1

Ternyata Hormon Ini Bisa Pengaruhi Kebahagiaan Anda

Kabar6-Ada banyak komponen yang membuat tubuh Anda tetap bekerja dan berfungsi dengan baik. Salah satunya adalah hormon. Beberapa gangguan kesehatan disebabkan oleh hormon. Ya, hormon adalah zat penting dalam tubuh yang berperan dalam berbagai hal.

Hormon dalam tubuh juga mempengaruhi setiap emosi dan perasaan yang Anda alami. Setiap hormon dalam tubuh manusia memiliki fungsi yang signifikan terhadap metabolisme tubuh. Dan setiap hormon dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, stimulasi dari luar dan stimulasi dari dalam berupa perasaan bahagia.
Meski dapat mempengaruhi hormon-hormon lain di dalam tubuh, perasaan bahagia juga tumbuh dari beberapa hormon. Melansir beberapa sumber, ini hormon yang bisa mempengaruhi kebahagian Anda:

1. Serotonin
Hormon ini paling sering dikaitkan dengan perasaan bahagia. Hormon serotonin berasal dari proses perubahan biokimia kombinasi tritopan dengan tritopan hidroksilase. Serotonin juga berperan sebagai pembawa sinyal ke antar jaringan saraf.

Serotonin berguna sebagai pengatur suasana hati dan dapat mencegah depresi. Hormon serotonin dapat berdampak pada fungsi organ-organ tubuh, seperti saluran pencernaan, proses pembekuan darah, kepadatan tulang, rasa mual dan fungsi seksual.

Hormon ini dapat dilepaskan dengan mengonsumsi makanan yang kaya karbohidrat dan vitamin D, berolahraga, berpikir positif atau berada di bawah matahari pagi.

2. Dopamin
Hormon ini berperan penting untuk menjaga perasaan positif pada seseorang. Kekurangan hormon dopamin bisa mempengaruhi konsentrasi Anda jadi menurun, suasana hati yang memburuk, bahkan timbulnya rasa kurang diperhatikan. Hormon dopamin ini berfungsi meningkatkan kewaspadaan Anda dan menajamkan fokus pada satu hal.

Selain itu, hormin ini juga berfungsi sebagai vasodilator yaitu menjaga agar pembulu darah tetap lebar. Pembentukan hormon dopamin dapat didapat dari makanan mengandung protein dan B6 serta dengan berolahraga.

3. Endorfin
Hormon endorfin memiliki fungsi utama sebagai penghilang rasa sakit alami yang diproduksi sendiri oleh tubuh. Selain sebagai penghilang rasa sakit alami tubuh, endorfin juga bisa memicu perasaan senang, behagia dan perasaan tenang. Hormon ini diproduksi oleh sistem saraf pusat dan kelenjar hipofisis.

Mengonsumsi cokelat dapat membantu melepaskan hormon endorfin, sehingga menimbulkan rasa nyaman, tenang dan perasaan bahagia pada tubuh. Makanan dengan cita rasa pedas juga bisa membatu merangsang pelepasan hormon endorfin.

Hal ini karena pada saat mengonsumsi makanan pedas, reseptor pada lidah akan menangkap rasa sakit dari makanan tersebut, kemudian otak akan melepaskan endorfin sebagai penghilang rasa sakit yang diterima lidah.

4. Oksitosin
Oksitosin merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari yang berada di dasar otak. Hormon ini berkaitan dengan rasa cinta dan kepercayaan dalam diri seseorang.

