1

Kebudayaan Kota Tangerang Dikenalkan di Acara APEKSI di Makassar

Kabar6-Pemerintah Kota Tangerang mengikuti Karnaval Budaya & Pawai Budaya di Jembatan Toraja Centre Point Indonesia (CPI) pada Rabu (13/7/2023). Budaya tersebut ditampilkan pada acara Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) XVI tahun 2023 yang dilaksanakan di Kota Makassar.

Pada Karnaval & Pawai Budaya Kota Tangerang mempersembahkan kostum Jembatan Berendeng, kostum Nyimas Melati, kostum Cina Benteng, Kang Nong Kota Tangerang, tim tarian tradisional Benteng Pasundan Betawi, beserta rombongan dari para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Total keseluruhan rombongan Kota Tangerang pada Karnaval & Pawai Budaya sebanyak 50 orang.

“Alhamdullillah hari ini Kota Tangerang dapat mempersembahkan dan memperkenalkan berbagai kebudayaan yang dimiliki oleh Kota Tangerang. Kebetulan juga kita mempersembahkan tarian baru kita yakni Tarian Benteng Pasundan yang tarian tersebut merupakan gabungan dari beberapa sanggar dan sekolah yang kita kolaborasikan,” Kepala Disbudpar Kota Tangerang, Rizal Rizal Ridolloh, seperti dikutip, Kamis (13/7/2023).

Tentunya, kata Rizal, tarian tersebut memiliki arti yakni mengangkat tarian perempuan-perempuan tanah Kota Tangerang yang bercerita memadukan dua kulturistik oleh gerakan tenaga lembutan kepolosan serta ketulusan perempuan sunda dan betawi.

Adapun arti dari masing-masing kostum yang digunakan seperti kostum Jembatan Berendeng yang menjadi salah satu icon Kota Tangerang ini memiliki riwayat menyambungkan antara Gerendeng dan Benteng Makassar. Lalu Kota Tangerang merupakan satu-satunya kota antar jawa yang meninggalkan jejak sejarah tentang keberadaan Benteng Makassar di Kota Tangerang.

**Baca Juga: Sang Revenge Porn Divonis 6 Tahun, DiLarang Akses Internet 

Gerendeng merupakan salah satu kampung tua yang bahkan dalam pengkajiannya cikal bakal lahirnya nama Kota Tangerang yang berasal dari kata “tengger” dari Kelurahan Gerendeng.

“Untuk kostum Nyimas Melati melambangkan salah satu perempuan yang ada di Kota Tangerang yang menjadi sebuah legenda dan momok sejarah terkait langkah kepahlawanan seorang perempuan dari tanah tangerang yang melakukan perlawanan terhadap penindasan kolonial. Nyimas Melati Pahlawan putri berdarah sunda yang melalukan gerakan-gerakan perlawanan bersama rakyat terhadap pemerintah kolonial,” katanya.

Lalu kostum yang ketiga ini yaitu kostum Cina Benteng, kostum tersebut atribut keberadaan etnis Tionghoa yang menjadi cikal bakal lahirnya keberadaan Cina Benteng di tanah Kota Tangerang. Hal tersebut dapat dilihat dari keberadaan beberapa peninggalan tua terkait adanya leluhur Cina Benteng di Kota Tangerang.

“Yang terakhir ini rombongan dari para kepala SKPD yang menceritakan hal mendasar dari Benteng Makassar dalam proses kajian-kajian dan penelitian untuk mencari jejak posisi dimana letak bekas Benteng Makassar telah berdiri. Lalu, keberadaan makam Tionghoa di Kedaung yang sudah ada dari tahun 1500an,” kata Rizal.

Rizal berharap dengan Kota Tangerang mengikuti rangkaian acara ini kebudayaan Kota Tangerang dapat dikenal oleh kota-kota lain se-Indonesia. “Mudah-mudan masyarakat Makassar juga dapat terhibur dengan persembahan dari Kota Tangerang,” tandasnya. (Oke)




Ganjar Temui Relawan di Tangerang Berbicara Soal Kebudayaan

Kabar6-Bakal Calon Presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Ganjar Pranowo, melakukan safari politik ke Kota Tangerang, Banten, Minggu (28/5/2023). Kehadiran Ganjar itu menemui para relawan.

