1

Pihak Berwenang di Italia Tuntut Turis AS yang Jatuh ke Kawah Gunung Berapi Akibat Asyik Selfie

Kabar6-Pihak berwenang di Italia menuntut seorang turis asal Amerika Serikat (AS) berusia 23 tahun yang jatuh ke kawah Gunung Vesuvius.

Pria yang tak disebutkan namanya ini, melansir abcnews, dianggap telah melakukan pelanggaran hingga menyebabkan dia terjatuh ke kawah gunung berapi tersebut, saat mendaki Gunung Vesuvius bersama ketiga orang temannya. Usut punya usut, ternyata mereka tidak membeli tiket untuk berjalan di jalur resmi yang aman. Sebaliknya, mereka melewati rute berbahaya yang dilarang untuk sampai ke puncak gunung setinggi 4,2 ribu kaki tersebut.

Setelah sampai di puncak gunung, pria ini pun berniat untuk mengabadikan momen dengan berselfie. Nahas, ketika asyik berselfie, ponselnya terlepas dari genggaman dan jatuh ke kawah gunung berapi. ** Baca juga: Nikahi Hantu, Wanita Inggris Berencana Undang Orang yang Sudah Meninggal

Kemudian, pria itu berusaha mengambil ponsel miliknya yang kemudian menyebabkan dia terjatuh ke kawah gunung berapi. Beruntung, pria ini hanya mmengalami luka kecil dan memar di lengan serta punggungnya.

Sementara itu, petugas penyelamat sampai harus turun ke kawah untuk membantu pria tersebut keluar. Proses penyelamatan melibatkan polisi dan juga helikopter.(ilj/bbs)




Pendaki Wanita di Meksiko Tewas Setelah Nekat Dekati Puncak Gunung Api Aktif

Kabar6-Seorang pendaki wanita di Meksiko bernama Diana Gabriela (22) tewas saat mendaki puncak gunung berapi Popocatepetl. Sementara rekan Gabriela yang tak disebutkan namanya, mengalami luka-luka.

Relawan Meksiko ‘Mountain Rescue and Assistance Brigade’, melansir Insideedition, mengonfirmasi bahwa keduanya jatuh ke selokan di ketinggian yang berjarak 300 meter dari kawah gunung berapi. Gunung berapi Popocatepetl sendiri dikenal sebagai gunung yang sangat aktif dan terlarang. Lokasi penemuan kedua korban menunjukkan, mereka telah mencapai kawah atau di dekatnya.

Diketahui, kawah gunung berapi setinggi 5.426 meter telah menyemburkan asap beracun, abu, dan gumpalan batu pijar terus menerus selama hampir 30 tahun. Otoritas pertahanan sipil telah melarang keras pendaki untuk mendekat dalam jarak 12 kilometer dari puncak, sejak gunung itu mulai meletus lagi pada 1994.

Dalam akun media sosialnya, Wali Kota Ozumba, Valentín Martínez Castillo, menulis para pendaki jatuh sekira 50 meter ke selokan. Tubuh Gabriela serta pendaki yang selamat telah berhasil dievakuasi dari puncak.

Brigade Penyelamatan dan Bantuan Gunung memposting pemberitahuan di media sosial yang berbunyi, “Dia seharusnya tidak meninggal. Jangan membahayakan hidup Anda atau orang lain. Gunung berapi Popocatepetl ditutup”.

Pusat Pencegahan Bencana Nasional Meksiko menyerukan kepada orang-orang untuk tidak pergi ke dekat gunung berapi, terutama kawah. Itu karena ada risiko pecahan balistik jatuh dari kawah. ** Baca juga: Pertahanan Diri yang Sah, Mahkamah Agung AS Putuskan Warga Amerika Boleh Bawa Senjata di Depan Umum

Popocatepetl sendiri terletak 45 mil (72 kilometer) tenggara Mexico City. Kadang-kadang ada hujan abu di kota-kota sekitarnya dan beberapa bagian Ibu Kota.(ilj/bbs)




Benarkah Mars Makin Layak Dihuni Setelah Ada Bukti Keberadaan Gunung Berapi?

Kabar6-Penemuan bukti keberadaan gunung berapi di planet Mars yang aktif secara geologis dan vulkanik, semakin membuat planet merah ini diyakini sangat layak huni untuk manusia.

