1

Mengapa Kepala Terasa Nyeri Usai Berolahraga?

Kabar6-Saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik berat lainnya, otot pada bagian kepala, leher, dan kulit kepala akan memerlukan lebih banyak darah. Hal ini menyebabkan pembuluh darah tersebut membengkak, dan membuat Anda mengalami nyeri kepala.

Nyeri kepala ini biasanya terjadi setelah Anda selesai berjogging atau berhubungan seksual. Meskipun dapat terjadi pada siapa saja, nyeri kepala jenis ini lebih sering terjadi pada orang yang memang rentan terhadap migrain.

Nah, yang dimaksud dengan rentan di sini, melansir dokter.id, adalah orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami migrain, yaitu bila salah satu atau kedua orangtuanya menderita migrain. Sebagian besar nyeri kepala yang terjadi akibat aktivitas fisik ini merupakan nyeri kepala ringan dan dapat diatasi dengan pengobatan nyeri kepala biasa.

Bila Anda sering mengalami nyeri kepala setelah berolahraga atau setelah melakukan aktivitas fisik berat lainnya, dianjurkan agar mengonsumsi obat 30-60 menit sebelum berolahraga atau melakukan aktivitas fisik tertentu. ** Baca juga: Benda di Sekitar Kita yang Berpotensi Tularkan COVID-19

Berkonsultasilah dengan dokter mengenai obat apa yang dapat Anda konsumsi.(ilj/bbs)




Efek Buruk Kurang Gerak yang Pengaruhi Kesehatan

Kabar6-Banyak orang yang tanpa sadar menjalankan gaya hidup yang tidak aktif atau tidak banyak bergerak. Di sisi lain, tidak semua orang memiliki motivasi untuk melakukan latihan atau olahraga di rumah sebagai salah satu cara menjaga kesehatan

Padahal, ada sejumlah efek buruk bagi kesehatan fisik maupun mental, apabila Anda kurang bergerak. Melansir beberapa sumber, salah satu efek paling jelas dan umum dari gaya hidup yang tidak banyak bergerak adalah penambahan berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, dan dapat meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes tipe 2 dan kanker.

Lebih dari sekadar mencari cara tertentu, seseorang harus lebih sadar akan dietnya, dan memasukkan aktivitas fisik secara teratur dalam rutinitas mereka agar tetap sehat secara keseluruhan.

Kemudian, Anda akan kehilangan fleksibilitas. Semakin sering Anda duduk dan tidak aktif, semakin besar kemungkinan Anda kehilangan fleksibilitas. Masalah hilangnya fleksibilitas adalah meningkatkan kemungkinan cedera otot, dan juga membuat otot Anda lebih lemah, yang dapat berbahaya dalam jangka panjang.

Risiko lain adalah osteoporosis, yaitu kondisi di mana tulang menjadi lemah, dan lebih rentan terhadap patah tulang. Ini umum terjadi pada orangtua, terutama wanita setelah menopause. Tidak banyak bergerak dapat meningkatkan risiko osteoporosis karena olahraga dan aktivitas fisik membantu memperkuatnya.

Efek buruk lain adalah meningkatnya kemungkinan kesehatan mental yang buruk. Ketidakpastian pandemi telah berdampak buruk pada kesehatan mental. Namun, gaya hidup yang tidak banyak bergerak bisa memperburuk keadaan. Orang yang keluar untuk berjalan-jalan dapat beristirahat dari faktor penyebab stres dalam hidup mereka, meningkatkan kesadaran.

Olahraga juga diketahui dapat melepaskan beberapa hormon bahagia dalam tubuh yang dapat membantu mengurangi kemungkinan masalah kesehatan mental tersebut.

Selanjutnya, efek pada melambatnya metabolisme dan masalah pencernaan. Metabolisme adalah laju tubuh Anda membakar makanan yang dikonsumsi untuk energi. Saat Anda tidak bergerak, tubuh mendapat indikasi bahwa Anda tidak membutuhkan energi, dan metabolisme melambat.

Metabolisme yang lambat dapat menyebabkan hasil seperti penambahan berat badan. Aktivitas fisik juga dapat memengaruhi pencernaan dengan memperlambatnya, menyebabkan penambahan berat badan dan masalah perut.

Menurut penelitian, dengan jumlah aktivitas fisik yang tepat dan dilakukan selama periode waktu tertentu, seseorang dapat terhindar dari risiko gaya hidup yang tidak banyak bergerak.