Pada lawatan tersebut, Ganjar disuguhi penampilan seni dan kebudayaan dari tari, kebudayaan barongsai hingga penampilan band. Tema yang diangkat para relawan, “Merawat Budaya Nusantara”. Ganjar banyak berbicara tentang kebudayaan.

Ia mengatakan perjalanan ke Kota Tangerang menjadi titik kedua berada di Provinsi Banten. Ia berada di Banten sejak Sabtu kemarin.

“Maka ternyata banyak diantara masyarakat peduli seniman, peduli pada budaya kita, peduli pada UMKM,” kata Ganjar.

Ganjar mendorong kepada para tokoh lintas agama, tokoh budayawan, dan tokoh lainnya, didorong untuk sama-sama merawat Indonesia, merawat kebudayaan hingga merawat kebersamaan.

“Kita harapkan ini bagian merawat khebinekaan itu. Dan tentu saja kepedulian kita pada UMKM,” katanya.

**Baca Juga: Benarkah 90 Persen Warga Banten Sukai Ganjar Pranowo?

Dalam menghadapi pemilu 2024 mendatang, Ganjar berpesan kepada masyarakat untuk dapat saling menghormati sehingga dapat menciptakan pemilu yang damai.

“Tetap kompak saling menghormati, kita ciptakan pemilu damai,” katanya.

Sementara itu, Ketua Korda Gardu Ganjar Kota Tangerang, TB Asep Riffaat menyampaikan kehadiran relawan yang hadir mencapai 4 ribu orang.

“Semua yang hadir semua hampir 4 ribu masyarakat menyambut kehadiran bapak (Ganjar) sebagai tamu di Banten karena bicara kita sebagai relawan,” katanya.

Kedepan, ia berharap kehadiran Ganjar ke Tengerang ini dapat memberikan semangat dapat menemui wong cilik, silaturahmi ke Banten.

“Kedepannya mudah-mudahan apa yang dicita-citakan masyarkat, atas izin Allah dapat terlaksana,” tandasnya. (Oke)




Peneliti Sebut T-Rex Punya Otak Cerdas dan Bisa Bangun Kebudayaan

Kabar6-Peneliti dari Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika Serikat (AS), bernama Suzana Herculano-Houzel, mengungkapkan bahwa Dinosaurus T-Rex ternyata memiliki otak yang sangat cukup untuk membuat peralatan, menyelesaikan masalah, hingga membangun kebudayaan.

Hal itu akan terjadi apabila asteroid tidak menabrak Bumi dan memusnahkan dinosaurus. Melansir Iflscience, kemampuan itu menurut Herculano-Houzel terbentuk karena otak dari T-Rex memiliki jumlah neuron yang sangat besar di cerebrum atau otak besar. Herculano-Houzel memperkirakan, jumlah neuron yang ada di cerebrum teropoda sama dengan jumlah neuron yang ada di cerebrum monyet.

Teropoda seperti Alioramus diperkirakan memiliki sebanyak satu miliar neuron di cerebrum. Angka yang sangat besar justru dimiliki T-Rex dengan total tiga miliar neuron yang ada di cerebrum.

Menurut Herculano-Houzel, jika jumlah neuron itu mencerminkan kepintaran, maka hewan prasejarah itu tidak hanya memiliki ukuran raksasa saja, tapi juga dapat berumur panjang dan memiliki kognisi yang fleksibel. Artinya, T-Rex akan jadi predator yang lebih hebat daripada yang diperkirakan sebelumnya.

“Karnivora seukuran gajah tapi lincah yang diberkahi dengan kognisi seperti kera atau babon pasti merupakan predator yang sangat kompeten,” terang Herculano-Houzel. ** Baca juga: Trik Hindari Siaran Diblokir, Model Pria di Tiongkok Jual Lingerie Online Jadi Viral

Penghitungan jumlah neuron di cerebrum itu, menurut Herculano-Houzel, dilakukan dengan melakukan penghitungan neuron pada burung. Menurutnya, burung-burung yang ada saat ini adalah keturunan terakhir dari dinosaurus.

