1

Ilmuwan NASA Kumpulkan Petunjuk dari Danau Turki untuk Memburu Alien di Mars

Kabar6-Para ilmuwan NASA berburu tanda-tanda kehidupan purba di planet Mars, dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari Danau Salda, di barat daya Turki.

Mineral dan endapan batuan di Danau Salda, melansir thestar, dikatakan para ilmuwan adalah yang paling cocok di Bumi dengan yang ada di sekitar Kawah Jezero, tempat pesawat ruang angkasa itu mendarat dan diyakini pernah dipenuhi air.

Informasi yang dikumpulkan dari Danau Salda dapat membantu para ilmuwan saat mereka mencari jejak fosil kehidupan mikroba yang terawetkan dalam sedimen, diduga telah mengendap di sekitar delta dan danau yang telah lama menghilang yang pernah diumpankannya.

“Salda akan berfungsi sebagai analogi yang kuat di mana kita dapat belajar dan mengetahui kondisi planet lain,” kata Thomas Zurbuchen, administrator asosiasi
NASA untuk sains.

Sebuah tim ilmuwan planet Amerika dan Turki melakukan penelitian pada 2019 lalu di garis pantai danau, yang dikenal sebagai ‘Maladewa’ Turki karena airnya yang biru dan pantainya yang putih.

Ilmuwan percaya, sedimen di sekitar danau terkikis dari gundukan besar yang terbentuk dengan bantuan mikroba dan dikenal sebagai microbialites. ** Baca juga: Misterius, Ditemukan Bangkai Hewan Laut Seberat 4 Ton Terdampar di Pantai Inggris

Tim di balik penjelajah Perseverance yang merupakan lab astrobiologi tercanggih yang pernah diterbangkan ke dunia lain, ingin mencari tahu apakah ada mikroba di Kawah Jezero.

Mereka juga akan membandingkan sedimen pantai dari Salda dengan mineral karbonat, yang terbentuk dari karbon dioksida dan air, bahan utama kehidupan, yang terdeteksi di pinggiran Kawah Jezero.

“Ketika kami menemukan sesuatu di Perseverance, kami dapat kembali untuk melihat Danau Salda untuk benar-benar melihat kedua proses, (melihat) persamaan tetapi yang sama pentingnya,” terang Zurbuchen.

Sampel batuan yang dibor dari tanah Mars harus disimpan di permukaan untuk diambil dan dikirim ke Bumi oleh dua misi robotik di masa depan.(ilj/bbs)




Tiongkok Bangun Antena Raksasa yang Bakal Tangkap Data dari Mars dari Jarak 250 Juta Mil

Kabar6-Untuk mendukung misi Mars Tianwen-1 dan semua misi luar angkasanya di masa depan, Tiongkok membangun antena parabola raksasa berdiameter 70 meter di Kota Tianjin.

Antene ini telah diuji, bahkan sudah siap menerima data dari pesawat ruang angkasa misi antarplanet pertama Tiongkok, Tianwen-1. Melansir Space, Tianwen-1 diketahui telah memasuki orbit Mars pada Rabu (10/2/2021) lalu, dan memulai pengamatan sains dan pencitraannya segera setelahnya. Namun, mendapatkan informasi berharga dari Mars kembali ke Bumi dengan jarak hingga 250 juta mil jauhnya membawa tantangan tersendiri.

“Pembangunan antena dimaksudkan untuk menerima data eksplorasi ilmiah yang lemah dari Mars yang berjarak 400 juta kilometer dari Bumi,” kata Li Chunlai, wakil kepala perancang proyek eksplorasi Mars pertama Tiongkok. ** Baca juga: Pecahan Tulang Paha yang Disebut Milik Saudara Yesus di Roma Kemungkinan Milik Orang Lain

Pembangunan antene sendiri dimulai pada Oktober 2018, dan antena piringan seberat 2.700 ton diangkat ke ketinggian 236 kaki April lalu. Antena ini terdiri dari 1.328 panel presisi tinggi dan memiliki luas 4.560 meter persegi.

