1

Jangan Sepelekan Efek Buruk Langsung Tidur Usai Makan

Kabar6-Usai mengisi perut biasanya sebagian orang melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda oleh waktu makan. Namun tidak sedikit orang yang justru terserang kantuk sehingga memilih tidur beberapa saat.

Apabila kebiasaan ini berlangsung terus menerus tentu saja tidak baik untuk kesehatan. Mengapa demikian? Melansir Aura, ada masalah kesehatan yang akan timbul jika Anda langsung tidur setelah makan. Pertama adalah gangguan pencernaan, karena makanan yang seharusnya masuk ke lambung, bisa berbalik kembali ke tenggorokan dan mulut apabila Anda langsung tidur.

Hal itu tentu akan membuat kita mual dan merasa ingin muntah. Selanjutnya, memicu berat badan cepat naik. Makanan yang kita konsumsi akan diproses oleh tubuh selama beberapa saat.

Namun apabila setelah kita makan langsung tidur, maka tubuh tidak bisa memproses makanan dengan benar. ** Baca juga: Agar Porsinya Tidak Berlebihan, Hindari 3 Sifat Ini di Usia Matang

Hasilnya, tubuh akan menyimpan kalori dari makanan itu menjadi lemak. Jadi jika kebiasaan ini terus dilakukan maka berat badan pun bisa semakin cepat bertambah. Sebaiknya beri jeda waktu beberapa jam setelah makan sebelum Anda tidur.(ilj/bbs)




Tidur Terpisah dari Pasangan Bisa Tingkatkan Kebahagiaan

Kabar6-Jika selama ini tidur terpisah dari suami atau istri dianggap sebagai masalah rumah tangga, hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa tidur terpisah dari pasangan ternyata bisa meningkatkan kebahagiaan.

Tidur terpisah yang dimaksud di sini bukan terpisah secara emosional atau karena amarah/bertengkar, tetapi hanya tidur terpisah di mana pasangan tidak tidur pada satu ranjang, dan murni karena ingin mencoba lebih tenang serta leluasa menikmati waktu tidur tanpa gangguan orang lain termasuk pasangan.

Studi Paracelsus Medical University di Jerman pada 2016, melansir Fimela, mengungkapkan bahwa tidur terpisah dari pasangan bisa membuat suasana tidur lebih tenang dan nyaman. Apalagi jika pasangan memiliki kebiasaan mendengkur, banyak bertingkah saat tidur dan sering mengigau.

Penelitian lain yang dilakukan para ahli di Amerika Serikat menemukan, jika ketika pasangan suami istri tidur dalam satu ranjang, sementara suami atau istri tidak bisa tidur atau banyak bergerak hingga mengganggu pasangannya, ini bisa memicu amarah pasangan.

Ketika salah satu dari pasangan memiliki masalah tidur dan mencoba tidur bersama satu ranjang, ini bisa memicu pertengkaran di keduanya. ** Baca juga: Hindari Lepas Alas Kaki Saat dalam Pesawat

“Tidur seranjang dengan pasangan memang memiliki banyak manfaat. Tapi, jika salah satu pasangan tersebut memiliki masalah tidur, ini bisa menyebabkan permasalahan tersendiri. Ini bisa membuat pasangannya tidak nyaman, ikut tak bisa tidur bahkan stres. Ini tentu berbeda dengan pasangan yang mencoba tidur terpisah untuk sesekali waktu,” jelas Mary Jo Rapini, psikoterapis dan ahli hubungan dari Houston Amerika Serikat.

Sementara seorang penulis buku berjudul Sleeping Apart Not Falling Apart bernama Jennifer Adams mengatakan, “Tidur seranjang dan itu justru membuat keduanya terganggu, ini akan berdampak secara emosional, fisik dan mental. Ini tak baik buat kesehatan fisik maupun psikis.”

Tapi jangan terlalu sering tidur terpisah, ya.(ilj/bbs)




Minum Teh Bikin Tidur Lebih Pulas?

Kabar6-Teh menjadi salah satu minuman yang banyak dipilih, entah itu untuk memulai hari sebelum beraktivitas, atau sekadar teman santai saat sore hari. Minum teh, selain membuat tubuh rileks, seringkali dianggap dapat membuat tidur lebih pulas. Benarkah demikian?

