1

Sebelum Pulang Kerja, Bos Sebuah Perusahaan di Tiongkok Wajibkan Karyawannya Kirim Screenshot Pemakaian Baterai Ponsel

Kabar6-Hal yang dilakukan seorang bos sebuah perusahaan kecil di Wuhan, Tiongkok, memicu kontroversi setelah diketahui meminta karyawannya untuk mengirimkan screenshot (tangkapan layar) penggunaan baterai ponsel mereka sebelum pulang kerja.

Aturan aneh itu, melansir SCMP, diberlakukan karena si bos yakin bahwa kinerja buruk perusahaannya dalam beberapa bulan terakhir, terkait dengan berapa banyak waktu yang dihabiskan karyawan ‘bermain’ ponsel mereka ketimbang bekerja. Karena itulah, bos tadi memutuskan untuk mengatasi masalah tersebut dengan memeriksa penggunaan ponsel para karyawan setiap hari.

Menurut seorang karyawan yang menggunakan media sosial untuk mengekspos metode peningkatan produktivitas yang kontroversial, dia dan rekan-rekannya diminta masuk ke pengaturan telepon dan mengambil tangkapan layar dari grafik penggunaan baterai untuk hari itu dan mengirimkannya ke bos mereka.

“Ini keterlaluan, ketika sebuah perusahaan mulai melakukan hal-hal seperti ini, biasanya itu berarti akan menurun dan Anda dapat mulai berencana untuk berganti pekerjaan,” komentar netizen di Weibo. “Pelanggaran privasi yang jelas,” sahut yang lain. ** Baca juga: Mendekam Selama 19 Tahun di Penjara, Pria Meksiko Ini Dituduh Bunuh Orang yang Ternyata Masih Hidup

Beberapa sumber mengklaim, setelah aturan si bos menuai kontroversi online, presiden perusahaan mengeluarkan pernyataan publik yang menjelaskan bahwa metodenya tidak pernah tentang melanggar privasi karyawan, tetapi tentang meningkatkan produktivitas dengan memastikan mereka tidak memeriksa media sosial dan bermain video game di tempat kerja.(ilj/bbs)




Oops…Sejumlah Dokter Wuhan Blakblakan Diperintahkan Tiongkok Berbohong Soal COVID-19

Kabar6-Melalui rekaman yang dilakukan secara diam-diam, para dokter di Wuhan, Tiongkok, mengakui tahu seberapa serius Virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 pada awal wabah, tetapi mereka diperintahkan pihak berwenang Tiongkok untuk berbohong.

Kesaksian yang memberatkan itu, melansir Sindonews, dimuat dalam sebuah dokumenter baru oleh broadcaster Inggris, ITV, berjudul ‘Outbreak: The Virus That Shook The World (Wabah: Virus yang Mengguncang Dunia)’. Diketahui, Tiongkok memberitahu WHO tentang 27 kasus pertama COVID-19 pada 31 Desember 2019, tetapi tidak melaporkan kematian apa pun hingga pertengahan Januari, dan bahkan kemudian bersikeras tidak ada bukti dari penularan manusia ke manusia.

Tetapi para profesional medis senior di Wuhan, yang difilmkan oleh seorang jurnalis warga, mengatakan mereka tahu tentang kematian sejak Desember dan jelas bahwa virus itu menyebar di antara orang-orang.

“Kami semua merasa seharusnya tidak ada keraguan tentang penularan dari manusia ke manusia,” kata seorang dokter dalam rekaman tersebut, yang disiarkan ITV pada Selasa (19/1/2021) malam waktu Inggris.

“Sebenarnya akhir Desember atau awal Januari, kerabat seseorang yang saya kenal meninggal karena virus ini. Banyak dari mereka yang tinggal bersamanya juga terinfeksi termasuk orang yang saya kenal,” lanjut dokter yang identitasnya dilindungi dan wajahnya disamarkan.

