1

Jatuh ke Tong Berisi Bahan Kimia Berbahaya, Warga Kota Fukuyama Diminta Menjauh dari Seekor Kucing

Kabar6-Pihak berwenang di Kota Fukuyama, Jepang, memberi peringatan kepada warga setempat agar tidak mendekati atau menyentuh seekor kucing yang baru terjatuh ke tong berisi bahan kimia berbahaya.

Menurut laporan, kucing tersebut masih berkeliaran. Melansir thestar, berawal ketika seorang karyawan pabrik pelapisan logam di Fukuyama bernama Nomura Plating, menemukan jejak kaki kucing yang mengarah menjauh dari tong sedalam tiga meter, yang mengandung kromium heksavalen, bersifat karsinogenik (pemicu kanker) dan dapat menyebabkan peradangan kulit.

Rekaman kamera keamanan yang dirilis oleh perusahaan tersebut menunjukkan kucing itu melarikan diri dari pabrik, namun tampaknya tidak terluka.

“Kami segera memberi tahu polisi, pemerintah kota Fukuyama dan para tetangga di sekitar pabrik kami,” kata seorang perwakilan dari perusahaan tersebut yang tak mau disebutkan namanya. “Insiden ini menyadarkan kami akan perlunya mengambil tindakan untuk mencegah hewan-hewan kecil seperti kucing menyelinap masuk, yang merupakan sesuatu yang tidak pernah kami perkirakan sebelumnya.”

Sementara itu otoritas kota mengatakan kepada penduduk setempat untuk menghindari menyentuh hewan tersebut, dan segera memberi tahu polisi jika mereka menemukannya.(ilj/bbs)




Taman Nasional di AS Larang Wisatawan yang Berkunjung Jilat Kodok Gurun Sonora

Kabar6-Layanan Taman Nasional Amerika Serikat (AS) mengeluarkan seruan resmi yang terdengar ‘aneh’ kepada para wisatawan yaitu dilarang menjilati Kodok Gurun Sonora.

“Memegang dan menjilati, Kodok Gurun Sonora akan membuat Anda sakit karena racun kodok masuk ke mulut Anda,” kata petugas Taman Nasional AS dalam postingan di laman Facebook.

Bukan tanpa alasan, melansir Smithsonianmag, menjilati Kodok Gurun Sonora terbukti membuat seseorang mabuk seperti mengonsumi narkoba, hingga tidak heran apabila Kodok Gurun Sonora menjadi hewan paling dicari para pemabuk dan pengguna narkoba, atau mereka yang ingin teler.

Kodok Gurun Sonora mengeluarkan bahan kimia psikedelik yang disebut 5-MeO-DMT di tubuhnya, yang berfungsi melindungi diri dari pemangsa. ** Baca juga: Banyak Tersebar di Filipina, Kelelawar Mahkota Emas Seukuran Manusia

Bagi pengguna narkoba jenis apa pun, atau yang gemar teler, Kodok Gurun Sonora adalah penyedia narkoba gratis. Mereka hanya butuh menjilati tubuh hewan itu hingga teler. Namun apabila terlalu berlebihan, nyawa pun akan melayang.

Banyak wisatawan yang mencoba pengalaman menjijikkan untuk mendapatkan euforia, perasaan hangat, berhalusinasi, dan memiliki pendengaran yang kuat. Sementara sebagian memburu Kodok Gurun Sonora, mengambil bahan kimia psikedelik dalam tubuh hewan itu, dan akan dibuat narkoba untuk kemudian dijual.

Disebutkan, tak sedikit yang berusaha menangkap dan memelihara Kodok Gurun Sonora di rumah untuk menjamin ketersediaan narkoba gratis. Padahal, Kodok Gurun Sonora adalah hewan langka yang dilindungi.

Menurut Departemen Game dan Ikan New Mexico, Kodok Gurun Sonora benar-benar terancam punah karena sindikat narkoba berusaha mengeksploitasi racunnya. Satu-satunya musuh alami Kodok Gurun Sonora adalah rakun, yang bisa membalikkan hewan ini untuk menghindari kontak dengan lendir beracun yang menutupi bagian atas kodok.(ilj/bbs)




Longgarkan Hukuman, UEA Tak Beri Sanksi Hukum Bagi Turis yang Kedapatan Bawa Ganja

Kabar6-Sebuah terobosan baru dilakukan Uni Emirat Arab (UEA) perihal Undang-Undang Narkotika yang berlaku di negara itu. Salah satunya, otoritas setempat melonggarkan hukuman bagi pelancong dan turis yang kedapatan membawa produk mengandung THC (bahan kimia memabukkan utama dalam ganja) saat tiba di UEA.

