1

Peneliti Harvard Sarankan Social Distancing Hingga 2022 Mendatang

Kabar6-Social distancing, menurut para peneliti penyakit menular di Harvard, mungkin diperlukan hingga 2022 mendatang. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mencegah gelombang baru yang bisa mengancam.

Dalam sebuah analisis yang diterbitkan dalam Jurnal Science, melansir Okezone, para peneliti mengatakan bahwa setelah gelombang awal, mereka memprediksi COVID-19 akan kembali pada musim dingin, dan bisa terjadi berulang. “Untuk menghindari hal ini, social distancing yang panjang mungkin diperlukan hingga 2022,” demikian tulis para peneliti.

Bahkan, jika virus tampaknya hilang, para peneliti menyarankan pengujian yang luas harus dilanjutkan. Karena kebangkitan penularan dapat dimungkinkan hingga akhir 2024.

Ditambahkan peneliti, “Pengujian itu akan membantu pejabat kesehatan mengatur jarak waktu dengan benar agar jumlah pasien di perawatan kritis tidak melampaui kapastias.”

Karena itulah, para peneliti merekomendasikan agar negara-negara fokus untuk menemukan perawatan COVID-19 dan memperbanyak kapasitas sistem perawatan kritis. Langkah-langkah itu akan membantu negara-negara mempersiapkan gelombang virus di masa depan.

“Untuk mempersingkat epidemi SARS CoV-2, pastikan perawatan yang memadai untuk pasien kritis, meningkatkan kapasitas perawatan kritis dan mengembangkan intervensi tambahan adalah prioritas yang mendesak,” jelas para peneliti. “Terapi baru, vaksin atau intervensi lain seperti pelacakan kontak yang agresif dan karantina dapat mengurangi kebutuhan untuk social distancing yang ketat.”

Meningkatkan kapasitas perawatan kritis untuk menangani lebih banyak pasien juga dapat membantu populasi mendapatkan perlindungan kekebalan kawanan atau herd immunity lebih cepat.

Suatu populasi memiliki kekebalan kawanan ketika cukup banyak orang menjadi kebal, sehingga virus hanya memiliki sedikit kesempatan pindah ke orang lain. Tetapi, bagaimana virus menyebar selama lima tahun ke depan sebagian besar tergantung pada berapa lama kekebalan seseorang yang pulih berlangsung.

Apabila seseorang menjadi rentan terhadap infeksi ulang hanya satu tahun setelah sembuh dari penyakit, maka akan butuh waktu lebih lama untuk membangun kekebalan kawanan dan mengakhiri penyebaran virus.

Itulah sebabnya, para peneliti Harvard mengatakan negara-negara dapat menerapkan lebih panjang periode sosial distancing atau lockdown. ** Baca juga: Saat Naik Mobil Pribadi, Haruskah Pakai Masker?

Para peneliti Harvard menyimpulkan, “Langkah social distancing mungkin perlu berbulan-bulan agar efektif mengendalikan penularan dan mengurangi kemungkinan kebangkitan.” (ilj/bbs)




Ilmuwan Tiongkok Lakukan Eksperimen dengan Suntikkan Virus Corona ke Anak Babi

Kabar6-Peneliti dan ilmuan di Tiongkok sedang melakukan eksperimen untuk penelitian dengan memasukkan virus corona ke anak babi. Setelah disuntik, anak babi tersebut akan dijadikan santapan babi dewasa lainnya.

Lantas, apa tujuan penelitian itu? Menurut laporan, melansir Dailystar, penelitian yang diterbitkan oleh Institute Virolory Wuhan tersebut dilakukan ilmuwan untuk menyelidiki penularan lintas spesies virus corona. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati wabah virus corona yang mungkin menyerang peternakan di Tiongkok.

Para ilmuwan dalam penelitian itu menuliskan, “Studi ini menyoroti pentingnya mengidentifikasi keanekaragaman dan distribusi virus corona kelelawar untuk mengurangi wabah di masa depan.”

