1

Polisi Jelaskan Kematian BC di Penjara Polres Pandeglang

Kabar6-Polres Pandeglang angkat suara mengenai kematian BC, di dalam penjara miliknya, pada 04 Juli 2023 lalu. Berdasarkan pemeriksaan sejumlah saksi, tersangka berusia 23 tahun itu terlihat muram dan lebih banyak diam dibalik jeruji besi.

Polisi juga membenarkan kalau sebelum BC tewas gantung diri, sempat ditemui dan mendapat omelan dari Mensos RI, Tri Rismaharini. Wanita yang juga politisi PDI Perjuangan itu meminta polisi memberi hukuman sesuai peraturan yang berlaku kepada BC.

“Pemeriksaan kami kepada saksi-saksi, almarhum ini selama di tahanan itu pendiam, tidak banyak bicara. Jadi dugaan sementara karena depresi terhadap sangsi hukuman yang akan dia jalani. Ibu Mensos sempat datang dan melihat situasi kondisi, dari mulai kondisi korban dan segala macam dan Bu Menteri berpesan agar para pelaku ditindak sesuai hukum yang berlaku,” ujar AKP Silton, Kasatreskrim Polres Pandeglang, Senin (10/07/2023).

Mantan Kasat Narkoba Polres Cilegon itu mengklaim kalau tidak ada luka penganiayaan ditubuh BC, hanya ada bekas jeratan di leher korban.

“Disitu hanya ditemukan luka lebam jeratan tali, jadi tidak ditemukan adanya bekas penganiayaan atau pemukulan, seperti isu yang beredar saat ini,” ucapnya.

BC ditemukan tewas gantung diri pada 04 Juli 2023, sekitar pukul 06.00 wib. Dia bunuh diri dengan cara mengikat tali celana pendek ke besi ventilasi toilet penjara. Total, ada 14 saksi yang dimintai keterangan oleh Polres Pandeglang terkait kematian BC.

Hasil visum kematian BC juga diterima Satreskrim Polres Pandeglang. Berdasarkan seluruh bukti dan keterangan yang mereka terima, kesimpulannya BC mati karena gantung diri.

**Baca Juga: Polda Banten Periksa Petugas Jaga Terkait Kematian Tahanan

“Dari hasil gelar perkara yang kami lakukan, berikut dengan saksi-saksi yang kami periksa, disimpulkan bahwa almarhum meninggal disebabkan karena gantung diri. Gantung diri menggunakan tali kolor yang ada di dalam celana, kemudian tali tersebut digantungkan ke ventilasi WC dalam tahanan,” terangnya.

Usai ditemukan tewas oleh teman sekamarnya, tahanan yang lain memberitahu petugas jaga. Kemudian korban dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan visum.

AKP Silton mengklaim segera memberitahu dan memfasilitasi keluarga BC untuk datang ke Polres Pandeglang. Kemudian menjelaskan kronologis kejadian dan membawa keluarga ke rumah sakit, untuk melihat jenazah BC.

Pria yang pernah menjabat sebagai Kapolsek Curug di Polresta Serang Kota itu mengaku sudah menawari keluarga untuk mengotopsi korban BC, namun ditolak. Kasatreskrim Polres Pandeglang itu memiliki bukti adanya penolakan dari pihak keluarga, seperti surat yang ditanda tangani.

“Kami sudah menawarkan ke keluarga, jika terdapat keraguan bisa melakukan otopsi. Namun pada saat itu, Ibu (BC), menolak dilakukannya otopsi. Itu juga ada surat yang ditandatangani oleh keluarga korban, kemudian juga ada dokumentasi yang kami lakukan,” jelasnya.

Tragedi meninggalnya tahanan di dalam penjara polres bukan baru kali ini terjadi. Saat AKP Silton menjadi Kasat Narkoba Polres Cilegon, tersangka yang dia tangkap pada Selasa, 15 Februari 2022 juga tewas di tanggal yang sama. Kala itu, polisi menetapkan enam tersangka penganiayaan AA. Seluruh pelaku merupakan teman satu sel AA.(Dhi)




Keluarga Sebut Kematian Tersangka TPPO di Polres Pandeglang Janggal

Kabar6-Kejanggalan kematian BC, tersangka TPPO di dalam Rutan Polres Pandeglang, diungkap keluarga. Mereka meragukan pria berusia 23 tahun itu tewas gantung diri menggunakan tali celana pendek, m.eski saat ditemukan tewas, terdapat bekas jeratan tali di leher pelaku TPPO.

