1

Ilmuwan di AS Ajari Tikus Menyetir Mobil Mainan

Kabar6-Sekelompok ilmuwan di Universitas Richmond, Virginia, Amerika Serikat, berhasil mengajari kawanan tikus mengemudikan sebuah kendaraan mungil. Eksperimen ini melibatkan enam tikus betina serta 11 tikus jantan yang ditempatkan di semacam arena kecil.

Di dalamnya juga terdapat sesuatu yang para ilmuwan sebut ‘kendaraan khusus tikus’ (rat operated vehicle-ROV). Para akademisi Universitas Richmond, melansir sciencealert, lalu melatih kawanan tikus tadi agar mengarahkan tuas tembaga di dalam kabin untuk mendorong kendaraan maju. Hadiah yang menanti di arena adalah makanan sereal.

Seiring makin mahirnya para tikus, arena diperluas secara perlahan hingga akhirnya menjadi 3,9 meter persegi. Tuas tembaga yang digunakan di ROV sendiri bekerja dengan mengirimkan arus listrik yang menjadi tenaga. Jika tikus mengarahkan tuas ke kanan, maka kendaraan akan mengarah ke sana. Demikian pula sebaliknya.

“Mereka telah belajar menavigasikan mobil secara unik dan memahami pola mengemudi yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya hingga akhirnya sampai ke hadiah (makanan). Saya percaya tikus lebih pintar dari anggapan masyarakat selama ini dan kebanyakan binatang pun lebih cerdas dari perkiraan kita, dengan cara yang unik,” urai Kelly Lamberts, profesor di bidang behavioral neuroscience Universitas Richmond.

Hal lain yang tak kalah menarik, eksperimen menunjukkan bahwa tikus-tikus itu menjadi lebih rileks setelah belajar mengemudi. Ini disimpulkan dengan mengukur hormon corticosterone yang menandakan stres serta dehydroepiandrosterone yang meredam stres selama aktivitas. ** Baca juga: Lucu, Kuda Ini Pura-pura Mati Tiap Ada yang Ingin Menungganginya

Meskipun manfaat eksperimen terhadap dunia transportasi massal memang tidak ada, hal yang menarik adalah ternyata tikus bisa mengemudikan mobil apabila mereka diajari dengan cara yang tepat.(ilj/bbs)




Ilmuwan Tiongkok Sukses Tumbuhkan Tanaman Kapas di Bulan

Kabar6-Ilmuwan Tiongkok berhasil menumbuhkan tanaman kapas untuk pertama kalinya di bulan. Tanaman tersebut dibawa oleh kendaraan robotika Chang’e 4 yang mendarat di sisi jauh bulan pada 3 Januari lalu.

Beberapa organisme termasuk tanaman kapas yang dibawa Chang’e 4, melansir SCMP, memang berada dalam kondisi yang mirip dengan di Bumi. Meskipun demikian, tetap harus menyesuaikan dengan radiasi antariksa serta gravitasi mikro.

Pimpinan proyek eksperimen bernama Xi Gengxin, mengatakan bahwa tantangan yang mereka hadapi adalah lingkungan yang terbatas sehingga sampel biologi harus dipilih dengan hati-hati.

“Berat Chang’e 4 mensyaratkan bahwa berat dalam eksperimen ini tidak bisa lebih dari tiga kilogram,” jelas Xi.

Tim Xi memilih lima sampel organisme biologis untuk dibawa ke bulan, yaitu bibit kapas, bibt kentang, bibit arabidopsis, ragi, serta telur lalat tanaman. Hasilnya, semuanya mati dengan cepat, hanya tanaman kapas yang akhirnya dapat tumbuh.

Pada akhirnya, tanaman kapas itu mati setelah berusia dua minggu. Saat malam hari di bulan, suhu sangat rendah sehingga tanpa pemanas eksternal, organisma takkan lama bertahan.

Tim Xi sebenarnya ingin mengirimkan hewan untuk eksperimen ini, termasuk kura-kura kecil. Namun dengan pertimbangan sangat terbatasnya oksigen dalam Chang’e 4, rencana itu dibatalkan. ** Baca juga: Maksud Hati Ingin Minum, Kepala Seekor Ular Kobra Malah Terjebak dalam Minuman Kaleng

Sementara itu Tiongkok akan melangsungkan misi Chang’e 6 ke bulan pada awal tahun depan. Kemungkinan saat itu, hewan yang bakal dikirim ke sana.(ilj/bbs)




Quahog, Hewan Tertua di Dunia yang Mati Tak Sengaja di Tangan Ilmuwan

Kabar6-Quahog laut (Arctica islandica) atau sejenis kerang laut yang disebut sebagai hewan tertua di dunia, terbunuh di tangan ilmuwan Bangor University, Inggris, yang tengah melakukan riset pada 2006 silam.