Undang-undang baru yang diterbitkan dalam lembaran resmi negara UEA itu menyatakan, melansir Apnews, orang yang tertangkap membawa makanan, minuman, dan barang-barang lainnya yang mengandung ganja ke negara trsebut tidak akan dipenjara lagi seperti yang berlaku selama ini. Namun dengan catatan, perbuatan tersebut baru pertama kali dilakukan oleh orang yang bersangkutan.

Sebaliknya, pihak berwenang akan menyita dan menghancurkan produk mengandung ganja yang dibawa si pelaku. Undang-undang tersebut menandai perubahan penting bagi UEA. Pasalnya, UEA dikenal sebagai salah satu negara yang paling ketat di dunia dalam hal impor obat-obatan umum untuk penggunaan pribadi, mulai dari ganja hingga obat-obatan yang dijual bebas yang mengandung bahan-bahan psikotropika maupun narkotika.

Diketahui, UEA secara tegas melarang penjualan dan perdagangan narkoba. Para pengguna narkoba di sana dapat dihukum empat tahun penjara. Terobosan lain dalam UU Narkotika UEA adalah mengurangi hukuman minimum dari dua tahun menjadi tiga bulan untuk pelanggar narkoba pertama kali. ** Baca juga: Untuk Tempat Tinggal, Ini Kota Termahal di Dunia

UEA juga akan menawarkan rehabilitasi narapidana di fasilitas penahanan yang terpisah dari para penjahat lainnya. Pengguna narkoba dari kalangan warga negara asing yang tertangkap biasanya dideportasi ke negara asal mereka setelah dipenjara. Namun dalam undang-undang baru tersebut, negara akan menyerahkan keputusannya kepada hakim.

Reformasi UU Narkotika menjadi bagian dari perombakan hukum yang lebih luas yang diumumkan UEA ketika merayakan setengah abad berdirinya negara itu. UEA terus berusaha untuk meningkatkan citranya sebagai pusat kosmopolitan yang menarik bagi para wisatawan dan investor.

Selama beberapa dekade, hukum pidana negara dibuat berdasarkan hukum Islam atau Syariah. Penegakan hukum yang ketat acap kali menyebabkan para ekspatriat dan turis dijebloskan ke penjara.(ilj/bbs)




Benarkah Kosmetik Bisa Sebabkan Migrain?

Kabar6-Agar tampak lebih cantik dan menarik, tidak sedikit kaum wanita yang gemar memakai produk kosmetik dari berbagai merek, disesuaikan dengan kebutuhan. Namun pernahkah kosmetik yang digunakan justru membuat Anda mengalami migrain?

Seorang dokter dan pendiri Eleven Eleven Wellness Center, bernama Dr. Frank Lipman, melansir byrdie, memberikan pernyataan mengejutkan, ‘wewangian yang terdapat dalam produk riasan kecantikan seringkali menimbulkan efek negatif seperti ruam kulit, asma, dan bahkan sakit kepala’.

“Wewangian dianggap salah satu dari lima alergen yang diketahui dapat menyebabkan alergi pada satu dari setiap 50 orang yang kemungkinan menderita kerusakan sistem kekebalan tubuh”, demikian menurut Komite Ilmiah Uni Eropa Produk Kosmetik dan Produk bukan makanan.

Ternyata sakit kepala dan migrain merupakan reaksi alergi yang disebabkan oleh wewangian sintetis. “Memiliki kepekaan terhadap aroma merupakan salah satu reaksi alergi,” ungkap Dr. Lipman.

Ditambahkan, “Reaksi alergi tergantung pada bahan kimia yang digunakan untuk membuat aroma tersebut, sehingga Anda harus mencatat mengalami reaksi alergi pada aroma apa.”

Jika merasa riasan wajah dan parfum yang digunakan bisa membuat migrain, sebaiknya Anda selalu membaca daftar bahan yang terkandung pada sebuah produk dan memilih produk dengan jelas. ** Baca juga: Sebenarnya, Berapa Banyak Air yang Dibutuhkan Tubuh?