Meskipun berolahraga di gym atau pusat kebugaran mungkin belum menjadi pilihan, gaya hidup aktif tidak harus berupa latihan fisik yang berat. ** Baca juga: Jadi Lebih Sehat dengan Lakukan 4 Perubahan Kecil dalam Keseharian

Ada banyak cara untuk melakukan aktivitas fisik dalam rutinitas harian Anda, misalnya mengunakan tangga ketimbang naik lift, berjalan ke pasar untuk membeli bahan makanan sehari-hari, atau berjalan-jalan di taman sekitar rumah.

Jangan lupa mengonsumsi makanan sehat dengan kandungan sejumlah nutrisi yang dibutuhkan tubuh.(ilj/bbs)




Setop Makan Berlebihan Selama Physical Distancing

Kabar6-Selama physical distancing, Anda mau tidak mau akan berkutat di tempat yang sama, bertemu orang yang sama, dan melakukan kegiatan serupa tiap hari. Kondisi tersebut tentu saja bisa membuat Anda stres.

Dan stres inilah yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pola makan, entah menjadi berkurang atau bahkan berlebihan. Namun kebanyakan, kasus yang ditemui adalah makan secara berlebihan atau dalam porsi besar.

Apapun alasannya, makan berlebihan tidaklah disarankan. Seorang ahli gizi bernama Beatrice de Reynal, melansir MSN, mengatakan bahwa Anda seharusnya justru makan lebih sedikit selama physical distancing. Karena ini bisa jadi ‘virus’ selanjutnya, yakni godaan makan enak yang sulit ditolak. “Aku tidak tahu apakah kita bisa keluar dengan pengalaman buruk ini, tapi kita jadi lebih gemuk,” ujar Beatrice.

Sementara ahli gizi Jennifer Aubert mengungkapkan, dengan sedikitnya melakukan aktivitas fisik yang biasa kita lakukan, orang dewasa hanya mampu membakar paling banyak 400 kalori dalam sehari. Itulah mengapa kita harus mengurangi porsi makan dan bergerak sebanyak mungkin.

Untuk mereka yang panic buying atau membeli makanan dan memenuhi kulkas dengan makanan, juga bisa memicu orang untuk makan banyak. Sendirian melawan tekanan stres, khususnya tentang bagaimana pekerjaan mereka bisa kembali setelah pandemi, membuat orang jadi lebih banyak makan.

“Makanan bisa jadi hiburan dan mudah untuk makan berlebihan ketika menghabiskan banyak waktu di rumah, terutama jika Anda suka memasak dan menghabiskan waktu,” kata Aubert. ** Baca juga: Apa Beda Physical Distancing dengan Social Distancing?

Menurut para ahli, cara terbaik adalah memasak untuk diri sendiri, membuat jadwal makan teratur dan melakukan aktivitas fisik. Bahkan ini bisa jadi ampuh menurunkan berat badan kita. “Kita sebenarnya memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan olahraga di rumah,” katanya.

Konsumsi makanan yang mengandung sejumlah nutrisi penting dalam porsi wajar, agar tubuh tidak melar selama pandemi COVID-19 di rumah.(ilj/bbs)




Haruskan Memakai Masker Saat Olahraga di Luar Rumah?

Kabar6-Meskipun selama pandemi COVID-19 lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, bukan berarti Anda setop beraktivitas fisik, lho. Ya, olahraga tetap harus dilakukan untuk menjaga sistem kekebalan tubuh.

Apabila Anda lebik suka berolahraga di luar rumah, perlukah memakai masker? Melansir tempo.co, menggunakan masker saat berolahraga sebenar tidak menjadi masalah. Namun, apabila aktivitas fisik yang dilakukan adalah olahraga lari yang membutuhkan asupan oksigen, maka napas Anda tentu akan ‘ngos-ngosan’.

Dengan kata lain, jika Anda membutuhkan banyak oksigen dan berkeringat, masker bisa dengan cepat membatasi kinerja Anda.

Seorang ahli virologi dari Bernhard Nocht Institute for Tropical Medicine di Hamburg, Jerman, bernama Jonas Schmidt-Chanasit, tidak menyarankan Anda menggunakan masker saat berolahraga di luar ruangan.

“Tidak. Tidak ada awan infeksi bernaung di sekitar di taman. Jika Anda berada di lingkungan dengan udara segar dan menghindari orang banyak, Anda tidak perlu masker,” jelas Jonas.

