1

Berlebihan Konsumsi Kue Lebaran Dapat Turunkan Kekebalan Tubuh

Kabar6-Selain ketupat dan opor ayam, Lebaran selalu identik dengan kue-kue kering berbagai rasa. Ya, aneka kue yang tersaji sebagai hidangan lebaran memang sangat menggoda, sehingga seringkali Anda tidak sadar makan secara berlebihan.

Namun di balik kelezatannya, umumnya kue lebaran memiliki karakter yang manis ini tinggi kalori, minim serat dan kandungan zat gizi mikro. Lantas, bagaimana hubungan antara kue-kue kering tadi dengan masa pandemi yang sekarang kita hadapi?

Makanan tinggi kandungan gula dan kalori, melansir Sindonews, meningkatkan risiko terjadinya stres oksidatif dalam tubuh. Stres oksidatif adalah kondisi di mana jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya. Kue lebaran yang umum sekali dikonsumsi masyarakat salah satunya adalah kue nastar. Satu buah kue nastar, sekira lima gram, mengandung sekira 26 kalori, di mana 65 persennya adalah karbohidrat.

Apabila mengonsumsi nastar 10 buah, maka kalori yang diperoleh sebesar 260 kalori, melebihi kalori yang didapat dari satu centong penuh nasi seberat 100 gram (180 kalori).

Kue-kue lebaran merupakan makanan sumber karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi dan meningkatkan stres oksidatif. Diketahui, risiko terinfeksi SARS-Cov-2 meningkat pada orang yang mengalami stres oksidatif dalam tubuh. Stres oksidatif meningkatkan risiko terjadinya inflamasi dalam tubuh.

Kue-kue lebaran yang banyak dikonsumsi masyarakat adalah makanan sumber kalori dan hampir tidak mengandung serat sama sekali. Padahal, pola makan yang tinggi kalori tanpa diiringi dengan asupan serat, cepat meningkatkan berat badan. Ditambah masa karantina mandiri di rumah sebagai salah satu upaya physical distancing umumnya menyebabkan kurangnya aktivitas fisik, apalagi tanpa diiringi olahraga rutin di rumah.

Temuan terbaru di beberapa Rumah Sakit di USA menunjukkan, tidak hanya lansia yang dominan menjadi pasien COVID-19 di ruang ICU, banyak pasien COVID-19 dengan usia lebih muda di ruang ICU.

Penelitian terhadap 265 pasien COVID-19 yang telah dipublikasikan di jurnal internasional Lancet menunjukkan, rata-rata pasien yang lebih muda memiliki masalah kegemukan dan obesitas. Kegemukan dan obesitas sendiri menyebabkan prognosis yang buruk bagi pasien COVID-19.

Jadi, penting untuk memantau berat badan secara periodik dalam menyikapi potensi meningkatknya konsumsi kue-kue manis secara berlebihan di Hari Idul Fitri dan kurangnya aktivitas fisik di masa karantina mandiri.

Penelitian terkait respon imunitas terhadap makanan tinggi gula menunjukkan, semua bentuk karbohidrat (pati atau gula) dapat mengurangi keefektifan sel darah putih dalam menghancurkan bakteri dan virus.

Ketika imunitas tubuh rendah, maka tubuh mudah terinfeksi SARS-Cov-2 (virus dari Covid-19) yang menyerang sel limfosit T. Limfosit adalah salah satu jenis sel darah putih/leukosit yang ada dalam peredaran darah.

Sel darah putih berfungsi membantu melindungi tubuh terhadap penyakit dan melawan infeksi bakteri dan virus. Hasil penelitian, setelah puasa semalam kemudian konsumsi 100 gram karbohidrat (gula atau pati), menunjukkan semua bentuk karbohidrat (pati atau gula) mengurangi keefektifan sel darah putih dalam menghancurkan bakteri dan virus.

