1

Beberapa Hal yang Sebaiknya Dilakukan Saat Alami Depresi

Kabar6-Depresi dapat memiliki dampak negatif pada pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang. Bahkan seseorang yang mengalami depresi bisa mengalami pusing, sesak napas, dan tidak punya tenaga untuk beraktivitas.

Nah, apa saja tindakan yang sebaiknya dilakukan bila seseorang merasa depresi? Melansir tempo.co, orang yang depresi dianjurkan untuk melakukan terapi, bisa dengan teman dekat, keluarga, ataupun pakar. Bila seseorang sudah merasakan perasaan sedih yang mendalam, seringkali hal tersebut akan memiliki dampak pada aktivitas sehari-hari.

Karena itu, terapi bisa membantu seseorang mengungkapkan perasaan yang terpendam. Terapi juga bisa membantu mengetahui alasan seseorang merasa depresi, contohnya karena masalah keuangan, keluarga, pekerjaan, cinta, dan sebagainya.

Cara lain yaitu dengan meditasi yang dapat membantu seseorang untuk mencari makna kehidupan, dimulai dengan memberikan kata-kata baik untuk diri sendiri. Selanjutnya adalah dengan memiliki pikiran yang positif.

Memang bukan suatu hal yang mudah didapatkan seseorang yang sedang depresi. Berpikir positif bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti mencari talenta diri sendiri. Hal ini membantu seseorang untuk menerima diri sendiri, yang pastinya berbeda dengan orang lain. Setiap orang memiliki talenta yang berbeda dan memiliki kelebihan serta kekurangan yang berbeda. ** Baca juga: Ketahui 6 Bagian Tubuh yang Lebih Cepat Tunjukkan Tanda Penuaan

Selamat mencoba.(ilj/bbs)




Wanita yang Rajin Bangun Pagi Jauh dari Depresi

Kabar6-Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 32 ribu wanita mengungkapkan, kaum hawa yang cenderung bangun lebih awal memiliki risiko penyakit mental lebih rendah, karena paparan sinar matahari yang lebih besar.

Dalam penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Psychiatric Research ini, melansir Independent, para peneliti di Universitas Colorado di Boulder dan Brigham and Women’s Hospital di Boston memeriksa hubungan antara gangguan suasana hati dan chronotype. Dalam hal ini, seberapa dini atau seberapa lambat seseorang melakukan sinkronisasi pada 24 jam sehari. Penelitian ini dilakukan secara bertahap selama empat tahun pada wanita dengan profesi suster, yang notabene mengalami jam kerja yang berubah-ubah.

Pada 2009 yaitu ketika analisis dimulai, tidak seorang pun peserta didiagnosis dengan depresi. Saat itu sebanyak 37 persen menggambarkan diri mereka sebagai orang yang bangun pagi, 53 persen mengatakan mereka adalah tipe menengah atau bangun siang, dan 10 persen menggambarkan diri mereka sebagai tipe malam alias tipe yang masih terjaga hingga dini hari.

Usai penelitian, para peneliti mengamati 2.581 kasus depresi telah berkembang. Sebanyak 290 di antaranya berada dalam tipe malam. Hasilnya, wanita yang bangun lebih lama (tidak pagi hari) lebih mungkin untuk depresi. “Ini memberi tahu kita bahwa mungkin ada efek chronotype pada risiko depresi yang tidak didorong oleh faktor lingkungan dan gaya hidup lainnya,” kata CĂ©line Vetter, salah satu peneliti.

Ditambahkan, efek chronotype sendiri sangat tergantung oleh berapa banyak paparan sinar matahari yang diterima. ** Baca juga: Terapi Musik Punya Sejumlah Manfaat yang Tak Diduga

Yuk, rutin biasakan diri bangun pagi agar jauh dari depresi.(ilj/bbs)




Terapi Musik Punya Sejumlah Manfaat yang Tak Diduga

Kabar6-Mendengarkan musik sepertinya sudah menjadi bagian dari aktivitas harian Anda. Bagaimana tidak, terkadang sambil bekerja, belajar, bahkan berolahraga, kita selalu mendengarkan musik.