Seorang peneliti dari Harvard Medical School Division of Sleep Medicine bernama Eric Zhou, melansir Livescience, menyebutkan bahwa selama ratusan bahkan ribuan tahun minuman teh telah digunakan sebagai obat herbal yang diklaim mampu membuat tidur lebih nyenyak. Jenis teh yang digunakan biasanya berjenis chamomile.

Hingga saat ini, dikatakan Zhou, masih sedikit penelitian yang menguji keampuhan teh chamomile terhadap kualitas tidur, salah satunya sebuah penelitian pada 2011.

“Sangat sedikit studi yang menganalisis efek teh chamomile terhadap kualitas tidur. Untuk kasus insomnia, minum teh hanya memberi khasiat sangat sedikit,” jelas Zhou.

Hal senada dikatakan Suzanna Zick dari University of Michigan Department of Family Medicine yang memimpin riset ini. “Walau sudah minum teh chamomile, kualitas tidurnya tidak langsung naik secara signifikan dibandingkan orang yang tidak minum teh,”papar Zick.

Lantas, apa yang harus dilakukan agar dapat tidur lebih pulas? Para peneliti percaya, kualitas tidur dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk salah satunya stres di rumah atau kantor.

Beban pekerjaan yang bikin pusing sampai terbawa ke rumah dapat membuat Anda tidur tidak nyenyak. Begitu pula dengan menggunakan gadget menjelang tidur, di mana layar yang sangat terang dapat membuat mata menjadi silau dan pusing kepala.

Apabila ada yang merasa dapat tidur lebih pulas setelah minum teh, disebutkan Zhou, tampaknya hal ini hanya sugesti saja. Meskipun keampuhannya tidak dapat dibuktikan secara sains, bukan berarti Anda harus berhenti minum teh sebelum tidur. ** Baca juga: Hasil Penelitian Sebutkan Wanita Jomblo Lebih Bahagia

“Minum teh chamomile bisa membuat Anda tidur lebih pulas kalau Anda percaya,” tambah Zhou. “Teh chamomile sangat aman untuk kesehatan, jadi kalau memang ampuh untuk Anda, tidak ada alasan untuk berhenti meminumnya.”(ilj/bbs)




Ada Alasan Kenapa Kita Tidak Bisa Tidur Tanpa Gunakan Selimut

Kabar6-Sebagian orang terbiasa tidur dengan menggunakan selimut, bahkan menjadi suatu keharusan. Hal ini karena mereka akan sulit tidur jika tidur tanpa menggunakan selimut.

“Penurunan suhu tubuh terjadi tepat sebelum kita tidur. Dan suhu ini akan terus turun sepanjang malam. Ini merupakan cara tubuh menghemat energi sehingga bisa dialihkan ke sistem lainnya, misalnya pencernaan,” urai Ellen Wermter, Better Sleep Council.

Selimut, melansir Dreamers, akan menjaga agar suhu tubuh tidak turun terlalu rendah yang dapat membuat kita terbangun karena kedinginan. Dengan begitu, tidur pun akan lebih nyenyak dan proses regenerasi sel dapat berjalan lancar. Namun, pada saat udara panas memakai selimut akan membuat tidur tidak nyenyak, karena dapat membuat panas terperangkap.

Jika penurunan suhu tubuh sebelum tidur merupakan sinyal bagi tubuh untuk tidur, maka sebaliknya suhu yang panas akan membuat otak mengira ini adalah waktunya aktif, bukan istirahat. Memang ada orang yang tetap bisa tidur meski udara panas, namun biasanya tidak akan nyenyak.

“Suhu inti tubuh akan naik dan membuat kita terbangun karena tubuh berusaha mendinginkan suhunya. Ini akan membuat kita terbangun beberapa kali sepanjang malam,” jelas Wermter.

Sayangnya jika kita sudah terbiasa, maka tanpa selimut kita akan merasa ada yang kurang. Tubuh pun sulit untuk rileks dan mengantuk. Penggunaan selimut memang membuat kita merasa nyaman.

Jika kita tidur di ruangan ber-AC, selimut yang relatif tebal akan menghasilkan stimulasi tekanan dalam, yang mengaktifkan sistem saraf dan merangsang hormon tertentu yang membantu tidur nyenyak.

