1

Pelapor Kasus Bullying di Binus School Tangsel Tolak Upaya Damai

Kabar6-Orang tua korban kasus perundungan atau bullying pelajar Binus School, Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) ngotot menempuh jalur hukum. Proses hukum secara peradilan pidana anak yang mengedepankan diversi ditolak.

Demikian diungkapkan tim hukum Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Tangsel, M Rizky Firdaus. “Si Ibu inikan tujuan utamanya ya memang harus sampai pengadilan,” ungkapnya.

Menurutnya, karena tetap keukeuh menempuh jalur diselesaikan lewat pengadilan maka pelapor diantar ke Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Tujuannya agar hak-hak anak korban terpenuhi.

**Baca Juga: Polres Tangsel Kenakan Pasal Ini ke Pelaku Bullying di Binus School

Rizky jelaskan, pertimbangan lapor ke LPSK karena kasus ini telah menyita perhatian publik. Terlapor pun lebih dari satu orang.

“Indikator pertama banyaknya anak pelaku berhadapan dengan hukum, kedua fakta bahwa ada 30-40 anak yang turut menyaksikan kejadian tersebut,” jelasnya.

Korban bersama ibunya selaku pelapor pada Selasa kemarin telah mendatangi kantor UPTD PPA Kota Tangsel untuk menjalani konseling psikologis. Tim pakar melihat kondisi psikologi korban tidak stabil.

Terungkapnya kasus ini bermula dari cuitan pemilik akun @BosPurwa di media sosial X, dahulunya Twitter. Ia memposting foto korban sedang tergolek lemah di rumah sakit.(yud)




Psikologis Anak Korban Bullying di Binus School Tangsel Tidak Stabil

Kabar6-Anak korban perundungan dekat Binus School tiba di kantor UPTD PPA Kota Tangerang Selatan (Tangsel) sekitar pukul 14.56 WIB. Pantauan kabar6.com, korban datang mengenakan hoddie warna biru tua.

Korban datang bersama ibunya turun dari mobil Hyundai putih langsung masuk ke dalam gedung. Di ruang tunggu sebelum naik tangga di lantai atas, remaja itu duduk sambil terus menutupkan kepalanya.

Sekitar pukul 17.49 WIB pejabat KPAI dan UPTD PPA menemui wartawan yang hendak konfirmasi terkait hasil konseling psikologis korban.

“Kalau kami sendiri hanya memastikan ya, memastikan anak korban, memberikan penguatan psikologis terhadap anak korban, itu saja sih,” kata komisioner KPAI, Diyah Puspitarini di Rawa Buntu, Kecamatan Serpong, Selasa (20/2/2024).

Ia jelaskan anak korban masih membutuhkan pemulihan. Kondisi psikologisnya belum stabil usai dibullying dan informasinya santer beredar di media sosial dan media massa.

“Pernah dicubit?. Sakit?. Nah seperti itu. Jadi, saya minta bantuan ya, mas, mbak semuanya, agar anak bisa pulih psikologisnya,” jelas Diyah.

**Baca Juga: Bullying di Tangsel, Praktisi: Relasi Kuasa Wajid Dievaluasi Binus School

Hal senada disampaikan tenaga layanan Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak, Permina Sianturi. “Jadi ya kita enggak bisa bilang itu stabil,” tegasnya.

UPTD PPA Kota Tangsel bersama kementerian minta kepada masyarakat pengguna media sosial menghapus konten video bullying yang terjadi di warung dekat Binus School, Serpong Utara. “Biar anak bisa memulihkan kembali traumanya,” harap Diyah.

Para pejabat itu mengecoh wartawan. Anak korban bersama ibunya langsung keluar gedung belok kiri. Mereka ganti menumpang mobil, Honda Jazz warna merah sudah menunggu di depan kantor Kelurahan Rawa Buntu.

Sementara mobil Hyundai warna putih yang ditumpangi ketika datang dibiarkan terparkir di kantor UPTD PPA Kota Tangsel.(yud)




Seorang Wanita di Shanghai Peluk Pohon Saat Stres Karena Takut Tularkan Energi Negatif

Kabar6-Apa yang dilakukan seorang wanita asal Shanghai, Tiongkok, bernama Qishishiqi ini menjadi viral karena mempromosikan manfaat fisik dan psikologis dari memeluk pohon.