Kemudian dokter lain mengatakan, “Kami tahu virus itu menular dari manusia ke manusia, tetapi ketika kami menghadiri pertemuan di rumah sakit, kami diberitahu untuk tidak angkat bicara. Pemimpin pemerintah provinsi mengatakan kepada rumah sakit untuk tidak mengatakan yang sebenarnya.”

Para dokter mengklaim, pihak berwenang tahu perayaan Tahun Baru Imlek Januari akan mempercepat penyebaran virus tetapi membiarkan mereka tetap melanjutkannya untuk ‘menghadirkan masyarakat yang harmonis dan sejahtera.

“Mereka seharusnya tidak mengizinkan pertemuan apa pun,” ujar salah satu dokter. “Pemerintah provinsi dan lokal tahu ancaman itu tetapi mereka terus mengizinkan orang banyak.”

WHO men-tweet pada 14 Januari tentang virus tersebut, ‘Investigasi awal yang dilakukan oleh otoritas Tiongkok tidak menemukan bukti jelas penularan dari manusia ke manusia’.

Pada saat WHO mengeluarkan laporan situasi pertamanya pada 21 Januari, setidaknya 278 orang di Tiongkok terinfeksi, dan virus tersebut telah menyebar ke tiga negara lain. Pakar Taiwan yang diwawancarai oleh program televisi itu mendukung kesaksian para dokter Wuhan.

Teori yang diyakini selama ini adalah bahwa virus berasal dari kelelawar dan melompat ke manusia di ‘pasar basah’ kontroversial yang menjual dan menyembelih hewan eksotik dalam kondisi yang menjijikkan.

Sementara itu Tiongkok telah mulai mendorong teori bahwa virus itu berasal dari luar negeri, dan mungkin telah tiba di Wuhan melalui produk makanan beku impor dari Eropa, Amerika Selatan, atau bahkan Australia.(ilj/bbs)




Bukan Wuhan, Ilmuwan Tiongkok Sebut COVID-19 Pertama Kali Muncul di AS

Kabar6-Tim ilmuwan Tiongkok berpendapat bahwa kasus pertama COVID-19 muncul pertama kali di Amerika Serikat (AS). Hal itu diketahui dengan menggunakan model matematika.

Menurut tim ilmuwan, melansir rt, penyakit yang disebabkan oleh virus Corona itu muncul antara April dan November 2019 di timur laut AS, jauh sebelum wabah di Wuhan. “Hasil perhitungan menunjukkan bahwa epidemi COVID-19 di Amerika Serikat memiliki probabilitas tinggi untuk mulai menyebar sekitar September 2019,” demikian keterangan dalam makalah setebal 14 halaman, sebuah repositori yang dioperasikan oleh National Science Library Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok.

Makalah ini ditulis oleh Zhouwang Yang, Yunhe Hu, dan Zhiwei Ding dari University of Science and Technology of China, dan penulis koresponden Tiande Guo dari Akademi Ilmu Pengetahuan China.

Tim ilmuwan berangkat untuk menyimpulkan waktu asal pandemi berdasarkan metode berbasis data dan model hybrid. Dalam makalah disebutkan, “Mereka memodelkan tingkat tes positif agar sesuai dengan tren aktual dan menggunakan estimasi kuadrat terkecil untuk mendapatkan parameter model yang optimal, sebelum menerapkan estimasi kepadatan kernel untuk menyimpulkan waktu asal pandemi dengan probabilitas keyakinan spesifik.”

Keempat peneliti juga mengklaim, serangkaian penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Amerika Serikat, Spanyol, Prancis, Italia, Brasil, dan negara-negara lain telah diserang oleh virus corona sebelum wabahnya di Tiongkok.

Secara resmi, kasus pertama COVID-19 terdaftar di AS pada 20 Januari 2020 atau sekira sebulan setelah wabah di kota Wuhan. Para peneliti Tiongkok berpendapat, ada kemungkinan 50 persen dari kasus pertama di 11 negara bagian AS dan Distrik Columbia sebelum itu atau pada awal April 2019 di Rhode Island dan hingga akhir November tahun itu di Delaware.

