1

Alasan Ilmiah Mengapa Korea Selatan Tak Jual Deodoran

Kabar6-Deodoran banyak dipilih untuk mencegah bau badan yang kurang sedap. Namun hal itu tidak berlaku di Korea Selatan (Korsel). Hampir semua penduduk di sana tidak pernah bergantung pada deodoran untuk menjaga aroma tubuh.

Mengapa demikian? Menurut sebuah penelitian dari University of Bristol, melansir Viva, ada satu gen khusus yang menyebabkan ketiak berbau, dan itu disebut ABCC11. Mereka yang memiliki varian gen ini cenderung memiliki ketiak basah atau lengket. Studi ini dipublikasikan dalam Journal of Investigative Dermatology, dan menurutnya, gen adalah satu-satunya penentu apakah ketiak Anda berbau atau tidak.

Hal yang menarik, hampir semua orang Korea tidak memiliki gen ABCC11. Jadi, mereka ‘bermutasi secara genetis’ untuk memiliki ketiak yang bebas bau. ** Baca juga: Apa Saja Manfaat Lakukan Puasa Satu Kali Dalam Seminggu?

Menurut penelitian tersebut, lebih dari 97 persen orang keturunan Eropa atau Afrika memiliki ‘gen keringat bau’, dan 50-70 persen orang di Asia Selatan, Kepulauan Pasifik, Asia Tengah, Asia Kecil dan penduduk asli Amerika memiliki aroma ketiak yang bau.

Itulah sebabnya mengapa sulit sekali menemukan deodoran saat Anda berkunjung ke Korea Selatan.(ilj/bbs)




Ketahui 7 Hoax Tentang Kesehatan yang Beredar di Masyarakat

Kabar6-Berita bohong atau hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Hal ini tidak sama dengan rumor, ilmu semu, maupun April Mop.

Berita hoax dibuat untuk merugikan orang lain, menyebarkan kepanikan, dan ketakutan massal. Tidak hanya masalah politik atau berita selebritis, hoax juga sering ada seputar masalah kesehatan. Melansir Herworld, ada tujuh hoax seputar masalah kesehatan yang beredar di masyarakat. Apa sajakah itu?

1. Usus buntu dipicu makanan pedas
Menurut University of Maryland Medical Center, usus buntu bisa dipicu oleh tumor, atau infeksi akibat virus gastrointestinal. Infeksi atau radang juga bisa dipicu oleh penyumbatan makanan, tapi biji cabai tidak cukup besar untuk menyumbat usus buntu.

2. Aturan ‘belum lima detik’
Bakteri tidak butuh lima detik untuk berpindah ke makanan yang terjatuh di lantai. Selain itu, tidak ada yang tahu bahwa lantai rumah benar-benar steril dari bakteri.

Agar tidak jatuh sakit, buang saja makanan yang Anda jatuhkan. Atau setidaknya, cuci dulu apel yang menggelinding jatuh dari wadahnya.

3. Kalau tidak sampai nyeri, olahraga tidak berhasil
Jennifer Solomon, spesialis pengobatan dan rehabilitasi fisik mengatakan, jangan berolahraga sampai tubuh nyeri, kecuali Anda memang mengalami cedera, dan hal itu merupakan bagian dari program rehabilitasi yang diawasi. Umumnya nyeri itu justru tanda bahwa sedang terjadi cedera.

4. Mencabut uban membuatnya bertambah banyak
Rasanya mengganggu ketika uban mulai tumbuh di usia yang masih awal 30-an. Ingin mencabut, tapi takut uban bertambah banyak. Ternyata, kekhawatiran itu tidak beralasan.

Pembentukan pigmen dalam satu folikel rambut ternyata tidak mempengaruhi pigmentasi pada folikel rambut lainnya.

5. Ingus berwarna hijau pertanda infeksi
Ingus yang berubah menjadi kuning kehijauan konon menandakan infeksi bakteri. Namun menurut Michael M. Johns III, MD, direktur Emory Voice Center, tekstur lendir bisa berubah menjadi lebih kental akibat udara yang buruk, alergi, atau sesuatu yang mengiritasi.

Sedangkan warna ingus yang berubah disebabkan karena sistem kekebalan tubuh mengirim sel-sel darah putih yang mengandung enzim berwarna kehijauan ke hidung. Kalau jumlahnya banyak, sel-sel darah putih itu bisa mengubah warna ingus menjadi hijau.