Saat beraktivitas fisik, sebaiknya jangan terlalu memforsir diri karena bisa menurunkan sistem imun Anda. Disarankan agar Anda melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang ketimbang tinggi, agar Anda tidak berisiko terkena paparan infeksi. Lakukan aktivitas fisik selama 30-45 menit.

Kemudian, untuk mereka yang terbiasa melakukan latihan beban, sebaiknya jangan menggunakan beban. Sebagai gantinya, gunakan beban tubuh Anda, yaitu berat badan, seperti push up atau sit up. ** Baca juga: Stres Bikin Banyak Makan, Begini Cara Mengendalikannya

Apabila baru mulai beraktivitas fisik, bisa mencoba melakukannya semampu Anda dulu namun konsisten. Ingat, jangan memforsir diri. Beraktivitas fisik di luar rumah bisa Anda lakukan setelah mempertimbangkan sejumlah kondisi. Seperti dilakukan tidak berkelompok, menjaga jarak sosial dengan orang lain dan tidak dilakukan tempat ramai.(ilj/bbs)




Penelitian Ungkap, Orang Religius Biasanya Hidup Lebih Lama

Kabar6-Sebuah penelitian menunjukkan, orang religius memiliki kesempatan untuk hidup lebih lama atau panjang umur. Selama ini sudah banyak penelitian yang mempelajari hubungan antara agama, status pernikahan, dan gender dengan kualitas hidup seseorang.

Gender dan status pernikahan diketahui memengaruhi harapan hidup seseorang. Hasilnya, wanita hidup sekira 4,8 tahun lebih lama ketimbang pria. Nah, pengaruh agama pada kesehatan fisik seseorang juga menunjukkan hasil yang hampir serupa.

Studi yang diterbitkan online pada jurnal Social Psychological and Personality Science, melansir Hellosehat, meneliti berita kematian (obituari) lebih dari 1.000 orang di Amerika Serikat. Data penelitian mengindikasikan bahwa orang yang hidup beragama rata-rata memiliki kesempatan hidup 3,8 tahun lebih lama daripada yang tidak beragama.

Banyak peneliti mencari faktor apa yang menyebabkan seseorang yang beragama memiliki kesempatan untuk hidup lebih lama. Hingga akhirnya peneliti sepakat bahwa agama mengarahkan seseorang untuk memiliki gaya hidup yang lebih baik.

Banyak agama yang mengatur atau melarang penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Diketahui, obat-obatan terlarang dan kebanyakan minum alkohol bisa membahayakan kesehatan. Terlalu banyak minum alkohol bisa meningkatkan risiko seseorang terkena berbagai penyakit, seperti penyakit hati, komplikasi diabetes, disfungsi seksual, penyakit jantung, dan kanker.

Tidak hanya itu, sebagian besar agama juga mengatur kehidupan seks seseorang. Seks yang tidak bertanggung jawab bisa menimbulkan dan menyebarkan berbagai macam penyakit seperti HIV/ AIDS, gonore, klamidia, dan juga herpes.

Tanpa perawatan, semua penyakit yang disebabkan akibat seks bebas, kecanduan alkohol, dan penyalahgunaan narkoba bisa bertambah parah, menyebabkan komplikasi, hingga berakhir dengan kematian yang lebih cepat.

Hidup beragama juga diyakini para periset dapat mengurangi stres. Meskipun gejalanya tidak terlihat kasat mata dan susah terdeteksi, stres berat bisa merusak kualitas hidup seseorang. Anda jadi susah tidur, tidak bisa mengatur emosi, dan meningkatkan risiko penyakit jantung.

Orang yang beragama biasanya sering mengikuti acara keagamaan seperti berdoa bersama umat lainnya serta menerapkan rasa syukur pada hidupnya. Bersyukur adalah salah satu emosi positif yang memengaruhi kesehatan tubuh. Meningkatnya kesehatan orang-orang tersebut ditandai dengan berkurangnya tingkat stres, depresi, dan kecemasan, serta angka tekanan darah yang lebih seimbang.

Walaupun penelitian menunjukkan hasil demikian, ada faktor lain yang menunjang kesehatan tubuh seseorang. Apa lagi faktor yang menunjang hidup agar senantiasa sehat? Tentu dengan pola makan seimbang, istirahat yang cukup, dan rutin olahraga.

Memenuhi nutrisi yang dibutuhkan tubuh, membatasi konsumsi makanan cepat saji, berminyak, berlemak, mengandung gula tinggi dan berpengawet juga perlu Anda terapkan. Seimbangkan dengan aktivitas fisik dan istirahat yang cukup.