Berawal ketika mereka menemukan quahog terdampar di pantai wilayah Eslandia. Ilmuwan, melansir Kompas, lantas mengambil sekaligus membuka cangkangnya untuk mulai menganalisis. Otomatis, hal itu membuat quahog mati. Semula, penemuan quahog dianggap bukan sesuatu yang istimewa. Namun setelah melakukan analisis, barulah ilmuwan terkejut mengetahui usia quahog tadi.

Berdasarkan analisis awal, ilmuwan memperkirakan quahog sudah berumur 400 tahun. Quahog itu masuk Guiness Book of Record sebagai hewan tertua di dunia dan dinamai Ming, sesuai dinasti di Tiongkok yang tengah berkuasa saat hewan tersebut lahir.

Setelah analisis ulang yang dilakukan baru-baru ini, ilmuwan mengetahui bahwa hewan itu sudah berusia 507 tahun saat ditangkap, sekira 100 tahun lebih tua dari yang diperkirakan.

Salah seorang ilmuwan yang terlibat proses analisis baru-baru ini bernama Paul Butler, mengatakan bahwa saat riset ada 200 individu yang ditangkap.

Tiap tahun, banyak juga quahog yang ditangkap. “Jadi, sangat mungkin nelayan menangkap quahog yang sama tua atau lebih tua dari yang kita tangkap,” katanya

Ilmuwan sendiri menangkap quahog tertua itu untuk meneliti dampak perubahan lingkungan seperti salinitas, ketersediaan makanan, suhu air laut, dan perubahan iklim pada kehidupan biota-biota laut. ** Baca juga: Cara Unik Polisi Tiongkok untuk Atur Lalu Lintas dengan Gunakan Drone

Mereka menentukan umur quahog berdasarkan pola lingkaran pada cangkang yang sering disebut lingkaran pertumbuhan, sama seperti yang terdapat pada pohon. Pola lingkaran terbentuk karena perbedaan pertumbuhan cangkang saat musim panas dan dingin.

Saat musim panas, makanan banyak tersedia sehingga cangkang tumbuh cepat, sementara hal sebaliknya terjadi pada musim dingin. (ilj/bbs)




Ilmuwan Makanan Ciptakan Mentega yang 80 Persen Terbuat dari Air

Kabar6-Ilmuwan makanan di Cornell University telah menciptakan versi mentega lebih sehat yang hanya memiliki 2,8 gram lemak dan 25,2 kalori dalam satu sendok makan. Sementara mentega konvensional yang sama, memiliki 11 gram lemak dan sekira 100 kalori.

Mentega ini dibuat setelah para ilmuwan menemukan cara untuk mengemulsi, yaitu mencampur dua atau lebih cairan yang biasanya tidak bisa menjadi homogen, air dengan sedikit tetesan lemak susu dan minyak sayur.

Hasilnya, melansir Gizmodo, adalah mentega yang sebagian besar isinya terbuat dari air, bukan kandungan lemak 84 persen mentega dan 16 persen air. Dengan proses ini, mentega ini hanya akan mengandung sekira seperempat kalori yang dihasilkan mentega tanpa perlu zat penstabil buatan.

“Bayangkan 80 persen air dalam minyak 20 persen dan kami menciptakan sesuatu dengan konsistensi mentega, dengan rasa mentega biasa dan kelembuatan mentega,” kata Alireza Abbaspourrad, penulis senior studi dan profesor ilmu makanan.

Sayangnya, produk ini belum jelas kapan bisa tersedia di pasaran. Selain itu, belum banyak informasi yang beredar tentang sejauh mana para ilmuwan telah menyempurnakan produk. ** Baca juga: Objek Segitiga Diduga UFO Tertangkap Kamera Saat Disambar Petir Raksasa di AS

“Kami dapat menambahkan protein susu atau protein nabati, dan karena air bertindak seperti pembawa, kami dapat menyesuaikan nutrisi dan menambahkannya dengan vitamin atau menambahkan rasa,” jelas Alireza. “Pada dasarnya, kita dapat membuat sesuatu yang membuatnya terasa seperti mentega biasa tapi dengan lebih sedikit lemak.”