Leukocytic index (LI), yaitu ukuran seberapa banyak mikroorganisme yang dapat dimakan oleh satu sel leukosit dalam 1 jam, menurun hingga 50 persen dari kondisi awal puasa selama semalam. Dibutuhkan waktu lebih dari lima jam untuk LI kembali menjadi normal.

Sel leukosit/darah putih akan terus tertekan dan tidak dapat melakukan kerjanya menghancurkan virus dengan optimal bila terus menerus atau secara berlebihan mengkonsumsi makanan tinggi pati atau gula, seperti konsumsi kue lebaran, yang banyak orang mengganggapnya sebagai makanan ringan yang dapat dimakan kapan saja tanpa menghitung jumlah porsi dan dapat dikonsumsi terus menerus.

Pada dasarnya, asupan karbohidrat penting dan bermanfaat untuk kebutuhan energi kita bila dikonsumsi sebagai bagian dari pola gizi seimbang. Karbohidrat bisa menjadi ‘racun’ jika dikonsumsi tidak sesuai dengan pola gizi seimbang.

Karbohidrat dapat berupa jenis gula sederhana/monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Gula sederhana seperti sukrosa (gula pasir) yang banyak digunakan untuk membuat kue-kue lebaran memiliki indeks glikemik yang tinggi.

Jenis polisakarida atau karbohidrat kompleks yang dapat menurunkan stres oksidatif adalah serat yang dapat diperoleh dari serealia/biji-bijian utuh, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran. ** Baca juga: Kurangi Penggunaan Sendok Plastik untuk Kesehatan

Karena itu, Anda disarankan bijak mengonsumsi kue Lebaran saat pandemi COVID-19. Hitung dan batasi berapa buah kue yang dikonsumsi, sajikan kacang-kacangan (tidak digoreng) dan buah-buahan sebagai makanan ringan di hari raya untuk mempertahankan dan meningkatkan imunitas tubuh Anda di tengah pandemik.(ilj/bbs)




Tidak Bisa ke Dokter Selama Karantina, Ini 5 Trik Menjaga Kebersihan Gigi

Kabar6-Selama masa karantina, merawat kesehatan mulut dan kebersihan gigi menjadi hal penting. Terlebih Anda tidak bisa pergi ke dokter gigi. Lantas, bagaimana solusinya?

Menurut seorang dokter gigi bernama Andi Jean Miro yang berbasis di Kota New York, menjaga kesehatan gigi selama masa karantina akibat pandemi COVID-19 ini bisa dilakukan dengan mudah. Melansir Womantalk, ini lima trik untuk menjaga kebersihan gigi:

1. Rutin lakukan hal yang mendasar
Godaan untuk langsung tidur dan makan setiap saat membuat Anda jadi lupa untuk gosok gigi di pagi atau malam hari. Meskipun di rumah saja, jangan sampai Anda lupa untuk melakukan kegiatan dasar membersihkan gigi, yaitu gosok gigi dua kali sehari, pakai obat kumur, dan flossing minimal sehari sekali.

“Hindari berkumur dengan obat kumur yang mengandung alkohol. Alkohol justru bisa mengurangi aliran saliva dan bisa menyebabkan bau mulut. Saat gosok gigi juga lakukan dengan perlahan agar gusi Anda tidak terluka,” kata Miro.

2. Minum lebih banyak air
“Peningkatan konsumsi air sangat bagus untuk kulit Anda dan juga pembersihan mulut,” terang Miro. “Ditambah, itu akan menyeimbangkan pH mulut Anda dan bekerja untuk membersihkan makanan dan kotoran dari duduk di antara gigi Anda. Minum minimal delapan gelas sehari, terlebih apalagi jika Anda banyak ngemil di rumah.”

3. Gunakan penutup sikat gigi
Sebenarnya sangat disarankan untuk menutup sikat gigi Anda supaya tidak terekspos udara. “Penutup sikat gigi adalah cara yang bagus untuk melindungi bakteri di udara agar tidak menempel pada sikat gigi Anda,” ungkap Miro.