Secara ilmiah, mendengarkan musik pun dipercaya memberi efek kuat terhadap mood seseorang. Sebuah kajian ilmiah pada 2013 yang menelaah 400 kasus, menunjukkan bahwa mendengar musik memiliki manfaat baik bagi kesehatan fisik dan mental. Penulis kajian ini menyebutkan jika musik membantu orang lebih santai, memperbaiki daya imun tubuh dan mengurangi rasa cemas sebelum orang menjalankan operasi.

Karena itulah, terapi musik ini dianggap sebagai salah satu metode berharga di dunia medis. Menurut the American Music Therapy Association (AMTA), yang termasuk terapi musik adalah mendengarkan musik, menulis musik atau gerak tubuh mengikuti musik.

Sesi terapi musik biasanya dipimpin oleh terapis terakreditasi di dalam rumah sakit ataupun di luar rawat inap. Ketika musik digunakan sebagai bentuk terapi bagi pasien yang mengidap penyakit tertentu, melansir Well+Good,, terdapat lima manfaat yang mengejutkan:

1. Kurangi gejala depresi
Penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Belanda pada 2015 mendapati pasien-pasien yang berpartisipasi dalam terapi musik, selain menjalani perawatan pengobatan lainnya, menunjukkan penurunan frekwensi gejala penyakit mereka. Hal ini dianggap sebagai indikasi yang bagus dan efektif untuk mengontrol gejala penyakit pasien yang berkaitan dengan depresi.

2. Kurangi rasa sakit
Musik dapat mengubah persepsi orang akan sakit. Penelitian terhadap orang-orang yang menggunakan ventilator, pasien anak yang telah menjalani operasi, pasien yang menderita nyeri kronis akibat masalah punggung, fibromyalgia, atau masalah neurologis, dan pasien kanker menunjukkan bahwa terapi musik dapat mengurangi tingkat nyeri.

Para ahli tidak mengetahui secara tepat mengapa musik bisa mengubah persepsi tersbut. Namun, salah satu penjelasan yang paling masuk adalah karena musik memberi pengaruh langsung pada pusat otak termasuk area yang mengatur respon orang terhadap stres sekaligus memerintahkan peluncuran neurochemicals yang mempengaruhi bagaimana dan apa yang orang rasakan.

3. Tingkatkan kemampuan kognitif penderita Alzheimer
Sebuah tinjauan pada 2017 dari 21 studi terpisah oleh para peneliti Spanyol menemukan, pasien Alzheimer menunjukkan peningkatan kognitif, suasana hati, dan perilaku saat mereka berpartisipasi dalam sesi terapi musik.

Namun, tinjauan tersebut mengakui bahwa masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk menarik kesimpulan pasti mengapa terapi musik bisa menyebabkan perbaikan ini. Selain itu, jenis terapi musik seperti apa yang paling efektif bagi penderita Alzheimer.

4. Ringankan gejala penyakit Parkinson
Penelitian tahap awal dan masih dalam kelompok kecil, menyebutkan jika terapi musik akustik getar memiliki kemungkinan yang lebih besar efektif mengurangi gejala penyakit Parkinson termasuk tremor dan kesulitan berjalan.

Proses terapi akustik gitar ini dilakukan pada pasien sambil berbaring atau duduk dalam bangku khusus dengan speakers yang mengeluarkan suara frekwensi rendah yang menyebabtkan kursi atau alas bergetar.

5. Perbaiki kesehatan bayi yang lahir prematur
Sebuah kajian terhadap 46 studi yang diterbitkan pada 2018 menemukan, stimulasi musik dan terapi musik menunjukkan efek signifikan pada bayi prematur dan orangtua mereka.

