oleh

Pura-pura Meninggal, Pria di Brazil Ini Ingin Melihat Siapa Saja yang Hadiri Pemakamannya

image_pdfimage_print

Kabar6-Seorang pria Brasil bernama Baltazar Lemos (60) memalsukan kematiannya sendiri karena hanya ingin tahu sekaligus penasaran, siapa yang akan menghadiri pemakamannya nanti.

Bagaimana kisahnya? Melansir thesun, berawal ketika seseorang memposting pesan yang tidak menyenangkan di media sosial Baltazar Lemos, mengumumkan bahwa ‘Di awal sore yang menyedihkan ini, Baltazar Lemos meninggalkan kami. Informasi lebih lanjut segera hadir’. Keruan saja keluarga Lemos terkejut dengan pengumuman tersebut, karena tidak ada yang tahu pria tadi berada di rumah sakit. Salah satu keponakan Lemos langsung bergegas ke rumah sakit Albert Einstein untuk menanyakan perihal kematian pria tersebut. Tetapi staf tidak memiliki catatan apa pun tentang sosok Lemos dirawat di sana dalam beberapa hari terakhir.

Ketika teman online Lemos mulai berbagi berita tragis tentang kematiannya, orang-orang mulai memberi hormat di kolom komentar dan bertanya tentang penyebab kematiannya. Tidak ada penjelasan yang diberikan, namun waktu dan tempat upacara dan pemakaman tersebut diposting di akun Facebook juru upacara.

Pada tanggal 18 Januari, teman dan keluarga Lemos berkumpul di sebuah kapel kecil di kota asalnya, Curitiba, untuk apa yang mereka harapkan sebagai pemakaman. Pada satu titik, suara Lemos mulai menceritakan kehidupannya, dan beberapa hadirin mulai menangis karena mengira itu adalah rekaman suara almarhum.

Tak lama, pintu altar terbuka dan Lemos yang disangka sudah meninggal pun melangkah keluar di depan semua orang. Bisa ditebak, sejumlah orang yang melihat hal tersebut langsung dibuat kebingungan.

Beberapa orang mulai menangis, dan yang lain dibiarkan dengan mulut terbuka, tetapi begitu Lemos menjelaskan bahwa dia telah memalsukan kematiannya untuk melihat siapa yang akan menghadiri pemakamannya, para hadirin mulai menuduhnya melakukan kekejaman.

Sontak saja kisah Lemos yang memalsukan kematiannya tersebut langsung beredar dan viral di media sosial. Tak tanggung-tanggung, sebuah kantor berita juga ada yang menghubunginya untuk mempelajari lebih lanjut tentang motivasi dibalik hal tersebut.

Lemos menjelaskan, dia tidak pernah ingin membuat orang berduka, tetapi ini adalah satu-satunya cara untuk mengetahui siapa yang akan meratapi dia setelah kematiannya yang tak terelakkan.

“Saya punya ide lima bulan lalu. Aku ingin membuatnya terlihat seperti aku benar-benar mati. Orang-orang menafsirkannya dengan cara mereka sendiri. Sebenarnya saya ingin tahu siapa yang akan datang untuk membangunkan saya,” terang Lemos . “Saya tidak memberi tahu siapa pun, karena saya berharap itu akan berhasil. Saya tidak punya niat untuk menyakiti, menyinggung, atau menyakiti siapa pun. Saya benar-benar meminta maaf kepada orang-orang ini.”

Permintaan maaf sang seremonial sebagian besar diabaikan, terutama setelah orang-orang mengetahui bahwa dia memiliki seorang ibu yang terikat kursi roda berusia delapan puluhan yang bisa mengalami serangan jantung saat mendengar berita kematiannya. Belum lagi kesedihan seluruh keluarga, teman, dan koleganya.

“Saya sudah mengenalnya sejak 2001. Saya pikir ceritanya mengerikan. Saya menghabiskan satu hari dengan sedih dan hari lainnya sangat marah. Bagi saya, dia meninggal pada tanggal 17, ketika saya mengetahui semuanya. Rasanya sangat tidak enak,” kata seorang perencana acara yang pernah bekerja dengan Baltazar Lemos.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email