1

Waduh! Bocah Asal Afrika Ini Tidak Bisa berhenti Makan

Kabar6-Kondisi yang dialami Caden Benjamin (10) sungguh menyedihkan. Bocah asal Standerton, Afrika Selatan, yang memiliki berat badan 90 kg ini mengalami sebuah kondisi genetik langka yang membuatnya terus makan tanpa bisa berhenti.

Zola Benjamin, ibunda Caden, mengatakan bahwa anaknya menderita sindrom Prader-Willi. Tak hanya menghabiskan semua makanan, melansir Dailystar, Caden juga bisa melahap tisu toilet, kertas, atau bahkan debu dan tanah. Selain berat badannya terus naik, Caden juga mengalami gangguan pernapasan. Karena kondisinya ini, ia terpaksa harus melakukan operasi trakeostomi yang bertujuan untuk melubangi tenggorokan agar bisa bernapas dengan lebih baik.

Dikatakan Zola, usai harus mengonsumsi empat potong roti bakar keju sebagai sarapan pagi, sejam kemudian Caden akan mengonsumsi minuman bersoda dan apa pun yang tersedia di meja makan. Siang hari, Caden bahkan bisa menghabiskan dua potong ayam dengan ukuran yang besar. ** Baca juga: Bak Adegan Film, Sebuah Taksi Ngebut Demi Antar Wanita yang Hendak Melahirkan

Kebiasaan makan yang luar biasa ini pun membuat Caden terkena obesitas yang sangat parah sehingga sulit untuk bergerak. Caden juga mengalami depresi akibat kondisinya yang sangat berbeda dari anak-anak lain, termasuk ketidakmampuan untuk bermain dengan leluasa dengan teman-temannya.(ilj/bbs)




Dampak Negatif Cemburu Bagi Tubuh

Kabar6-Cemburu merupakan emosi dan biasanya merujuk pada pikiran negatif dan perasaan terancam, takut, dan khawatir kehilangan sesuatu yang dihargai oleh seseorang, terutama merujuk pada hubungan manusia.

Cemburu seringkali merupakan gabungan emosi yang ditunjukkan seperti marah, benci, kekurangan, dan tidak berdaya. Dalam makna umum yang digunakan dalam rencana ini, cemburu berlainan dengan iri hati, padahal kedua istilah secara popular hampir menjadi sama. Nah, tahukah Anda bahwa cemburu bisa berdampak negatif bagi tubuh? Melansir peepwatch, cemburu atau iri hati di tempat kerja dapat sangat mempengaruhi kehidupan Anda dengan berbagai cara, mulai dari memberikan kesan yang buruk terhadap rekan-rekan kerja di kantor hingga menghancurkan karier Anda.

Rasa cemburu dan iri hati hanya akan membuat Anda merasa kesepian dan sedih, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan untuk berpikir dan menjadikan Anda seseorang yang pesimistis dalam hidup.

Seseorang yang terus menghabiskan waktunya untuk mengawasi kegagalan dan keberhasilan orang lain tidak akan pernah merasa bahagia. Memiliki rasa cemburu dan iri hati hanya akan membuat Anda menjadi seorang pemarah, selalu merasa kesepian, dan lemah setiap saat.

Selain itu, perasaan negatif ini juga berhubungan dengan terjadinya berbagai gangguan kesehatan seperti gangguan jantung, obesitas, penuaan dini, dan kematian dini. Memiliki pikiran dan perasaan negatif juga dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan cemas dan depresi. ** Baca juga: Warna Mata Bisa Tunjukkan Kesehatan Anda

Jaga hati dari rasa cemburu.(ilj/bbs)




Begini Alasan Sebaiknya Hindari Terlalu Banyak Konsumsi Gorengan

Kabar6-Gorengan menjadi salah satu camilan favorit sebagian orang, sekaligus sering dikonsumsi sebagai ‘teman’ minum kopi atau teh. Sayangnya, gorengan bukanlah termasuk salah satu makanan yang sehat.