Bila ingin tetap memakai selimut ketika udara panas, kita bisa menyiasatinya yaitu menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi sebelum tidur. ** Baca juga: Makan Terburu-buru Bisa Tingkatkan Berbagai Risiko Penyakit

Cara lain adalah memakai selimut tipis atau memakai baju tidur yang tipis sehingga pemakaian selimut tak akan menyebabkan kita kepanasan.(ilj/bbs)




Pria Ini Pecahkan Rekor Tidak Tidur Selama 264,4 Jam

Kabar6-Seorang pria bernama Randy Gardner menjadi pemegang rekor sebagai manusia terlama tanpa tidur. Gardner yang lahir pada 1948, dan saat itu tercatat sebagai siswa sekolah menengah di San Diego, California, tidak tidur selama 264,4 jam atau sekira 11 hari dan 25 menit.

Bagaimana ia dapat memecahkan rekor tersebut? Melansir Quora, pada akhir Desember 1963, Randy Gardner (17) meminta dua temannya, Bruce McAllister dan Joe Marciano, untuk membantu melakukan proyek dalam pameran sains. Ya, Gardner akan mengalahkan rekor hari terlama tanpa tidur. Pertanyaan tentang berapa lama seseorang bisa tanpa tidur adalah masalah beberapa perdebatan pada masa itu. Banyak orang percaya, kurang tidur bisa langsung berakibat fatal.

Eksperimen tingkat tinggi pernah membuat kucing terjaga selama 15 hari berturut-turut. Tetapi seperti dikatakan McAllister kepada BBC bertahun-tahun kemudian, ‘studi kejam’ itu gagal untuk memperhitungkan fakta bahwa kucing tidak hanya terus terjaga, mereka tetap terjaga dengan stimulan yang bisa mendatangkan malapetaka pada sistem internal.

Bersama keduanya temannya, Gardner bertekad untuk memenangkan lencana pameran sains itu. Eksperimen tersebut menjadi semacam sensasi nasional. Faktanya, untuk waktu yang singkat, kisah ketiganya paling banyak ditulis di pers Amerika, setelah pembunuhan Presiden Kennedy dan perjalanan bersejarah The Beatles ke Amerika.

Karena itu juga, seorang peneliti tidur terpercaya bernama Dr. William Dement mendengar tentang eksperimen dan datang untuk membantu mereka. Sepanjang waktu, Dement dan rekan-rekannya melacak dengan tepat bagaimana pikirannya melakukan serangkaian tes kognitif dan sensorik. Setelah dua hari tanpa tidur, ia mulai mengalami masalah mengulangi pembelit lidah sederhana dan ia tidak mampu mengidentifikasi objek dengan sentuhan.

Inderanya tampak meningkat, dan Gardner menjadi peka terhadap aroma yang kuat. Pada hari kelima, Gardner berhalusinasi, dan dia segera mulai kesulitan membentuk ingatan jangka pendek. Tetapi tidak semuanya menjadi menurun. Teman-teman Gardner menggunakan aktivitas fisik untuk membuat pemuda tadi tetap terjaga, dan permainan bola basketnya benar-benar membaik selama satu setengah minggu tanpa tidur itu.

Pada hari kesebelas, ketika dia diminta untuk mengurangi tujuh berulang kali, dimulai dengan 100, dia berhenti di 65. Ketika ditanya mengapa berhenti, Gardner menjawab bahwa dia lupa apa yang dilakukan.

Pada hari terakhirnya, Gardner memimpin konferensi pers di mana dia berbicara tanpa mengomel atau tersandung kata-katanya dan secara umum tampak sehat-sehat saja. “Aku ingin membuktikan bahwa hal-hal buruk tidak terjadi jika kamu beraktivitas tanpa tidur,” kata Gardner.

Beberapa hal terjadi setelah percobaan selesai. Pertama, Gardner dan teman-temannya memenangkan juara pertama dalam pekan sains itu. Prestasi mereka diabadikan dalam Guinness Book of World records.

Namun di sisi lain, seiring berjalannya waktu, Gardner semakin menyesali percobaannya. Pada akhir 2000-an, Gardner mulai mengalami insomnia setiap malam. Tidak ada cara untuk mengatakan dengan pasti, tetapi Gardner yakin alasannya adalah aksi saat remaja.

Gardner menderita ketidakmampuan berulang untuk tidur selama beberapa tahun hingga akhirnya menjadi rutinitas yang lebih andal. Dia hanya menikmati sekira enam jam tidur per malam hari ini.

