1

NASA Luncurkan Perseverance dan Berharap Temukan Bekas Kehidupan di Mars

Kabar6-Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sukses meluncurkan rover peneliti Perseverance ke Mars dari pangkalan peluncuran luar angkasa Cape Canaveral, Florida.

Perseverance, melansir MSN, diangkut oleh roket Atlas V milik United Launch Alliance, perusahaan patungan antara Lockheed Martin dan Boeing. Misi itu ditargetkan mencapai permukaan Mars dalam waktu tujuh bulan. Dan diharapkan mendarat di Kawah Jezero pada Februari 2021 mendatang. Perseverance akan bertugas mencari tanda-tanda kehidupan di Mars.

Antara lain dengan mengumpulkan sampel dari planet merah itu, menerbangkan sebuah helikopter mini, dan melakukan penelitian rumit lainnya. “Perseverance adalah misi yang sangat penting untuk Amerika Serikat dan, tentu saja, sangat sangat penting untuk dunia,” kata Jim Brindestine, Administrator NASA.

Peluncuran misi ke Mars Amerika Serikat ini adalah yang ketiga dalam beberapa pekan terakhir. Sebelumnya, Uni Emirat Arab telah meluncurkan misi ke Mars menggunakan roket buatan Jepang dan disusul oleh Tiongkok dengan misi Tianwen-1.

Kawah Jezero, tempat Perseverance mendarat, adalah bekas danau dan delta pada masa lalu. NASA berharap bisa menemukan bekas kehidupan di lokasi tersebut.

Selain itu, Perseverance juga memboyong sebuah helikopter kecil bernama Ingenuity ke permukaan Mars. Helikopter itu bertugas untuk beberapa melakukan uji terbang di Mars. Apabila sukses, ia akan menjadi kendaraan terbang berbaling-baling pertama yang terbang di planet selain Bumi.

“Ingenuity akan menjadi demonstrator dalam misi ini, tetapi di masa depan ia diharapkan bisa mengubah cara kita melakukan penelitian di planet lain,” jelas Brindestine baru-baru ini. ** Baca juga: Wajah Mirip Selingkuhan, Ibu di Rumania Ini Mutilasi Bayinya

Apabila tak ada aral melintang, misi yang membawa Perseverance itu diharapkan mendarat di Mars pada 18 Februari 2021 nanti.(ilj/bbs)




Roket Milik Tiongkok Seberat 18 Ton Jatuh Lagi ke Bumi

Kabar6-Roket Long March 5B milik Tiongkok yang beberapa waktu lalu diluncurkan, jatuh lagi ke Bumi tepatnya di lautan Atlantik.

Jatuhnya roket ini sempat memunculkan ketegangan selama beberapa jam. Pasalnya, jalur dan lokasi pendaratan roket ini tidak dapat diketahui karena jatuhnya tidak bisa dikendalikan.

Roket tersebut, melansir spaceflightnow, diketahui membawa pesawat antariksa prototipe. Penerbangan roket dilakukan di Wenchang Space Launch Center yang berlokasi Provinsi Hainan. Dengan berat mencapai 18 ton, bagian inti roket Long March 5B menjadi sampah antariksa dan kemudian jatuh tanpa terkendali ke Bumi.

Roket ini menempati posisi keempat sebagai sampah antariksa terbesar yang jatuh ke Bumi. Biasanya, roket besar seperti Long March 5B ini memiliki pengendali, sehingga lokasi jatuhnya bisa diatur pada area yang sekiranya tidak membahayakan.

Meski sebenarnya jatuhnya bagian besar roket ini pun tidak terlalu berbahaya atau menimbulkan kerusakan parah jika tidak mendarat di lautan.

“Bagi objek besar semacam ini, komponen padat seperti mesin roket bisa bertahan saat jatuh ke Bumi”, jelas Jonathan McDowell dari Harvard-Smithsonian Center of Astrophysics.