Antena itu secara resmi diserahkan ke National Astronomical Observatory of China (NAOC), operator antena, pada 3 Februari. Antena ini dapat digerakkan, diputar dan dikemudikan, serta bisa melacak Mars saat posisinya di langit berubah.

Fasilitas baru di Tianjin menggabungkan berbagai antena berdiameter lebih kecil di seluruh negeri untuk mendukung aktivitas luar angkasa.(ilj/bbs)




Negara Mana Saja yang Sudah Menjelajah Mars?

Kabar6-Mars merupakan planet terkecil kedua setelah Merkurius, dengan panjang jari-jari adalah 3.389 km. Mars biasa dikenal dengan istilah Planet Merah. Diketahui, planet ini menjadi target manusia untuk mencari jejak kehidupan lain di luar Bumi.

Planet Mars juga digadang-gadang bisa menjadi lokasi hunian untuk manusia di masa depan. Nah, beberapa negara saat ini seperti sedang berlomba-lomba mendaratkan astronotnya di Mars. Terakhir, pada Rabu (10/2/2021) lalu, pesawat antariksa Tiongkok, Tianwen-1, dilaporkan telah memasuki orbit Planet Merah .

Tianwen-1, melansir Sindonews, telah menempuh perjalanan sejauh 475 juta kilometer menuju Mars. Pesawat ruang angkasa itu diluncurkan dari Bumi pda tujuh bulan lalu. Sehari sebelumnya, pesawat luar angkasa Uni Emirat Arab (UEA), Hope, telah lebih dulu memasuki orbit Mars. Tidak seperti Tianwen-1, Hope hanya mengamati Planet Merah dari atmosfernya.

Selain Tianwen-1 dan Hope, pesawat penjelajah milik Amerika Serikat juga diprediksi akan tiba di Mars pada pekan ini. Berdasarkan laporan Politico, di Mars, Tiongkok akan menurunkan robot penjelajahnya yang bertenaga surya, dan memiliki ukuran seperti mobil golf.

Menurut rencana, robot itu mengumpulkan data air bawah tanah dan mencari bukti bahwa Mars mungkin pernah menampung kehidupan mikroskopis. ** Baca juga: Hubungi Telepon Darurat 911 Hingga 118 Kali Hanya untuk Minta Diambilkan Susu dan Remote

Sementara itu, lembaga antariksa India, Indian Space Research Organzation, juga memiliki Mars Orbiter Mission atau Mangalyaan. Pesawat ini mengorbit di Mars sejak 24 September 2014 lalu.

India menjadi negara Asia pertama yang mampu mencapai orbit Mars. Sedangkan Roscosmos, NASA, dan ESA, sudah lebih dulu tiba di sana. Ketiganya menjadi negara pertama yang berhasil melakukan percobaan mendarat di Mars.

Ya, kemajuan teknologi memungkinkan manusia menjadi lebih mudah mendarat di Mars. Semoga negara kita pun akan segera menyusul.(ilj/bbs)




Ini 5 Fenomena Langit yang Terjadi pada Januari 2021

Kabar6-Sejumlah fenomena langit disebut akan terjadi pada Januari 2021 ini. Dan beberapa di antaranya cukup menarik, hingga sayang untuk dilewatkan.

Apa saja fenomena menarik yang dimaksud? Pada Januari 2021 ini, melansir Hitekno, akan terjadi konjungsi oleh beberapa planet, antara lain yaitu:

1. Konjungsi Neptunus dan Ceres
Neptunus dan Ceres akan melakukan pendekatan pada 10 Januari mendatang, dengan Neptunus berada pada jarak sejauh delapan derajat di sebelah utara Ceres.

Diketahui, Ceres (penamaan planet minor 1 Ceres) merupakan satu-satunya planet katai di tata surya dalam serta objek terbesar di sabuk asteroid utama yang terletak di antara Mars dan Jupiter.

