oleh

Pria Alami Puber Kedua, Mitos atau Fakta?

image_pdfimage_print

Kabar6-Pernahkan Anda melihat seorang pria usia paruh baya yang berdandan trendi dan bergaya genit? Jangan heran, bisa jadi pria tersebut tengah mengalami pubertas kedua atau juga sering disebut puber kedua.

Pubertas atau sering disingkat puber adalah istilah yang menandakan kematangan organ seksual pria dan wanita. Pada wanita biasanya dimulai pada usia 9-14 tahun ditandai dengan pertumbuhan payudara, rambut-rambut ketiak serta organ intim, dan menstruasi.

Sedangkan pada pria, umumnya masa puber dimulai pada usia 9-15 tahun dan ditandai dengan pertumbuhan rambut-rambut seperti kumis, jenggot, dan organ intim serta pertumbuhan jakun. Perubahan ini terjadi karena adanya proses pematangan seksual dan perubahan hormon.

Perubahan hormonal ketika puber tersebut tidak hanya mempengaruhi penampilan dan organ reproduksi, namun juga akan berpengaruh terhadap kondisi psikologis seseorang. Karena itulah seorang remaja yang sedang puber kondisi emosionalnya meletup-letup dan tidak mudah ditebak. Selain lebih emosional, pada usia puber akan timbul hasrat seksual. Ketertarikan terhadap lawan jenis bukan sesuatu yang asing di periode ini.

Namun bagaimana bila kondisi ini terjadi pada usia paruh baya yang disebut dengan puber kedua? Dari segi medis, puber akibat perubahan hormon yang mendasari perubahan fisik dan emosi pada usia belasan tahun sebenarnya hanya terjadi satu kali saja. Jika terjadi pada usia paruh baya, sebenarnya yang terjadi bukanlah puber.

Apa yang disebut dengan puber pada usia paruh baya, melansir Klikdokter, lebih tepat disebut krisis paruh baya atau midlife crisis. Sebuah jurnal yang ditulis oleh Seikowski dari Leipzig University mengulas fakta bahwa peningkatan usia pada pria memang akan menyebabkan perubahan fisik dan mental. Sebagian besar pria yang berusia antara 40-65 tahun mengeluh mengalami kesulitan berkonsentrasi, mudah lelah, mudah tersinggung, dan kehilangan daya ingat.

Selain itu, mereka juga mengeluhkan beberapa kondisi fisik, di antaranya nyeri sendi dan anggota gerak, nyeri punggung, dan peningkatan berat badan. Segala kondisi fisik dan mental tersebut kemudian menurunkan hasrat seksual.

Jurnal yang sama menyimpulkan, dalam sebuah fase kehidupan, seorang pria akan mengalami periode emosi yang tidak stabil, yaitu sekira usia 50 tahun. Perubahan kondisi fisik dan emosional ini secara umum menyebabkan menurunnya rasa percaya diri, kepuasan hidup, dan bahkan kualitas skala kepuasan hubungannya dengan pasangan. Hal inilah yang mungkin menjadi cikal bakal runtuhnya hubungan rumah tangga.

Faktanya, dalam medis tidak ada istilah pubertas kedua pada pria. Masa puber hanya terjadi pada saat usia belasan tahun. Namun, di usia paruh baya dapat terjadi krisis paruh baya yang dapat mengancam keharmonisan rumah tangga Anda. ** Baca juga: Minum Susu Tidak Timbulkan Kantuk?

Solusinya, jalani pola hidup sehat serta komunikasi yang baik dengan pasangan untuk mengatasi krisis paruh baya pada pria.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email