Penemuan gunung berapi di Mars ini, melansir sciencealert, berdasarkan pada studi fitur vulkanik di permukaan Mars. Dari kemunculannya, terlihat bahwa deposit lava di Elysium Planitia nampak sangat baru dalam 50 ribu tahun terakhir ini. Untuk skala waktu geologis, periode ini memang singkat. Studi ini semakin menjelaskan bahwa Mars sangat layak huni untuk manusia.

Dengan geologinya ini, Mars nampak mirip dengan Islandia. Diketahui, Islandia memiliki daerah dengan aktivitas vulkanik daerah glasial yang menjadi tempat bentuk bakteri ekstremofil yang berkembang biak hingga sama dengan Mars.

Mars, diakui oleh ilmuwan, memiliki banyak kejutan karena bebatuan yang justru nampak kering dan berdebu dengan bukit-bukit yang menunjukan aktivitas vulkanik. ** Baca juga: Selain Amerika, Ini 5 Negara yang Disebut Rawan Sentimen Anti-Asia

Penemuan lain menunjukan, permukaan Mars memiliki warna hangat yang tetap sangat dingin. Pemanasan internal mungkin terjadi di Mars untuk menjaga air di bawah permukaan agar tidak membeku.

Untuk memahami mengenai keberadaan Gunung Berapi di Mars ini, ilmuwan menggunakan data satelit yang menunjukan deposit vulkanik di Elysium Planitia yang merupakan dataran luas dan halu di utara ekuator Mars.

Penelitian mengenai keberadaan Gunung Berapi di Mars memang terus dilakukan. Hal ini karena Mars menjadi target untuk hunian manusia di masa depan.(ilj/bbs)




Menurut Perkiraan Ilmuwan, Ada Kehidupan Alien di Gunung Berapi Europa

Kabar6-Ilmuwan memperkirakan bulan di Planet Jupiter, Europa, diyakini menjadi tempat yang bisa digunakan untuk hidup alien. Kendati tidak ada sinar matahari, aktivitas vulkanik diyakini menjadi sumber panas yang cukup untuk kehidupan di luar Bumi itu.

Pemodelan baru, melansir sciencealert, menunjukkan bahwa lapisan berbatu, jauh di bawah es tebal dan laut asin, sebenarnya cukup panas untuk aktivitas vulkanik. Penemuan ini berkaitan langsung terhadap kemungkinan adanya kehidupan yang mengintai di dasar laut Europa.

“Temuan kami memberikan bukti tambahan bahwa samudra di bawah permukaan Europa mungkin merupakan lingkungan yang cocok untuk munculnya kehidupan,” kata Marie Běhounková, ahli geofisika dari Charles University di Czechia.

Diketahui, Europa adalah salah satu benda planet langka yang mungkin telah mempertahankan aktivitas vulkanik selama miliaran tahun. “Ini mungkin satu-satunya lingkungan di luar Bumi yang memiliki reservoir air besar dan sumber energi berumur panjang,” terang Běhounková.

Namun mengingat Europa lebih jauh dari Jupiter dan Io, keraguan tetap ada. Jadi, Běhounková dan rekan-rekannya memutuskan untuk mencoba dan mencaritahu. Mereka menggunakan pemodelan rinci untuk mensimulasikan evolusi dan pemanasan interior Europa sejak pembentukannya. Ditemukan beberapa mekanisme yang bisa bekerja untuk menjaga agar planet tidak membeku sepenuhnya.

Simulasi ini telah memberi para ilmuwan tanda-tanda aktivitas untuk dicari ketika probe seperti Europa Clipper NASA dan misi Jupiter ICy moons Explorer (JUICE) Badan Antariksa Eropa yang akan diluncurkan pada 2024 lebih dekat dengan bulan Europa. ** Baca juga: Pekerja Konstruksi di AS Temukan Batu Langka Seberat 970 Kg

“Prospek interior berbatu yang panas dan gunung berapi di dasar laut Europa meningkatkan kemungkinan samudra Europa menjadi lingkungan yang layak huni,” ujar Robert Pappalardo, Ilmuwan Proyek Clipper Europa dari Jet Propulsion Laboratory NASA, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

“Kami mungkin dapat menguji ini dengan gravitasi terencana Europa Clipper dan pengukuran komposisi, yang merupakan prospek yang menarik,” tambah Běhounková.