“Burung-burung adalah keturunan dari dinosaurus yang hidup lebih lama. Burung-burung masih bisa dikatakan sebagai dinosaurus,” jelas Herculano-Houzel.

Dilanjut, saat ini konsep penghitungan neuron otak cenderung salah kaprah karena banyak yang menganggap semua dinosarus sama. Padahal dinosaurus berbeda satu sama lain.

“Seperti halnya mamalia yang tidak semuanya sama. T-Rex dan beberapa dinosaurus lainnya ternyata memiliki ukuran otak yang sama dengan burung. Artinya itu bisa dihitung,” ungkap Herculano-Houzel.

Dari situlah kemudian Herculano-Houzel melakukan penghitungan yakni dengan menggunakan ukuran burung. Hasilnya, jumlah neuron otak yang dimiliki T-Rex sama dengan jumlah neuron otak di primata.

“Karnivora seukuran gajah tapi lincah berkaki dua yang diberkahi dengan kognisi seperti kera atau babon pasti merupakan predator yang sangat kompeten,” ternag Herculano-Houzel.(ilj/bbs)




Satukan Gagasan untuk Masa Depan Tangerang, Aktivis Tim 11 Dorong Perda Pemajuan Kebudayaan

Kabar6.com

Kabar6- Sejumlah aktivis mendorong adanya Perda Pemajuan Kebudayaan di Kota Tangerang. Mereka terdiri dari 11 orang ini menyatukan gagasan demi kemajuan kebudayaan khususnya di kota berjuluk Seribu Industri Sejuta Jasa itu.

Tim 11 ini digawangi oleh Ibnu Jandi, Mukafi Solihin, Edi Bonetski, Bambang Kurniawan, Ukon Furkon Sukanda, Adib Miftahul, Madin Sumadiningrat, Rudi dan lainnya. Mereka terdiri dari berbagai kalangan mulai dari tokoh masyarakat, pelaku seni, akademisi, dan juga jurnalis.

Sejumlah catatan penting pun ditorehkan dari hasil diskusi yang dihelat di Semanggi Center Cikokol Kawasan Pendidikan Kota Tangerang. Madin sekaligus Ketua Dewan Kesenian Kota Tangerang juga memberi penjelaskan mengenai pentingnya Perda Pemajuan Kebudayaan ini.

“Pentingnya Perda Pemajuan Kebudayaan sehingga Pokok Pikiran Kebudayaan Kota Tangerang menjadi jelas arah gerakannya. Hal ini berimbas positif kepada pelaku budaya, pengambil kebijakan baik di legislatif mau pun eksekutif dan juga tentunya masyarakat luas,” ungkap Madin, Senin (3/10/2022) malam.

Menurutnya pengajuan draft Raperda pernah dilakukan oleh pelaku budaya Kota Tangerang. Baik itu kepada dinas terkait serta DPRD Kota Tangerang.

Rektor Yuppentek Bambang Kurniawan menambahkan jika Perda ini bisa dilahirkan maka apa pun kegiatan yang menyangkut budaya memiliki payung hukum yang jelas. Namun pengawalan tidak hanya pada bagaimana lahirnya Perda, tapi juga bagaimana setelah lahirnya Perda bisa dilanjutkan sebagai lahirnya Perwal.

“Lahirnya Perda tentu saja membawa dampak positif bagi Pemajuan Kebudayaan, namun perlu digaris bawahi bahwa Perda yang dilahirkan agar tidak membatasi kegiatan dan ekspresi budaya yang sudah berjalan saat ini,” kata pria yang akrab disapa mas Bembeng itu.

Gerakan ini diinisiasi juga atas dasar diskusi publik yang digelar oleh AboutTNG yang bertajuk Festival Budaya Kota Tangerang pada akhir pekan kemarin. Penggiat AboutTNG, Andika Panduwinata menilai bahwa peran milenial pun harus dilibatkan dalam kebudayaan di Kota Tangerang ini.