Jika ingus hijau itu memang karena infeksi bakteri, biasanya diikuti gejala lain seperti hidung tersumbat, demam, atau rasa tertekan pada wajah.

6. Deodoran menyebabkan kanker payudara
Beberapa ilmuwan memang pernah mengatakan bahwa bahan kimia yang terdapat dalam deodoran bisa terserap melalui ketiak. Bahan kimia ini masuk ke jaringan payudara dan memicu pertumbuhan tumor.

Namun menurut National Cancer Institute, tidak ada bukti yang mengaitkan produk deodoran dengan kanker payudara.

7. Tidur saat rambut masih basah bisa sebabkan flu
Faktanya, Anda tidak bisa terpapar virus hanya karena tidur begitu habis keramas. Hanya karena kedinginan, Anda tidak akan tertular virus. Ya, virus menular karena kontak dengan orang lain yang sudah terkontaminasi virus.

Namun, tidur dengan rambut masih basah bukannya tidak menimbulkan masalah. Kalau wajah Anda cenderung berjerawat, bantal yang basah bisa menjadi tempat berkembang biaknya bakteri, yang bisa memperparah kondisi kulit Anda. ** Baca juga: Hindari Penyebaran Kuman Saat Gunakan Toilet Umum

Jadi, pilah lagi mana informasi yang bisa dipercaya kebenarannya.(ilj/bbs)




Perhatikan Beberapa Hal Sebelum Memilih Deodoran

Kabar6-Banyak orang menggunakan deodoran sebagai salah satu cara untuk mengatasi bau badan. Tidak hanya itu, deodoran juga berfungsi sebagai parfum yang membuat tubuh jadi lebih wangi.

Dengan kata lain, Anda akan selalu percaya diri setelah memakai deodoran. Nah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memilih deodoran. Secara anatomi, melansir Femaledaily, pada ketiak terdapat dua jenis kelenjar keringat yang disebut dengan Eccrine dan Apocrine. Pada saat melakukan aktivitas fisik, atau saat cuaca panas, suhu tubuh pun juga ikut meningkat.

Kelenjar Eccrine berperan dalam mengatur suhu tubuh dengan mengekskresi cairan yang mengandung garam dan tidak berbau atau odorless. Sedangkan pada saat berada di bawah tekanan emosional atau psikologis seperti gugup dan cemas, kelenjar Apocrine bekerja dengan mengeluarkan cairan yang mengandung lemak dan protein.

Ketika keringat yang dihasilkan dari kelenjar Apocrine bercampur dengan bakteri yang tumbuh pada kulit ketiak, maka akan menyebabkan timbulnya bau tidak sedap dari ketiak, atau sering disebut sebagai bau badan (body odor).

Deodoran dan antiperspirant bukan lagi istilah yang asing. Beragamnya merek dan jenis produk untuk ketiak yang dijual di pasaran, mulai dari powder, stick, roll-on, hingga spray, menjadi jalan keluar untuk mengatasi ketiak basah dan bau badan.

Deodoran berfungsi untuk meminimalisir bau badan dari keringat di ketiak. Kandungan alkohol dan fragrance yang ada dalam deodoran dapat menyamarkan atau menutupi bau disebabkan oleh keringat yang bersumber dari kelenjar Apocrine.

Selain menutupi bau, deodoran juga bekerja dengan mengondisikan agar kulit di area ketiak menjadi acidic atau asam, sehingga bakteri tidak dapat berkembang.

Antiperspirant berfungsi dalam mencegah produksi keringat berlebih pada ketiak. Bahan aktif yang terdapat dalam antiperspirant umumnya adalah alumunium salt.

Ketika diaplikasikan ke kulit ketiak, alumunium salt dapat larut dalam keringat dan membentuk gel yang akan sementara waktu membentuk lapisan dan menyumbat kelenjar keringat sehingga dapat menahan keringat untuk keluar lebih banyak.

Dengan menutupi kelenjar, keringat pun akhirnya tidak bisa bercampur dengan bakteri, sehingga bau badan pun dapat dicegah. Jika Anda bermasalah dengan bau badan, maka deodoran adalah pilihan yang tepat. Sementara jika Anda memiliki masalah keringat berlebih, dapat memilih untuk menggunakan produk antiperspirant.