Itulah mengapa hormon ini berperan penting menentukan tingkah laku seseorang. Respon emosi juga akan berkaitan dengan hormon ini. Hormon oksitosin dapat meningkatkan perasaan positif dan kecakapan sosial. Pelepasan hormon ini bisa dilakukan dengan berpelukan, menunjukan perasaan sayang, atau dengan melakukan pijat. ** Baca juga: Pakar Ungkapkan, Sering Menahan Kentut Bisa Sebabkan Napas Bau

Sudahkan Anda bahagia?(ilj/bbs)




Hasil Studi Sebutkan Lebih dari Separuh Penduduk Bergosip Selama 52 Menit Tiap Hari

Kabar6-Sebuah studi yang dilakukan University of California-Riverside mengungkap, ternyata lebih dari separuh penduduk bergosip selama 52 menit atau hampir satu jam setiap hari.

Aktivitas itu dilakukan semua orang, tidak peduli dia muda atau tua, kayak atau miskin, dan berpendidikan tinggi atau rendah. Dan juga tidak terbatas pada jenis kelamin. Para pria yang selama ini terkesan jauh dari aktivitas ini, ternyata juga senang bergosip.

Penelitian ini, melansir tempo.co, melibatkan 467 peserta yang terdiri dari 269 wanita dan 198 pria, dengan rentang usia 18-58 tahun. Mereka dipasangi alat untuk merekam percakapan sepanjang hari. Percakapan itu kemudian dianalisis dan dibagi dalam tiga kategori, yaitu positif, negatif, dan netral. “Semua orang bergosip dan bergosip ada di mana-mana,” demikian hasil catatan para peneliti pada makalah yang diterbitkan dalam jurnal Social Psychological and Personality Science edisi awal Mei 2019.

Megan Robbins, asisten profesor psikologi yang memimpin penelitian bersama dengan Alexander Karan, mengungkapkan bahwa apa pun pembicaraan tentang seseorang yang tidak ada di antara mereka dianggap sebagai gosip. Dengan definisi itu, sulit mengatakan bahwa ada orang yang tidak pernah bergosip.

Fakta lain, orang yang berusia muda lebih senang membicarakan gosip berkonotasi negatif dibadingkan dengan orang yang lebih tua. Topik pembicaraan yang paling disukai adalah tentang orang-orang yang mereka kenal, bukan selebriti.

Namun dalam pandangan akademik, gosip tak selalu negatif. Bahkan sosiolog melihat gosip sebagai bagian dari perekat masyarakat, membantu menyebarkan informasi melalui kelompok, menciptakan front persatuan dan melindungi orang-orang dari potensi kejahatan.

Asalkan jangan berlebihan dan ikut campur terlalu dalam urusan orang lain, setuju?(ilj/bbs)




Dengarkan Lagu Mellow Ternyata Ada Manfaatnya, Lho

Kabar6-Dalam penelitiannya pada 2014, seorang pakar musik bernama Kay Norton mengungkapkan, musik yang mendayu-dayu atau mellow dengan lirik sedih menjadi favorit untuk didengarkan saat putus cinta karena bisa menggambarkan kesedihan.

Tidak sekadar membuat kita larut dalam kesedihan, melansir hellosehat, mendengarkan lagu mellow ternyata juga dapat menyingkirkan rasa sedih. Lewat lirik lagu sedih tersebut, kita bisa melepaskan emosi. “Musik memiliki bentuk yang sama dan juga aliran yang sama seperti emosi manusia. Jenis musik seperti ini bisa mendorong seseorang yang sedang berduka untuk menangis atau mengekspresikan emosi dengan cara yang tepat untuknya,” jelas Norton.

Setelah mendengarkan lagu galau atau melankolis, kita akan merasa lega. Rasa gembira akan timbul saat merasa terhubung dengan lirik lagu tersebut dan bisa membuat kita bebas berimajinasi.

Menghilangkan rasa sedih dalam diri merupakan langkah penting dalam mengatasi stres atau kehilangan sesuatu. Apabila kita tidak membiarkan emosi itu meluap, justru akan membuat kita menyimpan rasa sedih, sehingga memunculkan emosi negatif dan membuat perasaan kehilangan semakin besar.