“Diperlihatkan ke keluarga, katanya enggak ada luka cuma ada bekas tali di leher aja, tali juga itu karet kolor. Itu karet kolor kalau untuk gantung diri mah enggak bakal kuat lah,” ujar Agus, paman korban, kepada awak media, Minggu (09/07/2023).

Seperti diketahui, BC pelaku TPPO, pernah diomeli Tri Rismaharini, Mensos, di depan Mapolres Pandeglang  di bawah sorot kamera. BC tewas pada 04 Juli 2023 sekitar pukul 06.00 wib.

Di hari kematiannya, keluarga dilarang menjenguk BC di balik jeruji besi Rutan Mapolres Pandeglang. Hingga akhirnya mereka diberi tahu kalau BC tewas gantung diri.

“Katanya meninggalnya hari Selasa sekitar jam 06.00 wib jam 07.00 wib pagi, tapi keluarga datang ke situ itu sekitar jam 11.00 wib dan enggak dikasih tahu. Bilangnya malah lagi ada kunjungan Polda dan disuruh pulang lagi,” jelasnya.

**Baca Juga: Pernah Diomeli Mensos, Tahanan Polres Pandeglang Tewas di Penjara

Agus bercerita tali itu tidak dibawa pulang ke rumah duka, hanya saat ditemukan tewas, korban BC tergantung dengan tali celana pendek itu. Menurut keterangan yang di dapat keluarga, ada dua utas tali yang digabung jadi satu dan dijadikan alat sebagai gantung diri.

Hingga kini, keluarga masih berkeyakinan tali tersebut tidak akan kuat menahan beban tubuh BC untuk bunuh diri.

“Enggak dibawa pulang (tali kolornya), cuma katanya itu bekas talinya masih nempel dileher. Kurang lebih ada dua talinya cuma sejengkal-sejengkal. Intinya enggak bakal mematikan lah itu tali sampai gantung diri, talinya juga kecil,” terangnya.

Polda Banten akan mengecek terlebih dahulu mengenai kebenaran informasi tersebut. Sedangkan hingga berita ini diayangkan, Kapolres Pandeglang, AKBP Belny Warlansyah, belum merespon konfirmasi yang sudah dikirimkan sejak Sabtu, 08 Juli 2023.

“Saya cek dulu,” ujar Kombes Pol Didik Hariyanto, Kabid Humas Polda Banten, melalui pesan elektroniknya, Minggu (09/07/2023).(Dhi)




Polisi Selidiki Penyebab Kematian Wanita di Gebang Raya Bunuh Diri dengan Cara Bakar Diri 

Kabar6.com

Kabar6-Kapolres Metro Tangerang Kota Kombes Zain Dwi Nugroho, menyatakan wanita bunuh diri dengan cara bakar diri berinisial IYN (41), beralamat di Perumahan Pondok Makmur RT 03 RW 04, Blok A9/05 Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang.

Zain membenarkan kejadian tersebut dan usai melakukan cek TKP bersama Kapolsek Jatiuwung dan Unit Identifikasi.

“Jadi memang benar ada seorang wanita bernama IYN yang diduga telah melakukan aksi bunuh diri dengan cara membakar dirinya dengan gunakan bensin di TKP tersebut,” ujar Zain, Selasa (29/11/2022).

Mendapat laporan adanya korban bunuh diri, pihak Polres Metro Tangerang Kota langsung mendatangi lokasi untuk melakukan olah TKP dengan unit identifikasi bersama Piket Reskrim Polsek Jatiuwung dan Sat Reskrim yang telah memasang police line sebelumnya.

“Untuk motif korban melakukan bunuh diri masih kami dalami ya, saat ini korban sudah di bawa ke RSUD Kab Tangerang untuk dilakukan autopsi guna ketahui penyebab kematiannya,” katanya.