Dari pengamatan di Jakarta, kedua benda langit akan terlihat sekira pukul 19.09 WIB dengan ketinggian 41 derajat di atas ufuk barat, dan tenggelam pada pukul 22.01 WIB. Agar dapat melihat konjungsi keduanya, pengamat membutuhkan teleskop empat inci untuk melakukan pengamatannya.

2. Konjungsi Bulan dan Mars
Pendekatan selanjutnya dilakukan oleh Planet Merah dengan satelit alami Bumi pada 21 Januari 2021. Keduanya akan berada dalam pandangan langit yang sama dengan jarak lima derajat satu sama lain. Pengamatan tanpa teleskop akan membuat Mars tampak seperti bintang kemerahan di dekat Bulan yang tidak berkelap-kelip.

Pasangan kosmis ini akan mulai terlihat pada pukul 18.30 WIB dengan ketinggian 68 derajat di atas ufuk utara dan tenggelam pada pukul 00.05 WIB. Bulan akan berada di konstelasi Cetus sementara Mars berada di konstelasi Aries.

3. Konjungsi Mars dan Uranus
Setelah melakukan pendekatan dengan Bulan, Mars akan berkonjungsi dengan Uranus pada 22 Januari dan terpisah sejauh satu derajat satu sama lain.

Keduanya dapat mulai terlihat sekira pukul 18.39 WIB, dengan ketinggian 68 derajat di atas ufuk barat laut, dan tenggelam pada pukul 23.59 WIB.

Kedua planet akan berada di konstelasi Aries dan dapat diamati dengan mata telanjang sebagai bintang terang yang tidak berkelap-kelip.

4. Merkurius di titik tertinggi
Merkurius akan mencapai titik tertinggi di langit pada 23 Januari dengan ketinggian maksimum 17 derajat dari cakrawala barat. Penampakannya di malam hari sangat jarang terjadi karena posisi Merkurius sebagai planet terdekat dari Matahari.

Dalam pandangan mata telanjang, Merkurius akan terlihat seperti bintang kuning kecil yang tidak berkelap-kelip. Untuk mengamati lebih dekat, pengamat membutuhkan bantuan teleskop dengan pembesaran minimum 225 kali.

5. Bulan purnama
Di penghujung Januari, pengamat dapat melihat Bulan Purnama pada 29 Januari mendatang. Pada saat itu, Bulan akan mencapai fase penuh dan terletak hampir tepat di seberang Matahari.

Urutan Bulan Purnama sepanjang tahun sering diberi nama sesuai dengan musim dan Bulan Januari ini akan menjadi Bulan kedua di musim dingin 2021 yang dijuluki ‘Wolf Moon’.

Selama malam-malam setelah 29 Januari, Bulan akan terbit sekira satu jam kemudian setiap hari dan dalam beberapa hari, satelit Bumi itu hanya akan terlihat di langit menjelang fajar dan dini hari.

Fase Bulan Purnama akan terjadi pada pukul 02.16 WIB, dan Bulan akan berada di konstelasi Cancer. Pada saat itu, jarak Bulan dari Bumi mencapai 381 ribu kilometer. ** Baca juga: 4 Tahun Kirim Pesan, Wanita Ini Dapat Balasan dari Nomor Ponsel Sang Ayah yang Telah Tiada

Yuk, ditunggu.(ilj/bbs)




Penelitian: Ada Jamur dan Mikroba di Mars

Kabar6-Sebuah penelitian kontroversial mengklaim, mereka telah menemukan sebuah kehidupan di Mars, dengan adanya jamur dan mikroba. Penelitian tersebut memperkuat klaimnya dengan gambar yang diambil dari robot rover luar angkasa dan lander, Curiosity dan Opportunity, saat melakukan misi di planet Mars.

Penelitian berjudul ‘Evidence of Life on Mars’ ini, melansir iflscience, telah dipublikasikan dalam Journal of Astrobiology and Space Science Reviews. Sejak diumumkan, para peneliti langsung berhadapan dengan 200 studi peer-review yang memperdebatkan klaim kontroversial pada hasil penelitiannya. Jurnal itu sendiri mengakui bahwa bukti mereka kontroversial. Mereka meminta enam ilmuwan independen dan delapan editor senior untuk memeriksanya, tiga di antaranya telah menolak bukti tersebut.

