1

Sulit BAB Selain di Rumah Sendiri, Ini Penyebabnya

Kabar6-Apakah Anda termasuk orang yang selalu mengalami kesulitan untuk buang air besar (BAB) di kamar mandi umum, saat menginap di rumah orang, atau ketika sedang berlibur di luar kota? Sebaliknya, Anda selalu rutin BAB apabila berada di rumah sendiri.

Bagaimana hal itu bisa terjadi? Apakah kondisi ini termasuk normal? Melansir readersdigest, sebanyak 40 persen orang mengalami kesulitan BAB saat mereka bepergian. Faktanya, menurut profesor psikologi di University of Melbourne dan penulis Psychology in the Bathroom bernama Nick Haslam, mayoritas orang merasa lebih nyaman BAB di rumah sendiri.

Sementara Dr. Daniel Motola, ahli gastroenterologi dan ahli hepatologi di NYU Langone Medical Center, mengatakan bahwa manusia adalah ‘makhluk rutin’, sehingga ketika ada hal yang berubah, sistem pencernaan ikut terpengaruh.

Pergerakan usus manusia dikendalikan oleh sejumlah faktor baik internal maupun eksternal. Tubuh memiliki dua sfingter, yaitu otot berbentuk seperti cincin yang berfungsi menutup jalur atau bukaan pada tubuh, termasuk pada usus yang mengontrol proses BAB. Sfingter luar yang bisa kita kendalikan, sementara stingfer luar tidak.

Sel-sel sensorik kemudian akan mengirim sinyal pada otak jika Anda perlu BAB. Otak kemudian akan memeriksa lingkungan Anda saat itu dan memutuskan apakah sekarang adalah waktu yang tepat untuk melepaskan kotoran.

Jika Anda merasa tak nyaman, maka sfingter luar dan otak bekerjasama dengan sel-sel saraf untuk menahan hasrat BAB tersebut, hingga akhirnya Anda pulang dan merasakan kenyamanan kamar mandi di rumah sendiri.

Pengaruhnya pada setiap orang dapat berbeda, ada yang tidak bisa BAB meskipun keinginan itu ada atau mungkin Anda sama sekali tidak merasakan hasrat untuk BAB.

Namun, secara sengaja menahan kotoran tidak baik bagi kesehatan. Anda dapat mengalami perut kembung, rasa tidak nyaman, dan sembelit. ** Baca juga: Agar Nutrisi Dapat Diserap Maksimal, Ketahui Cara Mengolah Singkong yang Tepat

Lalu, apa cara terbaik untuk menghindari sembelit saat bepergian? Para ahli mengatakan bahwa hidrasi sangat penting. Jangan lupa juga untuk memerhatikan pola makan dengan asupan serat yang cukup, serta penggunaan probiotik, yang dapat membantu mengatasi gejala sembelit.(ilj/bbs)




Efek Kesehatan yang Terjadi Bila Gemar Konsumsi Makanan Olahan

Kabar6-Karena sifatnya yang praktis, makanan olahan cenderung dipilih banyak orang yang tidak memiliki waktu berkutat di dapur. Di Amerika Serikat, sebanyak 60 persen warganya mengonsumsi makanan olahan.

Diketahui, makanan olahan diperkuat dengan banyak gula, garam, serta lemak yang menghantarkan pada berbagai masalah kesehatan. Ketika orang konsumsi makanan yang diproses selama dua pekan berturut-turut, melansir MSN, maka lebih banyak kalori yang masuk sehingga berat badan akan bertambah dan lemak tubuh menjadi lebih banyak. Sebuah penelitian mengaitkan makanan olahan dengan risiko kanker dan obesitas yang lebih tinggi.

Hal yang tidak terduga, penyebab orang makan berlebihan ternyata bukan berasal dari gula, lemak, dan garam yang terkandung dalam makanan olahan. “Saya terkejut dengan hasilnya. Ini adalah percobaan pertama yang benar-benar dapat menunjukkan ada hubungan sebab akibat antara sesuatu tentang makanan olahan, terlepas dari nutrisi yang ada, yang menyebabkan orang makan berlebihan dan menambah berat badan,” kata Kevin Hall, penulis utama penelitian.

Dalam studi tersebut, 20 orang dewasa yang sehat hidup selama sebulan di laboratorium. Mereka dipersiapkan semua makanan utama dan makanan ringan. Dibuat dua rencana makan yang terdiri dari makanan proses atau tidak diolah. Mereka makan semua jenis itu secara bergantian selama dua pekan sekaligus.

Jenis makanan olahan yang diberikan seperti ravioli kalengan, nugget ayam, bagel, dan limun die. Sedangkan yang tidak diolah seperti salad, orak-arik telur, oatmeal, dan kacang-kacangan.