Persepsi senada juga dimiliki oleh dua peneliti dari Freie Universitat Berlin, Jerman, saat meneliti dampak mendengarkan lagu galau atau sedih pada diri kita. Studi mereka, berdasarkan survei terhadap 770 orang dan dipublikasikan di jurnal PLOS ONE pada 2014, mendengarkan lagu galau bisa membangkitkan emosi positif, seperti kedamaian dan kelembutan.

“Orang-orang mendengarkan lagu sedih untuk merasa nyaman dan menghadapi dengan perasaan galau, tapi beberapa juga hanya mendengarkannya untuk kesenangan,” kata Liila Tarufii, salah satu peneliti.

Ditambahkan, “Lagu sedih memiliki potensi untuk mengatur mood dan emosi negatif, serta memberikan hiburan. Artinya, lagu sedih bisa memainkan peran dalam kebahagiaan seseorang.”

Ketika mendengarkan lagu galau yang mungkin sedang populer di radio atau TV, Anda akan merasakan beberapa dampak, antara lain:

1. Lagu melankolis yang indah dapat menjadi alat yang baik untuk mengungkapkan ekspresi sedih Anda. Sebuah teori mengungkapkan, ketika emosi negatif Anda muncul, seperti sedih, ada sebuah mekanisme dalam otak yang terpicu untuk menghambat reaksi dari perasaan tidak senang. Jadi perasaan sedih tidak akan berlarut-larut.

2. Pendengar musik menyadari perbedaan antara realitas dan apa yang digambarkan dalam lagu. Perbedaan ini memungkinkan pendengar merasakan emosi negatif dalam pikirannya, tanpa membuatnya berperilaku negatif.

3. Ketika mendengarkan lagu sedih, pendengar akan mengungkapkan ekspresinya dengan melepaskan kesedihan yang ia rasakan. Tidak dengan sebuah tindakan negatif, tapi bisa dengan merenung atau kemudian meminta bantuan orang lain untuk menyemangatinya.

4. Dengan mendorong kita melakukan refleksi terhadap diri sendiri, lagu galau bisa membantu pendengarnya menggunakan penilaian positif untuk memecahkan masalah dan meningkatkan pendewasaan pribadi.

5. Lagu galau atau sedih bisa mempengaruhi pendengarnya keluar dari masalah atau kesulitan yang ia hadapi. Perasaan trauma atau sedih ketika mendengarkan lagu galau, akan mengingatkannya bahwa ia pernah menghadapi masalah yang lebih buruk dan nyatanya ia masih baik-baik saja.

6. Bersamaan dengan rasa sedih, musik melankolis bisa membuat pendengarnya mendapatkan emosi positif seperti perasaan sayang dan empati. Perasaan tersebut bisa membuat pendengarnya berperilaku baik dan positif, serta membuatnya puas karena bisa lepas dari perasaan sedih tersebut.

Meskipun mendengarkan lagu sedih bisa membuat perasaan lebih nyaman, sebaiknya jangan terlalu lama mendengarkan lagub bernuansa galau ini. Ketika Anda sudah merasa lebih baik, segera dengarkan lagu-lagu yang lebih fun. ** Baca juga: Benarkah Kacang Sebabkan Timbulnya Jerawat?

Pakar hubungan, Susan Winter, mengatakan bahwa mendengarkan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Adele bisa membantu kita bangkit. “Adele menyadari bahwa cinta merupakan hadiah yang bertahan lama. Tetapi juga lirik lagunya berisi ungkapan terima kasih dan harapan agar mantan pasangan kita berbahagia di hidupnya yang baru meskipun tanpa kita,” urainya.(ilj/bbs)




Ajak Kaum Muda Berprilaku Positif, H Agus Pramono Bentuk Majelis Milenial

Kabar6.com

Kabar6-Ajak kaum muda Tangerang Selatan berprilaku positif dan menjauhkan dari perbuatan negative, H Agus Pramono bentuk Majelis dizkir dan Salawat yang diberi nama Majelis Rattib al Attas atau Majelis Milenial.