Meskipun diyakini bahwa lonjakan terjadi setelah virus itu menyebar dari hewan ke manusia. Namun beberapa meyakini bahwa virus itu sebenarnya buatan dan lepas dari sebuah laboratorium di Wuhan.

Disebutkan, pemerintah Inggris tak bisa mengabaikan prihal tuduhan virus yang lolos dari laboratorium. Meskipun pada kenyataanya, Tiongkok berulang kali menyangkal tuduhan itu.

Pemerintah Tiongkok selalu mengatakan dengan tegas bahwa tidak ada kebocoran virus yang terjadi di laboratorium negaranya. Diketahui, laboratorium yang meneliti virus corona itu dibuat pada 2002 dan 2003 setelah wabah SARS muncul.

Sementara pakar keamanan hayati AS bernama Profesor Richard Ebright dari Institute Mikrobiologi Warksman Universitas Rutgers, New Jersey, AS mengatakan, jika virus itu tidak diciptakan di laboratorium, virus itu bisa lolos dari sana ketika dianalisis. “Pengumpulan virus, kultur, isolasi atau infeksi hewan akan menimbulkan risiko besar pekerja laboratorium dan masyarakat.”

Tetapi banyak ilmuwan mengatakan, mereka tidak percaya virus itu berasal dari laboratorium, sebab hingga sekarang tidak ada bukti. Namun anehnya, sebuah penelitian yang menyoroti virus corona mengatakan, 13 dari 41 orang pertama yang terifeksi virus corona tidak memiliki kontak dengan pasar yang dituduh sebagai sumber virus.

“Tampaknya jelas bahwa pasa hewan di Wuhan bukan satu-satunya asal virus tersebut,” kata Dr. Cao Bin. ** Baca juga: Saat Naik Mobil Pribadi, Haruskah Pakai Masker?

Hingga kini, Tiongkok belum menemukan dan belum mengungkapkan dari mana asal mula virus itu, mereka hanya melaporkan bahwa sumber utamanya adalah kelelawar. Bahkan ada juga yang mengatakan dari ular, hingga trenggiling.

Mereka juga sudah melakukan penelitian virus corona di kelelawar sejak 2011, dan diterbitkan pada 2017 silam, sebelum menjadi wabah menular ke seluruh dunia.(ilj/bbs)




Saat Naik Mobil Pribadi, Haruskah Pakai Masker?

Kabar6-WHO mengimbau masyarakat di seluruh dunia untuk memakai masker saat keluar rumah, sebagai protokol pencegahan COVID-19 yang berlaku.

Nah, sebuah postingan yang diunggah oleh Public Health Malaysia di Facebook menuliskan, Anda justru tidak perlu menggunakan masker saat sendirian berada dalam mobil pribadi. Benarkah demikian?

Menurut pernyataan Public Health Malaysia yang diunggah beberapa waktu lalu, melansir Wolipop, penggunaan masker dalam kendaraan pribadi adalah sia-sia. Apabila Anda tidak memiliki gejala-gejala COVID-19, maka akan lebih baik apabila masker tersebut disimpan untuk hal yang lebih penting. Ada beberapa alasan yang dikemukakan, yaitu:

1. Anda hanya sendirian dalam mobil
2. Lebih penting untuk tidak menyentuh wajah dan menjaga kebersihan
3. Menggunakan masker dalam mobil pribadi tidak mengurangi risiko terinfeksi.

“Secara umum, jarak sosial lebih dari cukup. Tidak perlu memakai masker, tetapi beberapa dari kita melakukan pencegahan yang diberikan oleh otoritas kesehatan secara berlebihan,” kata Dr Noor Hisham, Direktur Jenderal Kesehatan.