Camilan yang satu ini juga menjadi memberikan sejumlah efek kesehatan yang kurang menguntungkan bagi tubuh. Dikutip dari beberapa sumber, ini dia alasan mengapa Anda sebaiknya tidak mengonsumsi gorengan secara berlebihan:

1. Mengandung lemak trans
Tidak semua gorengan menggunakan minyak baru. Terkadang minyak yang sudah berwarna hitam tetap dipakai untuk menggoreng. Hal ini tentu saja tidak baik untuk kesehatan. Minyak yang berwarna hitam bisa jadi dipenuhi lemak trans yang berpotensi menyebabkan kanker dan tumor.

2. Makanan yang digoreng dalam suhu tinggi & waktu yang lama gizinya hilang
Banyak ahli gizi dunia mengemukakan bahwa setiap makanan yang digoreng dalam suhu tinggi dan waktu yang lama akan menghilangkan gizi dalam bahan makanan. Artinya, Anda sudah memasukkan makanan non gizi ke dalam tubuh, pada setiap makanan goreng yang dikonsumsi.

3. Mengandung lemak & minyak tinggi yang berpotensi timbulkan penyakit berbahaya
Salah satu sumber stroke, kolesterol, dan jantung adalah lemak. Dan lemak ini banyak ditemui dalam sajian gorengan yang disantap sehari-hari. Para peneliti menyebutkan, mengonsumsi makanan yang digoreng dapat meningkatkan kadar kolesterol hingga dua kali lipat. Itulah sebabnya gorengan erat dengan munculnya penyakit stroke akibat penyumbatan pembuluh darah oleh kolesterol.

4. Tingkatkan risiko obesitas lebih tinggi
Makanan ini terdiri dari balutan terigu yang kaya akan gluten dan karbohidrat. Dua zat inilah yang menyebabkan risiko obesitas semakin tinggi. Karbohidrat dan gluten yang berlebih disertai dengan kadar minyak tinggi, membuat tumpukan lemak semakin banyak di seluruh tubuh. Akibatnya, risiko obesitas semakin tinggi yang dekat dengan banyak penyakit berbahaya. ** Baca juga: Konsumsi Air Putih Bantu Kurangi Stres?

Yuk, mulai kurangi konsumsi gorengan, dan gunakan minyak baru saat menggoreng.(ilj/bbs)




Minimalisir Risiko Kanker dengan 3 Gaya Hidup Sederhana

Kabar6-Agar kesehatan senantiasa terjaga, salah satu hal yang harus dilakukan adalah menjalani gaya hidup yang tepat. Hal ini juga sebagai antisipasi untuk mengurangi risiko penyakit berbahaya, antara lain seperti kanker.

Apa saja sih gaya hidup sederhana yang membantu meminimalisir risiko kanker? Melansir AsiaOne, berikut gaya hidup yang dimaksud:

1. Pertahankan berat badan ideal
Kelebihan berat badan akan meningkatkan risiko kanker secara keseluruhan. Lemak perut telah dikaitkan dengan peningkatan risiko usus besar, terlepas dari berat badan.

Kelebihan berat badan atau obesitas adalah kondisi di mana seseorang memiliki proporsi lemak tubuh yang tinggi dan tidak sehat secara abnormal. Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker tertentu, termasuk kanker kolon dan rektum (CRC).

Sebuah studi di Amerika Serikat, memperkirakan sekira 34 ribu kasus baru kanker pada pria sebesar empat persen, dan 50.500 pada wanita sebesar tujuh persen disebabkan karena obesitas. Di Eropa, sebanyak 11 persen kasus CRC telah dikaitkan dengan kelebihan berat badan atau obesitas.

2. Aktif secara fisik
Aktivitas teratur dikaitkan dengan menurunkan risiko banyak penyakit, termasuk kanker usus besar. Aktivitas fisik dimulai dari berjalan kaki hingga berlari santai. Aktif secara fisik bermanfaat bagi kesehatan secara keseluruhan.

Para peneliti telah menetapkan bahwa aktivitas fisik secara teratur dapat meningkatkan kesehatan, seperti membantu mengontrol berat badan, mempertahankan tulang, otot dan sendi yang sehat, mengurangi risiko terkena tekanan darah tinggi dan diabetes.