Mengambil lokasi di Kampung Dhuha Ar-Raudhah, Jalan Parakan Gang Satria 99 RT 003 RW 09 Pamulang, Majelis Milenial rutinkan kegiatan dzikir dan pembacaan salawat saban Minggu malam.

“Alhamdulilah semakin menambah jamaah di majelis dzikir dan sholawat ini, semoga kegiatan keagamaan ini menjadi barokah,” kata Hendriansyah Ketua Majelis Milenial, Minggu malam (17/3/2019).

Ketua Majelis Ar-Raudhah H Agus Pramono menambahkan, kaum muda di Tangsel harus dikenalkan dan didekatkan dengan ragam kegiatan keagamaan. Salah satunya adalah rutinkan dzikir dan salawat serta menjauhkan diri dari perbuatan negative.

**Baca juga: Fusion Japanese Spesial di Hotel Santika Premiere Bintaro, Cobain Yuk!.

“Majelis ini dibuka untuk umum lhoh. Jadi siapa saja bisa datang dan bersama-sama kita salawat dan dzikir mendekatkan diri kepada Allah SWT,” ujar H Agus Pramono dengan nada lembut. (aji)




Studi Buktikan Selalu Bersyukur Baik untuk Kesehatan

Kabar6-Saat mendapat rezeki atau kemudahan, Anda tentu tidak lupa bersyukur. Ternyata tidak sekadar berterima kasih kepada Sang Pencipta, sebuah penelitian membuktikan bersyukur memiliki beragam manfaat yang sudah dibuktikan dalam penelitian.

Bersyukur dan berterima kasih, ternyata memiliki dampak positif terhadap tubuh mulai dari kesehatan fisik hingga mental. Melansir CNN Indonesia, ini dia manfaat yang dimaksud:

1. Jantung sehat
Sebuah studi yang dilakukan pada 186 pria dan wanita yang memiliki masalah dengan jantung, menunjukkan bahwa ada kaitannya antara masalah jantung dengan rasa bersyukur seseorang.

Para peneliti menemukan, semakin seseorang bersyukur maka mood akan menjadi lebih baik, dan kualitas tidur semakin baik. Hal itu berimbas pada berkurangnya peradangan pada anggota tubuh, termasuk gejala yang mengarah pada sakit jantung.

Selama delapan pekan masa penelitian, para koresponden diminta menuliskan apa yang membuat mereka bersyukur dalam sebuah jurnal. Hasilnya, ada kaitan antara bersyukur dengan kualitas spiritual seseorang.

“Kami menemukan koresponden yang tetap menulis pada jurnal kesyukuran selama delapan pekan menunjukkan pengurangan level sirkulasi dari penyebab penting peradangan, serta peningkatan variabilitas detak jantung ketika mereka menulis,” urai Paul J Mills, peneliti dari Family Medicine and Public Health University of California, San Diego.

2. Tidur berkualitas
Sebuah studi 2011 lalu dilakukan pada mahasiswa yang kesulitan tidur dan mengalami kecemasan, menemukan bahwa dengan bersyukur dapat mempermudah seseorang untuk tidur.

Studi tersebut meminta kepada para mahasiwa yang sulit tidur itu untuk menghabiskan 15 menit di awal malam untuk menulis tentang kejadian positif yang baru-baru terjadi atau yang diinginkan terjadi. Teknik ini untuk memancing mereka bersyukur atas kejadian yang dialami.

Hasilnya, kegiatan tersebut sanggup membuat pikiran para mahasiswa kurang tidur itu menjadi lebih tenang dan memiliki kualitas tidur yang lebih baik.

