1

Bahayakan Kesehatan, 5 Fakta Tersembunyi dari Kemarahan

Kabar6-Menahan amarah, terlebih saat emosi sedang memuncak, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dan tidak sedikit orang gampang tersulut amarahnya, bahkan pada hal-hal yang sangat sepele.

Sebuah penelitian mengungkapkan, amarah berkaitan dengan usia yang pendek. Tidak hanya itu, melansir TabloidBintang, terdapat lima fakta tersembunyi dari kemarahan yang berbahaya bagi kesehatan. Apa sajakah itu?

1. Pemarah berusia pendek
Riset dari Iowa State University menemukan, pria pemarah yang berusia antara 20-40 tahun, satu setengah kali lebih mungkin meninggal pada usia 35 tahun, dibandingkan dengan mereka yang lebih tenang.

Ilmuwan yakin, hal ini disebabkan sejumlah faktor yang menghubungkan stres dengan kerusakan fisiologis. Seringnya pelepasan adrenalin selama periode kerusakan stres DNA, dapat menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa seperti multiple sclerosis.

2. Pemarah cenderung kurang istirahat
Perasaan amarah menghasilkan respons yang meningkat dalam amigdala, yaitu bagian otak yang terkait dengan naluri bertahan hidup.

Emosi dalam amarah mendorong amigdala untuk memberi sinyal kecemasan yang meningkat ke bagian otak dan tubuh lainnya yang meningkatkan aliran darah ke anggota badan dan jantung, yang membuat rileksasi berkurang.

Menurut ilmuwan syaraf di Universitas Massachusetts, mereka yang mengumbar amarah cenderung mengalami insomnia daripada mereka yang terlibat dalam ‘perdebatan’ emosional.

“Menuliskan penyebab kemarahan Anda mengurai beban pikiran Anda, mengurangi respons ketakutan dan mendorong rileksasi,” kata Mike Fisher, direktur British Association of Anger Management.

3. Sebabkan sakit kepala
Emosi seperti terlalu gembira atau terlalu marah mengakibatkan pelepasan hormon stres kortisol, adrenalin dan testosteron, yang menempatkan tubuh ke ‘mode flight’.

Lonjakan kimiawi meningkatkan aliran darah ke otak dan memicu pembengkakan pembuluh darah dan saraf di sekitar otak serta tekanan yang bisa mengakibatkan ketegangan dan sakit kepala.

4. Rusak sistem pernapasan
Menurut periset di Harvard School of Public Health, masalah permusuhan dapat mengurangi fungsi sistem pernapasan. Selama periode delapan tahun, individu yang selalu bermusuhan melakukan tindakan yang sangat buruk secara sangat signifikan dan lebih buruk daripada orang-orang yang tidak bermusuhan.

5. Sebabkan depresi
Ketika kita merasa marah, neurotransmiter dan hormon mengalir melalui aliran darah dan dapat meningkatkan denyut jantung serta ketegangan otot. Ini merupakan keadaan tubuh yang harus diwaspadai.

Seringnya terjadi reaksi ini membuat ketegangan pada neuron di hipotalamus (pusat kendali stres pada otak) menjadi sulit bagi neuron untuk dimatikan. Dan hormon bahagia (serotonin) secara signifikan terkuras pada beberapa individu dengan sifat agresif. ** Baca juga: Apa yang Terjadi Saat Tubuh Kekurangan Lemak?

Jadi, kendalikan amarah Anda agar kesehatan fisik dan mental tetap terjaga.(ilj/bbs)




Stres Jalani Lockdown di Thailand, Turis Inggris Ini Dorong Istri dari Lantai 7

Kabar6-Pada sebagian orang, imbauan di rumah saja membuat mereka bosan karena harus berhadapan dengan pemandangan yang itu-itu saja. Bahkan, tidak sedikit orang yang menjadi begitu tertekan dan stres.

Sama halnya, seorang pria asal Inggris bernama Dave Mitchell (46) pun tampaknya sudah berada di puncak rasa bosan. Hingga akhirnya, melansir Dailymail, Mitchell dilaporkan mendorong istrinya, Sukanda (56), dari balkon lantai tujuh apartemen mereka di kota Rayong. Rupanya hal itu dilakukan karena Mitchell merasa stres menjalani lockdown di Thailand.