Qishishiqi, melansir SCMP, memeluk pohon pertamanya pada April 2023 lalu, ketika berada di belakang bersama sang suami. Kabarnya, saat merasa sedikit mabuk, Qishishiqi memeluk sebatang pohon secara sembarangan di jalan kosong Kota Shanghai. Kemudian, setelah memeluk pohon, wanita itu merasakan efek positif. Disebutkan, dering konstan di telinga yang diklaim disebabkan oleh stres terkait pekerjaan, bisa hilang secara ajaib saat memeluk batang pohon yang tebal.

Pengalaman pertama yang unik tersebut, sontak memotivasi Qishishiqi tidak hanya mencari pohon lain untuk dipeluk, melainkan berbagi ceritanya kepada masyarakat luas, agar manfaatnya bisa dirasakan banyak orang.

Pada postingan viral di Xiaoshomgshu, Instagram versi Tiongkok, Qishishiqi menjelaskan bahwa dirinya merasa rileks dan sembuh setelah memeluk pohon berusia seribu tahun di taman hutan Kota Shanghai. ** Baca juga: Wahana Roller Coaster di AS yang Sedang Berputar ‘Nyangkut’, Delapan Penumpang Terbalik Selama Beberapa Jam

Qishishiqi merasa bahwa pohon tersebut juga memeluknya, dan membantu meringankan semua beban yang dipikulnya. Dikatakan, dia kerap merasa malu saat memeluk manusia lain, karena takut mereka tidak bisa menahan energi negatifnya. Namun, pohon menurut Qishishiqi sangat berbeda, karena dinilai akan mendengarkannya dengan diam dan sabar.

Qishishiqi juga memperjelas bahwa dia tak menyarankan untuk mengganti terapi medis yang sebenarnya dengan memeluk pohon. Tapi, para pendukung pengobatan tradisional Tiongkok mengklaim bahwa memeluk pohon bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.(ilj/bbs)




Tes Psikologis 22 Pelajar Tawuran di Lebak-Serang, Hasilnya Mencengangkan

Kabar6-Tes psikologis dilakukan kepada 22 pelajar SMK sederajat yang terlibat tawuran, hasilnya pun mencengangkan. Mereka belum bisa membedakan hal yang baik dan buruk. Meski usia mereka sudah belasan tahun dan duduk di bangku SMK sederajat, namun mentalitasnya masih berusia dibawah 10 tahun.

Pendampingan psikologis dan konseling dilakukan bersama Polresta Serkot, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Layanan Dukungan Psikososial (LDP) dan Ikatan Guru Indonesia (IGI) Banten di Mapolresta Serkot pada Senin, 19 Juni 2023.

“Ada beberapa anak yang masih belum bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk. Mereka juga belum bisa menghargai diri sendiri. Nah, ini yang kita lihat ada kaitannya dengan pengasuhan keluarga,” ujar Hendry Gunawan, di Mapolresta Serkot, Selasa (20/06/2023).

KPAI Banten ingin para pelajar itu bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukannya, sesuai peraturan yang ada di Indonesia. Namun di sisi lain, harus dipikirkan masa depan generasi penerus bangsa itu, agar tetap bisa menempuh jenjang pendidikan dan tidak terbebani dengan predikat tersangka ataupun narapidana.

KPAI, LDP dan IGI Banten menyerahkan puluhan buku ke Kapolresta Serkot, Kombes Pol Sofwan Hermanto, untuk dibaca oleh pelajar yang berada di dalam tahanan.

**Baca Juga: Pelajar Tersangka Tawuran Lebak dan Serang Bertambah Jadi 21 Orang

Buku tersebut ditulis oleh pelajar SMA sederajat, berisikan sudut pandang remaja melihat realitas kehidupan secara positif. Harapannya, buku itu bisa mencerahkan puluhan pelajar yang terlihat tawuran, agar tidak lagi mengulangi perbuatannya.

“Bagaimana mereka mempertanggungjawabkan apa yang sudah mereka lakukan, kemudian kesadaran diri, penyesalan. Kemudian didorong juga untuk terus termotivasi agar tentu saja setelah mereka selesai dari proses hukum ini, mereka bisa kembali beraktivitas sebagai anak yang masih punya masa depan yang panjang,” jelasnya.

Para pelajar diminta menggambar di sebuah kertas, kemudian hasilnya dianalisa. Kebanyakan dari puluhan pelajar itu, hanya mengikuti instruksi dari orang lain. Hal itu berkesesuaian bahwa banyak diantara mereka tidak bisa membedakan hal baik dan buruk.