Menurut keterangan saksi, Paulus mengatakan, kejadian sekitar pukul 11.30 WIB Senin (28/11/2022) pagi, mendapat laporan dari warga belakang rumah korban, tiba-tiba melihat asap mengebul di TKP.

Mereka mengira kebakaran dan akan menolong, namun pintu pagar terkunci dari dalam dan saksi meminta bantuan warga dan menghubungi suami korban yang baru kerja.

**Baca juga: Panjat Tebing Kota Tangerang Penyumbang Medali Emas Terbanyak di Porprov Banten

“Setelah suami korban datang, pintu pagar bisa dibuka, namun pintu masuk dalam rumah terkunci dari dalam, kemudian didobrak hingga terbuka dan terlihat korban masih terbakar dengan api masih menyala di badan. Para saksi kemudian membantu memadamkan api dengan cara disiram menggunakan air,” kata Paulus.

Ia menjelaskan, saat dilakukan upaya pertolongan posisi korban ada di tangga rumah arah lantai 2 kondisi terbakar sekujur tubuh. (Oke)




Studi Terbaru: Kematian Bisa Diprediksi Lewat Cara Berjalan

Kabar6-Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Digital Health, menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan dengan sensor gerak di pergelangan tangan dapat digunakan untuk memprediksi risiko kematian seseorang hingga lima tahun kemudian.

Penelitian tersebut meningkatkan kemungkinan suatu hari nanti menggunakan sistem deteksi gerakan di smartphone untuk mensurvei kesehatan pasien tanpa perlu kunjungan langsung ke kantor dokter, sebagai salah satu validasi terbesar dari teknologi wearable hingga saat ini.

Studi ini, melansir timesnownews, dijalankan dengan menggunakan data dari lebih dari 100 ribu warga Inggris dari proyek besar Biobank Inggris, yang mulai mengumpulkan informasi kesehatan dan biometrik dari para peserta pada 2006 dan akan mengikuti mereka selama 14 tahun lagi.

Dari data sensor pergelangan tangan selama seminggu, para peneliti di University of Illinois di Urbana-Champaign merancang model yang mengurangi akselerasi seseorang dan jarak yang mereka tempuh menjadi potongan enam menit.

Menurut penulis studi bernama Bruce Schatz yang juga seorang peneliti ilmu komputer Universitas Illinois, para ilmuwan memilih durasi ini untuk meniru tes berjalan enam menit, pengukuran fungsi jantung dan paru-paru yang biasa dilakukan selama janji medis yang menugaskan peserta berjalan dengan kecepatan normal selama enam menit dan membandingkan total jarak tempuh mereka dengan tolok ukur sesuai dengan usia mereka.

Schatz mengatakan, tes ini adalah ukuran eksternal yang sangat baik dari apa yang terjadi secara internal, dan dapat dengan mudah direplikasi menggunakan akselerometer yang ada di sensor pergelangan tangan atau telepon murah. “Saya tahu pasti bahwa model semacam ini akan bekerja dengan ponsel murah,” kata Schatz.

Prediksi kematian di masa depan yang dibuat oleh model para peneliti memiliki akurasi 72 persen dari waktu setelah satu tahun, dan 73 persen setelah lima tahun. Tingkat akurasi serupa ditemukan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan tahun lalu, yang menganalisis kumpulan data yang sama tetapi menggunakan jam, bukan menit.

Menurut Schatz,, studi baru ini adalah demonstrasi yang lebih menjanjikan dari teknologi pemantauan pasif seperti sensor telepon dan pergelangan tangan karena model timnya membutuhkan lebih sedikit data dan memberikan tingkat privasi yang tinggi kepada pengguna.

“Jika Anda mencatat semua data, memang benar bahwa orang-orang memiliki karakteristik berjalan dan Anda dapat mengetahui siapa individu itu. Tetapi sangat mungkin untuk mengambil bagian dari sinyal, yang cukup baik untuk melakukan vital tetapi sepenuhnya menyamarkan siapa orang itu,” ungkap Schatz.

Meski begitu, menggunakan teknologi sehari-hari untuk memantau pasien secara pasif dapat menimbulkan masalah jika pengguna tidak dapat memberikan persetujuan secara terus menerus, situasi yang dapat diperumit oleh penyakit degeneratif atau kurangnya literasi teknologi.