Selain itu, selalu menjaga kebersihan diri dan tempat tinggal, berhenti merokok, serta membangun relasi yang baik dengan setiap orang merupakan kunci untuk selalu sehat dan panjang umur, terlepas dari agama Anda. ** Baca juga: 4 Fakta Unik Seputar Tidur

Gaya hidup sehat memang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang.(ilj/bbs)




Hati-hati, Duduk dan Nonton TV Terlalu Lama Bisa Picu Penyakit

Kabar6-Para ilmuwan mengklaim, duduk dalam waktu lama meningkatkan kesempatan Anda dalam mengatasi masalah mobilitas di kemudian hari.

Sering duduk dan menonton televisi yang berkepanjangan menyebabkan TIGA FOLD yakni meningkatkan risiko pengembangan kesulitan berjalan di kemudian hari, berdasarkan sebuah penelitian baru telah menunjukkan.

Studi yang diikuti oleh sekelompok orang sehat berusia antara 50-71 selama 10 tahun itu, melansir She, mendapati bahwa duduk berkepanjangan sangat berbahaya bila dikombinasikan dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah.

Peserta yang menonton TV lima jam atau lebih, memiliki risiko 65 persen lebih tinggi melaporkan cacat mobilitas di akhir studi, dibandingkan dengan mereka yang menonton TV dalam jumlah sedikit (kurang dari dua jam per hari), terlepas dari tingkat mereka aktivitas fisik.

Namun, mereka yang memiliki tiga jam per minggu atau kurang aktivitas fisik ternyata lebih cenderung mengalami kesulitan berjalan pada akhir penelitian.

“Duduk dan menonton TV dalam waktu lama (terutama di malam hari) menjadi salah satu hal paling berbahaya yang bisa dilakukan orang tua,” ungkap Profesor Loretta DiPietro, penulis utama studi dari George Washington University di Washington, DC.

Studi ini muncul seminggu setelah Public Health England mengumumkan bahwa Inggris menghadapi bom timbangan kesehatan yang mengejutkan karena tidak aktif.

Survei tersebut menunjukkan bahwa lebih dari enam juta orang setengah baya Brits gagal mengelola jalan cepat 10 menit dalam sebulan. ** Baca juga: Cara Sehat Konsumsi Daging Kambing Olahan Tanpa Khawatir Alami Pusing

“Seiring bertambahnya usia, semakin sedikit kita menggunakan otot kita, semakin buruk ukuran dan kualitasnya,” jelas dr. James Brown dari Aston University dan wali dari British Society for Research on Aging.(ilj/bbs)




Mengapa Terjadi Dehidrasi Saat Olahraga?

Kabar6-Olahraga yang berlebihan dapat membuat Anda mengalami dehidrasi. Tentu saja, karena setelah berolahraga Anda akan mengeluarkan banyak keringat, sehingga membuat cairan tubuh berkurang.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Melansir duniafitnes, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi terbentuk banyak keringat. Apa sajakah itu?

1. Jenis kelamin
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Osaka International dan Kobe University di Jepang menemuakan, pria berkeringat lebih banyak daripada wanita selama berolahraga.

2. Metabolisme tubuh
Kecepatan metabolisme tiap individu berbeda-beda yang akan mempengaruhi sejumlah panas yang diproduksi tubuh. Selain itu tergantung aktivitas yang dilakukan oleh seseorang.

3. Genetik
Genetik juga mempengaruhi jumlah keringat yang akan diproduksi. ** Baca juga: Bisakah Jadi Sehat dalam 14 Hari?

4. Suhu dan kelembapan lingkungan
Apabila Anda melakukan olahraga saat suhu panas, siang hari, ditambah menggunakan jaket akan membuat suhu tubuh meningkat dan keringat akan keluar untuk mendinginkannya.

5. Aktivitas fisik
Semakin berat aktivitas maka keringat yang dihasilkan akan semakin banyak. Hal ini berhubungan intensitas serta jenis olahraga yang Anda lakukan.

Jadi usai berolahraga jangan lupa untuk menggantikan cairan yang keluar dari dalam tubuh dengan cukup minum.(ilj/bbs)




Kenali Ciri Sindrom Lelah Kronis

Kabar6-Mungkin Anda pernah merasakan tubuh terasa sangat lelah, dan energi seakan-akan terkuras habis. Bagaimana kondisi itu bisa terjadi, dan apa penyebabnya?