Menurut laporan beberapa sumber, rekor Gardner dipecahkan sebulan kemudian oleh Toimi Soini, di Hamina, Finlandia, yang tetap terjaga selama 11,5 hari, atau 276 jam dari 5-15 Februari 1964, dan rekor Guinness World Records adalah 449 jam oleh Maureen Weston, dari Peterborough, Cambridgeshire, Inggris pada April 1977 dalam sebuah maraton kursi goyang.

Karena kebijakan untuk tidak mempertahankan rekor ini, edisi Guinness edisi terbaru tidak memberikan informasi apa pun tentang kurang tidur. ** Baca juga: Gokil! Pria India Ini Gunakan Senpi untuk Potong Kue Ultah

Baru-baru ini Tony Wright pada 25 Mei 2007, dilaporkan telah melampaui prestasi Randy Gardner dalam keyakinan nyata bahwa catatan Gardner belum dikalahkan. Dia menggunakan video 24 jam untuk dokumentasi.

The Australian National Sleep Research Project mengatakan, catatan untuk kurang tidur adalah 18 hari, 21 jam, 40 menit.(ilj/bbs)




5 Fakta Medis Tentang Tidur

Kabar6-Tidur adalah proses istirahat bagi semua makhluk hidup, dan bahkan ini sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Ketika kita tidur, daya tanggap pasti akan berkurang karena beberapa organ ada yang beristirahat.

Faktanya, manusia hampir menghabiskan sepertiga hidupnya untuk tidur dan beristirahat. Tentu saja hal ini masuk akal mengingat setiap harinya kita butuh waktu tidur beberapa jam untuk kembali memulihkan stamina tubuh.

Umumnya manusia dewasa memerlukan waktu 7-8 jam sehari untuk beristirahat. Lantas, seberapa lama manusia bisa bertahan tanpa tidur? Melansir Popbela, berikut lima fakta medis tentang tidur:

1. Apa yang terjadi ketika kita tetap terjaga selama 24 jam?
Menurut peneliti, tidak tidur lebih dari 24 jam dapat mempengaruhi keterampilan kognitif. Hal ini dapat mengacaukan kemampuan pikiran untuk bekerja secara efisien. Tetap terjaga dalam waktu yang lama berdampak pada kemampuan untuk fokus dan berkonsentrasi.

Ini juga dapat mempengaruhi koordinasi tangan dan mata dan memiliki implikasi pada proses pengambilan keputusan. Jadi, tidak disarankan untuk begadang karena dapat menurunkan performa dan menghambat kinerja kita.

2. Perubahan apa yang terjadi jika tidak tidur hingga 36 jam?
Penelitian menunjukkan, tidak tidur selama 36 jam memberikan tekanan pada otak dan jantung. Ini dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.

Selain itu, keterampilan kognitif akan memburuk serta akan membuat kita kesulitan untuk mengingat wajah dan kata-kata. Kekurangan tidur bisa bikin otak kita jadi lemot.

3. Apa yang terjadi jika kita tetap terjaga hingga 48 jam?
Sebuah studi menunjukkan, jika tidak tidur hingga 48 jam akan mengurangi jumlah sel darah putih secara drastis. Tubuh kita akan kehilangan kapasitas untuk melawan infeksi dan penyakit. Kekurangan tidur akan membuat kita rentan terserang penyakit.

Selain itu, terjaga hingga 48 jam akan meningkatkan kadar nitrogen dalam urine. Ini merupakan tanda bahwa tubuh kita sedang menghadapi stres.

4. Bagaimana efeknya jika kita tidak tidur hingga 72 jam?
Penelitian menunjukkan, tidak tidur selama 72 jam dapat berisiko pada respons mental dan motorik serta membuatnya tidak stabil. Selain itu, tidak tidur hingga 72 jam dapat memengaruhi konsentrasi, persepsi dan proses mental menjadi kacau.

Orang yang terjaga hingga 72 jam bisa mengalami pengalaman yang aneh. Mereka dapat memvisualisasikan ilusi, mengalami halusinasi, tremor, salah ingatan dan nyeri otot. Tubuh kita akan merasa sangat lelah, mengantuk luar biasa, merasa stres dan mudah marah.

5. Masalah kesehatan apa yang mengintai ketika kita kekurangan tidur?
Kekurangan tidur bisa memicu gangguan kognitif, sifat yang mudah marah, delusi hingga paranoia. Tak hanya itu, kurang tidur juga bisa merusak penampilan kita.