Sampel mereka sebagian besar terdiri dari negara bagian timur laut AS yaitu Massachusetts, Vermont, New Hampshire, Connecticut, Rhode Island, New York, New Jersey, Delaware, Pennsylvania, Maryland dan Virginia, dengan Michigan dan Louisiana dilemparkan ke dalam sebagai campuran.

Sebagian besar makalah berfokus pada Maryland, lokasi Fort Detrick, pangkalan Angkatan Darat AS yang digunakan untuk meneliti senjata biologis selama Perang Dingin, dan sekarang menjadi tempat program pertahanan biologis AS. ** Baca juga: Pria di AS Tewas dengan Cara Sama Seperti Orang yang Mendonorkan Jantung Kepadanya

Meskipun makalah tersebut tidak secara khusus menyebutkan Fort Detrick, beberapa pejabat Tiongkok telah berulang kali menyatakan bahwa virus itu mungkin berasal dari sana, untuk melawan spekulasi AS bahwa virus itu berasal dari penelitian gain-of-function pada virus kelelawar, yang dilakukan di Institut Virologi Wuhan (WIV).

Apa yang disebut hipotesis ‘kebocoran lab’ berfokus pada pendanaan Institut Kesehatan Nasional AS yang diberikan kepada organisasi nirlaba bernama EcoHealth Alliance, bermitra dengan WIV untuk melakukan penelitian virus Corona kelelawar.(ilj/bbs)




Penyelidik WHO: Pasien Nol COVID-19 Mungkin Pekerja Lab Wuhan yang Berspesialisasi dalam Penelitian Seputar SARS-COV-2

Kabar6-Penyelidik utama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Peter Embarek, mengungkapkan bahwa pasien nol COVID-19 mungkin adalah pekerja laboratorium Wuhan, Tiongkok, yang berspesialisasi dalam penelitian seputar SARS-COV-2 sebelum menyebar ke seluruh dunia.

Embarek, melansir Independent, menceritakan panjang lebar misi yang dipimpinnya di Wuhan dan sangat kritis terhadap Tiongkok, dalam sebuah film dokumenter berjudul ‘Misteri virus, seorang Denmark mencari kebenaran di Tiongkok’, yang disiarkan di saluran televisi setempat. “Seorang karyawan (laboratorium) yang terinfeksi di lapangan mengambil sampel termasuk dalam salah satu hipotesis yang mungkin. Di sinilah virus berpindah langsung dari kelelawar ke manusia,” terang Embarek.

Selama ini, dikatakan Embarek, timnya kesulitan mendiskusikan teori adanya kebocoran di lab Wuhan dengan para ilmuwan Tiongkok. “Hingga 48 jam sebelum misi berakhir, kami masih belum setuju untuk menyebutkan hipotesis laboratorium dalam laporan tersebut,” jelas Embarek.

Ditambahkan, “Setelah pertukaran ini, delegasi WHO memperoleh izin untuk mengunjungi dua laboratorium tempat penelitian dilakukan pada kelelawar.” ** Baca juga: Pria Kamboja Habisi Ibu Kandungnya Karena Dianggap Penyihir

Embarek menuturkan, selama kunjungan tersebut, timnya memiliki hak untuk presentasi, dapat berbicara dan mengajukan pertanyaan yang ingin mereka tanyakan. Tetapi timnya tidak memiliki kesempatan untuk berkonsultasi tentang dokumentasi apa pun.

Ilmuwan itu menunjukkan bahwa tidak ada kelelawar yang hidup di alam liar di wilayah Wuhan, dan bahwa satu-satunya orang yang mungkin mendekati kelelawar yang dicurigai sebagai tempat menyimpan virus yang menyebabkan Sars-Cov-2 adalah karyawan laboratorium kota.(ilj/bbs)




Wanita Ini Selamat dari Aksi Perampokan Berkat Corona

Kabar6-Seorang wanita di Kota Pingba, Chongqing, Tiongkok, berhasil meyakinkan pria yang hendak merampoknya dengan memanfaatkan situasi pandemi Corona. Apa yang telah dilakukannya?