Ditambahkan, “Sekali objek itu mencapai atmosfer rendah, jatuhnya menjadi relatif lebih lambat sehingga skenario terburuk adalah bisa menghancurkan sebuah rumah.”

Melacak objek antariksa yang bergerak dengan cepat di atmosfer bukanlah hal yang mudah. SpaceTrack pun hanya bisa mendeteksi dengan memberi batasan area jatuhnya, tidak secara persis mengetahui area jatuhnya benda tersebut.

Roket Long March 5B sendiri tidak membawa astronaut saat diluncurkan. Badan Antariksa Tiongkok mengklaim, roket ini bisa menampung hingga enam orang astronaut secara bersamaan. Jumlah ini lebih banyak dua kali lipat dari pesawat ruang angka Shenzhou yang selama ini dipakai oleh Tiongkok.

Dan roket ini digadang-gadang sebagai roket terhebat yang pernah dibuat oleh Tiongkok, karena mampu mengangkut beban hingga 22 ton ke orbit. Kekuatan ini sama dengan SpaceX’s Falcon 9 rocket.

Tinggi kedua roket ini pun sama yaitu sekira 54 meter. Dalam beberapa tahun ke depan, roket Long March 5B akan membawa komponen stasiun luar angkasa Tiongkok yang ukurannya seperlima dari stasiun ruang angkasa internasional. ** Baca juga: Ilmuwan Tiongkok Ungkap, Virus Corona dari Kelelawar di Lab Wuhan Beda dengan COVID-19

Diketahui, membangun stasiun ruang angkasa rupanya menjadi misi besar Badan Antariksa Tiongkok. Roket Long March 5B yang nantinya akan membawa bagian-bagian stasiun ruang angkasa dan astronaut pun diuji coba dan diluncurkan, meski Tiongkok sendiri masih bergelut dengan pandemi COVID-19.(ilj/bbs)




Ham, Simpanse Pertama yang Pergi ke Luar Angkasa

Kabar6-Pada periode 1960-an hingga 1980-an, para ilmuwan tengah giat-giatnya mengeksplor luar angkasa demi mengembangkan ilmu pengetahuan. Mereka berupaya melakukan penjelajahan luar angkasa semaksimal mungkin untuk mencapai sejumlah kepentingan.

Sebenarnya, eksplorasi luar angkasa ini tidak bukan sekadar untuk kepentingan ilmu pengetahuan, karena beberapa negara ingin membuktikan kehebatannya melalui cara ini. Diketahui, Amerika Serikat dan Rusia selalu bersaing dalam urusan penjelajahan luar angkasa.

Dalam eksplorasi luar angkasa ini, selalu ada misi untuk memboyong manusia ke luar angkasa. Tentunya hal ini membutuhkan pertimbangan dan pengujian yang cukup panjang.

Karena itulah, para ilmuwan kerap menggunakan hewan sebagai bahan uji coba sebelum mengantarkan manusia ke luar angkasa. Sebelum akhirnya manusia berhasil menembus luar angkasa, tercatat ada beberapa uji coba yang melibatkan hewan. Salah satu hewan yang pernah singgah di luar angkasa adalah simpanse.

Pada 31 Januari 1961, melansir keepo.me, seekor simpanse di Florida Selatan yang bernama Ham, terlibat dalam sebuah misi ruang angkasa, sebagai primata pertama yang menjelajah luar angkasa. Seorang dokter hewan memberikan sebuah pisang pada simpanse yang berbobot 16kg itu, sebelum naik ke kereta luncur roket. Ketika Ham mulai mengupas kulit pisang tersebut, perjalanan antariksa pun dimulai.

Ham ditempatkan di sebuah kapsul ruang angkasa Project Mercury MR-2 NASA. Diketahui, sebelum akhirnya Amerika berhasil mengirim manusia ke bulan pada 1969, dan sebelum Rusia meluncurkan satelit buatan pertama pada 1957, kedua negara ini kerap menggunakan hewan untuk uji coba luar angkasa.