Jika mentega ini sudah dilempar ke pasaran, Anda tidak perlu lagi khawatir dengan kenaikan berat badan.(ilj/bbs)




Ilmuwan Temukan Fosil Hutan Tertua di Dunia Berusia Ratusan Tahun

Kabar6-Ilmuwan bernama Profesor Deming Wang dari Peking University dan rekannya Min Qin dari Linyi University, berhasil menemukan fosil hutan tertua di dunia lewat sebuah penelitian.

Fosil hutan itu, melansir nationalgeographic, berusia sekira 400 tahun dan ditemukan di Xinhang, Tiongkok. Hutan tertua di dunia tersebut hampir serupa dengan hutan bakau, memiliki ukuran 250 ribu meter persegi, dan berasal dari periode Devon.

Tanaman yang telah menjadi fosil tersebut sebagian besar merupakan tanaman lycopsid (Guangdedendron micrim) yang diyakini dapat tumbuh hingga setinggi 7,7 meter. ** Baca juga: Agar Tamu Tidak Kesepian, Hotel Ini Sewakan Ikan Mas Koki

“Kepadatan yang besar serta ukuran pohon yang kecil bisa membuat hutan Xinhang sangat mirip dengan ladang tebu. Mungkin juga hutan lycopsid Xinhang sangat mirip dengan hutan bakau di sepanjang pantai karena mereka muncul di lingkungan yang sama dan memainkan peran ekologis yang sebanding,” jelas Deming Wang.

Penemuan ini sangat penting karena membantu dalam mengetahui seperti apa kehidupan 200 juta tahun sebelum dinosaurus atau mamalia muncul di Bumi.(ilj/bbs)




Ilmuwan dari Caltech Klaim Ciptakan Alat Bernapas Agar Bisa Tinggal di Mars

Kabar6-Salah satu cara yang digagas oleh para ilmuwan sebagai solusi untuk mengatasi kepadatan manusia, sekaligus mendapatkan wilayah baru, adalah tinggal di planet luar Bumi.

Hal ini bahkan sudah dilakukan dengan mendirikan semacam wilayah di luar angkasa bernama Asgard. Dan untuk saat ini, baru mengumpulkan orang-orang yang bersedia tinggal di wilayah tersebut.

Para ilmuwan sendiri menjelajahi setiap sudut galaksi mencari planet yang bisa ditinggali. Beberapa planet masuk dalam kandidat planet tempat tinggal manusia selanjutnya, dengan berbagai ukuran dan jarak. Termasuk planet merah yang terkenal yaitu Mars.

Penelitian tentang Mars seringkali dilakukan, termasuk tentang geografis hingga kondisi udaranya, apakah akan cocok dengan manusia. Hal ini tentu saja berkaitan dengan bagaimana manusia akan bernapas, karena makhluk hidup sangat bergantung dengan oksigen.

Ilmuwan dari Universitas Caltech, California, AS, melansir IFLScience mengklaim telah berhasil menciptakan alat untuk memodifikasi oksigen yang nantinya akan bisa digunakan untuk hidup di luar angkasa, dan telah dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications. Alat ini mampu mengekstrak oksigen dari karbondioksida. Dan alat tersebut juga bisa digunakan untuk mengurangi efek rumah kaca yang terjadi di Bumi saat ini.

Pimpinan proyek yang bernama Konstantinos P. Giapis menyebutkan bahwa mereka sempat pesimis dengan proyek tersebut. “Pada saat itu kami berpikir mustahil untuk menggabungkan dua atom oksigen dari molekul CO2 bersama-sama karena CO2 adalah molekul linier. Kita harus menekuk molekul itu agar bisa berfungsi,” kata Profesor Konstantinos.

Meskipun demikian, alat ini masih separuh dari keberhasilan karena memiliki kelemahan. Kelemahan alat ini adalah setiap 100 molekul karbondioksida hanya bisa menghasilkan dua molekul oksigen. Artinya, alat ini hanya bisa menghasilkan oksigen sangat terbatas. ** Baca juga: Kamera Pengawas di Hutan Cagar Alam Tiongkok ‘Tangkap’ Panda Raksasa Albino Pertama di Dunia

Mendatang, alat ini akan lebih dikembangkan sehingga bukan tidak mungkin menjadi lebih sempurna, dan bisa digunakan manusia untuk bisa tinggal di Mars.(ilj/bbs)




Bagaimana Cara Ilmuwan Beri Nama Fosil Hewan Purbakala yang Ditemukan?