Karena antiperspirant bekerja dengan cara menyumbat kelenjar keringat, bukan berarti antiperspirant deodoran dapat menghentikan produksi keringat pada kelenjar secara total.

Antiperspirant hanya dapat mengurangi produksi keringat sebanyak 20 hingga 30 persen saja. Karenanya, mitos tentang deodoran atau antiperspirant dapat membahayakan kesehatan karena menghambat keluarnya keringat yang memang semestinya harus disekkresi oleh tubuh, sama sekali tidak benar.

Kulit ketiak sama halnya dengan bagian kulit lainnya, bisa saja sensitif terhadap kandungan-kandungan tertentu. Kulit ketiak bahkan lebih tipis dan rentan dibanding bagian kulit lainnya. ** Baca juga: Cukup Seorang Teman untuk Bantu Anda Atasi Stres & Depresi

Kulit ketiak bisa saja menunjukkan tanda-tanda alergi terhadap deodoran, misalnya dengan rasa gatal, perih, hingga munculnya axillary dermatiitis. Beberapa ingredients dalam deodorant yang mungkin dapat mengiritasi kulit ketiak di antaranya adalah alumunium, alkohol, paraben dan fragrance.

Jadi, lebih teliti lagi memilih deodoran, jangan hanya sekadar wangi saja.(ilj/bbs)




Tidak Hanya Saat Bepergian, Pakai Deodoran Malam Hari Ternyata Miliki Manfaat

Kabar6-Biasanya orang memakai deodoran setelah mandi pagi atau ketika akan bepergian. Deodoran berfungsi untuk mengontrol bau badan yang disebabkan oleh pemecahan bakteri dari keringat di ketiak, kaki, dan area lain dari tubuh.

Namun tahukah Anda, memakai deodoran pun bisa dilakukan pada malam hari sebelum kita tidur? Lantas, apa manfaatnya? Melansir Pesona, memakai deodoran pada malam hari membantu kristal alumnium yang terkandung di dalam deodoran untuk menahan kelenjar keringat berlebihan. Ya, deodoran berfungsi menyumbat kelenjar keringat keluar.

Dengan demikian, ketika bangun keesokan harinya, Anda tetap bersih dan tidak bau badan. ** Baca juga: Seperti Pria, Ada Sejumlah Alasan Mengapa Wanita Juga Suka Nonton Film Porno

Namun, pemakaian deodoran di malam hari baru bisa efektif jika Anda tidur dalam kondisi bersih, misalnya sudah mandi dan tidak tidur dalam keadaan kotor atau keringatan.(ilj/bbs)




Riset Tunjukkan, Orang akan Tertarik dengan Lawan Jenis yang Miliki Bau Badan Sama dengan Dirinya

Kabar6-Setiap orang memiliki kriteria sendiri saat mencari pasangan hidup. Dimulai melalui proses memilih ketika pacaran. Sebagian orang bisa jadi tertarik karena fisik, selebihnya lebih pada kepribadian, kesamaan hobi, dan lain sebagainya.

Namun ada hal yang mungkin belum Anda ketahui. Disebutkan, secara natural atau alami orang akan tertarik dengan lawan jenis yang memiliki bau badan sama seperti dirinya sendiri, lho.

Sebuah riset, melansir Wolipop, dilakukan kepada 30 pasangan dari Skotlandia yang sudah pacaran lebih dari enam bulan, dan memberikan sampel bau badan mereka. Selama dua hari, mereka diminta untuk tidak memakai deodoran yang biasa digunakan, tidak olahraga, tidak mengonsumsi makanan beraroma kuat, atau berbagi tempat tidur karena bisa mengubah bau badan asli. Sedangkan partisipan lain menganalisanya dengan memberi nilai berdasarkan kesamaan aroma.

Hasilnya, orang secara natural akan tertarik dengan lawan jenis yang memiliki bau badan serupa dengan diri sendiri. Untuk mencegah bau badan kurang sedap, kebanyakan orang memakai deodoran di keseharian. Meski mengeluarkan bau, menariknya aroma anti-perspirant tersebut tidak terlalu berperan dalam pemilihan pasangan. Aroma tubuh natural tetaplah yang menjadi sinyal utama untuk menarik lawan jenis.