Bayi prematur yang mendengarkan musik rekaman atau langsung lebih sehat, tidur lebih baik, dan bahkan makan lebih baik. Dalam beberapa penelitian bahkan menyebitkan jika manfaat ini berlanjut setelah bayi dipulangkan dari rumah sakit. ** Baca juga: Cara Jaga Rambut Tetap Sehat Saat Olahraga Sesuai Saran Ahli

Manfaat yang menyenangkan, bukan? (ilj/bbs)




Media Sosial Bisa Jadi Salah Satu Penyebab Gangguan Makan?

Kabar6-Sejumlah penelitian mencari tahu hubungan kesehatan dengan berbagai topik dalam media sosial (medsos). Disebutkan, ternyata terlalu banyak menggunakan sosial media dapat memberikan pengaruh buruk untuk tubuh, salah satunya gangguan makan.

Penelitian pertama mencoba menghubungkan banyaknya waktu yang dihabiskan bermain Facebook dengan citra tubuh yang buruk. Para peneliti, melansir healthmeup, menemukan bahwa menghabiskan waktu terlalu banyak dengan Facebook dapat menimbulkan perasaan negatif dan selalu membandingkan antarteman. Facebook meningkatkan rasa ketidakamanan di antara orang-orang yang menggunakannya dan memunculkan emosi negatif.

Disebukan, Facebook merupakan faktor penyebab munculnya depresi, rendah diri, kebencian, kemarahan dan bahkan gangguan makan. Dalam studi ini, para peneliti mempelajari 960 mahasiswi. Para wanita ini dievaluasi tentang berapa waktu yang mereka habiskan di Facebook. “Lebih 95 persen mahasiswi dalam studi kami menggunakan Facebook dan mereka yang memiliki akun Facebook menggambarkan biasanya menghabiskan 20 menit setiap berkunjung ke situs itu, yang jika dikalkulasi lebih dari satu jam di situs itu setiap hari,” kata Dr. Pamela Keel.

Wanita, dikatakan Dr Keel, paling banyak bermain Facebook yang paling bermasalah dengan tingkat citra diri dan paling mungkin mengalami gangguan makan. Para wanita muda ini juga mungkin melihat komentar-komentar yang diterima. Memberi ‘Like’ untuk status yang dianggap penting oleh mereka. Secara rutin juga mengunggah gambar-gambar mereka sendiri dan membandingkan foto-foto tadi dengan teman-teman mereka.

Para peneliti mengatakan, makin sering remaja melihat foto-foto mereka di Facebook, semakin mungkin mereka berpikir bahwa diri mereka terlalu gemuk atau memiliki bentuk tubuh yang salah. ** Baca juga: Kenali Ciri Orang yang Alami Gangguan Makan

Ditambahkan para ilmuwan, remaja yang bermasalah dengan citra diri dapat menyebabkan anoreksia dan gangguan makan lain.(ilj/bbs)




Selain Salurkan Hobi, Merajut Juga Miliki Manfaat Kesehatan

Kabar6-Kegiatan merajut seringkali dikaitkan dengan pekerjaan para lansia. Ya, seperti sering ditemui, tidak sedikit para lansia wanita yang mengisi waktu luang mereka dengan merajut.

Namun tahukah Anda, merajut ternyata bermanfaat bagi kesehatan? Menurut Corkhill, seorang fisioterapis di Bath, Inggris, merajut adalah sebuah terapi yang kuat. Dalam penelitiannya, melansir Go Dok, Corkhill mengungkapkan manfaat merajut antara lain menurunkan rasa sakit kronis, meningkatkan mood atau suasana hati, meredakan stres, dan mengatasi perasaan kesepian serta meningkatkan rasa kepercayaan diri.

Manfaat merajut dapat menurunkan rasa sakit karena mampu mengurangi rasa takut dan meningkatkan rasa aman. Perasaan berhasil yang didapatkan ketika selesai merajut juga melepaskan zat kimia dalam otak yang meredakan rasa sakit.

