1

WHO: 7 Cara Hindari Penyebaran COVID-19 di Tempat Kerja

Kabar6-Pandemi COVID-19 menyebar kurang lebih sejak akhir 2019, dan World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa wabah ini sebagai kasus kesehatan darurat internasional.

Ada sejumlah panduan yang diberikan WHO, tentang bagaimana virus ini bekerja dan cara menghindarinya. Berdasarkan rilis WHO, melansir idntimes, berikut tujuh cara hindari penyebaran COVID-19 di tempat kerja:

1. COVID-19 menyebar lewat cairan tubuh
COVID-29 menyebar lewat perantara cairan tubuh. Penyebarannya bisa dari air liur hingga bersin yang tersentuh oleh bagian luar tubuh dan juga lewat pernapasan.

Misalnya, Anda tidak sengaja memegang air liur seseorang di meja. Gampangnya, penyebaran itu mirip dengan cara kerja flu.

2. Pastikan ruang tempat Anda bekerja dan tinggal tetap bersih
WHO menjelaskan cara ampuh mencegah penularan virus Corona sangatlah sederhana, yaitu memastikan sekitar Anda tetap terjaga higienitasnya.

Itu bisa dilakukan dengan membersihkan meja menggunakan disinfektan dan memberikan pembersih tangan di tempat-tempat umum yang sering dipakai.

Ingatkan setiap karyawan atau rekan kerja untuk selalu mencuci tangan. Pajang poster yang mempromosikan kebersihan pernapasan. Kombinasikan ini dengan langkah-langkah komunikasi lainnya, seperti menawarkan panduan dari petugas kesehatan dan keselamatan kerja, pengarahan di setiap meeting, dan berbagai kesempatan lainnya.

3. Persiapkan tisu dan masker
Pastikan kedua barang itu tersedia dan memberikannya kepada mereka yang sedang memiliki hidung meler. Penting pula memiliki tempat sampah tertutup sebagai tempat pembuangan, karena kebersihan aliran udara dan lingkungan yang baik mencegah penyebaran COVID-19

4. Tingkatkan kesadaran orang-orang akan COVID-19
Satu hal yang dirasa penting oleh WHO adalah kesadaran dari ruang itu terhadap virus mematikan ini. Menunjukkan poster tentang kebersihan pernapasan akan membantu memahami hal ini.

5. Istirahatkan tubuh jika memang tubuh tidak fit
Salah satu cara penyebaran COVID-19 adalah lewat batuk. Bagi mereka yang sedang tidak enak badan, ada baiknya untuk beristirahat di rumah dan meminum obat seperti paracematol. Ditakutkan itu merupakan gejala dari infeksi COVID-19.

6. Hindari bepergian untuk sementara waktu
WHO menyarankan untuk tidak keluar negeri atau melakukan traveling sementara waktu, termasuk untuk urusan kerja dan sebaiknya perusahaan juga memahami ini.

Jika memang diharuskan, pastikan yang pergi merupakan orang yang sehat dan telah mengecek daftar area COVID-19 yang sudah terkena wabah. Hal itu bisa dilihat lewat situs WHO.

Karyawan yang telah kembali dari area tempat COVID-19 menyebar, harus memantau diri mereka sendiri untuk gejala selama 14 hari dan suhunya dua kali sehari. Jika mereka menderita batuk ringan atau demam ringan (dengan suhu tubuh 37,3 derajat Celcius atau lebih), mereka harus tinggal di rumah dan mengasingkan diri.

Ini berarti menghindari kontak dekat (satu meter atau bahkan lebih dekat) dengan orang lain, termasuk anggota keluarga. Mereka juga harus menelepon penyedia layanan kesehatan mereka atau departemen kesehatan masyarakat setempat, memberikan rincian perjalanan mereka dan gejala baru-baru ini.

7. Jangan mendiskriminasi mereka yang tertular
Jika melihat adanya gejala COVID-19 diderita rekan kerja, langsung pisahkan orang tersebut ke dalam ruang yang terisolasi dan segera laporkan aparat kesehatan lokal. Jauhkan diri dari diskriminasi dan dukung mereka melewati penyakit ini. ** Baca juga: Berapa Banyak Tubuh Butuh Vitamin C per Hari?

Melawan COVID-19 tidak berbeda jauh dengan melawan penyakit pada umumnya. Hal yang terpenting adalah Anda memahami dengan benar bagaimana cara menjaga higienitas tubuh, dan jangan panik.(ilj/bbs)




Terobos Desa, Beberapa Gajah Mabuk Setelah Minum Anggur

Kabar6-Sebanyak 14 ekor gajah menerobos sebuah desa di Provinsi Yunnan, barat daya Tiongkok, untuk mencari makanan. Selain jagung dan makanan lain, hewan mamalia ini juga menemukan 30 liter anggur jagung.