“Carilah produk yang menggunakan minyak esensial bukan mengandung wewangian (parfum) dan memilih produk tanpa aroma tambahan,” jelas Dr. Lipman.(ilj/bbs)




Tanpa Disadari, Banyak Orang Lakukan Kesalahan Saat Jaga Kebersihan

Kabar6-Meskipun selama pandemi COVID-19 kesadaran akan kebersihan dalam masyarakat semaking meningkat, ternyata masih ada sebagian orang yang melakukan kesalahan saat menjaga kebersihan, bahkan cenderung berisiko.

Studi terbaru yang dipublikasikan dalam laporan kesehatan mingguan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), menemukan banyak orang yang melakukan kesalahan ketika berupaya menjaga kebersihan.

Studi ini dilakukan dengan survei online terhadap 502 orang dewasa di AS pada Mei lalu. Kesalahan yang kerap terjadi, melansir CNN Indonesia, adalah meletakkan pemutih atau disinfektan pada makanan, menghirup disinfektan, bahkan membersihkan badan dengan produk pembersih dan disinfektan rumah tangga. Padahal, tak satu pun dari tindakan ini direkomendasikan oleh CDC atau WHO.

Dalam studi tersebut, CDC mendapati bahwa orang-orang mengaku lebih sering membersihkan diri dan rumah mereka selama pandemi. Namun, hanya setengah saja yang mengaku benar-benar tahu cara mendisinfeksi rumah yang aman.

Diungkapkan CDC, hanya sebagian kecil orang yang memahami cara membersihkan dengan baik. Misalnya, hanya 23 persen yang tahu bahwa untuk melarutkan cairan pemutih harus menggunakan air bersuhu kamar atau sekira 20-25 derajat Celcius.

Meletakkan pembersih atau disinfektan sembarangan juga merupakan kesalahan yang kerap dilakukan. Selain itu, hanya 54 persen orang yang tahu bahwa pembersih harus disimpan di tempat yang tidak bisa dijangkau oleh anak-anak. Pembersih dapat berbahaya bagi anak-anak karena mengandung berbagai bahan kimia dan dapat menyebabkan keracunan.

CDC merekomendasikan agar orang selalu membaca instruksi produk pembersih. Saat membersihkan rumah, selalu kenakan sarung tangan dan alat pelindung lain. Jangan pula mencampur pembersih karena bahan kimia dan bereaksi. ** Baca juga: Pandemi COVID-19 Belum Usai, Bagaimana Cara Aman ke Salon Saat New Normal?

Jadi jangan asal bersih, tapi juga memperhatikan keamanan kesehatan Anda dan keluarga.(ilj/bbs)




Apa Efek Samping Parfum Bagi Kesehatan?

Kabar6-Banyak orang memakai parfum, karena selain mampu menyamarkan bau badan, wewangian juga dapat membangkitkan mood sekaligus meredakan stres.

Memilih dan menggunakan parfum dengan tepat akan membuat kita tampil lebih percaya diri, serta terhindar dari efek samping. Karena itulah, Anda perlu mengetahui jenis parfum agar tak salah pilih dan salah menggunakannya.

Parfum terbagi dalam beberapa jenis, dengan kandungan serta kekuatan aroma yang berbeda-beda. Dan yang paling umum dikenal adalah eau de parfum, eau de toilette, dan eau de cologne. Apakah perbedaannya?

1. Eau de Parfum
Parfum memiliki konsentrat wangi yang paling tinggi, yakni 20-30 persen. Rata-rata wangi parfum bisa bertahan antara 8-24 jam.

2. Eau de toilette
Eau de toilette mengandung 5-15 persen konsentrat wewangian. Wangi eau de toilette hanya bertahan sebentar, yakni 2-3 jam.

3. Eau de cologne
Cologne atau kolonye hanya mengandung 2-4 persen konsentrat wangi. Jenis ini hanya dapat bertahan selama beberapa jam.

Di satu sisi, apabila kulit Anda termasuk sensitif atau sedang dalam kondisi tertentu, bisa saja bahan-bahan kimia tersembunyi dalam parfum malah akan menimbulkan masalah kesehatan.

Selain alergi ringan, melansir Kompas, ada sejumlah masalah kesehatan yang bisa terjadi akibat paparan bahan-bahan dari parfum. Apa sajakah itu?

