Kabar6-Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa tengah mempersiapkan program Kawasan Tanggap Bencana (KTB) di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.
Dimulai Senin 11 Juli 2022 hingga Minggu 17 Juli 2022, tim DMC Dompet Dhuafa telah melakukan asesmen langsung di Desa Kaliurang. Mulai dari pendataan, pemetaan transek wilayah (metode pembelajaran masyarakat, yang dapat diterapkan dalam upaya penggalian potensi dan permasalahan yang ada di lingkungan) dan penilaian ketangguhan masyarakat dalam adaptasi dan mitigasi bencana alam.
“Penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab bersama elemen baik Pemerintah, Masyarakat Sipil, dan Lembaga Usaha (Donor). Oleh Karena itu diperlukan koordinasi yang baik serta berkesinambungan agar mencapai target yang diharapkan. DMC Dompet Dhuafa berharap banyak pihak mendukung Program Kawasan Tangguh Bencana yang akan diselenggarakan,”ujar Haryo Mojopahit selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa melalui rilis yg diterima, Senin (18/7/2022).
Desa Kaliurang merupakan salah satu desa di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang yang memiliki kondisi daerah strategis dengan topografi dataran rendah sampai dataran tinggi, dari pusat pemerintahan kecamatan berjarak 6 km dan dari ibu kota Kabupaten/Kota Desa Kaliurang berjarak 30 km.
“Juli ini kita melakukan asesmen, Agustus mendatang kita mengadakan capacity building warga Desa Kaliurang. Kemudian lanjut sampai November mendatang kita akan melakukan penguatan sarana dan prasarana dalam menghadapi bencana alam,” jelas Adi Sumarna selaku tim Pengurangan Risiko Bencana (PRB) DMC Dompet Dhuafa seusai melakukan pemetaan wilayah di Desa Kaliurang.
Kondisi sumber daya alam yang ada baik lahan maupun iklim, menunjukkan bahwa di Desa Kaliurang cocok untuk budidaya semua komoditas pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan.
Kabupaten Magelang termasuk dalam klaster wilayah dengan indeks risiko yang tinggi pada tahun 2021. Mulai dari gempa bumi, letusan gunung api, kebakaran hutan dan lahan, tanah longsor hingga kekeringan menjadi ancaman laten di wilayah Kabupaten Magelang
“Dengan kegiatan dari teman-teman DMC Dompet Dhuafa sangat membantu dan menguntungkan Desa Kaliurang dalam pendataan penduduk. Karena sudah lama tidak ada update data terbaru. Ditambah peta transek dan batas wilayah perdusun sampai batas RT ini bisa menambah data kuat untuk kami. Pendataan penilaian ketangguhan masyarakat baru dari DMC Dompet Dhuafa melakukan ini karena pengalaman dalam kesiapsiagaan hanya masyarakat sendiri yang tau, jadi dengan adanya penilaian ini kami dari dusun bisa menilai warga kami mana yg kita kelompokan,” terang Suwaji (60) selaku Kepala Dusun Sumberejo.
Secara keseluruhan wilayah Provinsi Jawa Tengah memiliki gunungapi aktif sebanyak 5 yakni Gunung Slamet, Gunung Dieng, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Merapi.
“Pengalaman kejadian erupsi Gn Merapi dari tahun 1961-2021. Yang paling besar dan cukup besar dampaknya yaitu di tahun 2010. Sebelum terjadi erupsi saya sudah mengamati puncak gunung, dengan tanda-tanda seperti awan hitam dan gluduk ditambah kerasnya hujan abu. Saya langsung bergegas untuk evakuasi mandiri bersama keluarga menggunakan mobil truk, waktu itu di siang hari. Dengan adanya pertemuan sosialisasi dan diskusi di desa sangat penting dalam kesiapsiagaan sebelum erupsi terjadi, dari pengalaman 2010 masih banyak masyarakat yang belum sadar,” jelas Hadi Suwarna (70) selaku tokoh masyarakat Desa Kaliurang.
Selain itu, Jawa Tengah dilintasi oleh beberapa sesar aktif yaitu Sesar Baribis Kendeng, Sesar Ajibarang, Sesar Ungaran, Sesar Merapi-Merbabu, Sesar Muria, dan Sesar Pati Thrust. Pada selatan Jawa Tengah juga terdapat Zona Megathrust Jawa dengan Segmen Jawa Tengah.
Kondisi ini yang menyebabkan wilayah di kabupaten/ kota di Provinsi Jawa Tengah berada dalam kelas risiko sedang hingga tinggi, dengan semua jenis ancaman dimiliki provinsi ini.
“Kegiatan DMC Dompet Dhuafa sangat membantu desa dalam pendataan assesmen penilaian ketangguhan masyarakat dari segi pengalaman erupsi Gn. Merapi. Nantinya data penilaian ini yang dari teman-teman DMC akan kita jadikan dokumen tambahan di kantor desa,” terang Heri (30) salah seorang perangkat kelurahan Kaliurang.
Sebelumnya implementasi KTB pertama kali dilakukan pada akhir tahun 2011 di Desa Wringinanom, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yang terdampak erupsi bromo (hujan abu vulkanik).
Selanjutnya pada tahun 2012 di Desa Kalapanunggal, Kecamatan Kalapanunggal, Sukabumi, Jawa Barat. Kemudian pada tahun 2013 KTB dilakukan dibeberapa tempat selama 1 tahun masa program, sebagai berikut: Pandeglang, Lebak, Blora, Bojonegoro, Tuban, Ponorogo, dan Rote Ndao.
**Baca juga: Jaksa Agung : Keadilan Restoratif Solusi Pemenuhan Hak Korban
Lalu di tahun 2014 dilakukan di Selo (Boyolali) dan di Penyangkak Bengkulu. Terakhir pada tahun 2019 mulai dilakukan assessment dan sosialisasi di KLU (Kabupaten Lombok Utara) untuk menginisiasi program KTB Gempa dan Tsunami yang akan diadakan selama 1 tahun program pendampingan.
“Ketangguhan masyarakat dalam mengurangi risiko dampak bencana merupakan kunci keberlangsungan pembangunan di masa depan,” tutup Haryo.(eka)