“Informasi Pemajuan Kebudayaan perlu lebih ditingkatkan lagi sehingga bisa mencapai dari boomer sampai Gen Z. Di sini pentingnya media sosial setiap pelaku kebudayaan untuk memaksimalkan fungsi medsosnya terkait hal ini,” ungkapnya.

Respon DPRD dan Disbudpar
Jajaran DPRD Kota Tangerang menyambut baik dengan gagasan dari para aktivis tersebut. Sekretaris Komisi 2 Andri S Permana memberikan dukungan penuh atas usulan tersebut.

“Kalau dari kami hal ini sangat positif. Tapi juga harus ada itikad baik dari Pemkot terutama Wali Kota Tangerang Arief R. Wismansyah untuk mendukung Pemajuan Kebudayaan itu,” ucap politisi dari PDI Perjuangan ini.

Plt Kepala Disbudpar Kota Tangerang, Mugiya Wardhany mengucapkan rasa terima kasihnya kepada para penggagas Pemajuan Kebudayaan.

“Terima kasih kami sudah diingatkan dan diberi masukan mengenai Raperda Pemajuan Budaya. Di internal sendiri kami juga koordinasi dan konsultasi dengan Kementerian pengampu Pemajuan Budaya supaya masukannya menjadi menyeluruh. Karena di beberapa aturan dalam bentuk PP atau Permendiknas daerah harus mengacu kepada beberapa ketentuan dan konsep,” tutur Mugi.

**Baca juga: Pimpinan DPRD Meradang Soal Minim Kontribusi Pemprov Banten ke Kota Tangerang

Pelopor Perda Pemajuan Kebudayaan Ibnu Jandi menegaskan bahwa jajaranya juga akan melakukan aksi nyata untuk mendorong usulan ini. Dirinya berharap agar sejumlah pihak dapat bersinergi mendukung Pemajuan Kebudayaan demi membangun Kota Tangerang mendatang menjadi lebih baik lagi.

“Besok pada Rabu tanggal 5 Oktober 2022 sekitar pukul 10.00 WIB kami akan bertemu langsung dengan DPRD mau pun Disbudpar membahas usulan Pemajuan Kebudayaan ini,” papar Jandi.(Tim K6)




Dua Abad Multatuli, FSM 2021 Gali Khasanah Kebudayaan Masa Lampau

Kabar6.com

Kabar6-Festival Seni Multatuli (FSM) kembali diselenggarakan di Kabupaten Lebak. Dilaksanakan mulai tanggal 4 hingga 10 Oktober 2021, FSM 2021 bakal menggelar berbagai kegiatan dalam bentuk pengkajian, penciptaan, dan pertunjukan.

Festival Seni Multatuli (FSM) merupakan festival yang mengangkat ekosistem sastra. FSM menjadi bagian dari platform gotong royong kebudayaan Indonesiana yang berada di Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek.

Tentu saja, di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang belum juga kunjung selesai, penyelenggaran FSM 2021 akan
berbeda dengan FSM di tahun-tahun sebelumnya yang berbagai kegiatannya mengundang banyak keramaian seperti
karnaval kerbau, festival film, festival teater, pameran seni rupa dan lain-lain. Hampir 90 persen kegiatan akan dilaksanakan secara daring dan disiarkan melalui kanal Youtube.

Dalam memperingati 2 abad Multatuli, FSM Multatuli 2021 akan fokus menggali khasanah kebudayaan masa lampau yang yang menjadi objek pemajuan kebudayaan di Kabupaten Lebak.

Tahun ini, FSM yang melibatkan sebanyak 60 komunitas akan mengambil tema Tunggul Buhun. Tema Tunggul Buhun dimaknai sebagai upaya menggali khasanah masa lampau yang mengandung nilai-nilai luhur dari berbagai peninggalan kebudayaan yang terwujud dalam berbagai bentuk ekspresi dan estetika.