Berawal ketika pelaku perampokan, melansir worldofbuzz, memasuki rumah seorang wanita yang saat itu tengah tertidur. Namun saat pelaku masuk ke kamarnya, wanita yang tidak diungkap identitasnya itu tiba-tiba terbangun dan berteriak dengan keras. Dengan sigap, pelaku segera menutup mulut korbannya dan mencoba menganiaya agar tidak melawan.

Beruntung, wanita itu langsung mendapat ide dengan memanfaatkan pandemi Corona. Wanita tadi berpura-pura batuk dan mengatakan bahwa dia baru saja pulang dari Wuhan.

“Saya baru saja kembali dari Wuhan dan saya sudah memiliki gejala infeksi. Jadi saya tinggal di rumah dan mengasingkan diri,” katanya. ** Baca juga: Gemar Pamer dan Bergaya Bak Orang Kaya, Rapper Asal Portugis Tewas di Tangan Perampok

Setelah mendengar pengakuan korbannya, pelaku yang merasa sangat ketakutan tergegas pergi setelah sebelumnya mengambil ponsel dan uang sekira Rp156 ribu si korban, kemudian melarikan diri dari tempat kejadian.

Korban kemudian melaporkan kejadian itu ke polisi. Petugas segera bergerak mencari pelaku perampokan. Pada saat kejadian, pelaku mengenakan penutup wajah, sehingga hanya bisa dilacak berdasarkan tipe dan bentuk tubuhnya.

Polisi akhirnya berhasil melacak pelaku dan mengidentifikasinya. Pelaku menyerah tanpa perlawanan dan dijebloskan ke penjara.(ilj/bbs)




Gara-gara Lockdown, Berat Badan Pria Ini Naik 101 Kg Hanya dalam Waktu 5 Bulan

Kabar6-Banyak negara memberlakukan lockdown untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Dengan diterapkannya aturan ini, warga diminta untuk melakukan berbagai macam aktivitas dari rumah saja.

Kondisi ini di sisi lain ternyata membuat banyak warga yang stres karena terus menerus menghabiskan waktu di rumah selama masa pandemi. Tidak jarang, mereka melampiaskan perasaan stres itu dengan ‘lari’ ke makanan.

Apabila tidak diimbangi dengan rutin berolahraga, tentu saja berat badan semakin melesat. Nah, hal itu juga yang dialami seorang pria asal Wuhan, Tiongkok, bernama Zhou (26).

Tidak main-main, melansir Dailymail, Zhou mengalami kenaikan berat badan hingga 101 kilogram selama pandemi COVID-19 atau hanya dalam waktu lima bulan saja. Pria itu pun terpaksa dilarikan dengan dengan ambulans ke Zhongnan Hospital of Wuhan University, setelah mengalami kritis gara-gara berat badannya yang berlebih.

Zhou ditetapkan sebagai pria dengan bobot tubuh terberat di Wuhan, yaitu lebih dari 279 kilogram. Diketahui, sebelum pemerintah menerapkan aturan lockdown, Zhou bekerja di sebuah kafe. Namun, sejak aturan itu diberlakukan, Zhou tak lagi bekerja dan banyak menghabiskan waktunya di rumah.

Zhou, seperti dikatakan pihak rumah sakit, sudah berusaha keras untuk menurunkan berat badannya. Sayang, usaha itu sia-sia karena berat badannya tak kunjung turun.

Hingga akhir tahun lalu, berat badan Zhou diperkirakan mencapai 177,8 kilogram. Namun, kebiasaannya yang sering makan selama pandemi dan kurang beraktivitas membuat berat badannya makin bertambah.

Pihak rumah sakit memvonis Zhou mengalami gagal jantung dan disfungsi pernapasan. Zhou harus menjalani operasi untuk menghilangkan bagian perutnya.