“Bahwa anak-anak sebagian besar mengikuti arahan atau instruksi dari beberapa leader yang ada diantara 22 itu,” terangnya.(Dhi)




Praktisi Hukum Sebut Polisi Keliru Hentikan Kasus Dugaan Cabul di Pamulang

Praktisi Hukum Sebut Polisi Keliru Hentikan Kasus Dugaan Cabul di Pamulang

Kabar6-Penghentian kasus dugaan pencabulan di wilayah Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, dianggap kurang tepat. Polisi mestinya tetap melanjutkan proses hukum meski keluarga korban memilih penyelesaian secara kekeluargaan.

“Keputusan yang tidak memproses hukum pelaku adalah keliru,” ungkap pengamat hukum pidana Universitas Pamulang, Halimah Humayrah Tuanaya kepada kabar6.com lewat keterangan tertulis, Rabu (20/10/2021).

Ia berpandangan, harusnya kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tangsel tetap memproses terduga pelaku berinisil T. Pria pemilik warung yang dilaporkan telah berbuat tak senonoh terhadap korbannya itu bisa diseret ke meja hijau.**Baca Juga: Kasus Dugaan Cabul Pemilik Warung di Pamulang Berujung Damai

Hal ini mengingat pencabulan merupakan delik murni, bukan delik aduan. “Jadi meskipun korban tidak mau melaporkan, polisi wajib memprosesnya,” terang Halimah.

Menurutnya, kejadian tersebut sama halnya dengan polisi yang tidak melanjutkan proses perkara terhadap tindak pidana pembunuhan, lantaran korbannya mati dan tidak bisa membuat laporan.

Halimah bilang, dalam hukum pidana, pemeriksaan perkara yang bergantung pada aduan korban hanya berlaku pada delik aduan (klacht delicten). Sedangkan delik pencabulan bukan merupkan delik aduan.

Terlebih lagi, korban dari kejahatan ini adalah anak-anak, yang diatur secara khusus dalam undang-undang tentang perlindungan anak, dengan konsekuensi pidana lebih berat dari pencabulan pada umumnya. Penanganannya pun harus memperhatikan ketentuan payung hukum.

Halimah beralasan, sebab anak berpotensi mengalami trauma secara psikologis pasca kejadian, dan berpengaruh pada masa depannya.

“Ironis apabila Kepolisian Resort Tangerang Selatan tidak melanjutkan proses hukum kejahatan pencabulan terhadap anak, padahal kejahatan ini merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)” tambah Halimah.(yud)




Kasus Suharyo Ganggu Psikologis Pengurus dan Cabor di Tangsel

Kabar6.com

Kabar6-Penahanan terhadap Suharyo, Bendahara Umum KONI Kota Tangerang Selatan (Tangsel) berpengaruh terhadap psikologis para pengurus dan atlet cabang olahraga. Suharyo ditahan kejaksaan negeri setempat atas kasus dugaan korupsi.

“Pasti yang namanya psikologis agak terganggu. Namanya juga masalah kayak gini,” kata Sekretaris Umum Kota Tangsel, Mulyono, Senin (7/6/2021).

Menurutnya, program kegiatan ke-46 cabang olahraga menjadi tersendat. Padahal turnamen Pekan Olahraga Provinsi Banten 2022 mendatang semakin dekat.

“Contoh uang pembinaan biasanya sudah turun ini belum turun. Ini kan mengganggu juga ke mereka (atlet), biasa dapat uang pembinaan dari kami, transport dia, vitaminnya terganggu kan. Tapi pada intinya namanya orang olahraga itu berjiwa kesatria, tujuan prestasi saja. Walaupun terganggu secara psikologis, saya akui seperti itu,” terangnya.

**Baca juga: Pemenang Tender 6,9 Miliar di Tangsel Diduga Gunakan Alamat Fiktif

Hal senada diutarakan pengurus KONI Kota Tangsel lainnya yang identitas. Meski demikian ia yakin kejadian ini buah dari sikap segelintir oknum yang menyalahgunakan wewenang.

“Malu kita ada kejadian kayak gini. Kita lagi ngincer emas, eh yang dua tiga elite malah cecarian,” ujarnya.(yud)




Kondisi Psikologis Bocah Korban Kekerasan Ayah Kandung di Tangsel Pulih

kabar6.com

Kabar6-Seto Mulyadi, pemerhati anak telah melihat kondisi bocah yang menjadi korban kekerasan ayah kandungnya di Pondok Jagung Timur, Kecamatan Serpong Utara. KB, 5 tahun, kini masih dirawat sementara oleh kapolres Tangerang Selatan (Tangsel).