Kemudian, melansir thedrinksbusiness, kawanan gajah tadi mulai mengonsumsi setiap tetes minuman anggur jagung. Dan yang terjadi selanjutnya, dua ekor gajah ditemukan pingsan di salah satu kebun teh, setelah sebelumnya mengalami mabuk akibat minuman anggur jagung tersebut.

Gajah sendiri dikenal karena kesukaan mereka pada minuman keras. Menurut cerita rakyat Afrika Selatan, gajah terutama tertarik pada buah fermentasi dari pohon marula, dan menikmati ngarai pada buah emas yang cerah sampai mabuk.

Sebuah studi 1984 menetapkan, inebriation (mabuk) pada gajah terjadi (secara teoritis) pada kadar alkohol dalam darah (BAC) dari 0,05-0,1g hingga 100ml. ** Baca juga: Facebook Berikan Bonus Rp15 Juta untuk Karyawan yang Kerja dari Rumah

Hewan-hewan memiliki lebih sedikit darah secara proporsional di dalamnya daripada manusia, yang berarti bahwa seekor gajah tiga ton harus mengonsumsi sekira 10 liter alkohol (pada 7 persen ABV) untuk mulai bertindak mabuk.

Namun, besarnya kekuatan anggur jagung yang dipertanyakan di sini tidak diketahui secara pasti.(ilj/bbs)




Berapa Banyak Tubuh Butuh Vitamin C per Hari?

Kabar6-Salah satu nutrisi yang paling populer adalah vitamin C, dipercaya mampu mencerahkan kulit hingga menangkal zat karsinogen, yang melahirkan sel-sel kanker dalam jaringan tubuh.

Sayangnya, pola makan yang serba instan membuat tidak sedikit orang mengalami defisiensi (kekurangan) vitamin C. Lantas, berapa banyak vitamin C yang dibutuhkan tubuh setiap hari?

Dalam satu hari, melansir TabloidBintang, tubuh manusia setidaknya mengasup 75-100 mg vitamin C. Pada wanita hamil dan perokok, asupan vitamin C yang dibutuhkan lebih tinggi adalah 120 sampai 125 mg per hari. Vitamin itu dalam bentuk makanan, dan bukan injeksi atau suntikan.

Misalnya kita mengonsumsi makanan dengan total 1.000 mg vitamin C, yang diserap tubuh dengan sempurna hanya 100 mg per hari. Sisanya terbuang bersama urine.

Ada banyak cara mudah untuk memenuhi kebutuhan vitamin C setiap hari. Mulailah dengan mengonsumsi buah dan sayur. Jambu biji misalnya, mengandung menyimpan 200 mg vitamin C.

Pepaya mengandung sekira 94 mg vitamin C per potong, sementara satu buah kiwi memiliki 84 mg vitamin C. ** Baca juga: Benarkah Uang Bisa Ikut Sebarkan COVID-19?

Selain buah, daun singkong, daun pepaya, dan sawi ternyata kaya akan vitamin C. Dianjurkan untuk mengonsumsi tiga sampai lima porsi buah dan sayur setiap hari.

Dengan demikian tidak hanya kebutuhan vitamin C yang terpenuhi, tapi juga vitamin lain serta mineral.(ilj/bbs)




Facebook Berikan Bonus Rp15 Juta untuk Karyawan yang Kerja dari Rumah

Kabar6-Saat ini tidak sedikit perusahaan yang menerapkan kebijakan work from home untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Hal itu juga yang dilakukan oleh Facebook.

Raksasa teknologi ini, melansir CNN, dikabarkan memberikan bonus sebesar sekira Rp15,3 juta kepada karyawannya sebagai bentuk bantuan. Bonus dimaksudkan untuk membantu karyawan yang harus mengeluarkan uang untuk membuat kantor di rumah, hingga merawat anak karena bekerja dari jarak jauh. Informasi mengenai bonus itu pertama kali diketahui dari memo internal yang dikirim oleh CEO Facebook Mark Zuckerberg.

Facebook sendiri memiliki sekira 45 ribu karyawan di seluruh dunia. Namun bonus tadi hanya akan diberikan untuk karyawan, bukan kontraktor. Facebook juga mengatakan akan terus membayar pekerja tidak tetap, seperti petugas kebersihan dan pekerja kafetaria secara reguler meski jam kerja mereka berkurang akibat pandemi COVID-19.