Bagaimana mekanisme kerja merajut hingga memberikan manfaat yang sangat luar biasa bagi kesehatan? Penelitian oleh Kelly dkk menunjukkan bahwa merajut memiliki fungsi sebagai pengalihan, bertujuan untuk menyibukkan pikiran, tubuh, dan emosi, begitu pula untuk mengatasi kenyataan tentang penyakit atau disabilitas yang baru diderita. Merajut meningkatkan kemampuan seseorang untuk menghilangkan pemikiran-pemikiran tidak diinginkan.

Pengamatan terhadap 15 anggota kelompok merajut menunjukkan adanya pola interaksi dan minimnya nyeri. Selain itu, para anggota pun merasa lebih didekatkan satu sama lain dengan kegiatan merajut bersama tersebut. Mereka mengungkapkan, ketika merajut rasa sakit tidak terasa sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa merajut adalah pengalihan efektif yang menjadi mekanisme perlindungan.

Pergerakan berulang dari merajut, ditambah dengan stimulasi emosional, taktil, dan visual dianggap efektif untuk terapi. Di samping itu, manfaat merajut juga memberikan rasa kontrol sebab para perajut dapat dengan mudah membatalkan kesalahannya dengan membuka kembali rajutan, kemudian mencoba merajut lagi tanpa membuat kesalahan yang sama. Merajut juga tidak benar-benar membutuhkan perhatian penuh karena Anda bisa beristirahat mengerjakannya selama beberapa menit, kemudian memulainya kembali.

Sebuah survei oleh Corkhill di Cardiff University, Wales, membuktikan bahwa lebih dari 3.500 perajut merasa lebih tenang dan lebih senang ketika mereka merajut. Menurut Corkhill, otak tidak ingin dipakai untuk mempelajari hal baru jika tengah berada dalam tekanan atau kesakitan, atau ketika Anda depresi.

Ditambahkan Corkhill, merajut memberikan efek mediasi yang natural karena pergerakannya yang berirama. Cara para perajut mengatur lengan mereka, yaitu seperti sebuah lengkungan protektif di depan tubuh, memberikan zona aman yang dapat memberikan kenyamanan bagi orang yang memiliki permasalahan dengan kecemasan. Corkhill bahkan pernah membantu orang menyembuhkan serangan panik mereka dengan mengajarkan mereka untuk mengeluarkan alat rajut setiap kali mereka merasa cemas.

Sebuah penelitian di Harvard Medical School membuktikan, rileksasi yang ditimbulkan oleh kegiatan merajut dapat menurunkan denyut jantung hingga rata-rata 11 denyut per menit. Tekanan darah pun menurun ketika merajut. ** Baca juga: Hanya Duduk Seharian Miliki Dampak Kurang Baik Bagi Kesehatan

Sementara sebuah survei oleh Knit for Peace tentang manfaat merajut bagi kesehatan membuktikan bahwa merajut memberikan manfaat lainnya, seperti merangsang perasaan sejahtera, melawan depresi, dan menurunkan risiko dementia.(ilj/bbs)




Depresi Dapat Diminimalisir dengan Diet Kaya Serat?

Kabar6-Tidak hanya cepat membantu berat badan turun, menurut peneliti dari Universitas Manchester bernama Joseph Firth, diet kaya serat dan sayuran ternyata juga dapat meredakan depresi. Penelitian ini ingin mengetahui apakah diet juga dapat memperbaiki gangguan mood secara signifikan.

Dalam catatan Firth dan timnya, melansir medicalnewstoday, diungkapkan bahwa meskipun pola makan yang buruk dapat berdampak negatif bagi kesehatan mental, memperbaiki pola makan seseorang tidak secara otomatis dapat mengurangi gejala depresi dan kecemasan. Untuk menyelidiki kebenaran asumsi tersebut secara pasti, ia dan timnya memeriksa data pada hampir 46 ribu orang. Hasil penelitian dipublikasikan dalam jurnal Psychosomatic Medicine.