4. Ganti sikat gigi
Berapa bulan sekali Anda ganti sikat gigi? Menurut pakar kesehatan, sangat disarankan untuk mengganti sikat gigi minimal tiga bulan sekali.

5. Kunyah makanan dengan perlahan
Kebiasaan langsung menelan makanan tanpa dikunyah dengan sempurna terlebih dahulu justru bisa membuat gigi sakit hingga patah. ** Baca juga: Manfaat Baik Berbicara pada Diri Sendiri

Jadi, kunyahlah makanan Anda dengan perlahan sehingga makanan yang keras bisa jadi lebih halus dan tidak membutuhkan tenaga lebih untuk dihancurkan oleh gigi.

Rutin melakukan kelima cara tadi akan menjaga kesehatan gigi di tengah kondisi karantina.(ilj/bbs)




Bisa Timbulkan Masalah Kesehatan, Jangan Letakkan Handphone pada 3 Tempat Ini

Kabar6-Saat ini handphone sudah jadi salah satu kebutuhan pokok bagi tiap orang, terutama yang memiliki mobilitas tinggi, sehingga menjadi barang wajib yang selalu dibawa ke mana pun dan kapan pun.

Padahal, penggunaan handphone yang berlebihan bisa membahayakan kesehatan, lho. Menurut Direktur Environmental Studies and Toxicology di US National Academy of Science bernama Devra Lee Davis, Ph D, MPH, melansir Aura, radiasi ponsel bisa menjadi penyebab berbagai masalah kesehatan.

Karena itulah, ada baiknya untuk meletakkan handphone di tempat yang benar. Ada tiga tempat yang sebaiknya dihindari untuk meletakkan handphone. Di mana sajakah itu?

1. Bawah bantal
Ada banyak orang yang memiliki kebiasaan meletakkan ponsel di bawah bantal. Biasanya hal itu mereka lakukan agar mereka bisa mendengar alarm di pagi hari.

Ternyata, kebiasaan ini dapat memicu panas dan meningkatkan risiko kebakaran. Selain itu, lampu LED pada ponsel dapat mengganggu kualitas tidur Anda.

2. Kamar mandi
Saat buang air besar (BAB), biasanya sebagian orang sering membawa handphone untuk bermain game atau membalas whatsapp. Nah, mulai sekarang sebaiknya hentikan kebiasaan tersebut.

Pasalnya, hal itu akan meningkatkan bakteri pada permukaan ponsel. Bakteri itu akan hinggap di wajah atau tangan ketika Anda sedang menggunakan handphone. ** Baca juga: Atasi Insomnia Saat di Rumah Saja

3. Saku celana
Anda juga sebaiknya tidak menyimpan ponsel dalam saku celana. Lilly Friedman, MD, seorang ahli chiropractor dan terapis, mengungkapkan bahwa radiasi ponsel yang disimpan di celana bisa meningkat hingga berkali lipat, apalagi disimpan dalam kondisi aktif. Jika dilakukan terus menerus, kebiasaan ini akan memicu pertumbuhan tumor serta menurunkan kesuburan pria.

Hindari hal-hal yang berpotensi mengganggu kesehatan Anda.(ilj/bbs)




Cara Bijak Sekaligus Sehat Konsumsi Makanan Beku dan Kalengan

Kabar6-Selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), Anda tentu akan mengurangi frekuensi berbelanja kebutuhan pokok. Salah satu cara yang dilakukan agar tidak sering belanja keluar rumah adalah dengan menyetok bahan makanan beku atau makanan dalam kaleng.

Selain praktis, kedua jenis makanan ini mudah diolah sewaktu-waktu. Meskipun demikian, produk-produk ini tinggi kandungan garam, tepung, pengawet, dan bahan-bahan lainnya yang tidak sehat apabila dikonsumsi berlebihan.