Dilaporkan, awalnya Mitchell datang ke Thailand dengan tujuan untuk berlibur. Namun yang terjadi, mereka justru terjebak dalam apartemen lantaran pemberlakuan lockdown.

Beruntung, Sukanda hanya jatuh satu sampai dua lantai, dan mendarat di atap yang kemudian menyelamatkan hidupnya.Wanita itu segera dilarikan ke rumah sakit dengan tandu untuk mendapatkan pertolongan medis serta pengawasan intensif setelah mengalami patah tulang pinggul dan lengan terkilir saat jatuh.

Polisi yang datang ke apartemen harus menghabiskan waktu hingga dua jam untuk membujuk Mitchell agar keluar dari tempat itu. Dalam foto yang beredar, tampak pria Inggris tadi duduk di balkon apartemennya, dan mengatupkan tangan seperti berdoa dan menolak untuk keluar.

Akhirnya dengan bantuan tetangga, polisi berhasil mendobrak masuk apartemen, dan segera mengamankan Mitchell. Kepada penyidik, Mitchell mengatakan bahwa dia melempar Sukanda karena stres akibat penerbangannya untuk mudik dibatalkan di tengah pandemi COVID-19.

Dia merasa sangat marah karena hanya bisa berdiam diri di rumah, juga mulai mengeluhkan jam malam, penutupan bar, hingga larangan pemerintah Thailand.

Mayor Polisi Narongsak Trairat, mengatakan bahwa pihaknya kini tengah menunggu Sukanda untuk pulih, sebelum bisa mewawancarainya. Dijelaskan juga, jajarannya menerima laporan pada pukul 14.30 waktu setempat, di mana ada pria asing yang bertengkar dengan istrinya.

Pelapor mengatakan, Mitchell melempar istrinya dari balkon lantai tujuh, hingga menyebabkan luka parah. Usai melakukan perbuatan gila itu, Mitchell hanya bisa termenung.

Para tetangga sedang mencoba berkomunikasi dengan Mitchell untuk membuatnya tenang. “Si pria Inggris mengungkapkan dia bertengkar dengan istrinya karena kesal tak bisa kembali ke negaranya di tengah wabah,” ungkap Trairat. ** Baca juga: Dikubur Hidup-hidup, Wanita Ini Bangkit dan Gali Jalan Keluar dari Tanah

Ditambahkan, pihaknya masih menunggu Mitchell untuk tenang sebelum melanjutkan interogasi dan mengungkap motif sebenarnya.(ilj/bbs)




Benarkah Stres Berkepanjangan Bikin Umur Lebih Pendek?

Kabar6-Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di Inggris, merasa sedih atau stres disebut tidak akan meningkatkan risiko kematian bagi seseorang.

Namun, penemuan ini ternyata berbeda dengan hasil berbagai penelitian lainnya yang menyatakan bahwa, merasa tidak senang atau stres dapat berpengaruh buruk bagi kesehatan seseorang, terutama kesehatan jantung.

Para ahli, melansir BBC, mengatakan bahwa rasa tidak bahagia yang dialami di masa kanak-kanak masih tetap memiliki efek jangka panjang pada seseorang. Berbagai penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa seberapa bahagia seseorang juga sangat menentukan seberapa lama usia mereka nantinya. Para ahli menduga, hal ini berhubungan dengan kadar hormon stres atau daya tahan tubuh orang tersebut, yang dapat membuat risiko kematian meningkat.

Pada penelitian baru ini, para ahli meminta para peserta untuk memeriksa kesehatan, kebahagiaan, dan kadar stres mereka secara teratur. Hasilnya, para ahli tidak menemukan adanya hubungan langsung antara tingkat kebahagiaan peserta atau kadar stres peserta dengan risiko kematiannya selama penelitian berlangsung (10 tahun).

Hasil ini bahkan tetap sama setelah para ahli memasukkan juga berbagai faktor lainnya seperti keadaan kesehatan dan kebiasaan merokok peserta. ** Baca juga: Buka Puasa dengan Air Dingin atau Air Hangat, Mana yang Lebih Disarankan?

Salah seorang peneliti lainnya yang berada di Australia mengatakan, “Memang benar bahwa menderita suatu penyakit akan membuat seseorang merasa tidak bahagia, akan tetapi merasa tidak bahagia itu sendiri sebenarnya tidak dapat membuat Anda jatuh sakit.”