3. Lebih optimistis
Dalam sebuah studi pada 2003 silam, peneliti memisahkan sekelompok orang menjadi tiga kelompok kecil. Kelompok pertama diminta untuk menuliskan menuliskan kejadian yang membuat mereka bersyukur dalam sepekan. Kelompok kedua tentang kejadian yang menyebalkan, dan kelompok terakhir untuk kejadian yang tak memiliki dampak apapun.

Setelah beberapa pekan penelitian, para peneliti menemukan bahwa kelompok yang menuliskan kejadian yang membuat mereka bersyukur menjadi lebih optimis dan merasa lebih baik atas kondisi mereka sendiri. Bahkan mereka berolahraga lebih banyak dibandingkan dua kelompok lainnya.

“Hasilnya menunjukkan bahwa fokus pada hal-hal yang membahagiakan dan membuat bersyukur memiliki keuntungan emosi dan interpesonal yang lebih baik,” kata peneliti.

3. Banyak Teman
Dalam sebuah penelitian pada 2014 lalu yang dipublikasikan dalam jurnal Emotion, peneliti meminta 70 mahasiswa untuk menjadi penilai calon mahasiswa baru. Penelitian ini meminta kepada 70 mahasiswa senior untuk mengomentari esai calon mahasiswa baru, lalu kemudian akan menerima balasan baik berupa ucapan terima kasih maupun tidak.

Mahasiswa senior yang menerima ucapan terima kasih dari calon juniornya mengidentifikasi sang pemberi ucapan sebagai orang yang ramah dan para senior bersedia untuk memberikan lebih banyak informasi yang dibutuhkan bagi para adik kelasnya.

4. Tingkatkan kesehatan fisik
Sebuah analisis di Swiss yang melibatkan 1.000 orang dewasa menunjukkan bahwa semakin tinggi sifat bersyukur pada seseorang berkorelasi positif dengan kesehatan fisik mereka. ** Baca juga: Mengapa Kita Sering Susah Tidur di Tempat Baru?

Hasil yang dipublikasikan di jurnal Personality and Individual Differences menunjukkan, orang yang merasa lebih bersyukur, memiliki kesadaran untuk hidup lebih sehat dan memiliki ketertarikan untuk membantu pihak yang punya masalah kesehatan. Penelitian lainnya juga menyarankan bahwa orang yang lebih bersyukur gemar melakukan aktivitas fisik sehingga berpotensi memiliki badan yang lebih sehat.

Sudahkah Anda bersyukur hari ini? (ilj/bbs)




Duo Tokoh Masyarakat Apresiasi Kegiatan Positif Kaum Muda Pamulang

Kabar6.com

Kabar6-Duo tokoh masyarakat (tomas) Pamulang apresiasi antusias kaum muda Pamulang saat hadiri perhelatan milad pertama majelis Pratama Inkasaria (PIS).

Arsyid, tokoh masyarakat Pamulang menuturkan, dirinya sangat bersyukur bahwa generasi milenial Pamulang sangat aktif dalam kegiatan keagamaan seperti ini.

“Mudah-mudahan dengan terbentuknya majelis ini para remaja Pamulang dapat lebih banyak melakukan kebaikan,” ungkap Arsyid di sela acara milad yang digelar di Jalan Arjuna No.99 RT 001 RW 08, Pondok Benda Pamulang Tangerang Selatan (Tangsel), Minggu (20/1/2019).

Arsid berpesan, agar generasi milenial Pamulang dapat memperbanyak kegiatan positif agar dapat terhindar dari prilaku negative yang dapat merusak masa depan.

“Lakukan sebanyak-banyaknya kegiatan positif agar dapat terhindar dari prilaku negatif seperti tawuran dan narkoba yang dapat merusak generasi muda,” paparnya.

Arsid berharap, majelis ini dapat membina remaja khususnya generasi milenial di Kampung Parakan Pamulang. “Semoga ada lagi majelis-majelis seperti ini di Pamulang dimasa yang akan datang,” tutur Arsyid.