“Lewat tema ini kita ingin mengangkat kembali kearifan lokal Lebak. Tunggul Buhun ini kita maknai sebagai kekayaan yang tersimpan lama, Lebak ini kan punya aset banyak sekali, Lebak punya dua masyarakat adat besar yakni Badui dan masyarakat adat kasepuhan. Kita coba angkat kembali Tunggul Buhun itu supaya tidak lapuk, kita hidupkan lagi,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Multatuli Ubaidillah Muchtar.

Selain tema Tunggul Buhun, FSM 2021 juga mengangkat objek pemajuan kebudayaan (OPK) Angklung Buhun.
Pendukungan mulai dari riset, pendokumentasian hingga penciptaan karya inovatif.

“Pemutaran film dokumenter Angklung Buhun dengan judul Marengo: Sora Buhun Keur Pohaci! Kemudian lokakarya dan konser musik Buhuna Sora yang dimainkan oleh 25 musisi Lebak hasil lokakarya,” ujar Ubaidillah.

Kabar6.com
Warga berfoto di instalasi bambu berupa Bubu raksasa (Perangkap ikan) yang dipamerkan di Museum Multatuli, Rangkasbitung.(Nda)

Kemudian terdapat program sastra berupa simposium “Manis Tapi Tragis” yang merupakan hasil pembacaan terhadap fragmen Saidjah-Adinda dalam novel Max Havelaar dengan menghadirkan 15 pemakalah dan 4 pembicara yakni Saut Situmorang, Dr Ari Jogaiswara Adipurwawidajana, Okky Madasari, dan Rhoma Dwi Aria Yuliantri.

“Semua pembicara akan membahas Saidjah-Adinda dari berbagai perspektif. Saidjah-Adinda dari perspektif pariwisata, dari perspektif kebudayaan dan sebagainya,” ucapnya.

Lalu penerbitan, peluncuran dan diskusi buku cerita anak ‘Harta Karun dari Karuhun’ memuat 20 cerita anak
berbentuk fabel, legenda, dan sage Lebak yang dikuratori oleh Siti Zahrah dan Minhatul Ma’arif.

“Tahun ini terkumpul 106 naskah yang latarnya tentang Lebak dari seluruh Indonesia yang kita kerucutkan menjadi 20 naskah untuk kita bukukan,” sambung Ubay.

Ada juga Program Seni dengan mempertunjukkan seni media baru dalam berbagai ekspresi dan estetika persembahan 12 seniman Banten. Mulai dari Komunitas Penyanyi Jalanan (KPJ), Teater Guriang, Taufik Pria Pamungkas, Beranda Rumah, Putra Panglipur dan lain-lain.

Ubay melanjutkan, pada Program Sejarah dengan menyusuri jejak peninggalan masa kolonial di Rangkasbitung, khususnya berkaitan dengan Multatuli.

“Kalau sebelum pandemi kita lakukan dengan konsep city tour, sekarang kita kemas dengan film dokumenter untuk
melihat tempat-tempat itu seperti Museum Multatuli, Jalan Multatuli, Jembatan Ciujung eks rumah Asisten Residen Lebak dan lain-lain,” papar Ubay.

**Baca juga: Pokja Wartawan Lebak Mancing Bareng, Pererat Silaturahmi dan Peringati HUT ke-2

Tak lupa ada diskusi buku mengenai “Seputar Wabah dan Masyarakat Kita” dengan menghadirkan narasumber seperti Syefri Luwis, Atep Kurnia, Rovanda, Titah AW dan Afrizal Malna.

Terakhir yakni Program Pendukung memamerkan instalasi bambu berbentuk Bubu (Perangkap ikan). Bubu yang dipamerkan menjadi simbol dari perangkap zaman, mengingat pada era pandemi masuk ke suatu masa di mana
kita dipaksa untuk beradaptasi dengan segala kondisi yang ada tanpa bisa kembali ke belakang.(ADV)




Dikbud Tangsel Bahas Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan

Kabar6.com

Kabar6-Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Tangerang Selatan lakukan rapat penyusunan pokok pikiran kebudayaan Kota Tangsel bersama beberapa tokoh.