Seiring berjalannya waktu, akan muncul lingkaran hitam dan kerutan di bawah mata. Hal lain, kurang tidur bisa meningkatkan hormon kortisol dalam tubuh, yang merupakan hormon stres, jelas laman Cleveland Clinic. ** Baca juga: Kesalahan yang Sering Dilakukan Saat Hendak Turunkan Berat Badan

Waktu tidur yang cukup sekaligus berkualitas akan membuat tubuh senantiasa sehat dan bugar.(ilj/bbs)




Tidur Tanpa Bantal Baik untuk Kesehatan & Kecantikan

Kabar6-Bantal menjadi salah satu hal penting yang bagi sebagian orang harus ada saat mereka tidur. Namun tahukah Anda, ternyata tidur tanpa bantal juga dianjurkan karena bisa memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan maupun kecantikan wajah?

Menggunakan bantal saat tidur, berfungsi untuk meletakkan kepala dan leher agar sejajar dengan tulang belakang. Namun terkadang saat Anda terbangun, justru merasakan sakit leher yang disebabkan oleh bantal.

Lantas, mengapa tidur tanpa bantal dianjurkan? Melansir Boldsky, tidur tanpa bantal akan membuat Anda beristirahat dalam posisi alami tanpa rasa sakit. Menggunakan bantal dapat menyaring otot-otot leher, bahkan menurunkan aliran darah ke kepala. Bila kepala Anda miring ke bawah saat di atas bantal, maka tidak memberikan dukungan yang cukup untuk kepala, sehingga aliran udara melalui sistem pernapasan akan berkurang secara signifikan.

Kondisi inilah yang menyebabkan Anda terbangun dalam kondisi kepala pusing. Di sisi lain, menggunakan dua bantal yang ditumpuk akan merusak posisi tulang belakang dan menyebabkan rasa sakit di punggung.

Selanjutnya, tidak menggunakan bantal akan memungkinkan tubuh untuk menemukan posisi optimal untuk istirahat. Ketika Anda menggunakan bantal yang tidak memberikan dukungan tepat, tubuh harus mengimbangi dengan menarik leher atau otot punggung.

Ketika otot leher dan punggung mengalami regangan berlebihan untuk jangka waktu yang lama, rasa sakitnya akan menjadi semakin kronis.

Saat tidur menggunakan bantal, maka pipi akan menempel pada bantal dan mengakibatkan sirkulasi darah berhenti. Kulit wajah yang ditekan selama berjam-jam tidaklah bagus. Saat wajag menekan bantal, maka kulit tidak bisa berkeringat dan bernapas. Selain itu, debu dan kotoran yang terdapat dalam bantal akan dengan mudah masuk ke pori-pori wajah.

Hal lain, tidur tanpa bantal merupakan obat terbaik untuk mencegah dan mengobati sakit punggung. Tidur tanpa bantal juga memungkinkan tulang belakang untuk sepenuhnya beristirahat dengan baik untuk mengurangi rasa sakit di leher.

Dikatakan para ahli, tidur tanpa bantal secara alami sangat baik untuk tubuh dan mampu meningkatkan kualitas tidur. Selain itu, tidur tanpa bantal akan membuat tulang punggung dan leher lebih kencang. ** Baca juga: Ada Risiko yang Tidak Disadari Punya Kamar Mandi dalam Ruang Tidur

Yuk, dicoba.(ilj/bbs)




Orang Jepang Punya Waktu Tidur Paling Singkat

Kabar6-Sebuah studi baru-baru ini mengungkapkan, Jepang menjadi negara dengan waktu tidur paling sedikit, yaitu satu jam lebih sedikit dibanding negara-negara lain.

Perusahaan Polar Electro mengumpulkan data lewat alat fitness tracker atau pelacak kebugaran Polar A370 dan Polar M430. Alat ini memungkinkan pengguna mengetahui informasi terkait kebugarannya termasuk jarak tempuh, jumlah kalori, detak jantung hingga kualitas tidur. Perusahaan mengecek pengguna alat ini di 28 negara dan membandingkan antara pengguna wanita dan pria.

Hasilnya, melansir CNN Indonesia, pria Jepang rata-rata tidur selama enam jam 30 menit sedangkan wanita Jepang enam jam 40 menit. Data ini menempatkan Jepang di posisi lima besar negara-negara dengan jam tidur paling sedikit. Pria-pria dengan jam tidur paling sedikit yakni Kolombia (6 jam, 49 menit), Brasil (6 jam, 47 menit), Israel dan Hongkong (6 jam, 42 menit) dan Jepang (6 jam, 30 menit).