Ia juga diminta untuk menurunkan berat badannya sebanyak 25 kilogram, guna menurunkan risiko operasi. ** Baca juga: Tiongkok Cari Bukti Kehidupan di Luar Bumi dengan Kembangkan Satelit Khusus untuk Berburu Alien

Entah, makanan apa saja yang sudah dilahap Zhou selama lockdown pandemi COVID-19.(ilj/bbs)




Peneliti Senior Sebut Laboratorium Virus di Wuhan Masih Simpan 1.500 Virus Mematikan

Kabar6-Sebuah fakta baru yang membuat masyarakat dunia tercengang akhirnya terungkap. Hal ini terkait pengakuan seorang peneliti senior di Institut Virologi Wuhan, Tiongkok.

Peneliti senior itu membongkar soal ancaman virus corona terhadap manusia. Seorang virologis utama bersama timnya di Institut Virologi Wuhan, melansir Dailymail, memberikan peringatan soal kemungkinan wabah corona virus mirip SARS di Tiongkok 11 bulan sebelum pandemi COVID-19 melanda kota tersebut.

Prediksi yang tidak menyenangkan juga datang dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh Shi Zhengli dan rekan-rekannya di Institut Virologi Wuhan saat mereka menekankan pentingnya melakukan penyelidikan virus dari kelelawar.

Institut Virologi Wuhan, sebuah lembaga senilai 34 juta poundsterling yang berafiliasi dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, telah menjadi pusat kontroversi di tengah krisis global.

Teori mengejutkan mengklaim, virus yang secara resmi dikenal sebagai SARS-CoV-2 itu berasal dari institut, yang memiliki laboratorium berlantai empat dengan tingkat keamanan hayati tertinggi P4.

Presiden AS Donald Trump juga mengatakan, Washington sedang mencoba untuk menentukan apakah virus corona pertama kali menyeberang ke manusia secara tidak sengaja selama percobaan dengan kelelawar di lab Wuhan.

Sementara itu, Tiongkok bersikeras bahwa WHO tidak menemukan bukti bahwa virus corona itu buatan manusia. ** Baca juga: Pasien Penderita Kanker Berontak dari Kantong Mayat Karena Salah Diagnosis

Sebuah tim yang dipimpin oleh Shi telah menemukan pada 2018 bahwa manusia mungkin dapat terpapar virus corona langsung dari kelelawar setelah melakukan penelitian.

Diketahui, Institut Virologi Wuhan yang menyimpan lebih dari 1.500 jenis virus mematikan, mengkhususkan diri dalam penelitian ‘patogen paling berbahaya’, khususnya virus yang dibawa oleh kelelawar.

Bagaimana menurut Anda?(ilj/bbs)




Staf Rumah Sakit di Wuhan Ajak Pasien Virus Corona Menari untuk Bangkitkan Semangat

Kabar6-Staf rumah sakit di Wuhan, Tiongkok, mengajak para pasien virus corona yang dirawat di sana menari, sebuah upaya untuk menghibur sekaligus membangkitkan semangat mereka.

“Kami berharap membuat atmosfer lebih aktif dengan mengajak pasien berlatih pernapasan dan menari,” kata Chen Xiaoyan, Perawat Kepala Zhongnan hospital of Wuhan University.

Ratusan pasien virus corona, melansir MSN, dibawa oleh staf medis ke bagian tengah rumah sakit, dan di sanalah mereka melakukan gerak badan ringan, yaitu menari mengikuti sebuah lagu Tiongkok tentang bunga merah, yang melambangkan harapan bahwa pemulihan mereka akan berlangsung cepat.

Dijelaskan Chen, mereka semua dalam suasana hati yang tidak baik, berada dalam lingkungan asing saat dirawat, dan banyaknya pasien yang juga dirawat membuat mereka merasa gugup.

Keruan saja, aksi menari itu menjadi viral. Netizen pun memberikan kata-kata penyemangat untuk para perawat. “Saya tersentuh setelah menonton ini. Staf medis, pasien, dan semuanya, tetap semangat!” komentar salah satu warganet.