Kondisi yang Anda alami ini disebut sebagai sindrom kelelahan kronis. Gejala utamanya, melansir WebMd, adalah rasa lelah yang tidak tertahankan dan berlangsung minimal selama enam bulan, serta tidak hilang hanya dengan beristirahat. Kelelahan ini juga dirasakan sangat berat sehingga bisa mengganggu pekerjaan atau aktivitas harian.

Kelelahan dan gejala lain yang dijelaskan mungkin dapat dirasakan tiba-tiba atau mungkin berkembang perlahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Gejala sindrom kelelahan kronis adalah mudah lupa, kehilangan daya ingat, kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi. Kemudian nyeri tenggorokan, demam, nyeri kelenjar getah bening di leher atau ketiak. Gejala lain nyeri otot, nyeri sendi tanpa disertai pembengkakan atau kemerahan, nyeri kepala yang berbeda dari nyeri kepala terdahulu yang pernah Anda rasakan.

Selanjutnya adalah tidak merasa segar saat bangun tidur, serta merasa tidak sehat saat melakukan olahraga atau aktivitas fisik lainnya.

Karena sindrom ini sangatlah sulit untuk didagnosa, para ahli kesehatan mungkin akan menegakkan berbagai aturan untuk membantu mengenali gejala ini.

Untuk dapat mendiagnosa sindrom kelelahan kronis ini, Anda harus mengalami rasa lelah dan paling tidak empat gejala yang sudah disebutkan tadi, yang dirasakan bersamaan saat Anda mulai merasa kelelahan, dan gejala tersebut harus berlangsung minimal enam bulan.

Tetapi jika Anda memiliki gejala sindrom kelelahan kronik, seperti mudah merasa lelah tanpa alasan yang jelas, Anda tetap harus mendapatkan terapi walaupun belum terjadi selama enam bulan. Sebaliknya dokter tentu memerlukan terapi baru yang lain jika Anda mengalami gejala tersebut lebih dari enam bulan.

Beberapa orang dengan sindrom nyeri kronis mungkin akan mengalami peningkatan denyut jantung dan tekanan darah menurun ketika mereka bangun dari posisi berbaring.

Hal ini sering dideskripsikan sebagai ‘terasa melayang’ atau merasa akan pingsan atau pusing. Kondisi ini disebut orthostatic hypotension. ** Baca juga: Adakah Hubungan Antara Junk Food dan Kesehatan Mental?

Depresi dapat memperburuk gejala yang Anda rasakan. Jangan tunda untuk segera periksakan diri ke dokter.(ilj/bbs)




Begini Pengaruh Metabolisme Tubuh Terhadap Berat Badan

Kabar6-Mungkin Anda pernah mengalami sudah mati-matian diet atau membatasi makan, namun penurunan berat badan bergerak lambat. Mengapa hal ini sering terjadi? Alasannya, karena setiap orang memiliki metabolisme tubuh serta genetik yang berbeda-beda.

Tubuh manusia memerlukan energi untuk tetap hidup dengan cara membakar kalori, atau dikenal dengan istilah metabolisme. Proses ini mempunyai pengaruh penting terhadap kenaikan atau penurunan berat badan. Untuk membuat tubuh tetap ramping, diperlukan metabolisme yang cepat.

Menurut ahli gizi bernama Professor Tim Crowe dari Deakin University, Australia, melansir Aura, ada beberapa cara yang digunakan untuk meningkatkan metabolisme. Misalnya mengonsumsi pil, suplemen, dan makanan pilihan yang memiliki kemampuan meningkatkan metabolisme dan membakar lemak dengan baik.

Namun meski sudah mencoba cara-cara tadi, bisa saja metabolisme tubuh tetap lambat, dikarenakan beberapa faktor, yaitu:

1. Massa otot
Salah satu yang mempengaruhi metabolisme adalah jumlah jaringan otot pada tubuh. Semakin tinggi massa otot Anda ketimbang lemak, maka metabolisme tubuh berjalan lebih cepat.

Otot memerlukan lebih banyak energi agar dapat berfungsi baik dari pada lemak. Semakin banyak jaringan otot, maka semakin banyak energi yang dibutuhkan tubuh.

Energi yang baik bagi otot berasal dari sumber protein. Selain itu agar massa otot meningkat diperlukan beberapa jenis olah raga seperti angkat beban, push up, squats, sit up.

2. Diet yang salah
Diet yang dijalani kebanyakan wanita yang ingin kurus instan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi metabolisme. Sebagian besar wanita senang sekali mengurangi frekuensi makan dengan alasan agar cepat kurus.