Rusia biasanya menggunakan hewan anjing pada percobaannya. Misi memboyong anjing ke antariksa dilakukan pada 1951 dan 1952 dengan membawa sembilan ekor anjing ke antariksa. Tiga dari sembilan anjing tersebut mati saat dan setelah misi dilancarkan.

Berbeda dengan Rusia, AS lebih memilih simpanse untuk objek uji coba proyek luar angkasa. Pemilihan simpanse ini didasarkan pada penilaian bahwa simpanse mempunyai karakter fisik dan mental yang mirip dengan manusia. Berbagai macam pelatihan dan perawatan kesehatan pun dilakukan sebelum simpanse tersebut menjalani misi.

Sebelum pergi ke luar angkasa, Ham tinggal di kebun binatang nasional di Washington DC. Setelah misi selesai, Ham dipindahkan ke Kebun Binatang Carolina Utara. Ham meninggal di usia 26 tahun pada 1983. ** Baca juga: Susah Diucapkan, Ini 5 Tempat dengan Nama Terpanjang di Dunia

Simpanse itu pun dikuburkan di New Mexico Museum of Space History, Alamogordo, New Mexico.(ilj/bbs)




Siapa Sangka, Surat Pos Zaman Dulu Pernah Dikirim Pakai Roket

Kabar6-Sebelum ada surat elektonik (E-mail), Whatsapp, dan sejenisnya, orang akan mengirimkan pesan, catatan, dan surat melalui Kantor Pos. Nah, sejarah sistem pos terkait erat dengan sejarah transportasi.

Kemajuan teknologi transportasi juga memungkinkan sistem pos memperluas jangkauan mereka. Pada saat pos udara trans-pasifik pertama dikirimkan, melansir Vebma, dinas pos telah mencoba setiap moda transportasi yang tersedia bagi manusia, termasuk roket. Jenis surat roket yang paling awal adalah salah satu yang mungkin pernah Anda lihat di film-film sejarah, di mana surat dililitkan di sekitar batang panah dan menembus udara ke dalam kastil atau wilayah musuh.

Versi yang lebih modern dari gagasan itu disajikan kepada publik oleh penyair dan dramawan Jerman, Heinrich von Kleist, melalui artikel surat kabar pada 1810. Pada saat itu, perkembangan roket masih dalam tahap awal.

Kleist berpikir bahwa roket bisa digunakan untuk mengirim surat dari Berlin ke Breslau yang memiliki jarak 180 mil, dalam setengah hari atau sepersepuluh dari waktu yang dibutuhkan oleh kereta kuda.

Teori Kleist dipraktikkan di pulau kecil Polinesia Tonga oleh penemu Inggris, Sir William Congreve, menggunakan roket yang dirancang sendiri. Tetapi roket itu sangat tidak dapat diandalkan sehingga ide penggunaannya dalam pengiriman surat dengan cepat diberhentikan.

Jalan buntu yang ditemui Sir William Congreve akhirnya dipecahkan oleh insinyur muda bernama Friedrich Schmiedl, yang tinggal di Pegunungan Alpen Austria. Schmiedl menyadari fakta bahwa pengiriman surat sangat menyulitkan bagi desa-desa di pegunungan.

Ia lantas bereksperimen dengan roket bahan bakar padat, dan pada 1928 melakukan eksperimen dengan balon stratosfer. Setelah beberapa kali gagal, Schmiedl meluncurkan surat roket pertama pada 1931, dan mengirimkan 102 surat ke tempat yang berjarak lima kilometer. Roket itu dikendalikan dari jarak jauh dan mendarat menggunakan parasut. Roket keduanya mengantarkan 333 surat.

Surat roket Schmiedl mengilhami beberapa negara lain seperti Jerman, Inggris, Belanda, AS, India, dan Australia untuk melakukan eksperimen serupa dengan tingkat kesuksesan yang bervariasi. Percobaan pada surat roket sebagian besar berhasil di India, di mana seorang perintis aerospace engineer bernama Stephen Smith menyempurnakan teknik pengiriman surat dengan roket.