Mempromosikan kesejahteraan psikologis melalui endorphin yang dilepaskan selama latihan dan mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung.

3. Mengonsumsi vitamin D
Asupan vitamin D dapat mengurangi risiko kanker kolorektoral dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup bagi mereka yang sudah terkena kanker kolorektoral. Vitamin D bekerja melalui berbagai mekanisme, termasuk mengurangi penyebaran sel kanker, mendorong diferensiasi sel, dan menstimulasi apoptosis.

Beberapa penelitian terbesar tentang efek vitamin D, termasuk yang menunjukkan seberapa tinggi tingkat konsentrasi vitamin D dikaitkan dengan penurunan risiko kanker kolorektoral.
** Baca juga: Yuk, Kendalikan Rasa Lapar dengan Cara Efektif

Sumber utama vitamin D berasal dari paparan sinar matahari. Makanan yang mengandung vitamin D antara lain seperti ikan tuna, ikan salmon, jus jeruk, susu kedelai, hati sapi, keju, dan kuning telur.(ilj/bbs)




Ternyata Kebiasaan Kongkow di Kafe Bisa Picu Obesitas

Kabar6-Usai bekerja atau pada saat akhir pekan sebagian orang, terutama para lajang, akan menghabiskan waktu mereka dengan kumpul bersama teman-teman atau disebut juga dengan kongkow di kafe.

Meskipun menyenangkan sekaligus membuat rileks, tahukah Anda ternyata kebiasaan kongkow di kafe ternyata tidak baik untuk kesehatan, karena ternyata dapat
meningkatkan angka obesitas?

Benarkah demikian? Melansir Independent, di kafe tentu Anda tidak hanya memesan minuman, tapi juga menyertakan sejumlah kue-kue kecil antara lain seperti muffin atau croissant. Belum lagi minuman yang dipesan biasanya mengandung gula atau sirup tambahan. Bila dihitung secara kalori jumlahnya sudah sangat tinggi. Dr Alison Tedstone, ahli gizi dari Warwick University, mengatakan bahwa pesanan itu dapat menambahkan 400 kalori lebih banyak.

Sayangnya hanya sedikit masyarakat yang peduli terhadap hal ini dan menganggap pesanannya jauh lebih sehat bila dibandingkan makanan cepat saji.

“Muffin biasanya memiliki nama indah yang menyiratkan makanan tersebut seolah sehat. Hal itu membuat pelanggan berpikir makanan itu aman untuk dikonsumsi. Tidak seperti burger yang sudah banyak diketahui tidak sehat untuk dikonsumsi. Di sinilah letak masalahnya,” urai Dr Alison.

Terlebih di kafe tersebut tidak ada informasi nilai gizi yang detail mengenai makanan dan minuman yang dijualnya. Dengan demikian, pelanggan kurang waspada dan akhirnya secara tidak sadar mengonsumsi terlalu banyak kalori serta gula.

“Kedai kopi sebenarnya memiliki peran penting untuk mengurangi konsumsi gula di masyarakat guna mencegah obesitas. Diharapkan semua pemilik gerai memiliki tindakan untuk hal itu,” tambah Dr Alison. ** Baca juga: Makanan & Minuman yang Sebaiknya Dibatasi Agar Pencernaan Sehat

Diketahui, batas konsumsi gula harian orang dewasa sebanyak 30 gram. Konsumsi gula berlebihan dapat berdampak pada obesitas dan meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, serta beberapa jenis kanker.(ilj/bbs)




Para Ilmuwan Kembangkan Teknologi yang Petakan Hubungan Antara Lingkungan & Obesitas

Kabar6-Terdapat banyak faktor yang membuat orang mengalami obesitas. Nah, sebagai usaha untuk mempelajari faktor pemicu obesitas, para ilmuwan asal Amerika mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dipadukan dengan citra satelit.