1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah ruam kulit akibat kontak dengan zat-zat tertentu. Kondisi ini umumnya tidak berbahaya, namun bisa mengganggu kenyamanan karena gejalanya yang berupa gatal-gatal, perih, sensasi terbakar, dan lainnya.

2. Gangguan pernapasan
Banyak sekali parfum yang mengandung sekelompok bahan kimia yang disebut phthalate. Para ahli menduga, senyawa ini dapat mengganggu kesehatan pernapasan anak.

Selain itu, paparan phthalate terhadap janin mungkin pula meningkatkan risiko anak untuk terkena ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yaitu gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.

3. Efek samping lainnya
Selain alergi, dermatitis kontak, dan gangguan pernapasan, ada pula efek samping parfum lain yang bisa terjadi. Mulai dari sakit kepala, mual, serangan asma, serta iritasi mata, hidung, dan tenggorokan.

Khusus bagi ibu hamil atau yang sedang menjalani program hamil, disarankan untuk benar-benar mempertimbangkan dalam memilih serta menggunakan parfum.

Bahan-bahan kimia dalam parfum yang perlu kita waspadai meliputi phthalate, styrene, galaxolide ketone, ethylene glycol, acetaldehyde, dan oxybenzone. ** Baca juga: Waspadai Gangguan Kesehatan Lain Saat Pandemi COVID-19

Untuk yang sensitif dengan bahan-bahan kimia dalam parfum, pilihlah yang mencantumkan semua bahannya secara jelas di label agar bisa berjaga-jaga.(ilj/bbs)




Ilmuwan Ungkap, Bahan Kimia Pembasmi Serangga Dapat Bertahan di Rumah Selama Setahun

Kabar6-Saat melihat serangga dalam rumah, biasanya Anda langsung menyemprotnya dengan cairan bahan kimia pembasmi serangga. Nah, para ilmuwan telah menemukan sebuah peringatan, bau yang memudar itu tidak berarti Anda menyingkirkan bahan kimia berbahaya juga.

Sebenarnya, bahan kimia yang ada dalam semprotan tadi, melansir She, dapat bertahan dalam debu dalam rumah kita selama setahun, yang menimbulkan bahaya kesehatan terutama di kalangan anak-anak dan hewan peliharaan karena terkena pajanan pestisida yang terlalu lama.

Pyrethroids adalah pestisida yang umum digunakan untuk mengusir serangga, walaupun ditemukan lebih atau kurang aman untuk mamalia dalam penelitian laboratorium, obat tersebut dapat menyebabkan iritasi kulit, sakit kepala, pusing dan mual untuk orang yang lebih sensitif.

Karena bahan aktif pestisida rumah tangga seringkali sama dengan yang digunakan di pertanian, maka ilmuwan ingin mengetahui apakah penelitian laboratorium benar-benar mewakili apa yang terjadi di rumah.

Peneliti dari Biological Institute di Brasil, melansir zeenews, menemukan ketika digunakan di luar rumah, mikroorganisme, hujan atau penyiram, dan sinar matahari bertindak untuk memecah senyawa kimia pestisida dengan cukup cepat. Di mana bahan kimia dalam pestisida piretroid menempel pada kain, lantai keramik dan kayu berbeda dari pada permukaan luar.

Dengan menjalankan eksperimen bersamaan, satu di laboratorium terkontrol dan yang lainnya di rumah uji, para periset menemukan jika pestisida yang digunakan dalam percobaan terkontrol lebih cepat terjadi daripada di rumah uji, dengan 70 persen cypermethrin, pestisida piretroid, masih ditemukan di sampel debu di sekitar rumah setelah satu tahun.

Periset mengatakan, persistensi pestisida di dalam bangunan, di permukaan dan debu di rumah dapat dilihat dalam beberapa cara yang berbeda. Di satu sisi, saat menggunakan produk pestisida di rumah, lebih sedikit aplikasi yang masih harus mempertahankan pengendalian hama dalam jangka panjang.