Penelitian berawal dari sebuah perdebatan teori ketika lander dari NASA, Viking, mendarat di Mars pada 1976. Pada saat itu, ilmuwan melakukan dua tes untuk mencari tanda biologis di tanah Mars. Tes pertama positif, sedangkan tes seminggu kemudian kembali negatif.

Meski menjadi negatif, ilmuwan semakin semangat menemukan kehidupan di Mars. Penampakan-penampakan selanjutnya di dua pesawat luar angkasa seperti Opportunity dan Curiosity diklaim peneliti memperkuat bukti tersebut.

Mereka menemukan apa yang disebut sebagai spora yang bisa membentuk jamur kompleks. Sementara ilmuwan NASA menganggap itu adalah bola hematit, semacam bentuk mineral besi. Penelitian itu menyebutkan, kehidupan di planet Mars bisa berasal dari planet Bumi.

Saat angin Matahari mencapai puncak, angin itu akan meniup mikroorganisme yang ada di stratosfer dan mesosfer jauh ke luar angkasa. Mikroba akan menempel di batuan luar angkasa, kemudian meteor yang menabrak mikroba tersebut membawanya ke planet Mars.

Itu sebabnya mereka dapat berkembang biak di Mars dan membentuk jamur, alga dan mikroorganisme lainnya. Peneliti memperkuat asumsinya mengingat beberapa lander yang ditempatkan di Mars per meter perseginya biasanya membawa jutaan organisme, termasuk jamur, mikroorganisme vegetatif, Bacillus, dan cocci grampositive (Staphylococcus spp. dan Micrococcus spp).

Peneliti juga menemukan sebuah foto ketika rover Curiosity Mars merekam apa yang dianggap peneliti sebagai alga hijau. Namun penelitian terbaru ini disanggah oleh banyak ilmuwan mengingat planet Mars tidak memiliki oksigen dan es cair.

“Mars adalah dunia yang asing, dan setiap kehidupan di Mars mungkin telah mengembangkan karakteristik alien unik yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup,” demikian penjelasan peneliti dalam sebuah jurnal. ** Baca juga: Ilmuwan Ungkap Racikan Obat Kuno Berumur Seribu Tahun yang Ampuh Bunuh Bakteri

Namun terlepas dari kontroversi yang ada, kehidupan di Mars merupakan sebuah impian bagi manusia yang ingin tinggal di planet selain Bumi.(ilj/bbs)




Untuk Bangun Koloni di Planet Mars Butuh Sedikitnya 110 Orang Pemukim

Kabar6-Ada banyak penelitian yang mengarah untuk membangun koloni di planet Mars untuk tempat tinggal manusia selain di Bumi. Beberapa waktu lalu, para ilmuwan berencana membuat koloni manusia di Mars, sekaligus menciptakan lingkungan yang layak huni untuk jangka panjang.

Lantas, berapa banyak manusia yang dibutuhkan untuk membangun koloni di mars? Melansir sciencealert, sebuah penelitian terbaru berjudul ‘Jumlah Minimum Pemukim untuk Bertahan Hidup di Planet Lain’ yang ditulis Jean-Marc Salotti, seorang profesor di Bordeaux Institut National Polytechnique, menuliskan jumlah minimum pemukim adalah 110 orang.

SpaceX mengatakan, pesawat antariksa mereka dapat membawa 100 orang ke Mars. “Saya menunjukkan di sini bahwa model matematika dapat digunakan untuk menentukan jumlah minimum pemukim dan cara hidup untuk bertahan di planet lain, menggunakan Mars sebagai contoh,” demikian tulis Salotti dalam penelitiannya.