Teknologi ini, melansir sciencealert, dapat memetakan hubungan antara lingkungan dengan obesitas. Tidak tanggung-tanggung, usaha ini dilakukan dari luar angkasa. Dikatakan tim peneliti, pendekatan ini dapat digunakan untuk menilai secara komprehensif mengenai hubungan antara prevalensi obesitas dengan fasilitas di lingkungan tempat tinggal dari citra satelit resolusi tinggi.

Penelitian yang diterbitkan oleh JAMA Network Open ini mempelajari ketersediaan pusat kebugaran, taman, kolam renang, jalanan yang sibuk, gerai makanan cepat saji, dan toserba. Dengan menggunakan 150 ribu citra satelit beresolusi tinggi, bersumber dari Google Maps, yang dihubungkan dengan convolutional neural network (CNN), tim peneliti dapat mempelajari secara mendalam pola lingkungan tersebut.

Kecerdasan buatan ini sebelumnya sudah diujicobakan dengan 1,2 juta gambar yang membantunya dalam menganalisis lingkungan binaan di seluruh kota, mengidentifikasi fitur seperti jalan, bangungan, pepohonan, air, dan tanah. ** Baca juga: Derita Kelainan Genetik, Sekira 100 Warga di Ekuador Justru Terlindung dari Kanker & Diabetes

Peneliti juga juga menggunaan perkiraan prevalensi obesitas dari 500 proyek kota untuk membuat model yang menilai hungan antara fitur-fitur tersebut dengan prevalensi obesitas di kawasan pendidikan.(ilj/bbs)




Benarkah Kurang Olahraga Lebih Buruk Ketimbang Obesitas?

Kabar6-Olahraga menjadi cara yang paling banyak dipilih agar tubuh tetap sehat dan bugar, sekaligus menjaga berat badan tetap stabil. Apakah Anda termasuk orang yang rutin berolahraga, atau justru jarang bahkan tidak pernah melakukan latihan?

Sebuah penelitian di Inggris, melansir Newsmaxhealth, menemukan bahwa jarang berolahraga ternyata dua kali lebih mematikan dibanding obesitas. Bahkan, olahraga ringan sekalipun seperti berjalan cepat selama 20 menit setiap harinya, sudah mampu menurunkan risiko terjadinya kematian dini hingga 30 persen.

Peningkatan aktivitas fisik pada orang yang biasanya tidak aktif ternyata memiliki beberapa manfaat signifikan bagi kesehatan, baik pada orang yang memiliki berat badan normal, berlebih, dan obesitas. Dengan meningkatkan aktivitas fisik, menurut perkiraan para peneliti, angka kematian pada populasi pun akan menurun hingga dua kali lipat lebih banyak ketimbang bila obesitas berhasil diatasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berapa pun berat badan Anda, mengubah aktivitas fisik dari tidak aktif menjadi aktif dapat menurunkan risiko terjadinya kematian dini. Dalam penelitian ini, para peneliti mengamati data dari 334 ribu pria dan wanita selama sekira 12 tahun. Selama kurun waktu tersebut, para peneliti mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar perut, dan aktivitas fisik setiap peserta.

Ditemukan, melakukan aktivitas fisik merupakan salah satu kunci untuk menurunkan risiko terjadinya kematian dini. Para peneliti memperkirakan bahwa dengan melakukan olahraga yang membakar 90-110 kalori setiap harinya dapat menurunkan risiko terjadinya kematian dini hingga 16-30 persen.

Meskipun hasil dari peningkatan aktivitas fisik ini paling jelas terlihat pada orang dengan berat badan normal, orang dengan berat badan berlebih dan obesitas pun juga mendapatkan manfaat.

Berolahraga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, memperbaiki fungsi mental, meningkatkan tenaga dan stamina, menguatkan otot dan tulang, dan menurunkan risiko terjadinya berbagai penyakit kronik seperti gangguan jantung, kanker, dan diabetes. ** Baca juga: Konon, Diet Okinawa Bantu Perpanjang Usia

Yuk, rutin berolahraga.(ilj/bbs)




Apa Gejala Awal Anda Kecanduan Gula?