Kedua pola makan itu mengandung profil nutrisi yang hampir identik, dengan jumlah gula, lemak, natrium, serat yang sama dan banyak lagi. Namun, mengonsumsi dua jenis makanan tersbeut memiliki efek yang sangat berbeda.

Ketika orang mengonsumsi makanan diproses, mereka makan sekira 500 kalori lebih banyak per hari dibanding yang mereka lakukan pada makanan yang kurang diproses. Berat badan mereka juga naik sekira dua pon selama dua pekan dengan pola makan olahan dan kehilangan jumlah yang sama pada makanan yang tidak diproses.

Peserta yang terlibat pun makan lebih cepat ketika makan produk olahan, yang bisa menjadi salah satu alasan mengapa bertambah berat badan. “Makanan olahan cenderung lebih lunak, yang membuatnya lebih mudah dikunyah dan ditelan,” kata Hall.

Dijelaskan Hall, salah satu teorinya ketika seseorang makan lebih cepat, maka tidak memberi cukup waktu untuk memberi sinyal pada otak. Kondisi ini membuat otak tidak menangkap sinyal ketika telah memiliki cukup kalori dan kenyang, sehingga berhenti makan.

“Pada saat otak mendapatkan sinyal itu, sudah terlambat, Anda sudah makan terlalu banyak,” jelas peneliti senior di Institut Nasional Diabetes dan Penyakit Pencernaan dan Ginjal di National Institutes of Health.

Hormon orang juga berubah tergantung pada bagaimana makanan diproses. Meskipun orang mengatakan mereka merasa sama-sama kenyang dan puas pada kedua pola makan, ternyata makanan yang tidak diproses menyebabkan peningkatan hormon penekan nafsu makan yang disebut PYY dan penurunan hormon ghrelin kelaparan.

“Kedua perubahan hormon ini yang terjadi, untuk alasan yang kami tidak sepenuhnya pahami, cenderung mendukung pengamatan kami,” kata Hall.

Pada makanan yang tidak diproses, orang-orang secara spontan mengurangi asupan kalori. Kondisi ini mengarah pada penurunan berat badan dan kehilangan lemak tubuh, tanpa mereka harus menghitung kalori atau bahkan dengan sengaja melakukannya. ** Baca juga: Yuk, Hentikan Kecanduan Makanan Manis

Menghindari makanan olahan tidak mudah, terutama secara finansial. Dalam studi tersebut, bahan untuk makanan yang tidak diproses harganya sekira 40 persen lebih tinggi dibanding makanan olahan.(ilj/bbs)




Wow, Jatuh Cinta Bantu Turunkan Berat Badan

Kabar6-Jatuh cinta menurut sebuah studi, mungkin merupakan cara yang baik untuk menurunkan berat badan. Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Endocrine Society juga menyebutkan, hormon oksitosin atau hormon cinta, dapat membantu mengurangi berat badan.

Penelitian ini, melansir Sindonews, diwakili oleh tim peneliti di ENDO 2019, yaitu pertemuan tahunan Endocrine Society di New Orleans, LA, yang berfokus tentang bagaimana oksitosin mengubah cara orang dengan obesitas memproses gambar makanan berkalori tinggi. Oksitosin adalah hormon yang diproduksi oleh tubuh. Oksitosin diproduksi di hipotalamus otak dan dilepaskan oleh hipofisis posterior.

Oksitosin adalah hormon penting dan memainkan peran penting dalam interaksi sosial dan ikatan, reproduksi seksual, persalinan, dan menyusui. Hormon ini dilepaskan dalam aliran darah sebagai respons terhadap peregangan serviks dan uterus selama persalinan. Dalam beberapa kasus, bahkan digunakan sebagai obat untuk melahirkan.

Di antara fungsi-fungsi lain, oksitosin juga mempengaruhi hubungan Anda dengan makanan. Hormon ini melemahkan sinyal otak untuk makanan dan karenanya mempengaruhi perilaku makan dan metabolisme. Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan semprotan oksitosin juga dapat memiliki efek pada perilaku makan dengan berinteraksi dengan sirkuit otak.

“Mengetahui bagaimana obat tersebut memberikan efeknya merupakan langkah penting untuk menetapkan oksitosin sebagai pengobatan untuk makan berlebihan dan obesitas,” kata Dr Liya Kerem, pemimpin peneliti studi tersebut, yang merupakan ahli endokrinologi pediatrik di MassGeneral Hospital for Children dan seorang peneliti di Massachusetts.

Penelitian ini dilakukan pada 10 pria muda kelebihan berat badan yang dinyatakan sehat. Subjek dibuat untuk mengunjungi lab dua kali, di mana mereka menerima dosis tunggal semprot oksitosin atau plasebo. ** Baca juga: Hand Sanitizer Lebih Ampuh Dibanding Cuci Tangan dengan Air?