Selain Facebook, Twitter juga membuat kebijakan bagi seluruh karyawannya secara global untuk bekerja dari rumah. Sementara Google, meminta karyawannya di Amerika Utara, Eropa, Afrika, dan Timur Tengah untuk bekerja dari jarak jauh.

Facebook dan Amazon sebenarnya tidak mewajibkan karyawannya kerja dari rumah. Namun, mereka mendorong karyawan untuk melakukannya jika pekerjaan mereka di kantor tidak memungkinkan untuk dikerjakan. ** Baca juga: Peneliti Prancis Berhasil Temukan Benang Operasi Terbuat dari Kulit Manusia

Selain bonus untuk karyawannya, COO Facebook bernama Sheryl Sandberg mengatakan, perusahaan akan menghabiskan tambahan US$100 juta untuk mendukung usaha kecil di 30 negara yang terkena dampak COVID-19. Pengusaha dapat mengajukan permohonan untuk menerima sebagian dari uang itu melalui hibah tunai atau kredit iklan.(ilj/bbs)




Benarkah Uang Bisa Ikut Sebarkan COVID-19?

Kabar6-COVID-19 dapat menyebar melalui percikan cairan (droplet) oleh orang yang terinfeksi, seperti saat mereka batuk atau bersin. Cairan tersebut bisa menempel di berbagai macam area permukaan.

Beberapa area permukaan yang keras bahkan bisa membuat virus dalam cairan menjadi hidup lebih lama dan menjadi sarang dari virus tersebut, misalnya kartu kredit dan uang logam.

Sementara itu di Tiongkok, dilakukan strategi pencegahan lanjutan dengan membersihkan uang-uang yang beredar menggunakan disinfektan, sinar UV dan suhu tinggi, serta memusnahkan uang yang berpotensi menjadi penyebaran infeksi COVID-19, yaitu yang berasal dari rumah sakit dan pasar tradisional. Uang tersebut lalu disimpan untuk disterilkan selama 14 hari sebelum kembali dibagikan ke masyarakat.

Hal ini karena uang bisa berpindah dari satu tangan ke banyak tangan lainnya setiap hari, sehingga menjadi salah satu benda yang paling sering tersentuh.

Menurut seorang ahli epidemologi di University of North Carolina bernama Rachel Graham, melansir Wolipop, permukaan halus dan tidak keropos seperti meja, gagang pintu, dan uang logam dapat membawa virus lebih baik dan membuatnya dapat hidup lebih lama.

“Uang koin atau logam akan menularkan virus lebih baik daripada uang kertas, tetapi ini seharusnya tidak menjadi masalah besar,” kata Rachel. “Aturan dasar sebenarnya adalah menganggap uang kotor, karena memang demikian. Terlalu banyak tangan yang menyentuhnya.”

Diketahui, bahan dasar pembuat uang adalah katun 75 persen dan linen 25 persen, sehingga membuat uang menjadi salah satu benda yang memiliki pertumbuhan bakteri tinggi. Selain itu, ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa uang sangat kotor.

Salah satu penelitian pada 2010 menemukan, uang kertas di Amerika Serikat mengandung 10 mikroba bakteri per cm persegi, lebih tinggi dari Australia atau Selandia Baru.

Hal lain, penelitian yang dilakukan di New York dan dipublikasikan pada 2017 menemukan bahwa uang di Amerika Serikat mengandung DNA hewan peliharaan, jejak kokain, dan lebih dari seratus jenis bakteri yang berbeda. Meskipun demikian, penularan penyakit terkait dengan uang jarang terjadi dan tidak ada wabah penyakit besar yang dimulai dari uang.

Apabila Anda tidak mau mengambil risiko akan penularan infeksi virus melalui uang, seorang epidemiolog dari University of Delaware bernama Jennifer Horney, menyarankan memakai kartu kredit atau kartu debit.

Horney mengatakan, kartu kredit dan debit lebih tidak berisiko untuk digunakan. Hal ini dikarenakan alat pembayaran tersebut bisa dibersihkan setiap saat dengan menggunakan pembersih yang bisa membunuh bakteri, kuman, dan virus.

Apa pun alat pembayaran yang digunakan, baik uang tunai atau memakai kartu kredit atau debit, Anda tetap harus mencuci tangan setelah menyentuhnya. Apalagi di saat ini ketika COVID-19 sudah menyebar ke berbagai belahan dunia. ** Baca juga: Pemakaian Masker Wajah dalam Jangka Waktu Lama Bisa Sebabkan Jerawat

Dan apabila memungkinkan, gunakan metode cashless sehingga Anda tidak perlu mengeluarkan uang tunai ke mana pun pergi.(ilj/bbs)




Peneliti Prancis Berhasil Temukan Benang Operasi Terbuat dari Kulit Manusia

Kabar6-Peneliti asal Prancis berhasil membuat benang operasi dari kulit manusia. Benang kulit manusia ini diyakini memiliki banyak manfaat, karena dinilai lebih mampu merekatkan dan memperbaiki organ manusia.

