Kabar6-Sebelum ada surat elektonik (E-mail), Whatsapp, dan sejenisnya, orang akan mengirimkan pesan, catatan, dan surat melalui Kantor Pos. Nah, sejarah sistem pos terkait erat dengan sejarah transportasi.
Kemajuan teknologi transportasi juga memungkinkan sistem pos memperluas jangkauan mereka. Pada saat pos udara trans-pasifik pertama dikirimkan, melansir Vebma, dinas pos telah mencoba setiap moda transportasi yang tersedia bagi manusia, termasuk roket. Jenis surat roket yang paling awal adalah salah satu yang mungkin pernah Anda lihat di film-film sejarah, di mana surat dililitkan di sekitar batang panah dan menembus udara ke dalam kastil atau wilayah musuh.
Versi yang lebih modern dari gagasan itu disajikan kepada publik oleh penyair dan dramawan Jerman, Heinrich von Kleist, melalui artikel surat kabar pada 1810. Pada saat itu, perkembangan roket masih dalam tahap awal.
Kleist berpikir bahwa roket bisa digunakan untuk mengirim surat dari Berlin ke Breslau yang memiliki jarak 180 mil, dalam setengah hari atau sepersepuluh dari waktu yang dibutuhkan oleh kereta kuda.
Teori Kleist dipraktikkan di pulau kecil Polinesia Tonga oleh penemu Inggris, Sir William Congreve, menggunakan roket yang dirancang sendiri. Tetapi roket itu sangat tidak dapat diandalkan sehingga ide penggunaannya dalam pengiriman surat dengan cepat diberhentikan.
Jalan buntu yang ditemui Sir William Congreve akhirnya dipecahkan oleh insinyur muda bernama Friedrich Schmiedl, yang tinggal di Pegunungan Alpen Austria. Schmiedl menyadari fakta bahwa pengiriman surat sangat menyulitkan bagi desa-desa di pegunungan.
Ia lantas bereksperimen dengan roket bahan bakar padat, dan pada 1928 melakukan eksperimen dengan balon stratosfer. Setelah beberapa kali gagal, Schmiedl meluncurkan surat roket pertama pada 1931, dan mengirimkan 102 surat ke tempat yang berjarak lima kilometer. Roket itu dikendalikan dari jarak jauh dan mendarat menggunakan parasut. Roket keduanya mengantarkan 333 surat.
Surat roket Schmiedl mengilhami beberapa negara lain seperti Jerman, Inggris, Belanda, AS, India, dan Australia untuk melakukan eksperimen serupa dengan tingkat kesuksesan yang bervariasi. Percobaan pada surat roket sebagian besar berhasil di India, di mana seorang perintis aerospace engineer bernama Stephen Smith menyempurnakan teknik pengiriman surat dengan roket.
Antara 1934 dan 1944, Smith melakukan 270 peluncuran, setidaknya 80 di antaranya berisi surat. Smith menciptakan sejarah ketika ia mengantarkan dengan roket beberapa paket makanan pertama yang berisi beras, biji-bijian, rempah-rempah dan rokok buatan lokal ke wilayah gempa yang diduduki Quetta, sekarang di Pakistan.
Pada 1959, Departemen Kantor Pos AS menembakkan rudal jelajah Regulus dengan berisi dua kontainer surat, menuju Stasiun Angkatan Laut di Mayport, Florida. Rudal 13 ribu pon meluncur dengan 3.000 surat dan dua puluh dua menit kemudian mencapai target di Mayport, 700 mil jauhnya. Surat-surat itu diambil, dicap dan diedarkan seperti biasa.
Semua 3.000 surat adalah salinan yang sama yang ditulis oleh Jenderal Postmaster. Setiap anggota awak kapal selam yang meluncurkan rudal menerima salinan surat itu, begitu pula Presiden Eisenhower dan para pemimpin AS lainnya.
Percobaan pengiriman surat yang berhasil mendorong Postmaster Summerfield dengan antusias menyatakan, “Sebelum manusia mencapai bulan, surat akan dikirimkan dalam beberapa jam dari New York ke California, ke Inggris, ke India atau Australia dengan peluru kendali.”
Tapi itu tidak terjadi. Biaya pengiriman roket ternyata terlalu tinggi, eksperimen kecil dengan rudal jelajah Regulus itu membebani pemerintah AS sebesar US$1 juta, tetapi hanya menghasilkan US$240 dari penjualan prangko. Baik Kantor Pos maupun Departemen Pertahanan tidak lagi dapat menanggung biaya penggunaan rudal surat. ** Baca juga: Ini 5 Fakta Menarik Tentang Yakuza
Dan itulah akhir dari program rudal surat. Tidak ada upaya lebih lanjut untuk mengirimkan surat dengan roket yang telah dibuat sejak saat itu.(ilj/bbs)