Para peneliti juga menganalisa seberapa puas partisipan dalam hubungan. Dikatakan, pria lebih bahagia saat menjalin hubungan dengan wanita yang baunya sama. Sedangkan hal tersebut tidak terlalu berlaku wanita.

Berdasarkan riset, wanita yang memakai kontrasepsi tertentu bahkan bisa saja tidak memilih pasangan berdasarkan bau badan karena penciuman mereka jadi berubah.

Sebelumnya beberapa riset pernah membuktikan jika kontrasepsi bisa mengubah persepsi penciuman. Karena itu, cara mereka memilih pasangan bisa berbeda. Menurut penelitian, pasangan yang menggunakan kontrasepsi tertentu punya bau badan yang berbeda. ** Baca juga: Stres, Hindari 9 Jenis Makanan Ini

Bagaimana dengan Anda? (ilj/bbs)




Amankah Gunakan Deodoran Tiap Hari?

Kabar6-Deodoran sebenarnya memiliki bahan dasar yang mengandung antibakteri dan aluminium, sehingga mampu mencegah kelenjar keringat untuk memproduksi keringat berlebih. Deodoran umumnya dipasarkan dalam bentuk roll on, namun ada pula yang dalam bentuk spray.

Namun di balik manfaat yang ditawarkan, keamanan pengunaan deodoran mulai dipertanyakan. Hal ini khususnya ketika ada kabar yang mengatakan bahwa deodoran depat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Disebutkan, kandungan alumunium yang berfungsi untuk menahan produksi keringat dapat masuk ke dalam kulit melalui luka kecil yang timbul akibat mencukur bulu ketiak. Bahan tersebut dapat menumpuk di kelenjar limfe ketiak dan tidak dapat dikeluarkan melalui pori-pori, karena produksi keringat yang terhambat.

Akumulasi alumunium di kelenjar limfe ketiak sering dihubungkan dengan kejadian kanker payudara, yang kebanyakan timbul di bagian atas dekat ketiak. Dengan demikian, para ahli menghubungkan kemungkinan kejadian kanker payudara dengan akumulasi alumunium tersebut.

Lebih dari itu, kandungan pengawet paraben yang terdapat dalam deodoran juga disinyalir berperan pada proses terjadinya terjadinya kanker. Ini karena paraben yang dapat diserap ke dalam kulit memiliki kemampuan seperti estrogen, yaitu hormon wanita yang dalam dosis tinggi dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

Meski temuan di atas masuk akal dan telah dikonfirmasi oleh ilmu pengetahuan, melansir Klikdokter, bukti-bukti ilmiah yang digunakan untuk memperkuatnya masih sangat sedikit. Karena itulah hingga saat ini, penggunaan deodoran secara rutin belum terbukti mampu meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara. Faktanya, beberapa penelitian skala besar yang melibatkan banyak wanita juga belum mampu menarik kesimpulan yang meyakinkan bahwa deodoran berhubungan langsung dengan kejadian kanker payudara.

Kesimpulan yang bisa ditarik adalah, deodoran aman untuk digunakan setiap hari. Ini karena zat aluminium dan paraben yang menjadi bahan dasar deodoran masih belum terbukti berkaitan langsung dengan kejadian kanker payudara.

Anda tak perlu khawatir, apalagi mengenai zat pengawet bernama paraben. Ini karena zat tersebut sebenarnya juga digunakan dalam berbagai produk kecantikan, seperti lipstik, maskara, concealer, alas bedak, pelembap, produk cukur, dan tabir surya. ** Baca juga: Adakah Hubungan Antara Gemar Konsumsi Makanan Renyah dengan Kondisi Kesehatan?

Selama digunakan pada ‘tempatnya’ dan sesuai instruksi yang tertera di label kemasan, deodoran diharapkan benar-benar tidak menimbulkan risiko kanker payudara atau penyakit lainnya.(ilj/bbs)




3 Kesalahan yang Sering Terjadi Saat Pakai Deodoran

Kabar6-Deodoran menjadi salah satu cara untuk menghilangkan bau badan. Sayangnya, tidak semua pemakai deodoran dapat mengaplikasikannya dengan tepat. Ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan orang saat memakai deodoran.