Para ilmuwan tersebut mempersempit pencarian mereka menjadi 16 percobaan acak terkontrol yang memenuhi syarat yang merangkum informasi dari 45.826 peserta. Hasilnya, setiap jenis perbaikan diet atau pola makan secara signifikan mengurangi gejala depresi. Namun perubahan pola makan tidak mempengaruhi kecemasan.

Intervensi diet yang mengurangi depresi termasuk diet penurunan berat badan, diet pengurangan lemak, dan diet kaya nutrisi. “Ini sebenarnya berita baik,” kata Firth. Ditambahkan, secara khusus individu yang mengonsumsi lebih banyak makanan padat gizi yang tinggi serat dan sayuran, cenderung terlindungi dari gejala depresi. Ini kebalikan dari individu yang rutin mengonsumsi makanan cepat saji dan gula halus. ** Baca juga: Jangan Biasakan Buang Air Kecil Saat Berenang di Kolam

Rekan penulis studi, Brendon Stubbs, dosen klinis di NIHR Maudsley Biomedical Research Centre dan King’s College London, juga melaporkan temuan yang sama dengan menekankan pentingnya olahraga. “Ketika intervensi diet ini dikombinasikan dengan olahraga, ada perbaikan yang lebih besar dalam gejala depresi yang dialami oleh orang-orang,” jelasnya. (ilj/bbs)




Saat Stres Hindari Makanan & Minuman Ini

Kabar6-Untuk meminimalisir stres, ada banyak cara yang dilakukan seseorang, mulai dari merokok, berlibur, atau bahkan tidur. Bahkan sejumlah orang biasanya melampiaskan stres dengan mengonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman.

Padahal tanpa disadari, sejumlah makanan dan minuman justru menambah kegelisahan. Melansir Healthline, berikut adalah makanan dan minuman yang sebaiknya dihindari saat sedang stres:

1. Jus buah
Serat pada jus buah akan memperlambat darah Anda untuk mengambil energi. Hasilnya, dapat membuat Anda menjadi cepat marah dan cepat lapar.

2. Roti panggang
di dalam tubuh, tepung putih pada roti panggang akan diproses sangat cepat dan berubah menjadi gula darah. Hal ini dapat membuat sebuah lonjakan energi yang berdampak buruk saat depresi dan stres.

3. Saus tomat
Satu sendok saus tomat dipercaya mengandung 4 gram gula, yang dapat dikaitkan dengan gula dan lonjakan depresi pada Anda.

4. Kopi
Jika Anda tidak terbiasa minum kopi, kafein di dalamnya dapat membuat gelisah dan gugup. Ini juga bisa mengacaukan tidur Anda sehingga berhubungan dengan kecemasan dan depresi yang meningkat.

5. Donat
Donat memiliki semua jenis lemak yang salah, tepung putih salju dengan sedikit serat untuk memperlambat penyerapan, dan banyak tambahan gula. Ini semua berhubungan dengan meningkatnya depresi dan stres setelah mengonsumsinya. ** Baca juga: Jarang Disukai, Daun Bawang Berikan Manfaat Kesehatan yang Mengejutkan

Jadi hindari dulu makanan dan minuman tadi saat Anda alami stres.(ilj/bbs)




Terapi Bunga Ternyata Bantu Atasi Depresi

Kabar6-Ada fakta menarik yang dipaparkan dari sebuah penelitian terbaru. Ternyata, kita bisa melawan depresi dengan memakai terapi dengan bunga. Sebenarnya, terapi dengan memakai bunga sebagai pengobatan sudah dikenal lama semenjak zaman Romawi Kuno atau Mesir Kuno. Pakar kesehatan dr. Edward Bach menyebutkan, pada zaman modern terapi bunga baru benar-benar dilakukan pada 1930-an.