Sementara spesialis paru di rumah sakit Aster Mankhool, UEA, bernama Dr. Sandip Pargi mengatakan, sesuai aturan yang berlaku, masker memang harus dikenakan oleh setiap orang yang akan pergi ke luar rumah. Tetapi menggunakan masker dalam kendaraan pribadi hanya diperlukan apabila Anda membawa orang lain atau penumpang dalam mobil tersebut.

“Masker di dalam mobil akan diperlukan jika kamu memiliki penumpang di kursi belakang dan dengan jendela yang ditutup akan ada ancaman penyebaran jika seseorang bersin. Sebenarnya, hal itu tidak terlalu diperlukan jika kamu mengemudi sendirian dengan jendela yang ditutup. Namun jika sebelum kamu mengemudi sendirian ada orang lain yang masuk ke dalam mobilmu maka menggunakan masker dapat membantu,” kata Dr. Sandip.

Senada, seorang dokter dan peneliti di Lundquist Institute di Torrance bernama Dr. Loren Miller, dan Chunhuei Chi yang adalah direktur Pusat Kesehatan Global di Oregon State University, mengatakan bahwa tidak ada gunanya menggunakan masker saat mengendarai kendaraan pribadi, kecuali jika orang tersebut adalah sopir taksi atau mengantarkan orang lain.

“Satu-satunya hal yang saya bisa pikirkan bagaimana hal itu mungkin membantu adalah jika seseorang bersin tanpa masker di dalam mobil. Mereka berpotensi mencemari dan jika itu dibagikan oleh orang lain, tangan mereka akan terkontaminasi dan menyentuh tangan, hidung, dan mulut mereka,” kata Dr. Miller. ** Baca juga: 5 Mitos yang Tidak Tepat Seputar Makanan

Gunakan masker sesuai kebutuhan.(ilj/bbs)




‘Krematorium’ Bakal Digunakan Sebagai Pembangkit Listrik?

Kabar6-Krematorium adalah tempat membakar mayat sehingga menjadi abu. Namun tahukah Anda, panas yang dihasilkan oleh mesin pembakar mayat di sebuah krematorium ternyata dapat digunakan sebagai sumber energi pembangkit listrik?

Sejumlah ahli dari East Sussex, Inggris, melansir Uzistia, melakukan sebuah penelitian mengenai apakah mungkin panas yang dihasilkan oleh krematorium digunakan sebagai sumber energi pembangkit listrik. Meskipun terdengar agak menyeramkan, para peneliti mengatakan bahwa energi daur ulang ini diperoleh mereka dari panas yang dihasilkan oleh proses pembakaran mayat, bukan dari mayat itu sendiri.

Apa yang menjadi latar belakang para peneliti sampai dapat memiliki pemikiran seperti ini? Salah satu peneliti mengatakan, karena mesin pembakaran mayat membutuhkan energi yang sangat besar, maka suatu strategi pun diperlukan untuk melakukan penghematan energi listrik.

Sebelumnya, ide daur ulang energi panas dari krematorium ini juga pernah diusulkan di negara Taiwan. Pemerintah berencana untuk menggunakan energi panas yang dihasilkan dari mesin pembakar mayat untuk memasok listrik ke alat pendingin ruangan (AC). ** Baca juga: Wanita di AS Melahirkan dalam Kondisi Koma Karena Positif COVID-19

Namun karena usul ini menuai banyak penolakan dari masyarakat, maka pemerintah pun batal melanjutkan niatnya tersebut. Salah seorang dewan setempat mengungkapkan, meski ide yang diusulkan sangat kreatif, mereka juga perlu mempertimbangkan perasaan keluarga yang ditinggalkan.

Jadi, apa yang akan Anda rasakan apabila mengetahui bahwa listrik yang digunakan untuk menyalakan alat pendingin ruangan di kamar ternyata berasal dari hasil pembakaran mayat salah satu anggota keluarga Anda? (ilj/bbs)




5 Mitos yang Tidak Tepat Seputar Makanan

Kabar6-Saat ini, kesehatan diri menjadi hal yang terpenting, sehingga membuat setiap orang lebih berhati-hati, termasuk dalam urusan makanan. Ya, pandemi COVID-19 mengubah pola hidup banyak orang menjadi lebih sehat.