Bagaimana solusinya? Melansir Womantalk, ada tiga cara lebih bijak dan lebih sehat mengonsumsi makanan beku dan kalengan selama pandemi COVID-19:

1. Lihat kandungan gula dan garam
Lihat fakta nutrisi dan saran penyajian pada kaleng, lalu perhatikan kandungan gula, garam dan lemak produk tersebut. Pastikan Anda juga melihat rincian ‘per sajian (per serving)’ dari produk tersebut karena dapat menentukan jumlah gula, garam, dan lemak, yang akan dikonsumsi.

Untuk garam, sebaiknya tidak lebih dari satu sendok teh atau lima gram per hari. Sementara untuk gula maksimal empat sendok makan atau 50 gram, sedangkan minyak atau lemak sebaiknya tidak melebihi lima sendok makan atau 67 gram setiap hari.

2. Segera memasak begitu sudah dibuka
Meski sudah dikemas dalam kaleng kedap oksigen, masih ada bakteri dalam makanan yang turut tumbuh di dalamnya. Karena itulah, pastikan untuk segera memasak makanan kaleng yang sudah dibuka.

Hal ini karena ketika membukanya, bakteri bisa dengan cepat mengkontaminasi makanan lewat udara yang masuk. Hindari membuka makanan kaleng jika Anda belum ingin mengolahnya di hari yang sama.

3. Simpan dengan teknik blanching
Teknik blanching, blansing, blansir berarti sayuran segar dimasak sebentar, kemudian didinginkan dalam rendaman air dingin. Setelah dingin, segera keringkan sayuran, lalu kemas dengan dry pack atau tray pack.

Setelah itu, masukkan sayuran ke dalam freezer dan biarkan beku. Proses pendinginan ini membantu menghentikan aktivitas enzim pada sayuran yang pada akhirnya bisa merusaknya. ** Baca juga: Hindari 4 Kebiasaan Tak Sehat Saat Berbuka Puasa

Mudah, bukan? (ilj/bbs)




Kebiasaan Sepele yang Ternyata Bantu Jaga Kebersihan Rumah di Saat Pandemi COVID-19

Kabar6-Menjaga kebersihan rumah menjadi hal yang harus diperhatikan, terlebih di tengah pandemi COVID-19 ini. Salah satunya dengan menggunakan disinfektan untuk membersihkan benda-benda yang mungkin sering dipegang, sehingga kesehatan keluarga jadi lebih terjaga.

Ada sejumlah kebiasaan sepele, yang apabila rutin dilakukan dapat membantu mencegah penyebaran penyakit dalam rumah. Melansir realsimple, ini kebiasaan kecil yang mungkin tanpa disadari dapat membantu menjaga rumah jadi lebih bersih:

1. Lepas sepatu
Sebuah studi baru oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat mengungkapkan, sepatu berpotensi berfungsi sebagai pembawa virus.

Namun, sebelum adanya virus corona ini, penelitian telah menunjukkan bahwa sepatu mampu menyebarkan kuman di sekitar rumah. Jadi, penting untuk melepas sepatu sebelum masuk ke rumah, dan menggantinya dengan mengenakan sandal khusus rumah yang bersih.

2. Tutup toilet sebelum disiram
Penelitian telah menjelaskan mengenai risiko ‘bulu toilet’ atau aerosol yang dihasilkan saat Anda menyiram toilet. Apabila membiarkan tutupnya terbuka saat Anda menyiram, aerosol yang dilepaskan ke udara dapat mendarat di permukaan terdekat yang mungkin disentuh orang lain.

Jadi, untuk mencegah penyebaran bakteri, tutuplah selalu toilet sebelum disiram, dan pastikan menyimpan sikat gigi sejauh mungkin dari toilet.

3. Tidak bawa ponsel ke kamar mandi
Mungkin Anda sering membawa ponsel saat pergi ke kamar mandi. Padahal, kebiasaan ini dapat membuat bakteri-bakteri menempel pada ponsel, lho. Apabila Anda membawanya, penting untuk mendisinfeksi ponsel, demi membunuh bakteri yang menempel.