Penelitian ini juga mencakup bagaimana manusia dapat memanfaatkan sumber daya In-situ untuk bertahan. Diketahui, sumber daya In situ (In situ resource utilization/ISRU) adalah praktik pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, dan penggunaan bahan-bahan yang ditemukan atau diproduksi pada objek astronomi lain (Bulan, Mars, asteroid, dan lain-lain)

Gas dapat diekstraksi dari atmosfer dan mineral dari tanah. Ekstraksi sumber daya in-situ dapat menyediakan senyawa organik, besi, dan bahkan kaca.

Salotti menyebut dua variabel yang akan memiliki efek besar pada kelangsungan hidup di Mars, yaitu ketersediaan sumber daya lokal seperti unsur air, oksigen, dan kimia, dan kapasitas produksi seperti peralatan.

Penelitian Salotti mengusung konsep ‘faktor berbagi’. Jika seseorang terisolasi dalam situasi penjajahan di Mars, orang tersebut harus melakukan semua tugas sendiri. Tetapi dalam koloni yang lebih besar, teknologi untuk menghasilkan hal-hal seperti mendapatkan air minum dan oksigen dapat digunakan oleh lebih banyak orang.

Ketika jumlah orang bertambah, ada ruang untuk spesialisasi yang lebih besar. Jika sebuah koloni hanya ada 10 orang, berapa banyak dari mereka yang perlu memperbaiki dan memelihara sistem air minum atau sistem oksigen.

Sistem-sistem tersebut tidak dapat dibiarkan gagal, sehingga akan ada tekanan bagi sebagian besar orang untuk dapat mengoperasikan dan memahami sistem-sistem itu.

Menurut Salotti, faktor berbagi tergantung pada kebutuhan, proses, sumber daya, dan kondisi lingkungan yang berbeda pada planet tersebut. Karenanya, Salotti menyarankan tentang domain bertahan hidup.

Ada lima domain yang perlu dipertimbangkan dalam perhitungan ini seperti pengelolaan sistem, produksi energi, industri, bangunan, dan kegiatan sosial atau faktor manusia.

Pada dasarnya, penelitian yang dilakukan Salotti melibatkan waktu. Berapa banyak waktu yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dan berapa banyak waktu yang tersedia. Menurut Salotti, jumlah efektif orang yang diperlukan untuk menyeimbangkan persamaan waktu adalah 110 orang.

“Ini didasarkan pada perbandingan antara waktu kerja yang diperlukan untuk memenuhi semua kebutuhan untuk bertahan hidup dan kapasitas waktu kerja individu,” demikian kesimpulan Salotti dalam penelitian. ** Baca juga: Ilmuwan AS Kembangkan Plasma Sapi untuk Pasien COVID-19

Jika akan ada koloni di Mars, maka manusia perlu mengembangkan model kerja yang pasti untuk memandu pemikiran dan perencanaan.(ilj/bbs)




NASA Luncurkan Perseverance dan Berharap Temukan Bekas Kehidupan di Mars

Kabar6-Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sukses meluncurkan rover peneliti Perseverance ke Mars dari pangkalan peluncuran luar angkasa Cape Canaveral, Florida.

Perseverance, melansir MSN, diangkut oleh roket Atlas V milik United Launch Alliance, perusahaan patungan antara Lockheed Martin dan Boeing. Misi itu ditargetkan mencapai permukaan Mars dalam waktu tujuh bulan. Dan diharapkan mendarat di Kawah Jezero pada Februari 2021 mendatang. Perseverance akan bertugas mencari tanda-tanda kehidupan di Mars.

Antara lain dengan mengumpulkan sampel dari planet merah itu, menerbangkan sebuah helikopter mini, dan melakukan penelitian rumit lainnya. “Perseverance adalah misi yang sangat penting untuk Amerika Serikat dan, tentu saja, sangat sangat penting untuk dunia,” kata Jim Brindestine, Administrator NASA.

Peluncuran misi ke Mars Amerika Serikat ini adalah yang ketiga dalam beberapa pekan terakhir. Sebelumnya, Uni Emirat Arab telah meluncurkan misi ke Mars menggunakan roket buatan Jepang dan disusul oleh Tiongkok dengan misi Tianwen-1.