Di sisi lain, ada banyak mitos yang beredar seputar keamanan makanan yang kurang tepat. Melansir Detik, ini lima mitos yang dimaksud:

1. Mitos: Mencuci sayur atau buah menggunakan sabun
Mencuci sayur atau buah yang baru saja dibeli menggunakan sabun tidaklah tepat. Hal yang perlu diketahui, tidak ada satu pun kasus infeksi COVID-19 yang disebabkan karena mengonsumsi makanan terkontaminasi.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) sendiri telah mengatakan, mencuci sayur atau buah dengan menggunakan sabun, deterjen, atau produk pencuci lainnya sangat tidak direkomendasikan.

Jodi Koberinski, seorang peneliti keamanan pangan di University of Waterloo, juga setuju mengenai hal tersebut. Dikatakan, sabun pencuci piring kemungkinan dapat menyebabkan lebih banyak masalah, seperti mual, diare, dan kram. “Itu tidak dibuat untuk dan tidak aman dikonsumsi manusia,” kata Koberinski.

2. Mitos: diamkan bahan makanan yang baru dibeli di Luar rumah terlebih dahulu sebelum membawanya masuk
Melakukan karantina bahan makanan yang baru saja dibeli dengan cara meninggalkannya di luar rumah sama sekali tidak diperlukan.

Tidak ada alasan untuk meninggalkan barang belanjaan di luar, garasi, atau mobil. Bahkan menurut Koberinski hal itu sama sekali bukan ide yang baik.

Ketika sampai di rumah, segera bawa masuk belanjaan makanan yang baru dibeli ke dalam rumah. Lakukan pembongkaran di permukaan yang bisa dibersihkan setelahnya, dengan semprotan pembersih berbahan dasar alkohol. Apabila Anda membeli bahan makanan beku atau harus disimpan di lemari pendingin, segera masukkan ke lemari es.

3. Mitos: beri disinfeksi kemasan bahan makanan yang baru dibeli
COVID-19 dapat bertahan selama 24 jam di permukaan kardus, hingga tiga hari pada plastik dan stainless steel. Hal tersebut mungkin membuat setiap orang menjadi lebih khawatir.

Mereka berpikir, bisa saja orang yang terinfeksi sudah mencemari kemasan makanan yang dibelinya, sehingga mereka memutuskan untuk melakukan disinfeksi pada semua kemasan makanan yang baru saja dibelinya.

Menurut Koberinski hal tersebut tidaklah diperlukan. Anda bisa mencegah infeksi dengan mencuci tangan dan permukaan sebelum dan sesudah makan. Apabila merasa kurang, maka Koberinski lebih menyarankan untuk membuang paket daripada membasmi kuman.

Beberapa makanan seperti sereal memiliki dua bungkus, yaitu dus kotak pada bagian depan dan kemasan pada bagian dalamnya. Anda bisa menyimpan makanan tersebut di toples sendiri.

4. Mitos: gunakan sinar UV untuk membunuh virus jika tidak ingin membuang-buang produk pembersih
Sebenarnya menggunakan lampu sinar UV untuk membunuh virus tidaklah berguna. Hal itu karena COVIDd-19 hanya bisa dibunuh menggunakan tingkat UV yang sangat tidak aman bagi manusia.

5. Mitos: menghindari konsumsi daging untuk cegah infeksi COVID-19
Beberapa orang mungkin berpikir bahwa di tengah pandemi COVID-19 ini akan lebih baik untuk menjadi vegetarian dan tidak mengonsumsi daging. Kekhawatiran tersebut bisa jadi muncul karena fakta bahwa virus tersebut berasal dari hewan.