Namun, ilmuwan harus menunggu beberapa tahun lagi agar pesawat ruang angkasa itu sampai ke dekat Europa hingga mendapatkan data yang banyak.(ilj/bbs)




Ilmuwan Hong Kong Berhasil Ungkap Mahkluk ‘Cangkang Besi’ yang Hidup dalam Gunung Berapi

Kabar6-Para ilmuwan di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong (HKUST) berhasil mengungkap misteri hewan penghuni gunung berapi yang memiliki cangkang besi.

Siput kaki bersisik besi, melansir mirror.co.uk, telah mengembangkan cangkang besi yang dapat bertahan hidup dalam ‘kondisi kehidupan yang mustahil’, dari ventilasi vulkanik bawah air.

Bagian licin yang menonjol keluar dari cangkang, dikenal sebagai kaki, dilapisi sisik dengan pelat besi. Ilmuwan meneliti 20 siput bersisik di sekitar 2.900 meter di bawah permukaan laut dari Samudra Hindia.

Spesies ini telah ditemukan di kedalaman sekira 2400-2800 meter di Samudra Hindia. ** Baca juga: Di Oklahoma Lahir Anak Anjing dengan Enam Kaki

“Kami menemukan bahwa satu gen, bernama MTP, protein toleransi logam, menunjukkan peningkatan 27 kali lipat dalam populasi dengan mineralisasi besi sulfida dibandingkan dengan yang tidak. Protein ini berfungsi untuk meningkatkan toleransi terhadap mineralisasi besi sulfida ion logam saat lahar panas mengalir,” kata Dr Sun Jin.

Di antara penemuan mereka adalah petunjuk genetik tentang pelindung logam siput. Ilmuwan percaya, toleransi ini memungkinkan siput bertahan hidup karena ion besi di lingkungan bereaksi dengan belerang di sisik mereka, menciptakan besi sulfida.

“Mengungkap genom siput ini memajukan pengetahuan kita tentang mekanisme genetik moluska, meletakkan dasar genetik yang membuka jalan untuk penerapan,” terang Dr. Qian Peiyuan.(ilj/bbs)




Mesin Pendeteksi Letusan Gunung Berapi Berhasil Dibuat Ilmuwan Selandia Baru

Kabar6-Ilmuwan di Selandia Baru menemukan sistem peringatan dini untuk letusan gunung berapi, yang bisa memprediksi letusan gunung berapi di Pulau Putih atau White Island pada 9 Desember 2019 lalu.

Letusan di pulau bernama Whakaarii itu menimbulkan korban jiwa sebanyak 21 orang meninggal. Ini terjadi saat sejumlah turis dari sebuah kapal pesiar mewah mengunjungi pulau tersebut. Puluhan orang terluka bakar cukup parah karena terkena percikan lava panas dari letusan gunung itu.

Sistem peringatan dini ini, melansir msn, menggunakan mesin belajar yang mengandalkan algoritma berdasarkan input data dan bisa mengajari dirinya sendiri. Peneliti mengatakan, sistem ini mampu mengenali sinyal bahaya secara langsung. Sinyal bahaya dari gunung ini menjadi pertanda akan terjadinya letusan gunung berapi.

Menggunakan data lama dari gunung di Pulau Putih, sistem algoritma baru ini bisa memprediksi empat dari lima letusan yang telah terjadi. ** Baca juga: Hukuman Penjara Selama 22 Tahun untuk Pencuri Remote

“Kami menilai sistem ini bisa mendeteksi naiknya cairan magma ke permukaan, yang menjadi awal letusan gunung berapi,” kata David Dempsey, peneliti dari University of Auckland, Selandia Baru.

Ini memberi otoritas waktu sekira 17 jam sebelum letusan gunung berapi benar-benar terjadi.(ilj/bbs)




Penduduk Pulau Aogashima di Jepang Hidup dalam Kawah Gunung Berapi

Kabar6-Sebuah pulau kecil di Jepang bernama Aogashima, bisa dibilang merupakan salah satu wilayah paling ekstrem sebagai tempat tinggal. Pulau Aogashima terletak di Laut Filipina, Jepang, merupakan sebuah pulau vulkanik yang memiliki luas sekira 8,75 km persegi.