Seorang ahli lainnya dari Amerika mengatakan, memang benar bahwa seorang perokok ringan memiliki risiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami kematian dini dan perokok lainnya memiliki risiko tiga kali lebih tinggi untuk mengalami kematian dini. Tetapi tidak demikian halnya dengan rasa tidak bahagia dan stres.

Para peneliti hanya menemukan beberapa hubungan tidak langsung antara ketidakbahagiaan dan stres, dengan peningkatan risiko terjadinya kematian dini.

Hal ini karena orang-orang yang stres atau tidak bahagia lebih sering mengonsumsi minuman beralkohol dan makan secara berlebihan, yang memang memiliki efek langsung terhadap kematian dini.(ilj/bbs)




Ini Alasan Sebaiknya Buka Puasa dengan Minuman Hangat

Kabar6-Sebagian orang lebih memilih membatalkan puasa dengan mengonsumsi minuman dingin dan manis. Tentu saja karena sensasi dingin yang ditimbulkan membuat rasa segar di tenggorokan.

Meskipun ada banyak pilihan makanan yang bisa dikonsumsi saat buka puasa, air hangat sepertinya menjadi pilihan terbaik untuk diminum tepat saat berbuka puasa. Mengapa demikian? Melansir Fimela, berikut sejumlah alasan mengapa Anda sebaiknya berbuka puasa dengan minuman hangat:

1. Jaga kelancaran pencernaan
Minum segelas air hangat membantu menstimulasi sistem pencernaan yang belum terisi makanan apa pun. Minuman hangat membantu menetralkan asam lambung sehingga memberikan kenyamanan pada perut sebelum bisa mencerna makanan lainnya.

2. Tingkatkan peredaran darah
Karena tubuh mengalami dehidrasi selama puasa, aliran darah juga menjadi sedikit melambat. Air hangat membantu mengembalikan kelancaran peredaran darah dengan memberikan cairan ke dalam tubuh sehingga sirkulasi darah lebih optimal.

3. Cegah konstipasi
Air hangat terutama sangat baik mengatasi konstipasi selama puasa Ramadan. Jika sulit buang air besar (BAB), minumlah air hangat lebih banyak. Minum air hangat paling tidak satu gelas lebih dulu sebelum makan juga membantu mencegah terjadi konstipasi.

4. Detoks yang baik
Sebelum terisi makanan lainnya, tubuh terlebih dahulu akan membersihkan diri dengan air hangat. Tubuh akan lebih dulu mengeluarkan zat sisa dan sampah di dalam saluran pencernaan sehingga buka puasa lebih enak.

5. Jaga berat badan
Kebiasaan lapar mata dan banyak makan saat buka puasa membuat angka timbangan naik. Nah, air hangat mencegah hal ini dengan membuat perut kenyang lebih lama dan merasa nyaman sehingga mengurangi nafsu makan berlebih.

6. Melepas stres
Minum air hangat juga memiliki efek menenangkan dan relaksasi karena membantu melegakan pernapasan dan membuat tubuh terasa hangat dan nyaman. Perasaan ini kemudian merangsang pelepasan hormon endorfin sehingga mengurangi stres dan membuatmu lebih bahagia.

7. Mempermudah tidur
Waktu tidur berubah selama puasa Ramadan, bagi yang kesulitan menyesuaikan waktu tidur, minum air hangat akan membantu tubuh rileks sehingga mempermudah tubuh merasa mengantuk sehingga lebih mudah tidur.

Efek minum air hangat setelah puasa berpengaruh pada kenyamanan perut sebelum tidur. ** Baca juga: Menu Sahur dan Buka Puasa yang Disarankan untuk Jaga Tubuh Tetap Sehat

Menyenangkan, bukan?(ilj/bbs)




Sejumlah Hal yang Dinilai ‘Buruk’ Ini Ternyata Punya Manfaat Bagi Kesehatan

Kabar6-Mengonsumsi makanan manis berlebihan, baca buku sambil tiduran, dan tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau kecil, adalah sejumlah kebiasaan buruk yang seringkali tanpa sadar Anda lakukan.

Hal ini tentu saja memiliki dampak negatif bagi kesehatan. Namun tahukah Anda, melansir Popbela, ternyata ada sejumlah kebiasaan yang tidak seburuk bayangan kita. Apa sajakah sejumlah hal yang dinilai ‘buruk’, ternyata punya manfaat bagi kesehatan?