Sementara wanita ditempati oleh Tiongkok (7 jam, 11 menit), Kolombia (7 jam, 10 menit), Hongkong (6 jam, 59 menit), Israel (6 jam, 51 menit) dan Jepang (6 jam, 40 menit).

Di sisi lain, pria dengan jam tidur paling banyak ditempati oleh Filandia (7 jam, 24 menit) disusul Estonia dan Prancis (7 jam, 23 menit), Austria (7 jam, 21 menit) dan Belanda (7 jam, 20 menit).

Untuk wanita, Finlandia dan Belgia punya jam tidur paling banyak yaitu 7 jam 45 menit, kemudian disusul Estonia (7 jam, 44 menit), Austria (7 jam, 36 menit) dan Belanda serta Kanada (7 jam, 41 menit).

Jepang memang dikenal sebagai negara dengan jam kerja panjang. Mereka bangun pagi-pagi dan tidur larut malam. Bahkan, orang Jepang memanfaatkan tempat umum termasuk kereta sebagai tempat tidur dalam perjalanan pulang.

Studi tidak melibatkan variabel lain seperti usia dan pekerjaan partisipan. Asumsinya, partisipan adalah orang yang peduli akan kebugaran tubuh karena mereka menggunakan alat pelacak kebugaran.

Sebelumnya, studi serupa juga dilakukan pada 2014 lalu. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh situs Jawbone, orang Jepang rata-rata hanya tidur selama lima jam 44 menit semalam. Angka yang berbeda dengan studi dari Polar Electro, tetapi tetap pada kesimpulan yang sama, orang Jepang memiliki waktu tidur sangat sedikit.

Seorang pakar tidur bernama Dr. Neil Stanley mengatakan, tidak semua orang butuh tidur delapan jam per hari. Itu hanyalah salah satu dari sekian banyak mitos tentang tidur.

Menurut Stanley, kondisi tubuh membuat kebutuhan tidur tiap orang berbeda-beda. Hal itu juga berlaku bagi diri sendiri. Faktor aktivitas yang dilakukan dan kondisi tubuh yang berbeda di lain hari bisa membuat perbedaan kebutuhan jam tidur.

“Kebutuhan tidur itu bak ketinggian, kita semua berbeda. Berapa banyak yang kita butuhkan ditentukan secara genetis,” jelas Stanley. ** Baca juga: Mengapa Wanita Cenderung Memilih Pria yang Lebih Tua?

Dikatakan, waktu tidur selama delapan jam adalah rata-rata, bukan hal ideal. Hal yang terpenting, katanya, adalah tidur yang berkualitas demi perkembangan memori, emosi, dan fisik yang lebih baik.

“Jumlah tidur yang dibutuhkan adalah jumlah yang memungkinkan Anda terjaga, waspada, dan fokus di siang hari”. (ilj/bbs)




Jaga Daya Tahan Tubuh Agar Tidak Tertular Orang Terdekat yang Sedang Sakit

Kabar6-Saat ada teman atau keluarga menderita flu, batuk, atau pilek, tak lama kemudian Anda akan terserang penyakit yang sama. Kondisi ini terjadi karena virus dan bakteri penyebab penyakit mudah menular.

Bakteri dan virus penyebab penyakit memang bisa datang dari mana saja. Tetapi ketika orang terdekat sakit, hal ini akan membuat Anda lebih rentan terkena penyakit tersebut.

Bagaimana solusinya? Sebenarnya ada banyak kebiasaan harian yang ternyata bisa membuat sistem imun Anda lebih kuat, meski orang terdekat sedang sakit. Melansir Hellosehat, berikut cara agar daya tahan tubuh tetap terjaga:

1. Cuci tangan lebih sering
Salah satu tips menjaga kesehatan saat orang terdekat sedang sakit adalah lebih rajin mencuci tangan. Hal ini disebabkan saat orang terdekat sakit, kuman dan virus akan lebih banyak di sekitar Anda.

Sementara, tangan adalah bagian tubuh yang sering Anda gunakan untuk makan, menyentuh wajah, menyeka hidung, dan masih banyak lagi.

Akibatnya, jika kedua tangan Anda kotor, virus akan mudah masuk ke dalam tubuh. Dengan mencuci tangan lebih rajin dari biasanya, Anda bisa mengurangi kesempatan kuman dan virus menyerang tubuh.