Dengan kata lain, Aogashima sebenarnya adalah sebuah gunung yang masih aktif. Meskipun jaraknya dari Tokyo sekira 358 km, melansir MSN, Aogashima merupakan bagian dari wilayah Tokyo, dan secara administratif berada di bawah pemerintah Prefektur Tokyo. Pulau Aogashima sendiri terbentuk oleh empat buah kaldera yang saling tumpang tindih.

Kaldera adalah cekungan besar di Puncak gunung akibat letusan dahsyat yang kemudian terisi air. Kaldera terbentuk ketika gunung api meletus dengan hebat sehingga sebagian puncak gunung tersebut jatuh ke dalam pipa kawah.

Bentuk Pulau Aogashima saat dilihat dari atas mirip seperti sebuah mangkuk besar yang dikelilingi oleh tebing yang tinggi dan terjal. Gunung yang ada di pulau ini sendiri terakhir kali meletus pada 1785 silam. Letusan tersebut menewaskan sekira 140 dari 375 jumlah penduduk yang mendiami Pulau Aogashima.

Meskipun gunung di Pulau Aogashima termasuk dalam gunung berapi kelas C, tetap perlu diwaspadai karena bisa saja sewaktu-waktu meletus. Pulau Aogashima hanya memiliki satu kantor pos, satu sekolah dasar, dan satu sekolah menengah. Bahkan, sebagian besar penduduk tinggal di dinding kawah.

Pulau ini memiliki sejumlah kegiatan seru bagi wisatawan, mulai dari stargazing di malam hari hingga berwisata alam. Termasuk menyediakan penginapan kecil dan sederhana bagi wisatawan.

Satu-satunya jalan menuju Pulau Aogashima adalah dari Hachijojima, pulau yang lebih besar dan jaraknya 70 kilometer di sebelah utara Aogashima. Hachijojima memiliki bandara, sehingga Anda bisa lewat jalur udara dengan menggunakan helikopter dengan melakukan reservasi terlebih dahulu. ** Baca juga: Sebuah Restoran di Swedia Hanya Sediakan Satu Meja dan Kursi

Sementara apabila ditempuh dengan naik kapal, waktu yang ditempuh menjadi 14 jam. Namun apabila terjadi cuaca buruk dan gelombang besar, maka transportasi menuju Aogashima untuk sementara waktu dihentikan.(ilj/bbs)




Roti Buatan Hilmarsson Dipanggang Gunakan Lava Gunung Berapi Islandia

Kabar6-Siggi Rafn Hilmarsson memang memiliki cara memanggang roti yang unik sekaligus jarang dilakukan rekan seprofesinya. Pria asal Islandia yang berprofesi sebagai pembuat roti ini, menggunakan lava gunung berapi untuk memanggang roti.

Diketahui, Islandia memiliki 30 gunung berapi volkano yang merupakan jumlah terbanyak di dunia, yaitu 30 gunung berapi aktif. Meskipun Islandia merupakan wilayah bersuhu dingin, dilansir Zenmodeon, di daerah ini terdapat air panas alami yang berasal dari gunung berapi. Lava gunung berapi yang sangat panas ini memanaskan air hingga mendidih.

Tidak hanya air yang panas, melainkan juga pasirnya. Nah, Hilmarsson mencoba memanfaatkan panasnya pasir menjadi oven alami yang menakjubkan. Ia membuat rye bread dari nol, memasukkannya ke dalam panci aluminium dan memendamnya di dalam pasir yang sangat panas. Hawa panas inilah yang membuat adonan rye bread matang sempurna, persis seperti jika kita memasaknya menggunakan oven.

Tiap minggu, Hilmarsson memanggang 70 bongkah roti, untuk dikonsumsi bersama keluarga dan menjual sisanya. Kegiatan ini sungguh unik dan menarik perhatian wisatawan dari seluruh penjuru dunia untuk berkunjung, mencicipi bahkan mencoba membuat langsung roti yang matang karena alam ini.

Rye bread yang dipanggang dengan panasnya lava ini rasanya unik dan tidak sama dengan yang dipanggang oven. Teksturnya padat dan rasanya sungguh enak. ** Baca juga: Benarkah Chupacabra ‘Penghisap Darah’ Itu Memang Ada?

Hmm…jadi penasaran ingin mencoba.(ilj/bbs)