Isu-isu etis ini, kata Schatz, masih bersifat spekulatif, tetapi patut dipikirkan secara terkoordinasi dari para ilmuwan seiring dengan kemajuan penelitian. ** Baca juga: Hamil, Pria Transgender Asal Inggris Tunda Mastektomi

Sementara sensor yang digunakan dalam penelitian ini hampir identik dengan yang ada di ponsel sederhana dan smartphone, pekerjaan di masa depan harus memvalidasi model ini dalam sampel besar ketika pengguna membawa ponsel di saku mereka, daripada memakai sensor di pergelangan tangan mereka.

Mengunduh aplikasi yang dapat mengukur kesehatan saat Anda melakukan aktivitas sehari-hari dapat menjadi cara yang nyaman dan tidak menyakitkan untuk membuat orang lebih sehat, lebih lama.

“Jika Anda ingin meningkatkan kesehatan umum seluruh populasi, proyek semacam ini sangat penting,” jelas Schatz.(ilj/bbs)




Polisi Fokus Penyidikan Kematian Santri Ponpes Darul Qur’an Lantaburo Cipondoh

Kabar6.com

Kabar6-Polres Metro Tangerang Kota belum dapat menyimpulkan Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Qur’an Lantaburo di Kelurahan Ketapang, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, mengalami kelalaian atau tidak atas peristiwa tewasnya seorang santri.

Kapolres Metro Tangerang Kota, Kombes Zain Dwi Nugroho mengatakan sementara belum ada indikasi yang mengarah kelalaian dari pengelola ponpes tersebut. Hal itu karena peristiwa kejadian pada saat jam istirahat atau tengah ingin mandi.

“Sementara belum ada karena memang itu pada saat jam istirahat pas mau mandi,” ujar Zain saat dimintai keterangan di Mapolres, Sabtu (27/8/2022) malam.

Saat ini, kata Zain, pihaknya tengah fokus pada proses penyidikan terhadap kematian santri berinisial RAP (13) yang tewas diduga dikeroyok 12 orang santri lain. Namun, belum mengarah ke penyelidikan ponpes tersebut.

“Yang jelas saat ini kita masih dalam proses penyidikan dan kita fokus terhadap matinya santri ini,” katanya.

Sebelumnya, Peristiwa mengenaskan di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Qur’an Lantaburo di Kelurahan Ketapang, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang terjadi insiden pengeroyokan sekitar pukul 08.30, Sabtu (27/8/2022). Akibatnya seorang santri ponpes tersebut berinisial RAP (13) tewas yang diduga dikeroyok 12 orang santri lain.

Polisi telah mengamankan 12 orang pelaku pengeroyokan tersebut. Mereka diantaranya berinisial AI (15), BA (13), FA (15), DFA (15), TS (14), S (13), RE (14), DAP (13), MSB (14), BHF (14), MAJ (13) dan RA (13).

**Baca juga: Santri Ponpes Darul Qur’an Lantaburo Tewas, Polisi Beberkan Hasil Outopsi.

Terpisah, pihaknya keluarga korban melalui Kakeknya, Muhktar menuntut pertanggungjawaban kepada pihak pondok pesantren.

“Kami pasti akan menuntut pertanggungjawaban dari pihak pesantren,” tandasnya. (Oke)




4 Tahun Terakhir, Kasus Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Tangsel Turun

Kabar6.com

Kabar6-Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mencatat penurunan pada kasus kematian pada ibu dan bayi baru lahir di wilayahnya dalam beberapa waktu terakhir.

Kepala Dinkes Kota Tangsel, dr. Alin Hendali Mahdaniar menjelaskan, dalam 4 tahun terakhir kasus kematian ibu semakin menurun, dari tahun 2018 terjadi sejumlah 13 kasus.

“Menjadi 11 kasus pada 2019, lalu turun menjadi 10 kasus pada 2020. Pada 2021, kematian ibu sebanyak 9 kasus,” ujarnya, Jumat (8/4/2022).

Alin mengatakan, data yang sama menunjukkan kasus kematian bayi baru lahir atau neonatal juga mengalami penurunan setiap tahunnya sejak 2018. Tercatat pada 2018 ada kematian bayi baru lahir sebanyak 49 kasus, lalu turun menjadi 47 kasus pada 2019.