Penelitian yang dilakukan oleh University of Copenhagen, melansir doktersehat, memakai spesies bunga Crinum dan Cyrtanthus, satu keluarga dengan bunga bakung, ternyata bisa melawan depresi. Bunga ini memiliki senyawa yang mampu masuk ke dalam aliran darah hingga struktur membran pada otak dan bisa membuat seseorang menjadi lebih tenang, tidak mudah cemas, dan lebih baik dalam mengatasi depresi. Bunga apa saja sih yang bisa dijadikan terapi depresi?

1. Bunga Gentian
Bunga gentian bisa mengatasi depresi yang disebabkan oleh keputusasaan, rasa pesimis, hingga rasa sedih yang berlebihan yang diakibatkan oleh kehilangan pekerjaan atau kematian dari orang-orang yang terkasih.

2. Bunga Cherry Plum
Bunga ini diyakini mampu mengatasi masalah orang-orang yang mengalami ketakutan berlebihan, baik itu karena adanya ancaman yang nyata atau hanya karena imajinasi yang berlebihan.

3. Bunga Elm
Bunga elm sangatlah cocok bagi mereka yang merasakan stres, cemas, dan lelah secara berlebihan. Jika anda adalah orang yang sudah terkena stres berlebihan akibat tekanan pekerjaan, kita bisa memakai bunga ini sebagai terapi penyembuhannya.

4. Bunga Mawar Liar
Pakar kesehatan menyebutkan jika bunga mawar liar sangat baik bagi mereka yang mengalami kecemasan berlebihan, apatis dan lesu, hingga kelebihan minat untuk melakukan banyak aktivitas.

5. Bunga Willow
Bunga ini sangat baik untuk dijadikan terapi bagi mereka yang memiliki dendam atau menyalahkan orang lain atas berbagai masalah yang sedang Ia hadapi.

6. Bunga Honeysuckle
Bunga ini akan sangat cocok diterapkan pada mereka yang mengalami trauma dari peristiwa masa lalu yang menghantui kehidupannya sekarang. ** Baca juga: Bolehkan Keramas Tiap Hari?

Penasaran mencoba?(ilj/bbs)




Apa Sih Beda Antara Sedih dengan Depresi?

Kabar6-Setiap orang tentu pernah mengalami sedih dan depresi. Apakah ada perbedaan di antara keduanya? Seorang psikolog dan penulis bernama Guy Winch mengatakan, kesedihan adalah emosi manusia yang normal. “Kita semua pernah mengalaminya. Kesedihan biasanya dipicu oleh peristiwa, pengalaman, atau situasi yang sulit, menyakitkan, menantang, atau mengecewakan,” katanya.

Menurut Winch, melansir Vivahealth, seseorang cenderung merasa sedih karena sesuatu. Ini juga berarti bahwa ketika sesuatu berubah, rasa sakit emosional itu memudar, kesedihan tersebut hilang. Sementara Marwa Azab, profesor psikologi tambahan di California State University, Long Beach, mengatakan bahwa kesedihan adalah respon sehat terhadap segala jenis kehilangan, hasil yang mengecewakan, atau komentar yang menyakitkan.

Berbeda dengan kesedihan, depresi justru adalah keadaan emosi yang tidak normal. Ini adalah penyakit mental yang memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan berperilaku. “Ketika kita depresi, kita merasa sedih terkait segalanya. Depresi tidak selalu membutuhkan peristiwa atau situasi yang sulit, kehilangan, atau perubahan keadaan sebagai pemicu. Bahkan, sering terjadi tanpa adanya pemicu seperti itu,” kata Winch. ** Baca juga: 5 Olahraga yang Disebut Jadi Tren Tahun Ini

Ketika seorang mengalami depresi, hal itu mempengaruhi setiap bagian kehidupan. Alhasil semua yang pernah terasa nikmat tidak lagi menyenangkan, menjadi menguras energi dan motivasi. Hal itu membuat tidak sabar, mudah marah, dan merasa gagal.(ilj/bbs)




Batasi Pemakaian Media Sosial Bantu Kurangi Kesepian

Kabar6-Selain sebagai wadah informasi, saat ini media sosial (medsos) pun menjadi ajang eksistensi diri. Namun di sisi lain ada dampak medsos yang ternyata tidak baik untuk kesehatan mental.

