oleh

Begini Efek Samping Imunisasi Pentavalen DPT-HB-Hib

image_pdfimage_print

Kabar6-Setiap kandungan obat-obatan pastinya memiliki efek samping bagi pasien yang mengkonsumsinya. Begitupun dalam kandungan zat imunisasi pentavalen DPT-HB-Hib terbaru yang diluncurkan Kementerian Kesehatan di Karawang, Jawa Barat, pada 22 Agustus 2013 silam.

Kepala Seksi Surveilan dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Retno Widowati, mengungkapkan, jenis dan angka  kejadian reaksi simpang yang berat tidak berbeda dengan vaksin DPT, Hepatitis B dan Hib diberikan secara terpisah. 

Beberapa reaksi lokal sementara seperti bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus.

“Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dg nada tinggi, dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian,” ungkapnya kepada kabar6.com melalui keterangan resmi yang dikirim melalui surat elektronik, Minggu (2/2/2014).

Ia memaparkan, episode hypotonic-hyporesponsive pernah dilaporkan. Kejang demam telah dilaporkan dg angka kejadian 1 kasus per 12.500 dosis pemberian.

Pemberian asetaminofen pada 4 sampai 8 jam usai imunisasi mengurangi terjadinya demam. Hasil kajian studi United States Institute of Medicine, The Advisory Committee on Immunization Practices, dan asosiasi dokter spesialis anak di Australia, Kanada, Inggris dan Amerika, menyimpulkan tidak ada hubungan kausal antara DPT dan disfungsi sistem saraf kronis pada anak.

“Tidak ada bukti ilmiah bahwa reaksi tersebut mempunyai dampak permanen pada anak. Vaksin hepatitis B dapat ditoleransi dengan baik,” paparnya.

Dalam studi tersebut, terangnya, menggunakan plasebo sebagai kontrol. Selain nyeri lokal, dilaporkan kejadian seperti myalgia dan demam ringan tidak lebih sering dibandingkan dengan kelompok plasebo.

Laporan mengenai reaksi anafilaksis berat, menurut Retno, sangat jarang. Data yang ada tidak menunjukkan hubungan kausalitas antara vaksin hepatitis B dan sindroma Guillain-Barré, atau kerusakan demyelinasi termasuk gangguan sklerosis multipel.

Juga tidak ada data epidemiologi untuk menunjang hubungan kausal antara vaksinasi hepatitis B dan sindroma fatigue kronis, artritis, kelainan autoimun, asma, sindroma kematian  mendadak pada bayi, atau diabetes.

“Vaksin Hib ditoleransi dengan baik. Reaksi lokal dapat terjadi dalam 24 jam setelah vaksinasi dimana penerima vaksin dapat merasakan nyeri pada lokasi penyuntikan,” terang Retno.

Reaksi ini biasanya bersifat ringan dan sementara. Pada umumnya, tambahnya, akan sembuh dengan sendirinya dalam dua atau tiga hari, dan tidak memerlukan tindakan medis lebih lanjut. Reaksi sistemik ringan, termasuk demam, jarang terjadi setelah penyuntikkan vaksin Hib.

“Reaksi berat lainnya sangat jarang, hubungan kausalitas antara reaksi berat lainnya dan vaksin belum pernah ditegakkan,” tambah Retno.(yud)

Print Friendly, PDF & Email