“Dan berlanjut turun secara signifikan menjadi 17 kasus pada 2020. Tahun 2021 angkanya terus turun menjadi 12 kasus kematian bayi,” terangnya.

Seiring dengan itu, Dinkes Kota Tangsel memastikan terus melakukan perbaikan terkait tata kelola rumah sakit rujukan untuk meminimalisasi hospital tour.

Alin mengatakan, adanya penurunan jumlah kematian ibu dan bayi baru lahir sejalan dengan upaya meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan. Selain itu yang terpenting terkait dengan tata kelola rumah sakit rujukan terpadu agar penanganan lebih cepat dilakukan.

“Lebih ke membuat sistem bagaimana supaya fleksibel dan masyarakat yang membutuhkan cepat mendapatkan pertolongan sesuai kondisi yang dibutuhkan,” paparnya.

“Kita sudah melakukan pemetaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana sehingga menghindari pasien pada hospital tour, misal kasus A oh berarti rujukannya bukan RS D tetapi RS E yang memang fasilitasnya ada jadi enggak pindah-pindah pasiennya,” tambahnya.

Menurutnya, program penyelamatan ibu dan bayi baru lahir di Kota Tangsel diketahui telah dimulai sejak 2016 dengan diterbitkannya Peraturan Walikota Nomor 19 Tahun 2016 mengenai Pedoman Pelayanan Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir.

Lanjutnya, upaya kerjasama dengan berbagai stakeholder dilakukan, diantaranya kerjasama dengan Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) melalui program momentum private healthcare delivery (MPHD) pada 2020.

“Sekarang MPHD lagi memberi pendampingan bagaimana sistem rujukan yang sesuai dengan ketentuan jadi mereka melakukan pemantauan dan pendampingan sampai nanti lima tahun ke depan sehingga nanti yang sudah dijalankan sama mereka bisa kita teruskan dan replikasikan untuk rumah sakit-rumah sakit lainnya karena yang dijadikan pilot project saat ini memang tidak semua RS,” tuturnya.

**Baca juga: Kasus PIP SMPN 17 Tangsel, Jaksa Periksa Dua Bendahara Kemendikbud

Berdasarkan catatannya, Tangsel memiliki tiga rumah sakit pemerintah, 28 rumah sakit swasta, 27 klinik swasta yang melayani persalinan dan 158 praktik mandiri bidan.

“Harapannya dengan adanya peta kemampuan ini, fasilitas kesehatan perujuk dapat merujuk sesuai dengan kebutuhan pasien serta kemampuan dan sarpras yang ada di RS sehingga dapat meminimalisasi hospital tour,” tutupnya.(eka)




Efek Jera untuk Ingatkan Ajal, Pengemudi di Taiwan yang Kedapatan Mabuk Dihukum Bersihkan Kamar Mayat

Kabar6-Sebuah hukuman unik diterapkan bagi para pelanggar aturan lalu lintas di Taiwan, khususnya mereka yang mengemudi dalam kondisi mabuk akibat minuman keras.

Para pelanggar, melansir Odditycentral, diharuskan membersihkan kamar mayat di rumah sakit, untuk memberikan efek jera yaitu memberi pelajaran kepada mereka mengenai ajal. Pengemudi mabuk bisa menyebabkan kecelakaan fatal, bukan hanya bagi pelaku, tapi juga orang lain.

Rupanya, hukuman ini diterapkan setelah adanya insiden kecelakaan yang menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya, akibat sopir mabuk. Wali Kota Kaohsiung, Chen Qimai, mengatakan bahwa pelanggar tetap harus melewati proses pengadilan dan menjalani hukuman membersihkan kamar mayat di rumah sakit setempat sebagai bagian kerja sosial.

Gelombang pertama penerima hukuman berjumlah 11 orang, dipanggil ke Kantor Dinas Pemakaman Kota Kaohsiung untuk menjalani hukuman. Mereka menghabiskan waktu beberapa jam membersihkan kamar mayat, lemari pendingin, hingga krematorium. Menurut salah seorang terhukum, cara ini terbilang efektif memberikan pelajaran kepada para pelanggar.