**Baca juga: Kawal Perbup 47, Camat Legok Tak Pernah Lelah.

Tokoh masyarakat Pamulang lainnya, H Agus Pramono memaparkan, semoga semakin banyak lagi muda-mudi yang hijrah ke jalan Allah SWT.

“Jadikanlah Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW nomor satu di kehidupan kita, semoga menjadi keberkahan dunia dan akhirat,” pungkas H Agus Pramono. (aji)




PHRI: Tingkat Okupansi di Banten Cukup Positif

Kabar6-Tingkat okupansi hotel dalam menghadapi liburan akhir tahun dan tahun baru dinilai cukup positif. Selain banyaknya objek wisata yang menjadi destinasi, faktor keamanan dan infrastruktur menuju objek wisata di Banten juga sudah cukup bagus.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Banten Achmad Sari Alam menjelaskan, pihaknya optimis tingkat okupansi hotel di kawasan wisata Banten akan alami peningkatan.

Kata Achmad, Tingkat okupansi hotel di kawasan Tangerang raya bisa diatas 75 persen.

Hal itu dapat dilihat dengan adanya ICE BSD sebagai Convention Hall terbesar di ASEAN serta masih dilakukannya pembangunan hotel dan restoran di beberapa titik bisnis kawasan Tangerang raya.

**Baca juga: Libur Akhir Tahun, PHRI Banten Optimis Keamanan di Kawasan Wisata Kondusif.

“Di Serang dan Cilegon, tingkat okupansi dapat mencapai 65 persen dan untuk wilayah Anyer hingga tanjung lesung rata-rata 95 persen,” jelas Achmad dihubungi Kabar6.com melalui jejaring whatsapp, Minggu (2/12/2018).

Untuk objek wisata yang menjadi primadona, Achmad menjelaskan pantai Anyer, Carita, Tanjung Lesung menjadi pilihan wisatawan lokal dan mancanegara yang berkunjung ke Banten. (fit)




Apa Itu Stres & Distres?

Kabar6-Masyarakat telanjur salah kaprah memaknai stres. Diketahui, stres adalah suatu tantangan yang mendorong seseorang untuk berusaha menyelesaikannya. Namun, stres bila ditanggapi dengan negatif, maka akan menjadi distres.

Stres tidak selamanya bercorak negatif. Seperti dilansir Esensi, stres dapat menjadi positif jika disalurkan pada hal yang tepat dan baik. Sayangnya, masyarakat umum masih jarang yang menyadari bahwa stres juga memiliki aspek positif. Tanpa stres, seseorang tak akan aktif, sehingga eksistensi stres sejatinya sangat penting dalam kehidupan manusia.

Apakah stres itu penting? Jawabannya adala ya. Dengan stres, seseorang bisa meraih apa yang ia ingin dan impikan. Dan stres adalah pendorong manusia untuk proaktif terhadap suatu tantangan. Jadi, selama setiap orang masih hidup, pasti akan merasakan stres, di mana pun dan kapan pun.

Stres dibagi menjadi dua macam. Stres yang menyenangkan atau stres yang menjadi pendorong. Contohnya, ketika seseorang mendapatkan tugas berat, tapi dia menanggapinya dengan proaktif hingga merasa enjoy melaksanakannya. Inilah stres yang bermanfaat.

Sedangkan yang kedua, adalah overstres atau distres, yaitu stres yang berada di luar kemampuan seseorang. Misalnya, ketika seseorang mendapatkan tugas, lalu dia tidak proaktif menyikapinya, hingga menumpuklah stres yang dirasakan. Akibatnya, muncullah gejala-gejala yang tidak sehat seperti peraaan cemas, khawatir, uring-uringan, dan sebagainya.

Pada dasarnya stres menandakan adanya tuntutan internal dan eksternal untuk mengubah atau melawan perubahan karena ada risiko, bahaya, maupun ancaman. Keadaan stres dapat berlangsung secara cepat atau sebaliknya lambat dan lama, tergantung dari tiga kemungkinan.