Kabar6-Pernahkan terpikir oleh Anda, bagaimana cara para ilmuwan memberi nama fosil hewan temuan mereka seperti Tyrannosaurus Rex, Compsognatus, Triceratops, dan lain sebagainy?

Para ilmuwan sepakat bahwa orang pertama yang menemukan fosil tersebut bisa memberinya nama sesuka hati mereka. Sebagai contoh, fosil dinosaurus yang ditemukan di Tiongkok diberi nama Lingwulong Shengi dan Caihong Juji, sesuai nama penemunya. Namun bukan berarti namanya bebas karena ternyata ada kaidah-kaidah sendiri dalam memberi nama dinosaurus.

Nama tersebut, melansir menarikdanmenggelitik, harus sesuai dengan Kode Internasional Nomenklatur Zoologi yang mengatur tentang nama ilmiah untuk semua organisme. Lantas, dari mana asal sebutan dinosaurus? Pada 1841, Sir Richard Owen yang merupakan ahli biologi asal Inggris memberi nama Dinosaurus yang diambil dari bahasa Yunani Deinos yang berarti menakutkan, dan Sauors yang berarti kadal. Secara keseluruhan, Dinosaurus artinya adalah kadal yang menakutkan.

Selain itu, setiap harinya selalu ditemukan spesies dinosaurus baru. Saat ini sudah sekira 1.200 spesies dinosaurus yang ditemukan, dan sekira 50 spesies baru diberi nama setiap tahunnya.(ilj/bbs)




Sekelompok Ilmuwan Kembangkan Teknik Analisa DNA Permen Karet Berusia 10 Ribu Tahun

Kabar6-Sekelompok ilmuwan dari Stockholm University melakukan penelitian pada permen karet berusia 10 ribu tahun, dengan mengembangkan teknik analisa DNA yang terkandung di dalamnya.

Melalui analisa DNA pada permen karet tersebut, melansir iflscience, terungkap identitas sekelompok pemburu di Skandinavia yang hidup pada zaman Neolitikum. Penelitian ini sendiri menggunakan sejumlah permen karet kuno yang ditemukan di Huseby Klev, sebuah tempat yang merupakan situs berburu dan memancing populer pada zaman batu. Lokasi tersebut berada di pantai barat Swedia dan baru ditemukan pada 1990-an.

Namun sebagian besar kerangka kuno di lokasi tersebut telah menghilang sejak awal penemuan, sehingga para peneliti sulit untuk melakukan analisa DNA mengenai manusia purba yang pernah hidup di daerah tersebut. Hingga akhirnya, para peneliti menemukan permen karet yang berusia sekira 10 ribu tahun tadi.

Permen karet tersebut diprediksi berusia 9.540 hingga 9.880 tahun. Karena mengandung banyak air liur, para peneliti lalu melakukan penelitian menggunakan ekstrasi DNA. Permen karet tersebut digunakan oleh para pemburu zaman dahulu sebagai perekat perkakas dan alat-alat.

Hasilnya, terdapat dua orang sampel air liur wanita dan satu pria. Selain itu, para ilmuwan juga menemukan tanda gigi susu pada salah satu sampel permen karet tersebut. ** Baca juga: Nekat Bawa Microwave untuk Tempat Buku Gara-gara Larangan Membawa Tas ke Sekolah

Penemuan ini memberikan penjelasan bagaimana gender begitu penting dalam budaya Skandinavia. Selain itu, pekerjaan produksi alat yang dilakukan manusia zaman dulu tidak hanya dilakukan oleh kaum lelaki, melainkan juga kaum hawa.(ilj/bbs)




Penelitian Ilmuwan Jepang, Puasa Bantu Tingkatkan Metabolisme Tubuh

Kabar6-Ilmuwan dari Okinawa Institute of Science and Technology Graduate University (OIST) dan Kyoto University mengidentifikasi 30 zat yang jumlahnya meningkat selama puasa dan menunjukkan manfaat kesehatan.

Penelitian baru tersebut menunjukkan, puasa dapat meningkatkan aktivitas metabolisme manusia, menghasilkan antioksidan, dan membantu membalikkan beberapa efek penuaan.