Menjadi vegetarian memang memiliki beberapa manfaat, namun berhenti mengonsumsi daging dengan alasan keamanan agar tidak terkena infeksi Covid-19 tidaklah tepat. Sejauh ini tidak ada risiko infeksi yang ditimbulkan dari mengonsumsi daging jika Anda memasaknya dengan tepat sesuai anjuran.

“Pemanasan daging hingga suhu yang disarankan adalah rekomendasi, sama seperti biasanya,” kata Koberinski. ** Baca juga: Tidak Hanya Vitamin C, Ada 4 Jenis Lainnya yang Bantu Jaga Daya Tahan Tubuh

Jadi jangan percaya mitos sebelum diketahui kebenarannya.(ilj/bbs)




2 Hari Jelang PSBB, Bantuan Masyarakat Dari Pemprov Banten Balum Jelas

kabar6.com

Kabar6-Dua hari menjelang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Tangerang Raya, bantuan Covid-19 dari Pemerintah Privinsi (Pemprov) Banten kepada masyarakat yang terdampak masih belum jelas kapan akan digulirkan kepada masyarakat.

Wakil Ketua Komisi V DPRD Banten, Yeremia Mendrofa menyebut Pemprov Banten masih gagap. Pasalnya, sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan informasi secara resmi, mengenai bantuan dari Pemprov Banten kepada masyarakat yang terkena dampak covid-19.

“Padahal Sabtu, Tangerang Raya sudah PSBB. Secara resmi digroup belum dijawab. Mereka masih gagap. Sudah dari kemarin saya tanya belum direspon,” kata Yeremia, kepada Kabar6.com, Kamis (16/4/2020) malam.

Sebelumnya, sejumlah daerah di Provinsi Banten, khususnya Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan akan segera melaksanakan PSBB, dan hal itu sudah mendapat persetujuan agar bisa dilaksanakan mulai Sabtu (18/4/2020) besok.

Atas kondisi itu, sambung Yeremia, pihaknya mempertanyakan kesiapan dari pemerintah daerah khususnya Pemprov Banten terkait dengan bantuan dari APBD yang berdasarkan hasil pantauan dilapangam dan hasil konfirmasi kepada pihak Dinsos, sampai saat ini baru sampai pada tahap pendataan.

“Skema pemberian bantuan juga masih belum ada kejelasan pasti, termasuk bagaimana supaya menghindari tumpang tindih antara bantuan dari Pemkot/Pemkab dan juga yang dari Pemerintah Pusat. Padahal persetujuan PSBB sudah keluar sejak tgl 12 April,” ketus Yeremia.

Pada sisi lain Yeremia mengkhawatirkan nasib warga yang berasal dan masih ber-KTP dari luar daerah terancam tidak akan mendapatkan bantuan.

“Karena hal ini juga belum jelas skema pemberian bantuan kepada mereka yang kebanyakan ada dikontrakan, yang sekarang kebingungan menyambung hidup bahkan untuk bayar kontrakan,” tandasnya.**Baca juga: Bupati Terima Bantuan dari Paramount Land 8.000 Paket Sembako Untuk Dampak Covid-19.

Sebelumnya,Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKAD) Provinsi Banten Rina Dewiyanti mengatakan, masih on proses, Rabu (15/4/2020).(Den)




Bupati Terima Bantuan dari Paramount Land 8.000 Paket Sembako Untuk Dampak Covid-19

kabar6.com

Kabar6-Sebanyak 8.000 Paket Sembako di sumbangan Paramout Land kepada Pemkab Tangerang.

“Bantuan sosial yang diberikan adalah total 8.000 paket sembako yang meliputi beras, gula, minyak, dan terigu dan diberikan secara bertahap,” kata Ervan Adi Nugroho Ervan Presiden Direktur Paramount Land pada kamis (16/4/2020).

Ervan juga menjelaskan, bahwa bantuan ini di bagi 2 tahap pertama yaitu hari ini kita mengirim 4.000 paket sembako dan tahap berikutnya pas bulan ramadhan kita kembali kirim sebanyak 4.000 paket sembako.