1. Menggunakan deodoran
Banyak rumor yang mengatakan bahwa menggunakan deodoran bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Rumor tersebut dipicu oleh adanya zat aluminium dan paraben yang diduga terkandung di dalamnya. Benarkah demikian? Sebenarnya, efek bahan kimia dari deodoran terhadap tubuh masih diselidiki lebih lanjut.

Namun sudah ada sejumlah studi yang mematahkan pernyataan tersebut. Salah satunya adalah riset yang diterbitkan oleh PubMed Central pada 2003.

Peneliti mengatakan, kanker payudara dan deodoran tidak memiliki kaitan apa pun. Justru penggunaan deodoran disarankan terutama untuk orang yang memproduksi keringat berlebih.

2. Mandi hanya sekali sehari
Mandi biasa dilakukan untuk mencegah bau badan, menyegarkan tubuh, dan membersihkan bakteri. Karena sudah terbiasa melakukannya tiap hari, melewatkan satu kali atau sehari tanpa mandi terdengar jorok. Kenyataannya, terlalu sering membersihkan tubuh pun tidak baik untuk kesehatan.

Menurut riset yang dilakukan oleh University of Utah’s Genetic Science Centre, kebiasaan tersebut bisa menghilangkan mikrobioma. Ia adalah bakteri dan sel tubuh yang baik untuk menjaga sistem imun. Tidak hanya itu, terlalu sering mandi juga bisa menghilangkan sebum sehingga kulit menjadi kering.

3. Stres
Hampir semua artikel kesehatan menyarankan Andaagar tidak stres terhadap semua hal yang dihadapi. Ini ada benarnya, mengingat bahwa stres yang berkepanjangan bisa memengaruhi kesehatan fisik. Di sisi lain, stres juga bisa membawa kebaikan untuk tubuh, lho. Bagaimana bisa?

Studi dari University of Berkeley pada 2013 menunjukkan, stres akut (yang terjadi dalam jangka waktu pendek) bisa meningkatkan performa otak.

Ini terjadi karena hormon kortisol yang diproduksi ketika Anda stres bisa memicu kewaspadaan. Meskipun begitu, Anda harus ingat untuk tidak membiarkannya berlarut-larut.

4. Makan telur setiap hari
Telur pernah dianggap sebagai makanan yang buruk untuk kesehatan jantung karena kandungan kolesterolnya yang cukup tinggi. Nyatanya, riset dari American Journal of Clinical Nutrition pada 2016 menemukan, konsumsi telur setiap hari tidak berkaitan sama sekali dengan risiko penyakit jantung.

Namun Anda harus berhati-hati, telur mengandung lemak jenuh yang tidak baik. Jumlah maksimal yang bisa dikonsumsi dalam sehari adalah tiga butir. Jika lebih dari itu, tingkat kolesterol jahat di tubuh kemungkinan akan meningkat.

5. Mengunyah permen karet
Permen karet memang mengandung gula yang sering kali dihindari karena tidak baik untuk kesehatan. Bagi sebagian orang, mengunyah permen karet juga dianggap tidak sopan.

Studi dari Cardiff University menunjukkan, kebiasaan mengunyah permen karet bisa meningkatkan fokus dan konsentrasi. Aktivitas mengunyah bisa meningkatkan aliran darah menuju otak, terutama bagian hippocampus. Efek jangka panjang dari hal ini adalah peningkatan kemampuan memori.

6. Mengumpat
Segala macam umpatan baik yang berbahasa Indonesia hingga bahasa asing terlontar dari mulut ketika menghadapi situasi yang mengesalkan. Mengumpat memang kebiasaan yang tidak sopan untuk dilakukan, terutama jika Anda sedang berada di tempat umum atau situasi yang formal.

Namun ternyata sains membuktikan, ada manfaat yang akan didapatkan ketika mengumpat. Riset Keele University in Staffordshire pada 2018 menunjukkan, ketika melontarkan kata kasar, tubuh akan lebih kebal terhadap rasa sakit. ** Baca juga: Ahli Gizi Jelaskan 3 Mitos Umum Seputar Makanan

Meskipun sudah mengetahui bahwa hal-hal di atas baik, di satu sisi Anda harus memperhatikan porsinya. Karena semua yang dilakukan secara berlebihan tidak akan membawa manfaat apa-apa.(ilj/bbs)




Sesuai Ritme Sirkadian, Ini Waktu Paling Tepat untuk Video Meeting

Kabar6-Work from home dilakukan selama pandemi COVID-19. Agar pekerjaan menjadi lancar, Anda tentu akan melakukan koordinasi dengan tim lewat video meeting.