Diketahui, Wuhan yang merupakan Ibu Kota Provinsi Hubei adalah lokasi asal penyebaran virus corona yang pertama kali dilaporkan di Pasar Seafood Huanan pada Desember 2019 lalu.

Otoritas setempat dibantu pemerintah pusat membangun rumah sakit baru, dan mengubah sebagian gedung menjadi fasilitas medis untuk merawat pasien.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan nama baru ‘Covid-19’ untuk menghindari stigmatisasi bangsa hingga kelompok tertentu.(ilj/bbs)




Seorang Dokter Gelar Pernikahan 10 Menit, dan Kembali Bertugas Tangani Pasien Virus Corona

Kabar6-Sebuah kisah heroik sekaligus romantis ini bukanlah cuplikan film layar lebar yang sedang diputar pada sejumlah bioskop, namun kisah nyata yang terjadi di tengah wabah virus corona.

Bagaimana kisahnya? Seorang dokter asal Tiongkok rela mempersingkat resepsi pernikahannya karena harus bertugas di rumah sakit untuk menangani para pasien yang terkena virus corona.

Alhasil, melansir mothership.sg, setelah mengadakan upacara pernikahan selama 10 menit, dokter bernama Li Zhiqiang itu kembali ke rumah sakit tanpa sempat makan siang bersama istrinya, Yu Hongyan. Pernikahan yang terjadi di Heze, Tiongkok, ini pun hanya dihadiri lima orang, sudah termasuk sang dokter dan mempelai wanitanya.

Saat menikah, kedua mempelai juga tampak memakai masker demi mencegah tertular virus Corona. Dr. Li Zhiqiang terlihat memakai setelan jas dan dasi, sedangkan mempelai wanita mengenakan jaket berwarna merah dan celana panjang hitam.

Sebenarnya, kedua pasangan ini sudah merencanakan untuk mengadakan pernikahan pada 31 Januari lalu. Namun karena penyebaran virus Corona, mereka menunda pernikahan tersebut. ** Baca juga: Kambing dan Anjing Jadi Kandidat dalam Pemilihan Wali Kota di Negara Bagian AS

Pernikahan ini diadakan begitu singkat karena wabah virus corona yang terjadi di Wuhan. Diketahui, sebagian besar petugas medis di Wuhan dan sekitarnya, khususnya dokter dan perawat, bekerja keras demi melawan penyebaran virus corona yang dinyatakan WHO kondisinya sudah darurat di seluruh dunia itu.

Benar-benar dokter yang mengabdi untuk negara.(ilj/bbs)




Ingin Hirup Udara Segar, Wanita Ini Buka Pintu Darurat Pesawat

Kabar6-Seorang wanita ditahan polisi karena menyebabkan sebuah penerbangan ditunda selama satu jam. Rupanya, wanita berusia sekira 50 tahun yang tidak disebutkan namanya itu membuka pintu darurat pesawat untuk menghirup udara segar.

Peristiwa yang terjadi sebelum penerbangan lepas landas di Provinsi Hubei, Tiongkok Tengah, ini dialami oleh maskapai Xiamen Air MF8215 dari Wuhan ke Lanzhou, yang dijadwalkan lepas landas pukul 15.45 waktu setempat.

Sebenarnya, melansir SCMP, awak kabin telah memberi pengarahan kepada wanita tadi tentang peraturan ketika duduk di sebelah pintu darurat dan mengingatkannya untuk tidak menyentuh tombol yang membuka pintu darurat.

Namun, wanita itu mengatakan, dia membutuhkan udara segar dan menyentuh tombol untuk membuka pintu darurat ketika pramugari berbalik untuk membantu orang lain.

Akibatnya, wanita tadi dibawa keluar pesawat oleh aparat bandara, dan penerbangan ditunda selama satu jam. Diketahui, tindakan membuka pintu darurat dapat dianggap mengganggu ketertiban umum dalam pesawat terbang. ** Baca juga: Salah Rute, Bocah 9 Tahun Ini Malah Menang Lomba Lari

Mungkin wanita tadi baru pertama kali naik pesawat.(ilj/bbs)