Kabar6-Mengkonsumsi makanan manis tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan, tetapi juga dapat membuat Anda terus menginginkannya karena telah terjadi perubahan pada otak. Ya, gula juga dapat membuat seseorang mengalami kecanduan seperti halnya morfin.

Apa saja gejala awal seseorang kecanduan gula? Melansir Sheknows, berikut uraiannya:

1. Tidak berhenti mengemil
Tidak dapat berhenti makan di sepanjang hari tidak berarti Anda benar-benar lapar. Hal ini justru dapat merupakan salah satu tanda awal bahwa Anda telah mengalami kecanduan gula.

Mengonsumsi berbagai jenis makanan yang mengandung banyak karbohidrat seperti roti, mie, keripik kentang, permen, minuman bersoda, buah, dan jus buah dapat menyebabkan terjadinya peningkatkan kadar gula darah dengan cepat, yang juga akan diikuti dengan penurunan kadar gula darah dengan cepat.

Karena tubuh manusia mengartikan penurunan kadar gula darah dengan cepat ini sebagai tanda bahaya, maka responnya adalah tubuh akan membuat Anda kembali ingin mengonsumsi makanan yang mengandung banyak karbohidrat atau gula. Dengan demikian siklus mematikan ini pun kembali berulang.

2. Kecanduan kopi
Kopi sendiri sebenarnya tidak berbahaya bagi kesehatan, tetapi zat yang Anda tambahkan ke dalam kopi itulah yang berbahaya. Gula, krim, susu, dan pemanis buatan yang Anda masukkan ke dalam kopi dapat mengandung banyak karbohidrat yang akan meningkatkan kadar gula darah dengan cepat.

3. Sering konsumsi banyak buah
Makan buah memang sehat, tetapi mengonsumsi buah secara berlebihan ternyata juga dapat merupakan gejala dari kecanduan gula, lho. Hal ini karena buah juga mengandung gula, terutama jus buah. Diketahui, jus buah memiliki indeks glikemik yang tinggi dan seringkali menyebabkan seseorang semakin ingin mengonsumsi makanan manis.

4. Selalu merasa lelah
Merasa lelah setelah melalui hari yang panjang merupakan hal normal. Namun merasa lelah saat Anda baru saja bangun tidur dan sulit bangun untuk bekerja bukanlah hal yang normal.

Jadi, apabila Anda mengalami lelah yang berlebihan atau sulit berkonsentrasi jika tidak mengkonsumsi makanan atau minuman manis setiap harinya, maka Anda mungkin telah mengalami kecanduan gula.

5. Memiliki berat badan berlebih
Saat Anda mengonsumsi gula setiap hari, maka hampir mustahil untuk mempertahankan berat badan dalam batas sehat. Jadi, memiliki berat badan berlebih dan menderita obesitas juga dapat merupakan indikator utama bahwa Anda mengalami ketergantungan yang tidak sehat terhadap gula.

6. Selalu butuh makanan penutup
Keinginan untuk mengonsumsi hidangan penutup setelah makan merupakan hal yang sering terjadi. Namun apabila telah mencapai suatu titik di mana Anda tidak dapat tidak mengonsumsi makanan manis setelah makan dapat merupakan pertanda telah mengalami kecanduan gula.

7. Tidak bisa berhenti konsumsi makanan atau minuman manis
Meskipun tidak tampak terlalu jelas, gejala klasik dari kecanduan gula adalah tidak dapat mengendalikan keinginan untuk mengonsumsi makanan atau minuman manis. Anda seperti tidak berdaya melawan keinginan untuk mengonsumsi banyak gula.

Hal ini biasanya akan bertambah parah saat Anda bertekad untuk mengurangi jumlah gula yang dikonsumsi. Anda bahkan dapat mengalami kecanduan saat mencoba untuk berhenti mengkonsumsi gula. ** Baca juga: Benarkah Sering Liat Tontonan Pornografi Sebabkan Pengecilan Volume Otak?