Harus diakui, video meeting menjadi andalan banyak perusahaan untuk koordinasi maupun bertukar ide. Sebenarnya, adakah waktu tepat untuk melakukan video meeting? Melansir Pesona, tubuh memiliki ritme sirkadian, yaitu proses biologis yang berpatokan pada siklus 24 jam (pagi-malam) yang mempengaruhi sistem fungsional tubuh manusia.

Berdasarkan ritme sirkadian, hormon kortisol yang membuat Anda bersemangat (namun kortisol tak terkendali memicu stres) ada pada pukul 10.00 hingga tengah hari.

Karena itu, rentang waktu tersebut sebenarnya adalah waktu paling tepat untuk mengadakan video meeting. Berdasarkan penelitian, bisa dipastikan sebagian besar peserta meeting sedang bersemangat sehingga meeting pun lebih efektif.

Dan jangan heran apabila Anda mendadak mellow atau mengantuk saat video meeting antara pukul 13.00 hingga pukul 16.00. Rentang waktu tersebut ternyata waktu paling tepat untuk tidur siang, meski hanya 15 menit.

Terlebih jika menu makan siang Anda kaya karbohidrat. Pergunakan waktu itu untuk tidur siang, maksimal 20 menit, karena lebih dari itu justru bikin Anda lemas. ** Baca juga: Hati-hati, Mukbang Bisa Bahayakan Kesehatan

Tidur siang yang tak lama bisa memberikan manfaat yaitu emosi lebih stabil, Anda lebih produktif, dan lebih sehat. Jika mau tak mau Anda harus video meeting di jam-jam itu, jangan lupa tidur siang sebentar setelahnya. Anda jadi lebih siap dalam melakukan follow-up dari meeting di jam tidur siang.(ilj/bbs)




Susah BAB Selama Karantina COVID-19 di Rumah, Ini Penyebabnya

Kabar6-Selama karantina di rumah, sebagian orang mungkin mengalami konstipasi atau susah buang air besar (BAB), atau tidak rutin BAB seperti biasanya. Mengapa kondisi ini bisa terjadi?

Berada di rumah saja tentu mengubah gaya hidup Anda, dan ini ternyata berpengaruh pada pencernaan serta kesehatan, termasuk frekuensi BAB. Melansir beberapa sumber, berikut beberapa penyebab konstipasi yang Anda alami:

1. Jarang gerak
Sedentary atau kebiasaan duduk lama selama kerja di rumah, dan jarak perjalanan yang hanya di dalam rumah, tentu mengurangi jumlah gerak. Kondisi ini bisa berimbas pada metabolisme tubuh.

Solusinya, cobalah untuk lebih banyak bergerak, misalnya keliling rumah, atau saat menerima telepon Anda bisa sambil berdiri dan jalan-jalan keliling rumah. Lakukan juga olahraga setiap hari dengan bantuan video tutorial di YouTube atau Instagram.

2. Pola makan yang berubah
Mungkin secara tidak sadar, Anda mengonsumsi lebih banyak makanan tinggi gula, lemak, sodium. Atau Anda semakin sering mengonsumsi makanan instan yang kurang serat dan nilai gizinya kurang baik.

Solusinya, perbanyak konsumsi sayuran dan buah, yang bisa Anda pesan lewat online, atau buat jadwal belanja mingguan. Kurangi beli jajanan dan camilan junk food, atau batasi jumlah asupan dan frekuensinya. ** Baca juga: Pandemi COVID-19 Bisa Jadi Alasan Tepat untuk Berhenti Merokok

3. Kurang minum
Saat di rumah, bisa jadi frekuensi Anda minum jadi lebih jarang. Solusinya, letakkan tumbler atau botol minum yang ada takaran atau ukurannya di sebelah Anda setiap waktu. Jadi, Anda akan ingat untuk minum dan lebih mudah dihitung jumlahnya.

4. Stres
Metabolisme dan sistem pencernaan sangat sensitif dan mudah dipengaruhi oleh stres, cemas, dan perubahan rutinitas. Khawatir soal konstipasi yang terjadi juga bisa meningkatkan gangguan pencernaan, sehingga banyak penelitian memang mengaitkan dampak stres dengan sulit BAB.