“Dan saya melihat tadi tidak tercermin sedikitpun trauma dan sebagainya cukup gembira, spontan, bermain ceria, dan saling ceria dan saling menyemangati dengan putri bapak kapolres,” katanya di Mapolres Tangsel, Selasa (24/5/2021).

Kak Seto, sapaan akrabnya menilai langkah kapolres berinisiatif menempatkan KB di rumah aman sudah sangat tepat. Selama diasuh sementara bocah tersebut mendapatkan treatment psikologis.

“Saya kira memang itu yang penting, bahwa pengalaman traumatik seorang anak itu justru bisa dengan prinsip istilahnya social learning teory atau teori belajar sosial,” jelasnya.

Di lokasi sama, Kapolres Tangsel, Ajun Komisaris Besar Iman Imanuddin mengakui punya anak bungsu yang seusia dengan KB. Selama dirawat sementara bocah tersebut merasa bertemu dengan sahabat sepermainan.

**Baca juga: Pemkot Tangsel Berencana Relokasi Warga Perumahan Pondok Maharta

“Banyak hal-hal positif yang selama ini saya perhatikan juga dari komunikasi antar anak kecil itu, kemudian bagaimana mereka juga saling mengisi, bagaimana mereka saling support yang mungkin sama kita hampir tidak pernah terpikirkan,” ujar Iman.

“Sementara saja kami rawat sampai dengan kondisinya sampai mulai stabil. Tadi kami diskusi dengan Kak Seto, ternyata terapi keluarga itu lebih efektif untuk pemulihan kondisi psikologis anak. Karena sesama anak saling berkomunikasi ya,” tambahnya.(yud)




Korban Pelecehan Seksual Pengasuh Ponpes di Serang Jalani Terapi Psikologis

kabar6.com

Kabar6- Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Serang, yang mendampingi kasus pelecehan seksual terhadap empat santriwati sejak awal mengaku senang akhirnya pihak kepolisian bisa menangkap terduga pelaku.

P2TP2A Kabupaten Serang masih terus memberikan pendampingan hukum dan terapi psikologis kepada para korban, agar mentalitasnya kembali pulih.

“Semoga cepat selesai, karena kan kasihan sama anak-anaknya. Kita juga terapi psikolog, jadi psikologinya datang ke rumah,” ujar staff pendampingan P2TP2A Kabupaten Serang, Laila Purnamasari, melalui sambungan selulernya, Rabu (29/07/2020).

Sampai saat ini, Laila melanjutkan, tubggal satu korban yang masih mendapatkan terapi. Sementara korgan lainnya sudah membaik.”Terapi psikolog sekarang masih berjalan.”

Pendampingan psikologis dan hukum akan terus diberikan hingga persiapan hukum selesai, terutama saat persidangan nanti. Terutama saat para korban dimintai keterangan di pengadilan dan dipertemukan dengan terduga pelaku.

“kedepan kita siapkan untuk sidang. Ya itu, psikologinya harus dipulihkan dulu, karena kan khawatir dipertemukan dengan terlapor. Pendampingan hukum sampai sidang, hanya saat saksi anak aja,” jelasnya.

**Baca juga: Dugaan Pencabulan Santri, Polisi Tangkap Pengasuh Ponpes di Serang.

Polres Serang Kota menangkap terduga pelaku pelecehan seksual empat santriwati di Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Terduga pelaku berinisial JM (52), yang diketahui sebagai pengasuh di pesantren tersebut. (Dhi)




Galau Ternyata Berbahaya Bagi Kesehatan

Kabar6-Banyak remaja atau anak muda yang memakai istilah galau untuk menggambarkan kondisi atau perasaan mereka saat dilanda kegelisahan atau ketidakpastian akan suatu masalah, misalnya dalam hal percintaan atau memilih sesuatu.

Namun tahukah Anda, galau ternyata memiliki dampak negatif secara psikologis, bahkan terhadap kesehatan fisik seseorang? Secara garis besar, galau dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana pikiran atau hati seseorang sedang kacau, sehingga ia bingung harus melakukan apa. Orang galau akan tampak cemas, murung dan sedih tanpa diketahui sebabnya.