Mungkin ini kebiasaan yang sulit dihilangkan. Namun untuk menjaga kebersihan, ada baiknya untuk tidak membawa ponsel ke kamar mandi. ** Baca juga: Menurut Ahli Gizi, Begini Masak Telur Paling Sehat

4. Bersihkan tas belanja
Di saat seperti ini, penting untuk mencuci tas belanjaan yang dapat digunakan kembali. Jika Anda meletakkan tas-tas itu di meja dapur tanpa membersihkannya terlebih dahulu, bakteri atau pun virus bisa berakhir di permukaan meja dapur. Membersihkan tas belanja secara menyeluruh adalah hal yang sangat penting saat ini.

Selalu jaga kebersihan agar terhindar dari kuman, virus, dan bakteri.(ilj/bbs)




Pilih Waktu Ideal untuk Membersihkan Rumah

Kabar6-Menjaga kebersihan rumah, tidak sekadar hanya pada ruangan tertentu seperti kamar tidur, toilet, dan dapur. Hal yang mungkin belum dipahami, sebenarnya membersihkan seluruh rumah tidak harus setiap hari.

Namun, untuk beberapa bagian di dalam rumah, perlu dibersihkan hampir setiap hari. Melansir Womantalk, berikut waktu ideal untuk membersihkan rumah agar tetap bebas dari virus, bakteri, dan kuman penyakit.

1. Lantai ruangan
Pastikan Anda rutin menyapu lantai ruangan setiap hari. Hal ini karena banyak debu dan sisa kotoran yang tersisa di lantai. Sedangkan untuk mengepel, Anda bisa lakukan tiga kali seminggu agar lantai tentang bersih dan kinclong.

2. Karpet
Bila Anda memiliki karpet di rumah, pastikan Anda menyedot debu minimal seminggu sekali. Bila dibiarkan terlalu lama, bakteri dan debu yang tidak terlihat tersebut bisa berbahaya dan menyebabkan asma.

3. Toilet
Ini bagian terkotor karena digunakan setiap hari sebagai wadah untuk ekresi tubuh. Tidak perlu setiap hari membersihkannya, tetapi pastikan seminggu sekali Anda membersihkan pakai cairan pembersih kuman.

Jangan lupa juga menutup kloset ketika menyiramkan flush setiap hari supaya bakteri tidak bertebrangan dan mengontaminasi seluruh toilet. Bersihkan juga bak mandi, kloset, pancuran air, wastafel, hingga rak menyimpan peralatan mandi supaya tetap bersih.

4. Dapur
Biasakan untuk langsung membersihkan semua peralatan makan setelah digunakan. Jadinya, bisa mengurangi pekerjaan rumah Anda di akhir pekan.

Selain mencuci piring kotor, Anda juga bisa menyemprotkan disinfektan ke meja, kompor, dan sekitarnya supaya tetap higienis. Untuk wastafel, bersihkan sehari sekali agar kotoran sisa makanan tidak tersumbat.

5. Kulkas
Kulkas juga perlu dibersihkan karena mudah dihinggapi jamur. Kulkas memiliki udara yang lembap dan mudah sekali kotor karena makanan. Pastikan Anda mengosongkan kulkas setiap 3-4 bulan sekali.

Saat membersihkan kulkas, gunakan campuran air dan satu sendok makan soda kue untuk membersihkan rak dan dinding kulkas. Bilaslah dengan air dan biarkan kering sebelum Anda memakainya kembali.

6. Kamar tidur
Ini ruangan yang tidak boleh terlupakan. Idealnya, ganti sprei Anda setiap 1-2 minggu sekali, sapu lantai kamar tidur setiap hari, dan cuci bantal dan guling Anak tiap 3-4 bulan sekali.

Sedangkan untuk kasur, Anda bisa membersihkan dua kali dalam setahun. Jadinya, Anda bisa tidur dengan nyaman dan tetap sehat. ** Baca juga: Stok Makanan Tahan Lama yang Bantu Jaga Imun Tubuh

Rumah yang bersih, cermin kesehatan penghuninya.(ilj/bbs)




5 Kebiasaan Makan yang Bisa Turunkan Imun Tubuh

Kabar6-Salah satu hal penting yang dapat dilakukan selama pandemi COVID-19 ini adalah menjaga sistem kekebalan tubuh agar tetap kuat.