Antara 1934 dan 1944, Smith melakukan 270 peluncuran, setidaknya 80 di antaranya berisi surat. Smith menciptakan sejarah ketika ia mengantarkan dengan roket beberapa paket makanan pertama yang berisi beras, biji-bijian, rempah-rempah dan rokok buatan lokal ke wilayah gempa yang diduduki Quetta, sekarang di Pakistan.

Pada 1959, Departemen Kantor Pos AS menembakkan rudal jelajah Regulus dengan berisi dua kontainer surat, menuju Stasiun Angkatan Laut di Mayport, Florida. Rudal 13 ribu pon meluncur dengan 3.000 surat dan dua puluh dua menit kemudian mencapai target di Mayport, 700 mil jauhnya. Surat-surat itu diambil, dicap dan diedarkan seperti biasa.

Semua 3.000 surat adalah salinan yang sama yang ditulis oleh Jenderal Postmaster. Setiap anggota awak kapal selam yang meluncurkan rudal menerima salinan surat itu, begitu pula Presiden Eisenhower dan para pemimpin AS lainnya.

Percobaan pengiriman surat yang berhasil mendorong Postmaster Summerfield dengan antusias menyatakan, “Sebelum manusia mencapai bulan, surat akan dikirimkan dalam beberapa jam dari New York ke California, ke Inggris, ke India atau Australia dengan peluru kendali.”

Tapi itu tidak terjadi. Biaya pengiriman roket ternyata terlalu tinggi, eksperimen kecil dengan rudal jelajah Regulus itu membebani pemerintah AS sebesar US$1 juta, tetapi hanya menghasilkan US$240 dari penjualan prangko. Baik Kantor Pos maupun Departemen Pertahanan tidak lagi dapat menanggung biaya penggunaan rudal surat. ** Baca juga: Ini 5 Fakta Menarik Tentang Yakuza

Dan itulah akhir dari program rudal surat. Tidak ada upaya lebih lanjut untuk mengirimkan surat dengan roket yang telah dibuat sejak saat itu.(ilj/bbs)




Luncurkan Diri dengan Roket, Mike Ingin Buktikan Bumi Itu Datar

Kabar6-Banyak cara dilakukan seseorang saat ingin membuktikan pendapat yang diyakini. Salah satunya adalah ‘Mad’ Mike Hughes (61), seorang pendukung teori bahwa Bumi itu datar.

Nah, untuk membuktikan keyakinannya itu, seperti dilansir The Guardian, Mike berencana meluncurkan diri bersama roket buatannya pada Sabtu, 25 November 2017 besok. Roket ini menurut rencana akan meluncur sejauh satu mil di atas Gurun Mojave, California.

Mike membuat roket dari logam yang bertenaga uap, dengan menelan biaya Rp270 juta.

“Saya tidak percaya pada sains. Saya tahu tentang dinamika aerodinamika, fluida, dan bagaimana segala sesuatu bergerak melalui udara. Tapi itu semua bukan sains, itu hanya sebuah rumusan. Tidak ada perbedaan antara sains dan fiksi ilmiah,” katanya.

Roket akan meluncur hingga 550 meter di udara dengan kecepatan 500 mph sebelum akhirnya mengeluarkan parasut.

Ternyata hal ini bukanlah yang pertama kali. Pada 2014 lalu, Mike juga melakukan peluncurkan untuk membuktikan bahwa Bumi itu datar. Sayang, hasilnya tidak seperti yang diharapkan karena salah satu parasut tidak terbuka. ** Baca juga: Ingin Ciptakan Populasi Pekerja Sosialis Lebih Banyak, Kondom Jadi ‘Barang Mewah’ di Korut

Menurut Anda, Bumi itu bulat atau datar? (ilj/bbs)