Sebuah penelitian yang dilakukan pada November 2018 lalu di Amerika Serikat, melansir hellosehat, membuktikan bahwa penggunaan aplikasi media sosial tertentu bisa meningkatkan depresi dan juga kesepian. Melisa G Hunt., direktur pelatihan klinis pada Fakultas Psikologi di University of Pennsylvania, Amerika Serikat dan timnya melakukan penelitian, melibatkan 143 mahasiswa di University of Pennsylvania, yang menggunakan tiga aplikasi medsos paling populer di kalangan mahasiswa, yaitu Facebook, Instagram, dan Snapchat. Peneliti kemudian memberikan angket untuk melihat kondisi suasana hati seperti kegelisahan, depresi, kesepian, dan rasa takut kehilangan.

Peneliti juga memberikan paket data pada tiap mahasiswa untuk melihat kebiasaan tiap orang dalam menggunakan media sosial sehari-hari. Selanjutnya, peneliti menempatkan setiap peserta ke dalam dua kelompok secara acak. Tim peneliti meminta para mahasiswa di kelompok pertama untuk terus menggunakan medsos seperti biasa. Sementara mahasiswa di kelompok kedua diminta untuk membatasi penggunaan media sosialnya, yaitu hanya sekira 10 menit per harinya.

Hasil yang didapat setelah lebih dari tiga minggu cukup mengejutkan. Kelompok mahasiswa yang mengurangi penggunaan medsos lebih terbebas dari perasaan depresi dan kesepian dibanding sebelumnya. Bahkan, efek ini terasa sangat nyata pada orang-orang yang memang sedang tertekan atau mengalami depresi.

Bisa dikatakan, bermain media sosial terlalu sering dapat membuat rasa kesepian semakin berat. Mengurangi intensitasnya akan membuat rasa kesepian terusir dengan sendirinya. Namun penelitian ini hanya menyelidiki penggunaan tiga aplikasi saja, sehingga belum bisa disimpulkan secara pasti apakah ini berlaku untuk semua jenis media sosial.

Menurut Melisa Hunt, Anda tidak perlu benar-benar berhenti menggunakan media sosial. Namun, yang perlu dilakukan adalah membatasinya. Media sosial bisa berdampak negatif jika dimainkan terlalu sering. Anda pasti sadar, di media sosial orang cenderung pamer dan melebih-lebihkan keadaan sesungguhnya.

Akibatnya, Anda terus membandingkan diri dengan orang lain dan selalu merasa kurang. Jika dibiarkan terus-menerus, kondisi ini membuat Anda cenderung mudah stres, merasa kesepian, bahkan depresi.

Selain itu, media sosial tak hanya mendekatkan yang jauh tetapi juga menjauhkan yang dekat. Coba perhatikan, saat berkumpul bersama teman apakah Anda fokus mengobrol atau justru fokus mengambil angle foto yang tepat untuk diunggah ke sosial media?

Hunt menyarankan Anda untuk menggunakan media sosial hanya sekira 30 menit per hari. Selama 30 menit ini, jiwa Anda bisa tetap lebih tenang dan bahagia tanpa ketinggalan informasi terbaru. Dengan begitu, Anda pun terhindar dari dampak media sosial yang merugikan kesehatan mental. ** Baca juga: 3 Makanan Lezat untuk Kesehatan Mata

Yuk, dicoba.(ilj/bbs)