Pernahkah Anda mengalami salah satu dari tujuh gejala tersebut? (ilj/bbs)




Tidak Hanya Manusia, Kucing pun Harus Jalani Diet Akibat Obesitas

Kabar6-Kucing yang satu ini mungkin jarang digendong oleh pemiliknya. Bagaimana tidak, hewan menggemaskan bernama Bronson ini berat badannya mencapai 15 kg, jauh di atas rata-rata kucing pada umumnya. Meskipun termasuk obesitas, Bronson disebut sebagai kucing sehat.

Bronson, melansir Express, menjadi salah satu kucing idola di Instagram. Rupanya, Bronson dibuatkan Instagram oleh pemiliknya dengan nama @imbronsoncat, dengan jumlah 87,5 ribu followers. Setiap postongannya juga berhasil mendapat like hingga ribuan, dan ratusan komentar dari warganet.

Nama Bronson yang kini berusia tiga tahun ini menjadi viral setelah ia dihibahkan pada organisasi West Michigan Himane Society. Pemilik aslinya meninggal dunia, sehingga ia diadopsi oleh sepasang kekasih bernama Mike Wilson dan Megan Hanneman.

“Ketika kami memiliki Bronson, kami sangat terkejut. Kami belum pernah melihat kucing sebesar ini. Di sangat besar dan gemuk. Sepertinya dia membutuhkan bantuan. Pemiliknya sebelumnya telah memberinya makan terlalu banyak. Dia kasihan,” kata Megan.

Mike dan Megan membawa Bronson ke beberapa dokter hewan untuk berkonsultasi mengenai diet yang sebaiknya dilakukan. Meskipun dalam catatan medisnya Bronson adalah kucing yang sehat, Mike dan Megan tetap khawatir dengan kesehatannya, dan sedang merencanakan program diet untuk Bronson.

Mereka berharap kucing tersebut bisa memiliki berat badan ideal dan tumbuh serta berkembang lebih sehat lagi. Asupan Bronson dibatasi menjadi hanya 375 kalori per hari. Ia juga diberi makanan rendah lemak, rendah gula serta rendah kolesterol. ** Baca juga: Artikel di Google Selamatkan Nyawa Seorang Anak yang Derita Kanker Darah

Mungkin Mike dan Megan ingin Bronson memiliki tubuh ideal.(ilj/bbs)




Sering Konsumsi Fast Food Tidak Baik untuk Kesehatan Pernapasan

Kabar6-Sifatnya yang praktis membuat fast food sering dipilih sebagai menu sarapan, makan siang atau makan malam. Padahal, mengonsumsi fast food secara berlebihan bahkan tiap hari tidak baik untuk kesehatan.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Respirology, seperti dilansir Sindonews, menyebutkan bahwa konsumsi fast food dapat meningkatkan risiko penyakit asma. Peneliti dari Sichuan University, Tiongkok, menganalisis 16 penelitian yang menghubungkan konsumsi fast food dengan risiko asma, alergi dan gangguan pernapasan lainnya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi fast food seperti burger dan pizza tiga kali dalam seminggu meningkatkan risiko kematian akibat asma. Kondisi ini dipicu karena risiko kekambuhan asma meningkat lebih dari empat kali dalam satu tahun.

“Mengonsumsi fast food terlalu sering, hingga tiga kali dalam seminggu, membuat pengidap asma mengalami gejala demam, eksim, hidung tersumbat, hingga bersin-bersin dan sesak napas,” demikian tulis peneliti.

Asma yang kambuh dan parah meningkat karena kandungan nutrisi pada fast food. Kandungan yang tertinggi adalah lemak yang dapat menyebabkan peradangan pada saluran napas dan kerongkongan, sehingga sirkulasi udara dan pernapasan menjadi terhambat dan menyebabkan asma.

Peneliti juga melihat adanya hubungan antara obesitas dan risiko kekambuhan asma. Di mana semakin sering mengonsumsi fast food, maka risiko obesitas semakin meningkat. Tanpa disadari, hal ini justru dapat membuat kekambuhan asma meningkat. ** Baca juga: Sejumlah Manfaat yang Didapat Bila Konsumsi Buah Tiap Hari

Yuk, beralih ke makanan sehat.(ilj/bbs)