Para peserta tidak mengetahui perawatan apa yang sedang diberikan kepada mereka. Setelah sekira satu jam, para peserta diperlihatkan gambar-gambar benda berkalori tinggi, rendah kalori dan non-makanan saat mereka melewati fMRI (pencitraan resonansi magnetik fungsional) suatu teknik yang mengukur perubahan aliran darah di otak.

Hasilnya, orang yang mengonsumsi oksitosin telah melemahkan konektivitas fungsional antara ventral tegmental area (VTA) dan area otak yang berkaitan dengan motivasi makanan, dibandingkan dengan mereka yang memiliki plasebo. Orang-orang juga tidak mengalami efek samping dari perawatan oksitosin.(ilj/bbs)




Hati-hati, Gemar Belanja Online Bisa Ancam Kesehatan Mental

Kabar6-Saat ini berbelanja online menjadi pilihan banyak orang untuk membeli beragam barang mulai kosmetik, baju, bahkan alat elektronik. Dan bagi sejumlah orang, berbelanja online justru bisa jadi alternatif untuk melepas stres.

Namun tahukah Anda, terlalu sering berbelanja online ternyata bisa membahayakan kesehatan metal? Melansir Teen, sebuah penelitian dari PloS One menyebut, belanja online bisa berdampak buruk bagi otak. Belanja online disebut dapat mengurangi fokus dan berpengaruh pada reaksi seseorang. Para peneliti mengungkapkan, mereka yang terlalu sering berbelanja online memiliki reaksi yang lebih lambat dan konsentrasi yang tidak begitu baik. Peneliti juga mencoba meneliti aktivitas otak mereka yang sering berbelanja online dengan electroencephalogram (EEG) dan event-related potential (ERPs).

Hasilnya, mereka yang sering berbelanja online memiliki sinyal otak yang berhubungan dengan kurangnya fokus. Hal itu berbanding terbalik dengan mereka yang lebih sering istirahat atau membaca buku. ** Baca juga: Makanan Pilihan Cegah Penuaan Dini

Sementara itu, penelitian ini semakin menguatkan studi-studi sebelumnya terkait dampak buruk internet terhadap kesehatan otak. Banyaknya informasi yang didapatkan di internet disebut dapat membuat kita sulit mengingat dan memproses semua informasi dengan mudah.

Solusinya, Anda bisa mengistirahatkan diri sejenak dari dunia maya. Biasakan membaca buku atau majalah untuk mendapatkan informasi. Selain itu juga bisa melakukan meditasi untuk meningkatkan konsentrasi dan fokus.(ilj/bbs)




Mengapa Seseorang Sering Mimpi Buruk?

Kabar6-Meskipun identik dengan anak-anak, orang dewasa pun bisa mengalami mimpi buruk, bahkan sering dialami sebagian orang. Mimpi buruk pada orang dewasa sering terjadi dengan spontan, namun bisa juga disebabkan oleh berbagai faktor. Pada beberapa kasus, mimpi buruk kerap terjadi setelah seseorang makan pada larut malam, yang membuat tubuh meningkatkan metabolisme serta memberikan sinyal pada otak agar lebih aktif.

Penggunaan obat-obat tertentu, seperti dilansir Klikdokter, ternyata berkontribusi terhadap frekuensi mimpi buruk. Obat-obatan seperti antidepresan dan narkotika sering dikaitkan dengan mimpi buruk. Obat non-psikologis seperti obat tekanan darah juga bisa mendatangkan mimpi buruk. Selain itu, sejumlah pemicu psikologis yang menyebabkan mimpi buruk pada orang dewasa adalah kecemasan dan depresi.

Orang-orang yang sering mengalami mimpi buruk biasanya memiliki perasaan cemas yang berlebih. Jika hal ini tidak segera ditangani, maka bisa menimbulkan efek psikologis yang merugikan.

Kurang tidur yang disebabkan oleh mimpi buruk bisa menyebabkan sejumlah masalah medis, termasuk penyakit jantung, depresi, dan obesitas. Jika mimpi buruk pada orang dewasa adalah gejala sleep apnea atau gangguan stres setelah trauma, kesehatan fisik dan mental seseorang akan terganggu. ** Baca juga: Bantu Bersihkan Racun yang Menumpuk pada Tubuh dengan 5 Makanan Sehat

Tidur merupakan salah satu kebutuhan mendasar. Minim istirahat karena mimpi buruk berisiko menurunkan daya tahan tubuh dan mudah terkena penyakit. Jadi memiliki kualitas tidur yang baik guna menjaga kesehatan sangat diperlukan.(ilj/bbs)