Hal ini tentu saja membuat fungsi deodoran menjadi kurang maksimal. Melansir Bintang, ini dia tiga kesalahan yang dimaksud:

1. Memakai deodoran setelah mencukur rambut
Setelah mencukur rambut ketiak, ada baiknya tidak memakai deodoran terlebih dahulu. Hal itu karena kulit ketiak akan berubah menjadi lebih sensitif setelah dicukur. Tak hanya itu, memakai deodoran setelah mencukur juga akan membuat kulit iritasi.

2. Memakai deodoran saat kulit belum kering
Hindari memakai deodoran saat kulit ketiak masih basah. Hal ini karena deodoran yang dipakai saat ketiak masih basah akan membuat fungsi deodoran menjadi tidak efektif. Ada baiknya untuk mengaplikasikan deodoran ketika kulit ketiak sudah kering.

3. Memakai deodoran di pagi hari
Banyak orang sering memakai deodoran setelah mandi di pagi hari. Padahal, hal tersebut justru dapat membuat deodoran tidak bekerja secara efektif. Deodoran justru dianjurkan untuk dipakai saat malam hari sebelum tidur. Hal itu dikarenakan kelenjar keringat tidak terlalu aktif saat tidur, sehingga deodoran bisa bekerja lebih efektif. ** Baca juga: Minuman Sehat yang Bantu Atasi Insomnia

Semoga bermanfaat.(ilj/bbs)




Remaja Asal Belanda Tewas Usai Hirup Deodoran

Kabar6-Nasib tragis dialami seorang remaja berusia 19 tahun asal Rotterdam, Belanda. Remaja yang tidak disebut namanya itu dipastikan meninggal dunia usai menghirup semprotan deodoran.

Jumlah deodoran yang dihirup remaja tadi diduga sangat berlebihan karena ingin merasakan sensasi nge-fly atau mabuk hingga justru membuat nyawanya melayang. Melansir Independent, dr. Kelvin Harvey Kramp dari Maasstad Hospital yang menangani kondisi remaja inin menyebutkan bahwa kasus yang terjadi itu sangatlah langka. Diketahui, korban memang sudah memiliki riwayat gejala psikotik dan penggunaan obat-obatan terlarang seperti ganja, ketamin, dan obat antipsikotik. Selain itu, ia pun sudah pernah dirawat di pusat rehabilitasi rumah sakit tersebut beberapa saat lalu.

Berdasarkan laporan rumah sakit pada Juli silam, remaja ini sempat kedapatan menggunakan semprotan deodoran dengan cara menempatkan handuk di atas kepala yang telah disemprotkan deorodan dalam jumlah yang banyak. Kemudian ia menjadi hiperaktif dan terus menerus melompat. Dan tak lama, remaja itu pun terjatuh tak sadarkan diri.

Rupanya, remaja tersebut terkena serangan jantung. Sempat mendapatkan perawatan medis dan berada dalam kondisi koma selama sembilan hari, sebelum akhirnya meninggal dunia karena fungsi otaknya sudah benar-benar berhenti akibat tidak mendapatkan aliran darah.

Dr. Kramp mengatakan, ada kemungkinan semprotan deodorant ini memang menyebabkan henti jantung. Hanya saja, ada beberapa teori yang bisa menjelaskan hal ini. Teori pertama adalah zat kimia dari deodoran ini membuat jantung menjadi lebih peka, teori kedua adalah zat kimia dari deodoran melemahkan kontraksi pada otot jantung, dan yang terakhir zat kimia ini memicu spasme arteri koroner.

Karena remaja ini sempat mengalami kondisi hiperaktif dan halusinasi parah, maka besar kemungkinan kondisi serangan jantung ini disebabkan oleh teori yang pertama sehingga membuat jantungnya kemudian berhenti berdetak. ** Baca juga: Aneh, Wanita Ini Ketiduran Saat Melahirkan

Diketahui, dalam deodoran memang ada kandungan bahan kimia butana yang memiliki dampak yang mirip dengan alkohol, yakni memicu euforia jika dihirup berlebihan. Masalahnya, kandungan ini bisa menyebabkan kerusakan ginjal, hati, organ pendengaran, dan otak sehingga memang tidak boleh digunakan dengan sembarangan.(ilj/bbs)




Swiss Larang Penggunaan Deodoran Karena Dianggap Picu Kanker

Kabar6-Meskipun masih menjadi hal yang kontroversial bagi para pakar kesehatan, Swiss baru-baru ini membuat peraturan yang cukup mengejutkan, di mana penggunaan deodoran akan dilarang di negara tersebut. Ya, deodoran dianggap berbahaya dan bisa memicu kanker.