2. Tidur tepat waktu
Kurang tidur dapat mempengaruhi sistem imun, sehingga tubuh lebih mudah terjangkit virus penyakit. Salah satu tips yang bisa Anda lakukan adalah tidur tepat waktu. Idealnya, waktu tidur yang tepat adalah tujuh jam. Jadi pastikan bahwa Anda tidur selama tujuh jam setiap harinya.

3. Perbanyak makanan yang mengandung vitamin tinggi
Salah satu tips untuk menjaga kesehatan dan mempertahankan sistem imun adalah rajin mengonsumsi buah-buahan dan sayuran segar. Kebanyakan vitamin dapat membuat sistem imun Anda lebih kuat, misalnya saja vitamin C, vigtamin B6, dan vitamin E.

Nah, hampir semua sumber vitamin bisa Anda dapatkan dari berbagai macam buah, sayur, dan kacang-kacangan. Pastikan Anda mengonsumsi beragam buah dan sayur dengan warna serta jenis yang berbeda.

4. Menjaga jarak dengan orang sakit
Sekalipun orang yang sakit adalah orang terdekat, mau tidak mau Anda harus menjaga jarak dengannya. Bahkan jika harus merawatnya, Anda sebaiknya tahu batasan mana Anda bisa berdekatan dengannya.

Hal ini menjadi salah satu tips yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan diri jika memang tidak ingin jatuh sakit juga.

Jika perlu dan memungkinkan, pisahkan kamar tidurnya dengan semua penghuni rumah, termasuk Anda. Selain mencegah penyebaran kuman penyakit, hal ini juga membantunya cepat pulih karena bisa beristirahat dengan lebih tenang tanpa ada gangguan.

5. Pisahkan peralatan rumah tangga yang digunakan oleh orang sakit
Untuk mencegah penyebaran virus penyakit, khususnya di dalam rumah, Anda juga sebaiknya jangan menggunakan peralatan pribadi dan rumah tangga bersama-sama dengannya. Contohnya seperti handuk, kain lap, gelas, piring, serta sendok garpu.

Jika Anda memiliki beberapa kamar mandi di rumah, pisahkan pula kamar mandi yang digunakan oleh orang sakit dengan penghuni rumah lainnya. ** Baca juga: Pola Makan yang Harus Diperhatikan Sebelum Olahraga Lari Bagi Pelaku Diet

Jaga kebersihan dan kesehatan Anda agar daya tahan tubuh tetap kuat.(ilj/bbs)




Ingin Tidur Berkualitas, Matikan Lampu Kamar

Kabar6-Apakah Anda termasuk orang yang sering mengalami gangguan sulit tidur atau mungkin berniat meningkatkan kualitas tidur? Jika demikian, ada satu hal penting yang perlu Anda perhatikan.

Bukan tentang kasur, bantal maupun selimut, melainkan lampu dalam kamar. Apabila selama ini Anda tidur dengan kondisi lampu dalam keadaan menyala, mulailah untuk mengubah kebiasaan tersebut, dan matikan lampu akan tidur.

Mengapa demikian? Melansir Aura, tidur dengan kondisi lampu menyala diketahui dapat mengakibatkan seseorang lebih sering terbangun pada tengah malam dan malah menurunkan kualitas tidur. Hal ini ternyata juga berpengaruh terhadap osilasi otak yang terkait erat dengan kedalaman tidur manusia. Hal ini dibuktikan melalui penelitian yang melibatkan 10 orang dengan menggunakan monitor polisomnografi.

Sebagian peserta tidur dengan lampu dalam kondisi mati, sedangkan sebagian lainnya dengan lampu yang menyala.

Para ahli dari Korea Selatan yang menjalankan penelitian menemukan bahwa peserta yang tidur dengan lampu dalam kondisi menyala, mengalami tidur tahap satu yang belum terlalu mendalam, gelombang tidur yang semakin melambat serta frekuensi sering terbangun semakin tinggi.

Terjadi perubahan pula terhadap osilasi otak, terutama yang terkait dengan kedalaman dan stabilitas tidur. ** Baca juga: Perhatikan 5 Kandungan Ini Saat Pilih Sabun Mandi

Menurut National Sleep Foundation, lingkungan tidur yang optimal sangat penting terhadap nyenyaknya tidur pada malam hari. Ini dapat diperoleh dengan mematikan lampu atau menggelapkan ruangan sebelum terlelap tidur hingga pagi hari.(ilj/bbs)