Caranya, Anda bisa memilih makanan yang mendukung fungsi kekebalan tubuh dan mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang bisa melemahkan imunitas.

Seorang ahli gizi sekaligus editor nutrisi di Health bernama Cynthia Sass, MPH, RD, melansir Medcom, menjelaskan lima kebiasaan makan yang ternyata dapat menurunkan sistem imun tubuh. Apa sajakah itu?

1. Konsumsi alkohol berlebihan
Dalam jangka pendek, mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Centers for Disease Control (CDC) menyarankan untuk tidak mengonsumsi empat gelas alkohol bagi wanita dan lima gelas untuk pria.

Apabila Anda merasa telah mengonsumsi alkohol berlebihan, hilangkan kebiasaan tersebut dengan hanya mengonsumsi tidak lebih dari satu gelas alkohol per hari.

2. Asupan garam pada makanan yang berlebihan
COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, namun bisa juga menyebabkan infeksi bakteri sekunder. Penelitian menunjukkan, ada hubungan antara kelebihan natrium dengan fungsi sistem kekebalan tubuh secara keseluruhan.

Menurut Dietary Guidelines for Americans, batas harian natrium yang disarankan adalah di bawah 2.300 mg per hari untuk orang dewasa yang sehat.

3. Asupan gula berlebihan
Mengurangi konsumsi gula berlebihan merupakan ide yang baik, selain baik untuk kesehatan mental mengurangi konsumsi gula berlebih juga bermanfaat untuk mendukung sistem kekebalan tubuh.

American Heart Association merekomendasikan untuk membatasi asupan gula tambahan dari berbagai makanan yang dikonsumsi tidak lebih dari enam sendok teh per hari untuk wanita dan sembilan sendok teh untuk pria.

4. Asupan kafein yang berlebihan
Kopi dan teh memang memiliki manfaat bagi kesehatan karena kandungan antioksidan yang tinggi dan bersifat anti-inflamasi. ** Baca juga: Penyebab Siklus Menstruasi Bisa Berubah Selama Pandemi COVID-19

Namun terlalu banyak mengonsumsi kafein dapat berpengaruh terhadap tidur Anda dan sebagai hasilnya dapat meningkatkan inflamasi dan berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh.

5. Tidak konsumsi cukup serat
Serat dapat mendukung kesehatan sistem pencernaan dan membantu bakteri baik di dalam usus yang dapat berguna dalam meningkatkan sistem imunitas dan mood seseorang.

Beberapa penelitian juga menyebutkan, asupan serat yang tinggi dan prebiotik dapat mendukung fungsi sistem kekebalan tubuh termasuk melawan virus.

Yuk, jaga imun tubuh agar tidak mudah sakit.(ilj/bbs)




Bagaimana Agar Masker Kain Bekerja Maksimal Cegah Penyakit?

Kabar6-Banyak orang berinisiatif memproduksi hingga membuat sendiri masker kain untuk digunakan sehari-hari, karena kelangkaan masker selama pandemi COVID-19 ini. Nah, apabila Anda berencana memakai masker kain, perhatikan cara pemakaiannya yang benar.

Dalam sebuah penelitian ahli di Vietnam yang diterbitkan oleh Research Gate, melansir Womantalk, sebenarnya terbukti bahwa penggunaan masker kain tidak terlalu efektif dan bahkan bisa menghasilkan infeksi yang lebih besar daripada mereka yang memakai masker bedah.

Namun dalam kondisi seperti sekarang ini, lebih baik memakai masker kain daripada tidak sama sekali. Anda bisa membuat masker kain yang digunakan berfungsi mencegah penyakit dengan maksimal, asalkan menerapkan tata cara penggunaan masker kain yang tepat. Apa sajakah itu?

