oleh

Mahasiswa KKM Uniba Belajar Bikin Tempe Tradisional

image_pdfimage_print

Kabar6-Mahasiswa KKM kelompok 24 asal kampus Universitas Bina Bangsa (Uniba) Banten, belajar cara pembuatan tempe tradisional ke pengrajinnya langsung bernama Ruyani (72) dan Bahriah (70). Keduanya merupakan pasangan suami-istri dari Kampung Kemuncangan, Desa Kelapian, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang, Banten.

“Enggak diajarin, berjalan saja. Dulunya kan orang tuanya bisa (buat tempe), diturunkan dari orang tua jadi bikin sendiri,” ujar Ruyani, Selasa (25/07/2023).

Ke para mahasiswa, Ruyani bercerita kalau proses pembuatan tempe diawali dengan memilah kedelai lalu mencucinya sampai bersih. Saat dibersihkan, ini bersamaan dengan proses penghancuran kedelai.

Setelah itu, kedelai yang sudah dicuci kemudian direbus, dan dilanjutkan dengan perendaman kedelai selama satu malam. Kemudian diangkat dan ditiriskan. Setelah siap, kemudian di taburi ragi tempe dan diaduk.

Setelah dianggap rata, kemudian kedelai dibungkus menggunakan plastik yang sudah disiapkan dengan ukuran yang diinginkan.

Diterangkan Ruyani, proses pembuatan tempe ini membutuhkan waktu dua hari sampai tempe benar-benar jadi dan siap dipasarkan.

“Alhamdulillah berkat usaha ini, udah ke Mekah (naik haji) tahun kemarin,” ungkapnya.

Saat masih muda, Ruyani bisa membuat tempe sebanyak 25 kilogram per hari. Karena usia nya sudah lanjut dan tenaga yang berkurang, dia bersama istrinya hanya mampu membuat 10kg per harinya.

Pemasarannya pun masih dilakukan secara tradisional dan belum menggunakan media sosial (medsos). Semua dilakukan secara manual.

“25 kilo waktu masih muda sekarang 25 kilogram dibikin dua hari karena udah tua. Dari 10 kilo (mendapat penghasilan) sekitar Rp200 ribu,” tuturnya.

**Baca Juga: Satlantas Polres Tangsel Sebut per Dua Pekan Operasi Ranjau Paku

Sementara itu, Wakil Ketua Bagian Tekhnologi Tepat Guna KKM 24 Uniba, Didi Rasidi yang melihat secara langsung pembuatan tempe, dengan cara pembuatan yang masih sangat sederhana, tentu jadi pengalaman yang luar biasa.

“Saya juga baru tau kalau proses pembuatan tempe ternyata tidak semudah yang dibayangkan, ditambah lagi kata Abah banyak juga yang gagal ketika proses permentasi,” ujar Didi Rasidi, Selasa (25/07/2023).

Ia berharap setelah adanya kunjungan dari mahasiswa Kelompok 24 KKM UNIBA ini nantinya bisa membantu kelancaran proses UMKM tempe dari pembuatan hingga pemasaran produk.

“Ini ilmu yang sangat mahal tentunya, hanya saja ada beberapa kekurangan terutama dalam hal kebersihan, yang kita tau bahwa tempe makanan yang banyak mengandung gizi tapi jika pembuatan yang dilakukan tidak bersih, mungkin hilang kadar gizinya atau malah menjadi berbahaya,” tandasnya.(Dhi)

Print Friendly, PDF & Email