“Semoga bantuan ini dapat meringankan beban masyarakat di kondisi darurat kesehatan seperti saat ini,” katanya.

Lanjut ervan, mari bersama-sama mendukung dan menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan Pemerintah, seperti sering-sering mencuci tangan menggunakan sabun, work from home, jaga jarak dan memakai masker bila beraktifitas keluar rumah.

Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar mengatakan Pemerintah Kabupaten Tangrang terus berupaya menekan penularan Covid-19, mulai dari Social/Phisical Distanching, Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB), hingga menyiapkan bantuan Jaring Pengaman Sosial.

Penanganan Pasien Covid-19 juga menyiapkan Rumah singgah dan area pemakaman agar sesuai dengan protokol kesehatan.

“Ini upaya Pemkab Tangerang, Mudah-mudahan bantuan ini pun bermanfaat bagi masyarakat Kabupaten Tangerang yang terdampak Covid-19, kita semua menjaga dan menguatkan,” ucap Zaki.

Menjelang Ramadhan Pemkab Tangerang menghadapi PSBB, lanjut Zaki, kita sudah siapkan bantuan Jaring Pengaman Sosial, dan saat ini kita mendapat bantuan sembako yang nantinya untuk mengkaper penanganan terdampak Covid-19 dibulan Ramadhan nanti.

“Semoga wabah ini cepat berakhir, untuk itu kepada masyarakat Kabupaten Tangerang mari kita taati PSBB dan menjaga kesehatan diri dan keluarga,” ucap Bupati Tangerang yang tak kenal lelah melawan Covid-19.(Tim K6)




Bekerja di Tangerang, Warga Pandeglang Positif Corona Akhirnya Meninggal

kabar6.com

Kabar6-Satu warga Pandeglang terkonfirmasi positif Corona. Pasien itu sempat dirawat di salah satu klinik di Pandeglang lalu dirawat di RSUD Berkah Pandeglang, lalu di rujuk ke RSUD Banten dan meninggal dunia pada 4 April. Pasien itu berjenis kelamin perempuan berusia 40 tahun.

Proses pemakaman dilakukan pada hari yang sama sesuai dengan protokol penanganan COVID-19. Diketahui bekerja di sebuah konveksi di daerah Cipondoh, Kota Tangerang. Setelah pasien mengeluh sakit ia memilih pulang kampung di Kecamatan Carita.

Juru bicara Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Pandeglang Ahmad Sulaeman mengatakan, Awalnya pasien sempat tidak terdeteksi memiliki gejala terpapar COVID-19.

Namun baru diketahui setelah dilakukan pemeriksaan penunjang dan hasil diagnosanya jika mengarah terinfeksi COVID-19. Setelah dua minggu kemudian hasil pemeriksaan swep pasien keluar dan dinyatakan positif terpapar COVID-19.

“Awalnya gak terdeteksi setelah melihat gak ada perbaikan dilakukan pemeriksaan penunjang, di rongsen bahwa pasien ini diagnosisnya mengarah ke sana, akhirnya pasien di rujuk ke RSUD berkah dulu dan dilanjutkan ke RSUD Banten. Selama proses itu kita menunggu hasil Swep hampir dua minggu lebih hasilnya baru keluar dan hasilnya cukup mengagetkan juga yang terkonfirmasi positif.

Sulaeman menuturkan, selama dua hari di rumah pasien dipastikan pernah kontak dengan keluarga atau mungkin saja dengan tetangganya.

Untuk itu, pihak Puskesmas Carita dan Tim Gugus Tugas setempat sudah melakukan tracking dan akan melakukan Rapid test bagi yang sempat kontek langsung dengan pasien, termasuk tenaga medis klinik yang sempat kontek langsung dengan pasien melakukan isolasi diri selama dua minggu.**Baca juga: PSBB Tangerang Raya, Ini Aturan Untuk Pegawai dan Perusahaan.