1. Pastikan masker kain terbuat dari katun dan handuk teh. Menurut Robert Redfield, Direktur Centers for Disease Control and Prevention, Amerika Serikat, katun terbukti memberikan perlindungan yang normal dibandingkan bahan lainnya.

2. Gunakan sisi yang sama untuk penggunaan seterusnya. Agar mudah, buat bagian dalam dan luar masker dari kain yang berbeda untuk menandainya.

3. Setelah dipakai langsung cuci masker kain dan jangan disimpan. Agar aman, siapkan masker kain dalam jumlah banyak untuk gonta-ganti setiap hari.

4. Lepaskan masker kain dari bagian tali di kuping dan tarik ke depan
Hindari memegang bagian depan masker dengan tangan karena bagian tersebut sudah terpapat banyak kuman dari lingkungan sekitar.

5. Jangan memegang bagian dalam masker yang bersentuhan dengan mulut menggunakan tangan Anda
6. Jangan menurunkan masker ke arah dagu atau leher untuk makan dan kemudian memakainya lagi. Anda justru memasukkan kuman di bagian dalam masker kain.

7. Jemur masker kain di panas matahari langsung saat suhu terik. Jika tidak, keringkan masker kain di suhu panas tinggi. ** Baca juga: Perhatikan 4 Gejala Ringan COVID-19

Ada banyak cara membuat masker kain yang bisa Anda pelajari. Jika digunakan dengan benar, masker kain bisa bekerja maksimal melindungi diri Anda dari aneka penyakit.(ilj/bbs)




6 Hal yang Harus Dihindari Saat Memakai Pembersih Alkohol

Kabar6-Selama masa pandemi COVID-19, alkohol menjadi salah satu pilihan untuk membersihkan perabot rumah atau benda lainnya dari kuman. Meski efektif, alkohol ternyata juga membawa risiko, lho.

Sifat kimianya yang unik membuat Anda harus menggunakannya secara berhati-hati. Melansir tempo.co, berikut beberapa hal yang harus dihindari saat memakai pembersih alkohol:

1. Jangan campur alkohol dengan pemutih
Pemutih dan alkohol adalah dua bahan yang sering dipilih sebagai disinfektan selama masa pandemi COVID-19. Keduanya dinilai efektif membasmi kuman. Tapi jangan pernah mencampur keduanya, ya.

Pembersih alkohol biasanya mengandung etanol dan isopropil, yang bila dicampur dengan pemutih menghasilkan kloroform, senyawa beracun yang mengeluarkan asap berbahaya dan korosif.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDC, menghirup kloroform dapat menyebabkan masalah serius pada sistem saraf pusat, hati, dan ginjal. Selain itu, kloroform bisa mengiritasi kulit, paru-paru, dan mata dan menyebabkan mual dan pusing.

2. Jangan gunakan pembersih alkohol di dekat api atau merokok
Pembersih alkohol sangat mudah terbakar. Jadi, jauhkan dari api saat Anda menggunakannya, entah itu rokok atau api dari lilin.

3. Gunakan di dekat ventilasi
Kandungan isopropil alkohol adalah bahan kimia yang mudah menguap, itu juga menciptakan asap yang berpotensi berbahaya. Saat Anda membersihkan rumah dengan alkohol, pastikan untuk membuka jendela Anda, jaga area yang berventilasi sebaik mungkin.

4. Hindari membersihkan benda ini dengan alkohol
Meskipun alkohol merupakan desinfektan super untuk membersihkan meja, toilet, atau bahkan laptop atau ponsel. Ada beberapa permukaan yang sebaiknya Anda hindari, seperti permukaan perabot kayu yang dicat halus atau dipernis juga kain tertentu seperti rayon, wol, dan sutra.

Saat menggunakan alkohol untuk mendisinfeksi, cairkan sesuai dengan rekomendasi CDC agar efektif membunuh kuman. Efektivitas alkohol dalam membunuh kuman turun tajam ketika diencerkan di bawah konsentrasi 50 persen. Menurut CDC, konsentrasi optimal untuk membunuh bakteri adalah antara 60-90 persen.