Pada September 2016 silam, melansir doktersehat, pakar kesehatan dari University of Geneva menemukan fakta di mana kandungan garam aluminium yang ada dalam deodoran ternyata mampu memicu pertumbuhan tumor pada payudara. Penemuan ini menimbulkan kekhawatiran banyak pihak di Swiss. Karena itulah Swiss National Council pun menyepakati usulan undang-undang yang ditujukan untuk melarang penggunaan garam aluminium tersebut pada produk deodoran.

Usulan ini kemudian dibawa Lisa Mazzone dari Partai Hijau di parlemen Swiss. Hasilnya, parlemen menyetujui undang-undang pelarangan garam aluminium ini karena dianggap berbahaya bagi kesehatan.

Menurut pakar kesehatan yang melakukan penelitian, sebagian besar deodoran yang beredar di pasaran memang memiliki garam aluminium ini. Bahan inilah yang dianggap mampu menghilangkan aroma tidak sedap sekaligus menghambat kelenjar keringat berproduksi pada ketiak.

Mereka kemudian menggunakan tikus percobaan yang dipapar garam aluminium ini untuk mengetahui bagaimana dampak penggunaannya. Ternyata, paparan garam aluminium ini dalam jangka panjang menyebabkan penyebaran tumor pada tubuh tikus. Bahkan, seandainya garam aluminium ini disuntikkan ke dalam tubuh tikus, tumor berubah menjadi sangat agresif pada tubuh tikus tersebut. ** Baca juga: Sulit Punya Anak, Seorang Wanita Masukkan Lintah ke Tubuhnya

Dalam penelitian ini, diketahui bahwa paparan garam aluminium mampu menciptakan sejenis efek estrogen yang dianggap sebagai pemicu kanker. Sayangnya, cukup banyak pakar kesehatan lain yang menganggap penelitian ini masih membutuhkan penelitian lanjutan karena baru dilakukan pada hewan percobaan saja.(ilj/bbs)




Berlebihan Gunakan Doeodoran, Seorang Gadis Asal Inggris Alami Luka Bakar

Kabar6-Seorang gadis asal Inggris bernama Ellie (15) mengalami luka bakar setelah menggunakan deodoran secara berlebihan. Bukan tanpa sebab, Ellie melakukan hal itu demi mengikuti tantangan yang dilakukan di sekolah. Akibatnya, menurut ibunda Ellie yang bernama Jamie Prescott, buah hatinya memerlukan perawatan intensif.

Tantangan ini, melansir mirror.co.uk, dilakukan dengan cara menyemprotkan deodoran pada kulit selama mungkin. Namun akibat yang ditimbulkan, kulit Ellie mengalami luka bakar yang bahkan masih belum terlihat mereda hingga tiga minggu lamanya. Ellie menyebut luka bakar pada tangannya sangat menyakitkan. Bahkan, terlihat seperti sudah mengeluarkan cairan.

“Kulit tanganku seperti berlubang dan sudah ada cairan kekuningan yang keluar. Temanku juga pernah melakukan tantangan ini sebelumnya dan mengalami bekas luka. Namun, luka pada tanganku sepertinya jauh lebih menyakitkan dari yang temanku alami,” keluh Ellie.

Jamie pun mengunggah foto luka yang dialami Ellie ke akun Facebook miliknya, dengan tujuan memperingatkan orangtua lainnya agar memberitahu anak-anaknya tentang bahaya dari tantangan yang aneh ini. Foto ini sudah dibagikan sebanyak 2.500 kali sejak pertama kali diunggah beberapa waktu lalu. ** Baca juga: Operasi Caesar Dilakukan Hanya untuk Ambil Kepala Bayi yang Tertinggal

Selain itu, Jamie juga meminta orangtua dan guru untuk memberitahu betapa berbahayanya tantangan memakai deodoran ini. Wanita itu memperbolehkan siapa saja untuk menunjukkan luka yang dialami oleh buah hatinya demi memberi contoh tentang betapa bahaya tantangan tersebut.(ilj/bbs)