ke kediaman saya. Mereka memastikan kepada saya bahwa jika keluarga saya tidak bisa mencarikan jodoh dalam dua bulan, maka polisi akan membantu,” katanya.

Sementara itu kepolisian setempat membenarkan mereka memang diutus untuk datang ke kediaman Azim. “Kami memang diminta membantu setelah Azim menemui hakim. Dia mengatakan ayah dan pamannya tidak membantu untuk mencari pesangan hidup. Kami memastikan kepada dia siap membantu,” kata Rajendra Kumar Nagar, perwira kepolisian di Kairana.

Naseem Mansoori, ayah Azim, adalah pemilik sebuah pusat belanja dan ketua sebuah LSM yang membantu akses pendidikan bagi anak-anak tak mampu. “Meski usianya sudah cukup, tetapi dia masih seperti anak-anak dan mengalami kendalah fisik selain pertumbuhan tubuhnya. Sulit untuk mencarikan pasangan untuknya,” jelas Naseem.

Tak patah arang, Azim tetap bertekad untuk mencari pasangan hidup. Diketahui, beberapa waktu lalu Azim berkunjung ke kota Lucknow untuk menghadiri pernikahan kerabatnya. Azim bahkan sempat bertemu dengan menteri utama Uttar Pradesh, Akhilesh Yadav, yang berjanji akan mencarikan pasangan untuk dirinya. ** Baca juga: Santap Durian, Seorang Pengendara Gagal Tes Pernapasan

Benar-benar pantang menyerah.(ilj/bbs)




Sstt…7 Negara Ini Kekurangan Wanita

Kabar6-Berumah tangga adalah salah satu impian sebagain besar pria maupun wanita dewasa. Namun mencari pasangan hidup tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Tidak sedikit orang yang mendapatkan kesulitan mencari pasangan hidup karena beberapa sebab. Nah para pria di tujuh negara ini, melansir Vemale, sulit mendapatkan pasangan lantaran kekurangan wanita, karena jumlah kaum adam jauh lebih banyak. Negara mana saja yang dimaksud?

1. Norwegia
Populasi pria Norwegia akhir-akhir ini bertambah, karena banyaknya imigran dari negara-negara tetangga. Ada lebih dari 12 ribu pria single dilaporkan belakangan ini dari jumlah wanita single yang ada di sana.

2. Mesir
Mesir termasuk negara penuh penduduk dan ternyata mereka juga kelebihan jumlah pria dengan rasio 1,05 pria dibanding satu wanita. Banyak wanita Mesir masa kini jauh lebih maju dan mencari pekerjaan di luar negeri sehingga banyk pria Mesir yang masih lajang.

3. Swedia
Jumlah pria di sana 12 ribu lebih banyak dibanding wanita, ditambah dengan imigran pria dari beberapa negara perang, mencapai 35 ribu lebih. Dan banyak wanita Swedia yang ternyata pindah ke luar negeri.

4. Filipina
Tidak sedikit wanita Filipina bekerja ke negara-negara maju untuk mendapatkan kehidupan lebih baik, kemudian menikah di sana. Itulah mengapa jumlah pria Filipina lebih banyak dibanding wanitanya. Rasio pria dibanding wanita saat ini adalah 1,02 banding satu.

5. Arab
Negara Arab memiliki jumlah pria 40 ribu lebih dibandingkan wanita yang hanya 22 ribu. Meski termasuk negara kaya, para pria Arab sering merasa kesepian karena kurangnya wanita yang bisa dinikahi. Itulah mengapa banyak di antara mereka yang bepergian keluar negeri untuk mendapatkan jodoh.

6. Tiongkok
Negara Tiongkok masih meyakini bahwa anak laki-laki lebih penting dan akan menjadi penerus yang baik dibanding perempuan, dan karena itulah banyak aborsi dan kematian bayi perempuan. Akhirnya hal ini menjadikan Tiongkok kekurangan wanita. Dan para pria Tiongkok banyak yang pergi ke luar negeri untuk mencari jodoh.

7. Qatar
Qatar menjadi negara dengan peringkat pertama kekurangan wanita, dengan rasio perbandingan yaitu 3,41 banding satu. Tak ada negara lain yang mengalami perbandingan sebanyak itu selama ini. Dan banyaknya pria di Qatar ternyata disebabkan banyaknya imigran dan pria dari luar negeri yang bekerja di sana. ** Baca juga: Wow! Sepanjang 20 Tahun Terakhir Tidak Ada Kasus Pencurian di Desa Eibenthal

Berminat mencari pasangan hidup di salah satu negara tadi? (ilj/bbs)