Jadi, cobalah untuk mengelola stres Anda, lakukan meditasi dan olahraga untuk membantu agar BAB jadi lancar.(ilj/bbs)




Benarkah Sering Lakukan Video Call Saat Isolasi di Rumah Dapat Tingkatkan Kualitas Tidur?

Kabar6-Saat pemerintah menerapkan work from home dan imbauan ‘di rumah saja’, banyak orang menggunakan fitur video call untuk dapat tetap berkomunikasi, baik dengna rekan kantor, keluarga, atau sahabat.

Sebuah studi baru menemukan, melakukan video call dapat membuat tidur nyenyak. Studi yang dipublikasikan di Medical Science Monitor ini, melansir psychologytoday, meneliti hubungan percakapan sosial melalui video call dengan kualitas tidur individu yang terisolasi karena pandemi infeksi COVID-19 di Tiongkok. Peneliti melakukan survei kepada 200 warga Tiongkok, pada hari ketiga isolasi diri terkait dengan koneksi sosial.

Peneliti juga menganalisis tingkat kecemasan, stress dan kualitas tidur dengan menggunakan pengukuran psikologis. Orang dengan koneksi sosial yang lemah memiliki kecemasan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan kurang tidur.

Sebaliknya, orang dengan koneksi sosial yang lebih baik seperti melakukan video call, memiliki tingkat stress yang lebih rendah dan tidur yang lebih berkualitas. ** Baca juga: 5 Cara Bedakan Masker Bedah Asli atau Palsu

“Orang yang memiliki lebih banyak modal sosial biasanya memiliki lebih sedikit stres karena mereka memiliki dukungan spiritual atau materi dari orang lain. Dukungan sosial membantu mengurangi stres dan tingkat ketakutan dan kecemasan”, demikian kesimpulan peneliti.

Karena itulah, peneliti menyarankan agar setiap orang tetap berkomunikasi dengan teman-teman, seperti melakukan video call atau menelepon agar terhindar dari stres dan mendapatkan kualitas tidur selama melakukan isolasi di rumah.

Sudahkan Anda melakukannya?(ilj/bbs)




Stres Bikin Banyak Makan, Begini Cara Mengendalikannya

Kabar6-Saat dilanda stres, makan dinilai menjadi solusi yang tepat. Padahal, selain berdampak tidak baik bagi tubuh, makan berlebihan saat stres juga dapat memicu dampak psikologis yang lebih buruk.

Namun di satu sisi, menghentikan kebiasaan melampiaskan emosi dengan ‘lari’ ke makanan memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Lantas, bagaimana solusinya? Melansir Dreamers, berikut tiga cara yang dapat membantu setop kebiasaan tadi:

1. Jujur pada diri sendiri
Emotional eating atau makan sebagai pelampiasan tidak akan dilakukan saat seseorang benar-benar lapar, tetapi hanya dilakukan sebagai obat stres yang sedang dialami.

Karena itulah, cara yang tepat untuk mencegah emotional eating adalah mengenali diri apakah Anda benar-benar lapar ketika akan makan. Apabila Anda sudah bisa jujur terhadap diri sendiri, maka otak secara otomatis berinisiatif untuk mencari solusi lain yang lebih sehat.

2. Temukan pemicunya
Perilaku emotional eating juga bisa dicegah jika bisa menemukan gangguan apa yang menjadi pemicu munculnya emosi negatif di dalam diri. Kebiasaan ini cenderung dilakukan karena adanya rasa tidak berdaya dari emosi yang dialami.

3. Cari alternatif lain
Mengurangi stres tidak harus dengan mengonsumsi makanan dalam porsi yang banyak. Anda bisa mencari alternatif lain yang lebih sehat, misalnya dengan jalan-jalan, menonton film hingga melakukan liburan yang bisa menenangkan pikiran. ** Baca juga: Selama Pandemi COVID-19, Pengguna Softlens Disarankan Memakai Kacamata

Mudah, bukan? (ilj/bbs)




6 Hal Sepele yang Bisa Turunkan Imun Tubuh

Kabar6-Banyak orang yang kemudian disadarkan akan pentingnya menjaga kesehatan agar tidak tertular COVID-19. Gaya hidup sehat seperti rajin mencuci tangan, selalu membawa hand sanitizer, memakai masker, dan menjaga jarak dengan orang yang sedang tidak sehat, kini menjadi bagian dari keseharian sebagian besar warga.