Sementara di sisi lain, persistensi yang meningkat bisa meningkatkan kemungkinan penduduk terkena pestisida, yang tentu sangat mengkhawatirkan bagi anak-anak dan hewan peliharaan di dalam rumah tangga, yang menghabiskan lebih banyak waktu di lantai, sering memungut barang serta memasukkannya ke mulut mereka. ** Baca juga: Riset Sebut Usia Seseorang Raih Kebahagiaan

Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Toxicology and Chemistry, menyoroti pentingnya penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi risiko paparan manusia terhadap piretroid yang sebenarnya dapat hadir dalam debu dan permukaan lain-lain.(ilj/bbs)




Air Kemasan Bisa Kedaluwarsa?

Kabar6-Karena lebih praktis, banyak orang memilih air minum kemasan untuk kebutuhan sehari-hari. Nah, pernahkah Anda melihat tanggal kedaluwarsa dalam wadah air minum kemasan saat membelinya di toko?

Air kemasan yang berlabel kedaluwarsa, melansir Healthline, pertama kali diterapkan di New Jersey, Amerika Serikat, pada 1987. New Jersey merupakan kota yang pertama kali dan satu-satunya yang mengeluarkan undang-undang (UU) dengan mewajibkan semua produk makanan termasuk air kemasan memiliki tanggal kedaluwarsa selama dua tahun atau kurang dari tanggal pembuatan.

Ketika UU ini disahkan, pencetakan tanggal kedaluwarsa menjadi standar industri untuk produsen air minum kemasan di negara tersebut. Namun UU ini kemudian diubah, sehingga tidak ada lagi peraturan di Amerika Serikat saat ini yang mewajibkan produsen untuk mencetak tanggal kedaluwarsa pada air minum kemasan.

Meskipun demikian, minum air kemasan dalam botol plastik yang jauh melebihi tanggal kedaluwarsa tentu tidak baik bagi kesehatan. Hal tersebut berkaitan dengan bahan plastik yang digunakan yang mudah larut dalam air seiring lamanya waktu penggunaan.

Bahan kimia seperti Antimon dan Bisphenol A (BPA) jika termakan secara terus menerus, senyawanya akan terakumulasi dalam tubuh dan dapat membahayakan kesehatan usus, imunitas tubuh, dan fungsi pernapasan. Selain itu, air kemasan yang berkarbonasi akan membuat air berubah rasa menjadi hambar.

Menyimpan air kemasan dengan benar dapat membantu mencegah pertumbuhan bakteri dan mengurangi risiko efek samping, seperti mual, sakit perut, muntah, dan diare.

Secara khusus, suhu hangat dapat mendorong pertumbuhan bakteri dan meningkatkan pelepasan bahan kimia plastik berbahaya ke dalam air. Simpan air kemasan di tempat yang sejuk dan hindari terkena sinar matahari langsung sebagai upaya mengurangi risiko efek kesehatan negatif.

Karena botol plastik juga semi permeable (bisa dilalui zat-zat tertentu), yang terbaik adalah menyimpan air botolan jauh dari bahan-bahan pembersih rumah tangga dan bahan kimia.(ilj/bbs)




Kenali Botol Plastik yang Anda Gunakan Agar Terhindar dari Bahaya Kesehatan

Kabar6-Botol plastik hingga kini masih menjadi salah satu wadah paling umum yang biasa digunakan setiap hari. Hal yang kurang disadari, Anda seringkali menuangkan air minum ke botol berulangkali.

Bukan tanpa sebab, terdapat sejumlah botol yang sebaiknya jangan digunakan berulang-ulang. Melansir brightside, begini cara mengenali botol plastik:

1. Apakah jenis plastik mengandung bahan kimia berbahaya?
Botol plastik bisa memancarkan bahan kimia berbahaya. Anda perlu memperhatikan tanda-tanda khusus, segitiga nomor dalam botol plastik dapat menunjukkan jenis plastik yang digunakan.

a. Botol berlabel 1 (PET atau PETE) hanya aman untuk penggunaan tunggal. Saat terkena oksigen atau suhu tinggi, termasuk panas matahari, botol semacam itu akan mengeluarkan zat beracun yang masuk ke air.

b. Hindari botol berlabel 3 atau 7 (PVC dan PC) saat memancarkan bahan kimia beracun, dapat menembus makanan dan minuman kamu, dan paparan yang lama bahkan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang parah.

c. Botol yang terbuat dari polietilen (2 dan 4) dan polipropilena (5 dan PP) cocok untuk penggunaan ganda. Mereka relatif aman jika kamu hanya menyimpan air dingin di dalamnya.