Tapi jika Anda membeli pembersih alkohol, biasanya itu sudah diencerkan dengan air dalam konsentrasi seperti pada label, umumnya 70-90 persen.

5. Jangan gunakan alkohol pada tangan terluka
Dokter sering mensterilkan peralatan medis dengan alkohol isopropil alkohol yang memiliki sifat antiseptik. Anda juga bisa menggunakannya untuk membersihkan pinset sebelum menggunakannya pada tubuh.

Namun, hindari menggunakannya untuk membersihkan luka karena dapat memperlambat proses penyembuhan dan menyebabkan iritasi kulit yang lebih parah. Hindari juga menggunakannya di area sensitif kulit seperti kulit yang terbakar sinar matahari, kering, atau teriritasi.

6. Jangan ditelan
Perlengkapan P3K seperti hidrogen peroksida, aman digunakan dalam jumlah sedikit, tapi tidak dengan pembersih alkohol. Menurut National Capital Poison Center, pembersih alkohol, bahkan dalam jumlah kecil, akan menjadi racun ketika tertelan. ** Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan Usai Berbelanja dari Pasar atau Supermarket?

Seperti pembersih lainnya, jauhkan alkohol dari jangkauan anak-anak. Jangan pernah memasukkan alkohol ke dalam gelas atau wadah lain, karena dapat dengan mudah disalahartikan sebagai air.(ilj/bbs)




Tidak Sembarangan, Pakai Hand Sanitizer dengan Cara yang Benar

Kabar6-Cara paling efektif untuk mencegah penularan COVID-19 adalah dengan rajin mencuci tangan memakai sabun dan air mengalir. Namun apabila tidak tersedia akses cuci tangan yang memadai, hand sanitizer dengan konsentrasi alkohol 60-70 persen jadi alternatif yang tepat.

Nah, apakah Anda sudah memakai hand sanitizer dengan benar? Meskipun terlihat sepele, cara penggunaan hand sanitizer pun harus diperhatikan, agar hasilnya maksimal.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), melansir Wolipop, merekomendasikan agar Anda melihat panduan yang tertera di label kemasan produk untuk jumlah pemakaian hand sanitizer. Seberapa banyak jumlah yang harus dituangkan ke tangan? Setidaknya gel atau cairan hand sanitizer harus cukup untuk membasahi seluruh bagian dari kedua tangan.

“Meskipun hand sanitizer berbasis alkohol bisa menonaktifkan berbagai jenis mikroba dengan sangat efektif apabila digunakan dengan tepat, mungkin masih banyak orang yang tidak memakainya dalam jumlah cukup,” demikian keterangan CDC.

Cara memakai hand sanitizer yang benar adalah dengan menuangkannya terlebih dahulu ke salah satu telapak tangan, kemudian gunakan tangan satunya dan gosok-gosokkan.

Hand sanitizer harus digosokkan secara merata mulai dari telapak tangan, punggung tangan, jari dan sela-sela jari. Gosok terus sampai hand sanitizer benar-benar kering. Proses ini biasanya memakan waktu sekitar 20 detik.

CDC menjelaskan, hand sanitizer bisa sama efektifnya membunuh kuman seperti sabun dan air. Dengan catatan, jika tangan Anda tidak terlihat ada kotoran atau berminyak. ** Baca juga: Haruskan Memakai Masker Saat Olahraga di Luar Rumah?

Di satu sisi, penggunaan hand sanitizer terlalu sering juga tidak dianjurkan karena bisa terjadi resistensi antiseptik. Menurut edaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, setelah digunakan lima kali berturut-turut, tangan harus tetap dicuci dengan air mengalir untuk mencegah resistensi antiseptik.

Selain itu, residu kuman yang sudah mati masih tetap menempel di tangan. Jadi, tangan harus dibersihkan menggunakan air dan sabun ketika sudah tersedia akses yang memadai.(ilj/bbs)