“Kami telah meneliti penuaan, metabolisme selama bertahun-tahun dan memutuskan untuk mencari efek kesehatan yang tidak diketahui pada puasa manusia,” jelas Takayuki Teruya, peneliti di Unit Sel G0 OIST sekaligus penulis penelitian.

Teruya, melansir tempo.co, memaparkan bahwa puasa ternyata menyebabkan aktivasi metabolisme agak aktif. Penelitian yang dipublikasikan pada 29 Januari 2019 dalam Scientific Reports ini menyajikan analisis seluruh sel darah manusia, plasma, dan darah merah yang diambil dari empat individu yang berpuasa. Para peneliti memantau perubahan tingkat metabolit atau zat yang terbentuk selama proses kimia yang memberi energi pada organisme dan memungkinkannya tumbuh. Hasilnya, 44 metabolit termasuk 30 yang sebelumnya tidak dikenali, meningkat secara universal di subjek antara 1,5 hingga 60 kali lipat.

“Ini adalah metabolit yang sangat penting untuk pemeliharaan otot dan aktivitas antioksidan, masing-masing,” kata Teruya. “Hasil ini menunjukkan kemungkinan efek peremajaan dengan puasa, yang tidak diketahui sampai sekarang.”

Unit Sel G0, dalam penelitian sebelumnya, mengidentifikasi berbagai metabolit yang jumlahnya menurun dengan bertambahnya usia, termasuk tiga yang dikenal sebagai leusin, isoleusin, dan asam oftalmik. Pada individu yang berpuasa, metabolit ini meningkat levelnya, menunjukkan mekanisme di mana puasa dapat membantu meningkatkan umur panjang.

Metabolit memberikan petunjuk untuk mekanisme dan efek kesehatan. Tubuh manusia cenderung memanfaatkan karbohidrat untuk energi cepat ketika tersedia. Ketika kelaparan karbohidrat, tubuh mulai menjarah cadangan energi alternatifnya.

Nah, puasa tampaknya menimbulkan efek yang jauh melampaui substitusi energi. Dalam analisis komprehensif mereka tentang darah manusia, para peneliti mencatat baik penanda puasa dan banyak lagi. ** Baca juga: Bagaimana Agar Tetap Produktif Selama Puasa?

Misalnya, menemukan peningkatan global dalam zat yang dihasilkan oleh siklus asam sitrat, suatu proses di mana organisme melepaskan energi tersimpan dalam ikatan kimia karbohidrat, protein dan lipid.(ilj/bbs)




Dalam Mumi Bayi Kuda Berusia 42 Ribu Tahun Ada Darah Cair

Kabar6-Para ilmuwan dari Siberia mengatakan bahwa mereka berhasil mengekstrak darah cair dari mumi bayi kuda yang telah berusia 42 ribu tahun. Agustus tahun lalu, jasad anak kuda jantan ditemukan di kawah Batagaika, Yakutia, Rusia Utara, dalam kondisi hampir sempurna.

Jasad tersebut, melansir nationalgeographic, diduga sebagai spesies kuda Lenskaya yang sudah lama punah dan pernah berkeliaran di Yakutia pada Zaman Paleolitik. Kemungkinan hewan tadi mati saat berusia satu atau dua minggu dan bertahan dengan kondisi terawetkan karena wilayah Yakutia sangat dingin. Hal yang lebih menakjubkan, tahun ini para peneliti dari Mammoth Museum berhasil mengungkap ‘bagian dalam’ anak kuda yang masih dalam kondisi baik.

Mereka menemukan sampel darah cair di pembuluh jantungnya, yang kemudian mendapat julukan ‘darah tertua di dunia’.

“Hasil autopsi menunjukkan organ internal yang terawetkan dengan indah. Sampel darah cairnya diambil dari jantung. Jaringan otot mempertahankan warna kemerahan alami mereka,” jelas Dr Semyon Grigoryev, kepala Mammoth Museum. ** Baca juga: Nyawa Nyaris Melayang Gara-gara Tahan Bersin

Ditambahkan, “Kami menyatakan bahwa ini merupakan hewan dari Zaman Es yang terawetkan paling baik yang pernah ditemukan di dunia.”. Saat ini, para peneliti berharap dapat mengumpulkan sel-sel dari anak kuda yang layak untuk mengkloning spesies.(ilj/bbs)