2. Botol plastik, media yang kaya akan pertumbuhan bakteri
Jumlah bakteri dalam botol tersebut seringkali melebihi batas keamanan. Di mana menciptakan kondisi pertumbuhan yang sempurna sendiri dengan mengambil botol lewat tangan kotor, tidak membilasnya cukup bersih dan menjaga air hangat di dalamnya.

Lalu, apa saja yang harus dilakukan? Cuci botol secara teratur dengan air sabun hangat, cuka atau obat kumur anti bakteri. ** Baca juga: Ketahui Perbedaan Penggunaan Kompres Air Es dan Air Hangat

3. Perhatikan leher botol
Bahkan dengan mencuci botol secara menyeluruh, Anda mungkin masih mengalami keracunan makanan atau bisa jadi hepatitis A. Penelitian menunjukkan jika kebanyakan bakteri hidup di leher botol yang tidak bisa tercuci dengan cukup baik.

Topi putar dan tutup geser penuh kuman secara tidak langsung dapat Anda telan bersama air. Untuk mengatasinya, gunakan sedotan agar aman.(ilj/bbs)




Kebiasaan Hisap Ganja Sudah Ada Sejak 2.500 Tahun Silam

Kabar6-Sebuah temuan tentang jejak penggunaan ganja yang secara khusus memanfaatkan kandungan psikoaktif, termuat dalam jurnal Science Advances.

Berdasarkan hasil penelitian, kebiasaan menghisap asap ganja diperkirakan telah berlangsung sejak 2.500 tahun silam. Dugaan tersebut, melansir smithsonianmag, didasarkan pada temuan sebuah makam purba Jirzankal di Pegunungan Pamir dekat Himalaya oleh tim peneliti dari University of Chinese Academy of Sciences di Beijing.

Mereka berhasil menemukan jejak THC dengan kandungan yang cukup tinggi pada beberapa serpihan kayu dan batu-batu di sekitar situs tersebut. THC atau tetrahydrocannabinol adalah bahan kimia yang bertanggung jawab atas sebagian besar efek psikologis ganja.

Serpihan kayu dan batu-batu itu diduga adalah guci atau semacam tembikar kuno yang digunakan sebagai wadah pembakaran ganja. Menurut prediksi, pada masa itu ganja belum dihisap seperti rokok, tapi ia lebih menyerupai dupa yang dibakar pada tungku pembakaran tertentu.

Itulah mengapa jejak THC melekat pada serpihan kayu dan batu-batu tersebut. “Ini adalah satu-satunya cara agar ganja dapat dihisap sebelum adanya pipa untuk rokok,” jelas salah seorang peneliti.

Jejak THC yang ditemukan pada makam kuno ini, menurut tim peneliti, adalah hal yang tak biasa. Kandungan THC tersebut dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi jika dibanding tanaman ganja liar.

Diyakini, masyarakat saat itu memilih varietas ganja tertentu untuk dibakar. Namun, para peneliti belum bisa yakin apakah mereka sudah mulai membudidayakannya sendiri atau mencari tanaman itu di hutan-hutan.

Temuan lain yang dianggap penting adalah harpa kuno khas Tiongkok. Harpa ini biasa digunakan untuk ritual-ritual tertentu. Penemuan harpa ini memperluas spekulasi bahwa penggunaan ganja pada masa itu ditujukan sebagai bagian kelengkapan upacara keagamaan.

Hal ini diperkuat dengan temuan tenggkorak kepala manusia yang memiliki tanda yang serupa, yakni sebuah lubang akibat benturan benda tumpul.

Karena itulah, tim peneliti menyimpulkan bahwa bakaran ganja ada kaitannya dengan upacara pengurbanan manusia. “Bakaran ganja mungkin digunakan dalam upacara keagamaan, juga semacam modus untuk berkomunikasi dengan dewa atau orang mati,” jelasnya.

Perkiraan sementara, menurut pemimpin arkeobotani tim penelitian bernama Robert Spengler, ganja dianggap menyebar melalui rute perdagangan Jalur Sutra. ** Baca juga: Di Spanyol Ada ‘Lompatan Iblis’ untuk Lindungi Bayi

Dikatakan, kemungkinan pengetahuan tentang merokok varietas ganja dengan kandungan psikotropika yang tinggi ikut tersebar seiring penyebaran tradisi budaya di Jalur Sutra.(ilj/bbs)