Akibatnya, tubuh kekurangan nutrisi dan akhirnya mengambil nutrisi dari otot, sehingga kerja otot menjadi tidak maksimal dan proses metabolisme menjadi lambat.

3. Genetika
Faktor lain yang dapat mempengaruhi proses metabolisme adalah faktor genetik atau keturunan. Faktor ini mempunyai peranan penting untuk menentukan apakah seseorang mempunyai proses metabolisme yang cepat atau lambat. Selain itu, beberapa kelainan genetik juga dapat mempengaruhi proses metabolisme.

4. Aktivitas fisik
Kebanyakan wanita senang menurunkan badan dengan cara instan seperti tidak makan, mengurangi frekuensi makan, melakukan suntik kurus dan sebagainya. Ditambah lagi, mereka malas berolahraga.

Padahal, salah satu bentuk kegiatan fisik yang dapat mempengaruhi proses metabolisme tubuh adalah olahraga. Jika melakukan olahraga secara teratur, maka massa otot meningkat, dan tubuh membakar lemak lebih cepat, bahkan saat Anda tengah beristirahat.

5. Usia
Semakin bertambah usia, maka tingkat metabolisme tubuh semakin menurun. Hal ini terjadi karena hilangnya sebagian jaringan otot serta perubahan hormonal dan neurologis. Tidak seperti saat kita bayi atau anak-anak, proses metabolisme tubuh kita lebih cepat. ** Baca juga: Kebiasaan Harian yang Bisa Bikin Kulit Kusam

Jadi, berhentilah ‘menyiksa diri’ dengan berbagai jenis diet yang tidak sehat. Tetap perhatikan nutrisi makanan, makan sehari tiga kali dengan gizi berimbang, dan yang terpenting perbanyak aktivitas serta berolahraga agar lemak terbakar secara alami.(ilj/bbs)




Penyebab Berat Badan Melonjak yang Sering Dialami Pekerja Kantoran

Kabar6-Sebagian orang bekerja dalam ruangan dengan penyejuk udara (AC) yang membuat suasana nyaman. Namun di sisi lain, kenyamanan itulah yang membuat pekerja menjadi betah, sehingga malas bergerak dan lebih banyak duduk seharian.

Akibatnya, secara tidak sadar berat badan merambat naik sedikit demi sedikit. Sebenarnya, apa saja sih yang menjadi penyebab berat badan cepat naik bagi para pekerja kantor? Melansir beberapa sumber, berikut empat hal yang menjadi penyebabnya:

1. Gaya hidup sedentary
Kurang gerak dan terlalu banyak duduk bisa menyebabkan berat badan gampang naik. Hal ini karena energi dari makanan yang kita konsumsi tidak dibakar lewat aktivitas fisik.

Namun Anda tidak harus selalu naik tangga menuju ruang kantor, cukup berjalan saja setiap satu jam dan lakukan peregangan agar lebih segar.

2. Asupan makanan berlebih
Beberapa kantor menyediakan makan siang dalam bentuk prasmanan untuk para pegawainya. Meskipun memudahkan, makan dalam porsi berlebih, sementara aktivitas fisik yang dilakukan minim, dapat membuat berat badan jadi gampang naik.

3. Kurang asupan gizi
Tidak semua makanan yang kita beli di kantin atau lingkungan sekitar kantor memenuhi asupan gizi yang dibutuhkan tubuh. Kebiasaan membeli makanan atau camilan dalam porsi besar saat waktu istirahat di kantor, secara tidak sadar membuat berat badan merangkak naik.

Jaga berat badan dengan membawa sendiri bekal makan siang berisi hidangan sehat seperi nasi merah dan lauk pauk segar atau yang dipanggang, bukan digoreng.

4. Mengemil atau makan siang sambil bekerja
Saat bosan bekerja, biasanya bukan bergerak yang kita lakukan, melainkan mengobrol atau mengemil. Nah, kebiasaan mengemil itulah yang berbahaya karena bisa menyebabkan berat badan naik dengan cepat, apalagi jika yang menjadi camilan adalah makanan olahan berpengawet dan berkadar gula tinggi.

Lebih parah lagi kalau mengemil sambil bekerja. Anda jadi tidak sadar sebanyak apa keripik kentang yang sudah masuk perut. ** Baca juga: Mengapa Ada Orang yang Gemar Menonton Film Horor?

Jaga porsi makan agar tidak berlebihan, dan perhatikan kandungan nutrisi makanan yang dikonsumsi agar berat badan tetap terjaga dan tubuh selalu sehat.(ilj/bbs)