Secara medis, melansir dokter.id, galau ternyata merupakan sebuah gejala dari gangguan yang sedang terjadi di dalam otak, hati atau dalam tubuh manusia. Merasa galau dalam jangka waktu yang lama atau terus menerus ternyata dapat membahayakan kesehatan otak dan tubuh manusia. Galau memunculkan suatu kondisi emosi negatif yang akan merangsang berbagai dampak negatif terhadap kesehatan tubuh.

Hormon kortisol (hormon stres) yang muncul akibat galau tingkat tinggi akan memiliki efek metabolik terhadap beragam organ dan jaringan tubuh seperti sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), sistem saraf pusat dan sistem reproduksi.

Selain itu, kondisi galau atau cemas berlebihan juga akan menghambat kinerja hormon insulin. ** Baca juga: Bagaimana Cara Aman Hindari COVID-19 Saat Gunakan Kosmetik?

Ya, galau dapat memicu terjadinya gangguan keseimbangan sistem metabolisme di dalam tubuh. Kondisi ini akan memicu munculnya gejala awal dari berbagai penyakit seperti denyut jantung yang tidak beraturan, sakit perut, insomnia, sakit kepala dan pusing, sakit pinggang karena ginjal yang tidak bekerja optimal, keguguran atau masalah reproduksi, dan masih banyak gangguan kesehatan lainnya.

Jadi, jangan terlalu sering galau, ya.(ilj/bbs)




Lakukan Olahraga Secara Berlebihan Justru Bisa Timbulkan Sejumlah Gangguan Kesehatan

Kabar6-Pola hidup yang seimbang menjadi salah satu hal penting agar kesehatan tetap terjaga. Sama halnya, olahraga secara berlebihan dapat berdampak negatif pada tubuh Anda.

Sindrom olahraga berlebihan, melansir Livestrong, merupakan suatu kondisi yang sering terjadi pada para atlet dan orang yang gemar berolahraga, sehingga dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, baik fisik maupun psikologis. Berikut penjelasannnya:

1. Gejala fisik
Olahraga berlebihan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan denyut jantung saat beristirahat. Bila peningkatan denyut jantung saat beristirahat ini melebihi lima denyutan setiap menitnya, maka Anda mungkin sedang mengalami sindrom olahraga berlebihan.

Anda juga mungkin akan mengalami penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas dan penurunan nafsu makan. Anda mungkin juga akan merasa sangat haus, terutama di malam hari, yang mungkin menandakan adanya dehidrasi. Berkurangnya jumlah keringat juga dapat menjadi salah satu cara tubuh untuk mengurangi pengeluaran cairan.

2. Gejala psikologis
Jika Anda tidak lagi merasakan kesenangan yang sama saat berolahraga atau jika merasa tidak siap untuk berolahraga atau berkompetisi, maka anda mungkin sedang mengalami dampak psikologis dari sindrom olahraga berlebihan.

Selain itu, Anda mungkin juga mengalami gangguan tidur, merasa mengantuk di siang hari, dan tidak dapat beristirahat di malam hari. Anda juga dapat merasa sangat lelah, apatis (acuh tak acuh), mudah marah, dan tersinggung.

Beberapa perubahan emosional yang diakibatkan oleh olahraga berlebihan adalah rasa depresi, mudah marah, dan kesulitan berkonsentrasi. ** Baca juga: 5 Kriteria Olahraga yang Baik untuk Tingkatkan Sistem Imunitas Tubuh

3. Gejala lainnya
Selain berbagai gejala di atas, Anda mungkin juga akan mengalami berbagai hal lainnya yaitu penurunan kemampuan berolahraga akibat berolahraga secara berlebihan. Bersamaan dengan itu, kadar hormon stres yaitu kortisol cenderung meningkat, dan bahkan dapat terjadi penurunan kadar hormon testosteron.

Sistem kekebalan tubuh pun dapat menurun yang mengakibatkan Anda mudah sakit atau sering sakit. Pengobatan baik untuk gejala fisik maupun psikologis memerlukan bantuan tenaga medis professional.

Anda mungkin harus membatasi waktu olahraga atau bahkan berhenti berolahraga sama sekali selama beberapa waktu. Langkah pengobatan terpenting adalah dengan mengenali dan menyadari bahwa Anda sedang mengalami sindrom olahraga berlebihan.

Cara terbaik untuk mencegah terjadinya sindrom olahraga berlebihan adalah dengan mengikuti jadwal olahraga yang berfungsi untuk melatih berbagai otot tubuh, termasuk adanya saat istirahat.(ilj/bbs)