Kepala Bidang Kebudayaan pada Dikbud Tangsel, Iis Nurasih menerangkan, hal ini menindak lanjuti dari Undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang kemajuan kebudayaan, yang meminta pemerintah kota kabupaten untuk menyusun pokok pikiran kebudayaan daerah.

Iis menjelaskan, dalam rangka menyusun pokok pikiran kebudayaan daerah, maka diperlukan konsolidasi data terkait 10 objek pemajuan kebudayaan (OPK) plus satu.

10 OPK tersebut nantinya perlu penyiapan data referensi dari lembaga yang tugas dan fungsi nya dengan 10 OPK plus satu tersebut.

“10 OPK itu ada tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, ritus, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, permainan rakyat, dan olahraga tradisional, plus cagar budaya,” ungkapnya kepada Kabar6.com di Telaga Sea Food Restaurant, Rabu (22/9/2021).

**Baca juga: Tapal Batas Tangsel – Pasar Jum’at Mejeng Foto Airin, Vandalisme dan Gelap

Iis menjelaskan, 10 OBK tersebut pada awalnya ingin di survey, namun karena Pandemi Covid-19 maka terhalang dan terpaksa melalui daring.

“Tapi berhubung dengan kondisi ini kita tidak bisa memaksakan, kami virtual, pembahasan pertama dan kedua secara virtual dan yang terakhir di sini,” tutupnya.(eka)




Sachrudin Dorong Gerakan Membaca Jadi Kebudayaan

Kabar6.com

Kabar6-Wakil Wali Kota Tangerang, Sachrudin meminta gerakan membaca menjadi sebuah gerakan yang menjadi kebudayaan ditengah masyarakat. Ajakan tersebut dilontarkan saat meresmikan Little Free Library atau perpustakaan mini sebagai sarana bacaan bagi anak – anak di Kampung Anggrek RW. 01 Kelurahan Sudimara Pinang Kecamatan Pinang, Selasa (30/3/2021)

“Ini adalah tugas dan tanggung jawab kita, selain orang tua, pemerintah juga harus turut hadir dalam mempersiapkan anak – anak sebagai penerus bangsa,” ujar Sachrudin

Sachrudin juga mengatakan dengan adanya Little Free Library ini semoga dapat terciptanya semangat budaya membaca sejak dini sehingga bermanfaat bagi masa depan anak – anak.

“Semoga perpustakaan kecil ini dapat bermanfaat untuk anak – anak kita, karena dengan membaca mereka mendapatkan berbagai macam ilmu,” katanya.

**Baca juga: Buronan Interpol Diamankan Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta

Sachrudin berharap Little Free Library ini dapat menumbuhkan inspirasi di lingkungan yang lain untuk bisa menggerakan warganya untuk membudayakan membaca untuk anak – anak dilingkungannya.

“Semoga perpustakan mini ini bisa bisa memotivasi lingkungan lainnya dalam rangka mencerdaskan anak bangsa dengan membudayakan semangat membaca untuk anak – anak,” tandasnya.(Oke)




Kyai Ma’ruf. Selesaikan Konflik Papua Lewat Kebudayaan

kabar6.com

Kabar6-Mantan Ra’is Aam PBNU yang juga Cawapres terpilih periode 2019-2024, KH.Ma’ruf Amin meminta pemerintah tidak menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan konflik Papua. Papua sempat memanas dan ricuh, kini secara perlahan namun pasti kembali sejuk.

“Kami sudah berbincang supaya penyelesaian Papua itu tidak hanya dilakukan pendekatan keamanan dan penertiban, tapi juga perbaikan, pendekatan budaya,” kata Kyai Ma’ruf, ditemui di Ponpes Syekh Nawawi Al Bantani, Tanara, Kabupaten Serang, Banten, Selasa (3/9/2019).

Mantan Rais Aam PBNU ini selalu berdoa dan berharap Papua kembali damai di oangkuan NKRI. Pembangunan di ujung Timur Indonesia semakin berkembang dan memajukan masyarakatnya.