Kawah Jezero, tempat Perseverance mendarat, adalah bekas danau dan delta pada masa lalu. NASA berharap bisa menemukan bekas kehidupan di lokasi tersebut.

Selain itu, Perseverance juga memboyong sebuah helikopter kecil bernama Ingenuity ke permukaan Mars. Helikopter itu bertugas untuk beberapa melakukan uji terbang di Mars. Apabila sukses, ia akan menjadi kendaraan terbang berbaling-baling pertama yang terbang di planet selain Bumi.

“Ingenuity akan menjadi demonstrator dalam misi ini, tetapi di masa depan ia diharapkan bisa mengubah cara kita melakukan penelitian di planet lain,” jelas Brindestine baru-baru ini. ** Baca juga: Wajah Mirip Selingkuhan, Ibu di Rumania Ini Mutilasi Bayinya

Apabila tak ada aral melintang, misi yang membawa Perseverance itu diharapkan mendarat di Mars pada 18 Februari 2021 nanti.(ilj/bbs)




Peneliti Sarankan Serangga Jadi Makanan di Planet Mars

Kabar6-Hingga saat ini para peneliti masih melakukan eksplorasi luar angkasa dan penjelajahan ke planet lain. Termasuk rencana pemindahan manusia untuk tinggal di planet Mars.

Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan agar manusia bisa bertahan hidup di planet Mars, salah satunya adalah bagaimana cara untuk bertahan hidup. Melansir metro.co.uk, diperkirakan satu juta orang dapat bertahan hidup di Mars, selama setuju menanam makanan mereka sendiri dan memakan serangga.

“Kami memodelkan kebutuhan kalori dan kebutuhan lahan untuk permukiman permanen Mars yang mencapai populasi satu juta orang dan menjadi swasembada pangan dalam satu abad,” demikian tulis para peneliti dalam jurnal New Space.

Pada model itu disebutkan, kebutuhan kalori dipenuhi dengan makanan yang diproduksi secara lokal di planet Mars dikombinasikan dengan impor dari Bumi. Produksi dan distribusi makanan kemungkinan akan membentuk bagian penting dari pertumbuhan ekonomi Mars, dengan input dari industri tradisional (bioteknologi, robot, pertanian) dan yang baru.

Sementara penelitian sebelumnya menemukan, sebanyak 84 persen orang beralih ke diet vegetarian atau vegan kembali makan daging. Untuk membantu memuaskan nafsu manusia akan daging, para peneliti menyarankan untuk menanam serangga seperti jangkrik.

Namun untuk mereka yang yang takut akan hal-hal baru dan memutuskan tidak memakan serangga, pengganti daging itu dapat diubah menjadi tepung kriket olahan sehingga ‘menyembunyikan’ asal-usulnya makanan tadi.

Ditambahkan para peneliti, “Jenis pertanian ini sangat bagus karena memberikan kalori dalam jumlah besar per unit tanah sambil menggunakan air dan pakan dalam jumlah yang relatif kecil.” ** Baca juga: AS Anggap Masker Wajah Dapat Ganggu Penggunaan Teknologi Pengenalan Wajah

Nah, mereka yang menginginkan aneka makanan dan camilan, dapat mengimpornya dari Bumi. Hal ini karena manusia membutuhkan kalori dan nutrisi agar tetap bertahan, baik di Bulan atau planet mana pun.(ilj/bbs)




NASA Jelaskan Penemuan Mirip Tulang Manusia di Mars

Kabar6-Sebuah foto permukaan Mars yang dirilis NASA, memperlihatkan bentuk unik, diduga adalah tulang manusia. Foto ini tentu saja menghebohkan banyak kalangan

Foto unik tersebut, melansir thesun, diambil dengan menggunakan Curiosity Rover’s MastCam pada 14 Agustus 2014 lalu. Foto ini disebut-sebut sebagai pembuktian teori konspirasi mengenai kehidupan di Mars. Karena banyak teori konspirasi yang muncul, NASA selaku pemilik foto lalu mulai angkat bicara sebelum makin banyak teori konspirasi yang bermunculan.