Padahal, untuk menjaga kesehatan tidak cukup hanya dengan melakukan hal-hal tersebut, tapi juga melakukan langkah-langkah lainnya, seperti mengurangi kebiasaan buruk yang ternyata dapat merusak imunitas tubuh.

Hal ini karena lemahnya sistem imun tubuh dapat menyebabkan seseorang rentan terserang penyakit, termasuk COVID-19 ini. Melansir idntimes, ini enam hal sepele yang ternyata dapat menurunkan sistem imun tubuh:

1. Konsumsi makanan yang kurang bernutrisi
Sebuah penelitian yang dilakukan di University of Bonn dan dipublikasikan dalam jurnal Cell menemukan, makanan cepat saji menyebabkan peradangan pada tubuh. Kondisi ini juga menyebabkan perubahan gen dan memiliki dampak jangka panjang pada sistem kekebalan tubuh.

Lebih lanjut, pola diet yang tidak sehat ini mengarah pada timbulnya penyakit kronis, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, obesitas, dan sejumlah penyakit lain.

2. Sering begadang atau kurang tidur
Kualitas tidur yang buruk berkaitan dengan fungsi sistem kekebalan tubuh yang lebih rendah dan berkurangnya jumlah sel-sel tubuh yang berperan melawan kuman.

Menurut penelitian yang dilakukan di University of Chicago, pria yang tidur empat jam setiap malam selama satu minggu menghasilkan setengah jumlah antibodi pencegah flu dalam darah mereka dibandingkan dengan mereka yang tidur 7,5 hingga 8,5 jam setiap malam.

Jadi, biasakan untuk istirahat malam selama 7-9 jam setiap harinya agar tubuh tidak mudah terserang penyakit.

3. Gaya hidup yang tidak aktif
Tidak sedikit penelitian yang telah membuktikan dampak buruk dari terlalu lama duduk atau kurang bergerak. Gaya hidup yang kurang aktif meningkatkan risiko mengalami sakit punggung, penyakit jantung, mengganggu sistem kekebalan tubuh, dan memperpendek harapan hidup.

Selain itu, individu yang kurang bergerak, baik saat di lingkungan kerja maupun di dalam rumah lebih rentan terkena flu. Untuk itu, mulailah kebiasaan-kebiasaan kecil seperti melakukan peregangan atau jalan-jalan di dalam ruangan tiap satu jam agar tubuh tidak kaku.

4. Pesimistis
Sebuah studi klasik yang dilakukan di University of California terhadap mahasiswa hukum menemukan, mereka yang memulai semester pertama dengan optimis memiliki lebih banyak sel T penolong di pertengahan semester, yang dapat memperkuat respons kekebalan tubuh, dan sel pembunuh alami yang lebih kuat daripada mahasiswa yang memiliki perspektif yang lebih pesimistis.

Hal ini kemungkinan karena stres memiliki kaitan dengan kurangnya sistem kekebalan tubuh, seperti sel-sel pembunuh yang tiba-tiba menjadi pasifis

5. Sering merasa kesepian
Menurut studi lima tahun yang diterbitkan dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences, ketika orang merasa kesepian, akan terjadi peningkatan hormon norepinefrin yang meningkatkan produksi sel darah putih yang melawan luka.

Tetapi dalam prosesnya, hormon ini akan mematikan bagian yang berfungsi melawan virus dari sistem kekebalan tubuh, yang membuat seseorang rentan terhadap penyakit.

6. Langsung minum obat saat merasa tidak sehat
Antibiotik dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh serta bakteri baik dan buruk yang ada di tubuh. Menurut sebuah laporan dalam The American Journal of Human Genetics menunjukkan bahwa antibiotik dapat mengurangi sel darah putih penangkal penyakit tertentu dan molekul yang memberi sinyal protein peningkat kekebalan untuk bekerja.

Hal ini dapat membuat tubuh lebih cepat sembuh setelah Anda minum obat, tetapi setelahnya sistem kekebalan tubuh akan semakin rentan. Untuk itu, pastikan Anda hanya mengonsumsi antibiotik dengan resep dokter. ** Baca juga: Ketahui 5 Hal Tentang Berjemur di Bawah Sinar Matahari

Lakukan kebiasaan sehat agar imun tubuh tetap terjaga.(ilj/bbs)