“Benang tekstil kulit manusia ini menawarkan tingkat biokompatibilitas yang unik dan mewakili generasi baru produk rekayasa jaringan biologis sepenuhnya,” demikian tulis peneliti dari University of Bordeaux, Prancis, dalam studi yang baru saja dipublikasikan pada jurnal Acta Biomaterialia.

Benang yang terbuat dari kulit manusia ini, melansir sciencealert, mengembangkan sel kulit. Setelah merekatkan kulit atau organ, benang ini dapat melebur secara biologis. Penggunaan benang dari kulit manusia ini juga meminimalkan efek samping. Benang ini juga tidak menyebabkan reaksi yang merugikan pada tubuh pasien.

“Sebagian besar biomaterial sintetis permanen dianggap asing oleh sistem kekebalan tubuh bawaan, sehingga dapat membuat tubuh bereaksi terhadap benda asing,” tulis peneliti lagi.

Namun, penemuan terbaru dalam dunia medis ini masih membutuhkan sejumlah uji klinis untuk dapat menggunakan benang dari kulit manusia dalam tindakan medis. ** Baca juga: Nikah Saat Lockdown, Pasangan Pengantin Italia Ini Tidak Punya Tamu Undangan

Diketahui, sebelum penemuan benang dari kulit manusia, terdapat studi lain menemukan gel lem dapat melekatkan kulit atau organ tanpa perlu menjahit.(ilj/bbs)




Pemakaian Masker Wajah dalam Jangka Waktu Lama Bisa Sebabkan Jerawat

Kabar6-Belakangan ini, masker menjadi barang yang paling dicari di pasaran. Ya, sebagian warga membutuhkan masker untuk mencegah penularan COVID-19, terutama bagi mereka yang banyak beraktivitas di luar rumah.

Namun di sisi lain, pemakaian masker untuk melindungi dari debu, polusi, hingga virus, diklaim memiliki dampak buruk bagi kulit wajah, terutama pada bagian yang tertutup oleh masker.

Seorang dokter di Tiongkok bernama Zhou Ke Jia, melansir Dreamers, mengungkapkan dampak buruk dari pemakaian masker secara terus menerus. Dikatakan dr. Zhou, pemakaian masker dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kulit wajah menjadi berjerawat. Hal ini karena ketika memakai masker, sirkulasi udara yang dihirup dan dikeluarkan tidak berjalan secara masksimal.

Nah, kondisi tadi membuat temperatur dan kelembapan di area kulit yang tertutupi masker menjadi meningkat, dan dapat menyebabkan tumbuhnya bakteri.

Selain itu, memakai masker terlalu lama juga dapat meninggalkan bekas pada kulit, sehingga menjadi lebih rentan terluka, dan peredaran darah tidak lancar. ** Baca juga: Membuat Hand Sanitizer Sendiri Tidak Disarankan?

Jadi, masyarakat disarankan untuk tidak secara terus menerus memakai masker, terlebih jika kondisi tubuh sehat dan tidak terlalu memerlukannya.(ilj/bbs)




Nikah Saat Lockdown, Pasangan Pengantin Italia Ini Tidak Punya Tamu Undangan

Kabar6-Di tengah pandemi COVID-19 dengan sistem lockdown yang dilakukan sejumlah negara, sepasang kekasih asal Italia bernama Diego Fernandes (46) dan Dani Selgado (30) melangsungkan pernikahan mereka.

Sayangnya, melansir thesun, pemberkatan pernikahan yang dilakukan di Naples, Italia, tidak dihadiri satu pun tamu undangan. Hanya beberapa saksi yang hadir di pernikahan mereka. Tentu saja, karena warga Italia memang dilarang keras untuk keluar rumah jika bukan karena hal-hal mendesak.

Ada hal yang menarik perhatian, Diego dan Dani mengenakan baju pengantin dengan menggunakan masker. Mereka pun berciuman masih dengan menggunakan masker. Rupanya, COVID-19 memang bukan halangan untuk meresmikan hubungan cinta mereka.

Sementara itu, pernikahan pasangan asal Australia bernama Scott Maggs dan Emma Metcalf pun menjadi viral. Keduanya tak menyangka pesta pernikahan yang digelar pada 6 Maret 2020 lalu berubah jadi malapetaka.