Dijelaskan NASA, foto mirip tulang manusia di Mars ini mungkin hanya terlihat menyerupai, namun bukanlah tulang manusia sebenarnya, melainkan hanya batuan biasa.

Lebih lanjut NASA menjelaskan, foto tersebut diambil oleh Curiosity Rover’s menggunakan MastCam. Hal ini yang lalu membuat batuan tersebut nampak mirip tulang paha.

Para ilmuwan NASA memprediksi, batuan tersebut lalu berbentuk tulang manusia akibat terjadinya erosi dari angin dan air. Pendapat ini membantah berbagai teori konspirasi yang muncul terkait tulang manusia di Mars ini.

Para ilmuwan menjelaskan, jika ada kehidupan di Mars, pastilah hal itu hanya berupa kehidupan kecil seperti mikroba. Hingga kini, Mars dipercaya tidak memiliki cukup oksigen di atmosfer yang bisa mendukung kehidupan organisme.

Sudah sejak 1960, misi ke Mars dilakukan untuk menemukan jejak-jejak kehidupan. Namun selama masa itu, belum ada informasi yang didapatkan. Penelitian di Mars kini lalu difokuskan pada penemuan kehidupan mikroba di planet merah tersebut. ** Baca juga: Ini 4 Buaya Terbesar di Dunia yang Pernah Terlihat

Mendatang, NASA berharap dengan penjelasan ini tidak lagi banyak teori konspirasi terkait penemuan tulang manusia di Mars.(ilj/bbs)




Benarkah Orang Mesir Berasal dari Mars?

Kabar6-Seorang penganut kepercayaan teori konspirasi bernama Scott C. Waring, mengklaim telah menemukan artefak Mesir di Mars. Penemuannya ini didapatkan dari sebuah potret yang diunggah NASA.

Waring diketahui memang aktif mengunggah informasi terkait kehidupan luar angkasa melalui situs blog miliknya bernama UFO Sightings Daily. Melansir thesun, Waring menyebutkan bahwa dirinya melihat adanya artefak Mesir berupa sarkofagus di Mars. Sarkofagus biasanya digunakan sebagai tempat untuk menyimpan jenazah. Berdasarkan penemuannya itulah, Waring mengatakan bahwa orang Mesir berasal dari Mars.

Dengan menggunakan foto yang diambil NASA di Mars pada 2007, Waring memanfaatkan alat edit foto untuk menyoroti hal yang ia temukan tadi. Waring menjelaskan, bentuk artefak Mesir ini berupa ukiran yang berada di sisi gunung di planet merah tersebut.

Selain sarkofagus, Waring juga yakin telah menemukan ukiran wajah, patung, dan beberapa teknologi asing yang ia yakini merupakan peninggalan penghuni Mars sebelumnya. Ia menjelaskan, Mars memiliki bentuk dan iklim yang serupa dengan Mesir, sehingga ada kemungkinan bahwa orang Mesir berasal dari Mars, atau Mars menjadi tempat pindah orang Mesir untuk menetap.

Namun penemuan Waring ini membuat beberapa ilmuwan bingung karena tidak ada bukti ilmiah, dan mencoba menjelaskannya secara ilmiah. Foto yang digunakan Waring untuk penemuannya ini sendiri merupakan formasi batuan tebing Cape St. Vincent yang berada di Kawah Victoria, Mars.

Menurut NASA, apa yang dialami Waring hanyalah hasil pareidolia, merupakan efek aneh yang dibuat otak saat melihat bentuk, struktur, dan pola yang sebenarnya tidak ada. ** Baca juga: Sejak Abad ke-4 Bangsa Romawi Sudah Punya Makanan Mirip Hamburger

Penemuan Waring terkait artefak Mesir yang berada di Mars ini cukup menimbulkan kontroversi dan membuat bingung banyak orang khususnya ilmuwan. Namun hal ini langsung dikonfirmasi secara resmi oleh pihak NASA.(ilj/bbs)