Kyai Ma’ruf pun mekinta peran aktif PBNU dan Ansor untuk ikut mendamaikan Bumi Papua dan menjaga keutuhan NKRI, agar tetam damai dan sejuk.

“Karena kita indonesia. Kita Jawa, kita Papua, kita Sumatera, kita Sulawesi, ini kan kita semua. Indonesia adalah berkita kita. Jadi kita harus tetap utuh, jangan ada kita yang terpinggirkan, termarjinalisasi,” ujarnya.

Kyai Ma’ruf mencontohkan penyelesaian Papua di jaman Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang menghargai masyarakat Bumi Cendrawasih dengan merubah nama Irian Jaya menjadi Papua.

**Baca juga: BPBD Banten: Bantuan Gempa Pandeglang Minggu Depan Cair.

Pada 30 Desember 1999, Gus Dur membuat pertemuan dengan tokoh Papua dan mengetahui makna lambang Bendera Bintang Kejora. Lambang itu dimaknai oleh masyarakat Papua sebagai simbol Kuasa Tuhan. Hingga ahirnya bendera itu saat jaman Gus Dur boleh dikibarkan dengan syarat lebih rendah dibandingkan bendera Merah Putih. Semenjak Gus Dur lengser dari Tahta ‘Keprabonnya’, bendera Bintang Kejora kembali dilarang berkibar.

Kemudian muncul Peraturan Pemerintah (PP) nomor 77 tahun 2007, dalam Pasal 6 Ayat 4 yang melarang penggunaan simbol berupa bendera, lagu, dan logo terkait separatisme. Dalam hal ini termasuk binyang kejora yang kerap digunakan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan gerskan politik lainnya.

“Oleh karena itu seperti apa langkah-langkahnya PBNU yang merumuskan. Gus Dur juga kan mendekati Papua dengan mengubah nama dari Irian Jaya menjadi Papua. Oleh karena itu orang Papua kepada Gus Dur khususnya dan NU, sangat simpati menghargai,” terangnya.(Dhi)




Hardiknas Momentum Pererat Hubungan Pendidikan dan Kebudayaan

Kabar6.com

Kabar6-Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) seyogianya menjadi momentum untuk merenungkan hubungan erat antara pendidikan dan kebudayaan sebagaimana tercermin dalam ajaran, pemikiran, dan praktik pendidikan yang dilakukan Ki Hadjar Dewantara.

Hal itu dikatakan Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya dalam peringatan Hardiknas, Harkitnas ke-111 dan Hari Otda ke-23, di Rangkasbitung, Kamis (2/5/2019).

Momentum untuk merenungkan hubungan erat antara pendidikan dan kebudayaan juga sesuai dengan tema “Menguatkan Pendidikan dan Memajukan Kebudayaan”.

“Kami berharap pendidikan di Kabupaten Lebak bisa lebih maju dan dinikmati seluruh lapisan masyarakat,” kata Iti.

Bersamaan dengan peringatan Harkitnas, putri Kadin Banten Mulyadi Jabaya (JB) ini mengatakan, Harkitnas sejatinya menjadi sumber inspirasi dan motivasi bangsa Indonesia dalam berkiprah di berbagai pengabdian.

“Semangat kebangkitan Nasional tidak pernah pudar, semoga api semangat ini mampu menjiwai semangat perjuangan kita dalam mengisi kemerdekaan,” ujarnya.

**Baca juga: Demo Hardiknas, Mahasiswa Lebak Sebut Kesejahteraan Guru Honorer Luput Perhatian Pemerintah.

Kepala Dindikbud Lebak Wawan Ruswandi memastikan, pemkab terus berupaya memajukan pendidikan serta meningkatkan partisipasi pendidikan baik SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi.

“Pemerintah daerah membuka kesempatan kepada siswa siswi yang lulus di fakultas kedokteran negeri untuk ikut program beasiswa di Kabupaten Lebak,” katanya. (Nda)




Vale do Amanhecer, Negara Spiritual yang Gabungkan Doktrin & Ajaran dari Beragam Agama

Kabar6-Vale do Amanhecer atau disebut juga ‘Negara Spiritua’ yang berarti Lembah Matahari Terbit atau Lembah Fajar, jaraknya satu jam perjalanan dari ibu kota federal Brasilia. Jika dilihat sekilas, Vale do Amanhecer terlihat seperti miniatur taman hiburan, di mana para pengunjung dapat melihat tiruan Keajaiban Dunia.