“Dan dua minggu ini sudah dilakukan pemantauan (untuk tenaga medis) kondisi mereka dalam keadaan baik rencananya dalam waktu dekat akan dilakukan Rapid test. Tetapi beberapa anggota keluarga pasien terus kita pantau kondisinya,” tandasnya.(Aep)




Pria Asal Cirebon Tergeletak di Kelapa Dua

kabar6.com

Kabar6-Seorang pria ditemukan warga tergeletak di depan rumah kontrakannya di kawasan Kalipaten RT05/04, Pakulonan Barat, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Kamis (16/4/2020), malam.

Peristiwa itu terjadi Pukul 21.30 WIB. Belum diketahui secara pasti penyebab pingsannya pria berinisial SMT (52), warga asal Cirebon tersebut.

Jaro Matin, tokoh masyarakat setempat mengatakan, saat berlangsungnya kejadian warga tak ada yang berani mendekat, karena kuatir korban terjangkit covid-19.

Warga, kemudian menghubungi pihak kepolisian dan tim medis untuk mengevakuasi korban.**Baca juga: Menjelang PSBB, PMI Kota Tangerang Bagikan Masker Gratis.

“Dia tiba-tiba pingsan pas depan kontrakannya. Warga mau nolong pada takut, tapi sekarang sudah polisi dan tim medis yang datang,” ungkap Jaro Matin, kepada Kabar6.com, malam tadi.(Tim K6)




Jurnalis dan Komunitas Kreatif di Banten Bagikan Masker Gratis

Kabar6.com

Kabar6-Kelompok jurnalis dan Komunitas Industri Kreatif di Banten membagi-bagikan ribuan masker merah-putih secara gratis kepada pengguna jalan di Kota Serang.

Para pedagang, tukang ojek pangkalan dan ojek berbasis aplikasi serta sopir angkot juga diberi masker cuma-cuma.

Koyong dari Banten Kreatif Festival yang ikut dalam gerakan ini mengatakan, pembagian masker gratis ini diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan yang melintas di jalan raya di Kota Serang. Sasaran utama pembagian masker ini adalah mereka yang belum mengenakan masker, “Ada 3.000 masker merah-putih yang kami bagikan,” kata Koyong, Kamis (16/04/2020).

Koyong mengatakan, masker merah-putih adalah simbol bahwa Banten secara khusus dan Indonesia secara umum saat ini sedang berjuang melawan virus korona. Ia percaya Indonesia akan berhasil melawan virus korona. Selain masker, sebelumnya juga ada pembagian sembako sebanyak 50 paket yang disebar ke daerah Kota Serang dan Kabupaten Serang untuk orang-orang yang terdampak Covid-19. Uang yang digunakan dalam aksi ini didapatkan dari donasi masyarakat Banten

yang berhasil dikumpulkan selama tiga pekan ke belakang.”Kami ingin memberikan pesan bahwa Covid-19 bisa kita hilangkan dengan bersama-sama,” katanya.

**Baca juga: PSBB Tangerang Raya, Ini Aturan Untuk Pegawai dan Perusahaan.

Ada tiga titik lokasi pembagian masker merah-putih putih di Kota Serang, yaitu di depan Serang Mal (Ramayana) di Jalan Veteran, di Pisang Mas di Jalan Veteran, dan simpang Ciceri (Jalan Sudirman-Ahmad Yani). Dibantu personil Polisi dari Polres Serang Kota, sejumlah pengendara yang tidak mengenakan masker diminta berhenti untuk diberikan masker merah-putih.

Muflihah, salah seorang warga, mengaku sangat terbantu dengan pembagian masker gratis ini. Pasalnya, saat ini mendapatkan masker cukup sulit dan harganya tinggi, “Dengan adanya pembagian masker ini maka ia merasa sangat terbantu,” ujarnya. (Dhi)