Dikatakan Maggs, ada 37 tamu undangan yang terkonfirmasi terinfeksi COVID-19. Pasangan pengantin ini sendiri baru menjalani tes COVID-19 beberapa waktu lalu, dan belum diketahui hasilnya. ** Baca juga: COVID-19 Bikin Perairan di Kota Venesia Jadi Lebih Bersih

Musibah memang bisa datang setiap saat.(ilj/bbs)




Membuat Hand Sanitizer Sendiri Tidak Disarankan?

Kabar6-Pandemi COVID-19 di satu sisi menciptakan panic buying, yang membuat masyarakat berbondong-bondong memborong bahan makanan, terlebih di sejumlah negara memberlakukan lockdown.

Sementara itu, beberapa produk seperti masker serta hand sanitizer menjadi barang langka, dan dijual dengan harga yang sangat mahal. Karena itulah, tidak sedikit masyarakat yang meracik hand sanitizer sendiri dengan tutorial yang didapat dari internet.

Hand sanitizer DIY (Do It Yourself) rata-rata dibuat dengan komposisi alkohol 70 persen. Meskipun bisa diracik sendiri, melansir DetikHealth, Anda tidak bisa sembarangan dalam membuat hand sanitizer. Harus ada standar dalam membuat hand sanitizer, termasuk komposisi, dan hitungannya. Hal ini untuk menghindari risiko buruk yang akan terjadi.

Anda disarankan untuk tidak sembarangan mencoba membuat hand sanitizer, jika tidak memiliki pengetahuan mengenai hal tersebut, karena dampaknya bisa berbahaya dan berisiko.

Anda yang tidak memiliki pengetahuan mengenai masalah kimia, sebaiknya tidak mencoba membuat hand sanitizer sendiri. ** Baca juga: Mager Saat ‘Work from Home’, Lakukan 5 Gerakan Simpel

Artinya, sebelum membuat hand sanitizer, Anda harus mengerti takaran dan bahan yang aman digunakan.(ilj/bbs)




COVID-19 Bikin Perairan di Kota Venesia Jadi Lebih Bersih

Kabar6-Pandemi COVID-19 yang menimbulkan kepanikan dan menelan banyak korban, di satu sisi ternyata memiliki dampak positif, yaitu destinasi wisata menjadi bersih karena tidak ada turis yang berani berkunjung.

Hal itu juga yang terjadi pada Kota Venesia, Italia, yaitu perairannya menjadi jernih. Hal itu, melansir tempo.co, karena gondola yang biasa lalu lalang kini tidak lagi beroperasi. Ikan-ikan yang dulu bersembunyi, satu per satu mulai menunjukkan keberadaannya, berenang di perairan Venesia yang membiru.

Disebutkan, penduduk lokal di Venesia baru menyadari bahwa perairan di kota mereka sebenarnya bisa menjadi lebih jernih. Saking jernihnya, sampai bisa melihat ikan berenang di dalamnya.

Pemandangan langka itu diabadikan penduduk lokal ke media sosial. Mereka membentuk sebuah grup Facebook dengan nama ‘Venezia Pulita’, yang berarti ‘Venesia yang asri’.

Beberapa warga lokal menyebutnya sebagai keajaiban yang dibawa COVID-19, karena selama ini yang mereka rasakan adalah virus itu telah membawa penderitaan bagi mereka. Selain membuat akses ke kota Venesia ditutup, hal itu juga memukul kegiatan ekonomi di sana.

“Venesia tampak menakjubkan. Virus (Corona) itu sudah membawa sesuatu yang cantik,” kata Katia Fameli, salah satu penduduk lokal. Sementara penduduk lain bernama Villa Lory menambahkan, “Menakjubkan, sampai sampai kita bisa melihat ikan berenang di perairannya.”

Menanggapi fenomena tersebut, pemerintah setempat mengatakan bahwa jernihnya perairan Venesia dikarenakan tak ada lagi gondola yang mengangkat sauh. Selama ini, gondola-gondola membawa sedimen ke dalam perairan Venesia yang membuatnya keruh.

Alhasil, ketika gondola tidak ada lagi, perairan Venesia menjadi bersih. Diketahui, Venesia adalah satu dari sekian banyak kota di Italia yang ditutup aksesnya untuk menekan penyebaran COVID-19. ** Baca juga: Disamarkan sebagai Boneka Voodoo, Janin Bayi Diselundupkan Lewat Bandara Bangkok ke Florida

Di balik musibah, selalu ada hikmah yang bisa didapat.(ilj/bbs)