1. Terjadinya perubahan ke arah penyesuaian diri. Kondisi ini akan menjadikan individu lebih matang, kuat dan terintegrasi.

2. Terjadinya penolakan. Jika perubahan hanya sedikit terjadi, individu yang mengalaminya justru akan menjadi rentan terhadap stres. Ia akan cenderung menghindar, dan stres yang dirasakannya akan bermanifestasi dalam berbagai perilaku defensif.

3. Terjadinya distres karena yang mengalaminya tak mampu menghadapi stres yang melampaui kapabilitas diri untuk berubah. Ketika seseorang mengalami distres, beragam akibat bisa muncul. Salah satunya adalah depresi yang akan menimbulkan perasaan sedih yang mendalam. Seseorang yang mengalami depresi akan menjadi sangat sensitif dan cenderung menjadi agresif.

Stres memang akan menghampiri setiap individu di mana pun dan kapan pun. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan merespon keadaan tersebut. Jika kita proaktif menghadapinya, maka manfaat akan kita peroleh. ** Baca juga: Waspada, Selain Gula Ada 5 Hal yang Bisa Jadi Pemicu Diabetes

Sebaliknya, bila kita cenderung defensif, dan menganggap itu sebagai sebuah beban yang berat, atau memandangnya secara negatif, maka distres yang akan kita rasakan.(ilj/bbs)




Penelitian: Menonton Televisi Dapat Pengaruhi Perilaku Seseorang

Kabar6-Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Pediatrics Journal mengungkapkan, anak-anak prasekolah menghabiskan waktu lebih sedikit untuk menonton program acara yang menampilkan kekerasan, apabila didukung untuk menonton tontonan pendidikan yang mendidik dan bermutu.

Disebutkan, ada sekira 820 keluarga yang terdaftar dalam penelitian tersebut dan tidak ada perbedaan waktu dalam menonton televisi.

“Kami menunjukkan bahwa mengubah kebiasaan menonton anak-anak usia prasekolah dapat secara signifikan meningkatkan kompetensi sosial dan emosional mereka secara keseluruhan dan bahwa anak yang berasal dari orangtua yang berpenghasilan rendah menerima manfaat terbesar,” urai Dr Dimitri Christakis dari Seattle Children Research Institute dan rekan-rekannya.

Meskipun televisi sering dikaitkan sebagai penyebab dari banyak masalah pada anak-anak, dikatakan Christakis, berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa menonton televisi juga dapat menjadi sebuah solusi.

Orang tua, dilansir Medindia, harus memperhatikan kode dari sebuah program televisi untuk menentukan konten acara, apakah ada kekerasan, atau tontonan yang seronok. Ditemukan, anak-anak yang diperhatikan pola tontonannya menunjukkan perilaku kurang agresif dan perilaku yang lebih positif, ketimbang kelompok yang tidak terkontrol tontonannya. Efek ini dapat berubah dalam 12 bulan.

The American Academy of Pediatrics menyarankan untuk para orang tua agar mengizinkan anak-anak mereka menonton televisi hanya sekira dua sampai tiga jam dalam sehari.

Menurut Dr Claire McCarthy, seorang dokter anak di Rumah Sakit Anak Boston, sangat penting untuk mendidik orangtua dan anak-anak tentang efek buruk akibat menonton program agresif dan kekerasan. Hal ini akan berdampak pada perilaku anak.

“Berdasarkan pengetahuan kami, ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan hubungan jangka panjang antara menonton televisi dan berbagai perilaku antisosial,” jelas Dr Robert Hancox dari Universitas Otago dan rekan-rekannya. ** Baca juga: 7 Makanan yang Bantu Tubuh Lakukan Proses Detoksifikasi

Yuk, mulai dampingi anak untuk memilih tayangan di televisi.(ilj/bbs)