Kabar6-Seorang ekspatriat asal Sheffield, South Yorkshire, Inggris, bernama Tess Gridley menemukan ratusan ikan buntal ‘evil-eye’ yang terdampar di Pantai Muizenberg, Cape Town, Afrika Selatan (Afsel).
Saat itu, Gridley tengah berjalan-jalan bersama keluarganya. Pemerintah Afsel, melansir Mirror, diketahui telah mengidentifikasi ikan buntal ‘evil-eye’ sebagai hewan mematikan dan memperingatkan penduduk setempat untuk menjauh. Gridley sendiri adalah seorang ilmuwan yang pindah ke Afrika pada 2009 lalu.
“Pantai ini berjarak 200 meter dari rumah kami dan kami sedang berjalan-jalan bersama keluarga. Saya tidak bisa mengatakan berapa banyak yang ada di sana karena saya hanya melihat di area kecil, saya bersama anak-anak dan anjing saya, dan bersiap untuk kerja lapangan jadi itu adalah kunjungan singkat,” kata Gridley.
Ditambahkan, “Tetapi jika Anda menghitungnya, itu akan melebihi ratusan.” ** Baca juga: Nasa Ciptakan Kotak Emas yang Hasilkan Oksigen di Mars
Departemen Lingkungan, Kehutanan, dan Perikanan Afsel dalam sebuah pernyataannya mengungkapkan, spesies itu membawa racun saraf pembunuh yang disebut tetrodotoxin. Ini adalah racun yang lebih mematikan daripada sianida dan menyebabkan kematian akibat gagal napas setelah melumpuhkan diafragma.
“Ikan yang mati di False Bay secara eksklusif adalah ikan buntal ‘evil-eye’ dengan jumlah 300 hingga 400 ikan mati per km pantai. Ikan mati ini semuanya membawa neurotoxin tetrodotoxin yang mematikan dan tidak boleh dimakan; kematian biasanya terjadi karena serangan jantung. Penjelajah pantai sangat disarankan untuk menjauhkan hewan peliharaan mereka dari mereka (ikan beracun). Jika seekor anjing memakan seluruh atau sebagian dari ikan buntal, segera dimuntahkan dan bawa hewan peliharaan Anda ke dokter hewan,” demikian keterangan departemen yang bersangkutan.
Sebuah LSM lokal bernama AfriOceans Conservation Alliance mengatakan, seekor anjing telah terbunuh akibat ikan-ikan tersebut terdampar secara massal. Sementara itu, penyebab kejadian tersebut masih menjadi misteri.
Sebelumya, ratusan ikan beracun terdampar massal, disebabkan oleh gelombang merah, mekarnya ganggang yang mengubah warna air, dan menghasilkan racun alami. Namun, pernyataan departemen terkait mencatat bahwa tidak ada laporan kondisi air yang merugikan atau racun gelombang merah yang mungkin menyebabkan hal ini.
Kemungkinan lain adalah ikan-ikan tersebut terlempar ke pantai setelah membusungkan diri atau sebagai respons terhadap gelombang besar.
Gridley yang mempelajari kehidupan laut sebagai bagian dari organisasi Sea Search percaya, masyarakat memiliki peran untuk dimainkan untuk kejadian serupa di masa depan.
“Awasi dan laporkan apa yang Anda lihat,” katanya. “Jangan khawatir, peristiwa ini terjadi dari waktu ke waktu dalam sistem alam. Sekarang ada peran penting bagi para warga dalam melaporkan peristiwa tersebut melalui media sosial. Kami belajar lebih banyak tentang lingkungan laut akhir-akhir ini dari laporan semacam itu,” ujar Gridley.
Ilmuwan itu juga menyerukan, “Jika memungkinkan, kumpulkan foto dan video yang kemudian dapat membantu mengidentifikasi spesies, dan menawarkan wawasan menarik tentang apa yang hidup di lautan kita.” (ilj/bbs)