“Saya membersihkan pintu freezer dan mengetahui mungkin ada mayat di dalamnya. Saya belum pernah sedekat ini dengan kematian dan terasa menggangu. Saya sungguh harus berhati-hati saat mengemudi di kemudian hari. Saya tidak boleh minum lalu mengemudi di jalan,” katanya.

Pelanggar lainnya juga mengungkapkan penyesalan atas perbuatan mereka dan bersumpah tidak akan mengulangi lagi, setelah empat jam membersihkan kamar mayat. ** Baca juga: Sadis! Seorang Ibu di Uzbekistan Sengaja Lempar Anaknya ke Kandang Beruang

Pejabat kota Kaohsiung, Yan Qingzhi, menegaskan pemerintah secara ketat memberlakukan nol toleransi untuk mengemudi dalam kondisi mabuk. Melalui penerapan hukuman ini, pemerintah berharap warga lebih sadar akan bahaya mengemudi dalam keadaan mabuk sekaligus meningkatkan keselamatan di jalan.(ilj/bbs)




Polisi Selidiki Penyebab Kematian Tamu Hotel di Pandeglang Tewas Ditemukan Tanpa Busana

Kabar6.com

Kabar6 – Polisi selidiki penyebab kematian Ahmad Banani (44) warga Kampung Cirende Pojok, Desa Kalanganyar, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak.

Ahmad Banani (44) ditemukan tewas tanpa busana di kamar salah satu hotel yang berada di Kelurahan Pandeglang, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang.

Kasat Reskrim polres Pandeglang AKP Fajar Mauludi membenarkan penemuan mayat tersebut, dan pihaknya belum dapat memberikan keterangan lebih jauh, karena masih menunggu hasil otopsi.

” Penyebabnya masih didalami . Jenazah dibawa ke Rumah Sakit Berkah, untuk dilakukan otopsi,”ujarnya melalui Kasihumas Polres Pandeglang AKP Humaedi melalui keterangan tertulisnya.

Sementara berdasarkan keterangan pihak hotel, korban cek in pada Senin (8/11/2021) sekitar pukul 09.00 WIB dan cek out pada Selasa (9/11/2021) sekitar pukul 13.00 WIB.

Korban saat cek in korban datang menggunakan sepeda motor. “Korban meninggal dunia di kamar kelas ekonomi tulip 1. Kalau untuk penyebab meninggalnya saya tidak tahu,” kata Pemilik Hotel, Ayattullah, Selasa (9/11/2021).

**Baca juga: Pria Tanpa Busana Ditemukan Tewas di Sebuah Hotel di Pandeglang

Korban diketahui meninggal sekitar pukul 14.00 WIB oleh room boy saat akan memeriksa kamar, saat ditemukan korban dalam keadaan telentang dan tidak menggunakan busana.

” Korban diketahui jam dua siang sudah meninggal dalam keadaan tidak menggunakan busana,” jelas Ayat.(aep)




Penyelenggara Pemakaman di Afsel Gugat Seorang Pendeta Karena ‘Bangkitkan Manusia dari Kematian’ di Salah Satu Acara Mereka

Kabar6-Seorang pendeta di Afrika Selatan (Afsel) bernama Alph Lukau terlihat meneriakkan kata “Bangkitlah” kepada sesosok tubuh yang berbaring dalam peti mati. Dan secara perlahan, tubuh itu bangkit serta duduk dengan kaku, sementara jemaat di sekelilingnya ramai bersorak.

Kejadian tak biasa itu direkam kamera, dan tayangan videonya menjadi viral di Asfrl. Namun tidak semua orang terkesan dengan ‘mukjizat’ pendeta Lukau, yang mengaku sebagai nabi tersebut.

Sekelompok penyelenggara pemakaman, melansir Dailymail, menuntut sang pendeta dengan dalih telah dibohongi sehingga menjadi ikut serta dalam acara tersebut. Tak hanya itu, ‘kebangkitan kembali yang dilakukan pendeta Lukau memancing reaksi negatif berupa ejekan dari para netizen, serta dikecam pemerintah. Komisi Budaya, Agama, dan Hak Linguistik Afrika Selatan menyatakan, “Keajaiban tidak pernah ada. Itu dibuat-buat untuk mendapatkan uang dari orang-orang yang sudah tidak memiliki harapan.”