Tempat ini, melansir nationalgeographic, dibangun di Planaltin, kota satelit Brasilia, kompleks candi tepi danau yang memiliki piramida, enam pusat doa, dan beberapa patung berbentuk elips. Desainnya merupakan cerminan dari kerumitan kepercayaan mereka, menggabungkan doktrin serta ajaran dari beragam agama dan peradaban termasuk Kristen, Hindu, Yudaisme, Inca, dan Mesir Kuno.

Para pengikut Vale do Amanhecer percaya bahwa kehidupan ekstraterestrial mendarat di Bumi 32 ribu tahun lalu untuk memajukan peradaban manusia. Menurut mereka, makhluk luar angkasa ini selalu kembali ke Bumi melalui inkarnasi berturut-turut di berbagai budaya.

Anggota kelompok yakin bahwa mereka adalah inkarnasi terbaru dari para alien. Menganggap dirinya sebagai medium alien dan memiliki julukan Jaguar. Vale do Amanhecer dirikan oleh Neiva Chaves Zelaya, dikenal dengan nama Bibi Neiva, pada 1959. Ia adalah seorang janda dengan empat anak dan bekerja sebagai sopir di Brasilia.

Di sana, Neiva mengatakan mulai mengalami hal gaib dan dikunjungi oleh makhluk luar angkasa. Kemudian setelahnya, ia mengaku dipandu oleh utusan arwah alien tersebut, yakni Pai Seta Branca atau ‘Bapa Panah Putih’.

Kedua anggota atau medium, biasanya bekerja berpasangan saat melakukan ritual. Seorang apara, atau medium penerima, memiliki tugas untuk mempersatukan roh baik atau jahat dengan fisiknya. Sementara medium indoktrinator memiliki tugas mengejar roh dan membantunya kembali ke dunia spiritual.

Para pengikut percaya, ritual tersebut dapat membantu menebus utang karma dari kehidupan masa lalu mereka. Vale do Amanhecer merupakan kelompok spiritual yang tumbuh paling cepat di Brasil. Kelly Hayes, profesor studi keagamaan di Indiana University-Indianapolis mengatakan, saat ini, ada 800 ribu pengikut dan enam ratus kuil yang berafiliasi secara global.

Meski begitu, masyarakat arus utama dan komunitas keagamaan di Brasil sering menghindari Lembah Fajar. Mereka bahkan mengkategorikan kelompok tersebut sebagai ajaran sesat. Ketegangan sering terjadi antara anggota Vale do Amanhecer dengan evangelical (Injili) yang membangun gereja di dekat Lembah Fajar, menargetkan kelompok tersebut untuk segera melakukan pertobatan pada Tuhan.

“Para Injili menganggap bahwa anggota kelompok Lembah Fajar sedang berada di bawah pengaruh setan,” kata Hayes.

‘Kepercayaan alien’ ini cukup populer di antara petani miskin dan imigran yang membantu membangun Brasilia pada 1950-an. Menurut Hayes, Brasilia pada saat itu, benar-benar berubah menjadi bangsa modern. Tidak heran jika pengikut Vale do Amanhecer percaya bahwa ada makhluk luar angkasa yang telah membangun lingkungan mereka. ** Baca juga: Hal Tak Penting yang Sering Dilakukan Turis Asing Saat Liburan di Jepang

Kesembuhan rohani yang ditawarkan Vale do Amanhecer menjadi terapi bagi sebagian jiwa yang tidak puas dengan keadaan Brasilia saat ini. “Kebanyakan narasi yang disampaikan Lembah Fajar adalah tentang memiliki kendali atas hidup. Bahwa keadilan dan kesetaraan mungkin dapat dicapai dengan kerja keras,” jelas Hayes.(ilj/bbs)