oleh

Beras Global Naik, Akibat India Kurangi Jatah Ekspor Beras

image_pdfimage_print

Oleh: Achmad Nur Hidayat | Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Ekonom & CEO Narasi Institute

Kabar6-Eksportir beras terbesar di dunia, India, telah mengambil langkah drastis dalam memperketat regulasi ekspor berasnya, sebuah keputusan yang berdampak pada pasar pangan global. Berdasarkan pernyataan Kementerian Perdagangan India, pemerintah akan menetapkan harga dasar sebesar $1.200/ton untuk beras basmati ekspor.

Langkah-langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap masalah internal, seperti penyelundupan beras putih non-basmati dan risiko penurunan pasokan beras dalam negeri akibat cuaca buruk.

Penetapan harga minimum ini diambil setelah melihat fluktuasi harga ekspor gabah yang cukup besar. Dalam beberapa kasus, jenis aromatik dijual seharga 359 USD/ton. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata harga ekspor bulan ini yang sebesar USD 1.214.

India juga mengenakan pajak ekspor beras pratanak sebesar 20%. Beras setengah matang menyumbang sekitar sepertiga dari total ekspor beras India. Presiden Asosiasi Eksportir Beras, B.V. Krishna Rao mengatakan langkah India untuk mengenakan pajak beras pratanak dapat menurunkan harga beras dalam negeri, sehingga membantu pemerintah mengendalikan inflasi pangan.

Namun, harga global akan meningkat dan pembeli harus menerima kenaikan ini. Juga akan ada negosiasi ulang antara pembeli dan penjual pada beberapa kontrak, katanya.

Kementerian Perdagangan India juga mengatakan kontrak beras basmati senilai kurang dari $1.200 dapat ditinjau oleh komite pemerintah dan laporannya akan diserahkan dalam waktu satu bulan.

Kebijakan tersebut tidak hanya mengguncang persediaan bahan makanan pokok secara keseluruhan, tetapi juga memiliki implikasi signifikan bagi sejumlah negara, termasuk Indonesia, yang mengimpor beras dari India.

Lalu, apa dampak dari pengetatan ekspor beras India terhadap pasar beras global, serta bagaimana Indonesia harus merespons perubahan situasi ini?

Di tengah langkah keras India dalam membatasi ekspor berasnya, Indonesia mendapati dirinya dihadapkan pada permasalahan yang semakin rumit. Langkah-langkah yang diambil oleh India, seperti penetapan harga dasar untuk ekspor beras basmati dan pemberlakuan pajak ekspor untuk beras pratanak, menciptakan ketidakpastian di pasar global.

Kebijakan ini terutama mempengaruhi negara-negara yang sangat bergantung pada impor beras, dan Indonesia tergolong dalam kategori ini. Dampaknya terasa dalam bentuk kenaikan harga beras di tingkat internasional, menyulitkan negara-negara yang harus membayar lebih mahal untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri.

**Baca Juga: Macet Parah, Naik Motor Jarak Tempuh Rempoa – Pasar Jum’at Sejam 

Di tengah situasi perekonomian yang belum pulih sepenuhnya akibat pandemi, lonjakan harga beras bisa memperburuk beban ekonomi dan sosial yang ada.

Dalam situasi seperti ini, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas pasokan beras dan ketahanan pangan.

Pertama, Diversifikasi Sumber Impor
Indonesia harus segera mempertimbangkan diversifikasi sumber impor beras. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan beras dari India, sehingga jika terjadi gangguan pasokan dari India, negara memiliki alternatif pemasok yang dapat diandalkan.

Kedua, Peningkatan Produksi Lokal
Pemerintah perlu memberikan dukungan yang lebih besar kepada petani dalam meningkatkan produksi beras dalam negeri. Ini termasuk penggunaan teknologi pertanian modern dan penyediaan insentif untuk mendorong efisiensi produksi.

Ketiga, Diplomasi Pangan yang Aktif
Pemerintah Indonesia harus terlibat dalam diplomasi pangan dengan pemerintah India untuk mencari solusi yang saling menguntungkan. Mendorong relaksasi kebijakan ekspor atau menjalin kesepakatan perdagangan bilateral bisa membantu meredakan dampak negatif kebijakan India.

Kesiapan Tanggap Krisis
Indonesia harus memiliki rencana tanggap darurat yang siap diaktifkan jika terjadi lonjakan harga beras yang signifikan. Ini termasuk program bantuan pangan bagi masyarakat rentan dan langkah-langkah untuk mengurangi dampak inflasi pangan.

Ketatnya kebijakan ekspor beras India menciptakan tantangan besar bagi pasar beras global dan negara-negara importir, termasuk Indonesia. Diversifikasi sumber impor, peningkatan produksi lokal, diplomasi pangan yang kuat, dan kesiapan menghadapi potensi krisis pangan adalah langkah-langkah penting yang harus segera diambil.

Dengan respons yang cermat, Indonesia dapat mengatasi dampak negatif dari perubahan kebijakan ekspor India dan memastikan ketersediaan bahan makanan pokok yang memadai bagi masyarakatnya.(*/Red)

Print Friendly, PDF & Email