Rupanya, ada tiga perusahaan pemakaman yang mengatakan bahwa mereka dimanfaatkan oleh aksi tersebut. Ketiganya menuntut pendeta Lukau atas dasar pencemaran nama baik. Ketiga perusahaan yang dimaksud, yaitu Kingdom Blue, Kings & Queens Funeral Services, serta Black Phoenix menegaskan kepada media setempat bahwa wakil gereja mengelabui mereka lewat berbagai cara.

‘Orang-orang yang diduga anggota keluarga jenazah’ menuturkan kepada Kings & Queens Funeral Services bahwa mereka ‘bersengketa dengan penyedia layanan pemakaman yang berbeda’.

Pelanggan diduga juga menaruh ‘stiker Black Phoenix pada kendaraan pribadi mereka’ agar dipercaya Kings & Queens Funeral Services ketika mereka menyewa kendaraan. Peti jenazah penyelenggara pemakaman didapat dari Kingdom Blue.

Di sisi lain, tidak sedikit warga Afsel yang melihat kelucuan kejadian ini, dan mulai menaruh posting media sosial dengan tagar #ResurrectionChallenge. Gereja tempat pendeta Lukau berkhotbah, Alleluia Ministries International, tidak menjawab permintaan agar memberikan komentar.

Namun situs berita The Sowetan melaporkan, sejak kejadian itu, gereja mencabut pernyataan soal kebangkitan kembali dengan mengatakan bahwa pria ‘yang meninggal’ kenyataannya ‘sudah hidup’ ketika dibawa ke tempat upacara di Kramerville.

Dalam sebuah pernyataan Alleluia International Ministries menyebutkan, pendeta Lukau hanya ‘melengkapi keajaiban yang sudah dilakukan Tuhan’. ** Baca juga: Remaja di Skotlandia Shock dan Alami Trauma Setelah Seekor Burung Camar Menyambar Makanan dalam Mulutnya

Sementara wartawan BBC, Milton Nkosia, melaporkan seorang pria menelepon radio setempat menyatakan, dirinya menyewa pria di dalam peti jenazah yang terlihat bangkit dari kematian.

Pria tersebut meminta cuti satu hari untuk menghadiri pemakaman saat kebangkitan kembali dilakukan, tetapi dia tidak menyebutkan bahwa dirinya akan menghadiri pemakamannya sendiri.(ilj/bbs)




Antisipasi Petak Makam Kematian Covid-19 di Tangsel Melonjak

Kabar6.com

Kabar6-Ketersediaan lahan petak makam di TPU Jombang, Ciputat, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) diperkirakan hanya untuk sekitar sebulan. Lahan zona kedua di Gang Damai, Jalan Sumatera yang dibuka sejak Jum’at kemarin per hari layani antara 30-40 jenazah Covid-19.

“Antisipasi dalam waktu dekat darurat ini itu di TPU Babakan,” ungkap Nazmudin, Kepala Seksi Pemakaman, Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota Tangsel kepada kabar6.com, Rabu (28/7/2021).

Menurutnya, TPU Babakan itu bagian bawahnya ada lahan dari pengembang yang sudah diizinkan untuk digunakan. Kapasitas di TPU Babakan antara 1000 sampai 1500 petak makam.

“Sambil menunggu akses ke TPU Sari Mulya selesai dibangun,” jelas Nazmudin. Ia jelaskan, area lahan TPU Jombang tahap satu juga baru diserahkan oleh pengembang sekitar 1.000 meter persegi.

**Baca juga: Mayat Bayi Bertali Pusar Dibuang di Got Pacuan Kuda Pamulang

Di lokasi itu, lanjut Nazmudin, area rawa-rawa mampu menampung sekitar 200 – 300 petak makam. Pihaknya dalam waktu dekat akan mulai melakukan pengurukan.

“Untuk TPU Sari Mulya masih menunggu akses masuk sedang dibangun. Ya mudah-mudahan sampai Januari sudah bisa digunakan,” tambahnya.(yud)