1

Tidur Teratur Berikan 4 Manfaat Menyehatkan

Kabar6-Kesehatan seseorang dipengaruhi juga oleh pola tidur yang baik. Dampak pola tidur buruk bisa membuat Anda rentan sakit hingga produktivitas menurun.

Profesor Colin Espie dari Nuffield Department of Clinical Neuroscience University of Oxford, juga salah satu pendiri Sleepio mengatakan, pola tidur setiap orang berbeda-beda.

“Membiasakan pola dengan baik untuk kenyamanan pribadi Anda adalah strategi yang terbaik. Kami tahu dari pengalaman setiap hari akan berbeda,” ungkap Espie.

Pola tidur yang buruk atau tidak cukup dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari, mulai dari suasana hati, dan cara berinteraksi dengan orang lain. Tak hanya itu, produktivitas di tempat kerja juga ikut terpengaruh.

Setiap individu, menurut Espie, harus menemukan apa yang mereka butuhkan secara pribadi, lalu menjadikan kebiasaannya berulang, termasuk pola tidur yang sehat. Melansir MSN, berikut manfaat tidur teratur dan pola tidur yang baik:?

1. Kekebalan tubuh
Pola tidur yang buruk membuat Anda rentan terserang ifneksi seperti pilek maupun flu. Kurang tidur juga dapat mengurangi kekebalan tubuh, sehingga Anda mudah terserang penyakit. Karena itu, jika pola tidur teratur dan jarang begadang, dapat meningkatkan kekebalan tubuh secara sehat.

2. Kesehatan jiwa
Survei bagi pengidap kecemasan atau depresi menghitung kebiasaan tidurnya, ternyata sebagian besar dari mereka tidur kurang dari enam jam dalam semalam. Jika pola tidur memburuk, kesehatan jiwa juga ikut berpengaruh. Karena itu jika pola tidur teratur, tidak hanya kesehatan fisik saja, melainkan juga mental.

3. Mencegah diabetes
Penelitian menunjukkan, orang yang biasanya tidur kurang dari lima jam semalam memiliki peningkatan risiko terkena diabetes. Karena itu, tidur yang sehat juga memengaruhi agar terhindar dari penyakit diabetes.

4. Meningkatkan gairah seks
Pria dan wanita yang tidak memiliki kualitas tidur yang cukup memiliki libido rendah dan kurang tertarik pada seks. Kadar testosteron yang lebih rendah juga ikut berpengaruh.

Karena itu, jika memiliki pola tidur yang sehat, tidak hanya menyehatkan secara fisik dan mental, melainkan gairah seks yang baik bagi pasangan. ** Baca juga: 5 Bahaya Diet Ekstrem yang Harus Anda Ketahui

Mulailah mengatur pola tidur, sehingga kesehatan fisik dan mental Anda tetap terjaga.(ilj/bbs)




Jelang Debat Kandidat Azizah Siapkan Mental dan Materi Blusukan

Kabar6.com

Kabar6-Siti Nurazizah, calon wali kota nomor urut 2 di Pilkada Tangerang Selatan 2020 pastikan telah mempersiapkan diri jelang debat kandidat pertama pada Minggu, 22 November besok. Ia ingin menampilkan performa terbaiknya di depan puluhan ribu pasang mata layar Kompas TV.

“Pertama pasti mental kami, kami siapkan. Karena tekanannya pasti sangat luar biasa pada saat debat ya,” katanya saat acara konsolidasi Partai Demokrat di Bintaro Jaya, Kecamatan Pondok Aren, Rabu (18/11/2020).

Azizah mengakui masih sering gugup (nervous). Perasaannya berkecemuk seperti halnya saat bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono tidak tersampaikan apa yang sempat dipikirkan olehnya.

“Yang kedua tentu substansi. Tema debat, yang akan kami hadirkan tentu penguasaan visi misi,” jelas puteri kandung KH Ma’ruf Amin, Wakil Presiden Republik Indonesia saat ini.

**Baca juga: Anggaran Vaksin Covid-19 Kota Tangsel Mulai Dibahas

Azizah bilang, dirinya bersama pasangan calon duetnya Ruhamaben ingin meyakinkan masyarakat pemilih, bahwa visi misi yang diusungnya adalah harapan Kota Tangsel.

“Yang saat ini bisa kami potret kami tangkap masyarakat ingin ada perubahan,” ujarnya.

“Jadi dari hasil kami ngampung akan menjadi bahan bagi kami untuk memperkuat substansi debat kami,” tambah Azizah.(yud)




Kenali Tanda Tubuh Kurang Olahraga

Kabar6-Kegiatan fisik seperti olahraga memiliki banyak manfaat kesehatan. Terlebih pada saat pandemi COVID-19, beberapa badan kesehatan menyarankan warga dunia agar meningkatkan aktivitas fisik untuk menjaga kebugaran.

Bahkan, Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat merekomendasikan untuk berolahraga selama 150 menit dengan intensitas sedang dalam seminggu. Durasi waktu tersebut dinilai cukup untuk menjaga tubuh agar tetap bugar.

Namun di sisi lain, masih banyak orang yang malas melakukan olahraga. Bagaimana mengetahui tubuh kita kurang bergerak atau berolahraga? Melansir Insider, ada sejumlah hal yang menandai Anda kurang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga. Apa sajakah itu?

1. Sering sakit
Pakar kebugaran Brandon Mentore mengatakan, penyakit yang terus menyerang tubuh dapat menjadi salah satu tanda kurangnya aktivitas fisik. Diketahui, aktivitas fisik berfungsi untuk menstimulasi jaringan otot yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Beberapa penelitian juga telah menemukan hubungan yang kuat antara olahraga intensitas sedang yang teratur dengan peningkatan sistem kekebalan tubuh.

2. BAB tidak teratur
Olahraga dapat memengaruhi sistem pencernaan. Jadi apabila Anda mengalami gangguan pencernaan atau BAB yang tidak teratur, hal tersebut dapat menjadi salah satu tanda tubuh kekurangan olahraga.

“Jika Anda merasa buang air tidak lancar, Anda mungkin memerlukan beberapa aktivitas fisik untuk merangsang usus besar,” jelas Mentore.

Olahraga dapat merangsang aktivitas usus yang bertugas memindahkan limbah atau kotoran melalui saluran pencernaan. Semakin banyak Anda berolahraga, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan makanan untuk melewati usus besar.

3. Napas terasa berat
Napas yang terasa berat menjadi salah satu tanda umum yang dikirimkan tubuh untuk mengingatkan agar kita berolahraga. Sesak napas menjadi tanda penurunan metabolisme tubuh dan sistem kardiovaskular. Keduanya dapat ditingkatkan dengan melakukan olahraga.

4. Mood turun
Selain baik untuk kesehatan fisik, olahraga juga baik untuk kesehatan mental. Olahraga dapat meningkatkan produksi hormon dopamin dalam tubuh yang dapat memberikan rasa senang dan meningkatkan produktivitas.

Hormon dopamin yang rendah membuat suasana hati menurun, mudah frustasi, marah, dan sedih. Olahraga dapat membantu meningkatkan suasana hati dan memperbaiki gejala-gejala psikis yang berkaitan dengan depresi dan gangguan cemas.

5. Sulit tidur
Olahraga dan aktivitas fisik lainnya dapat mempercepat kinerja seluruh tubuh, termasuk jam tubuh yang bertugas untuk mengontrol siklus tidur.

Mentore mengatakan, jika seseorang mengalami insomnia yang tidak biasa, olahraga dapat membantu mengatur ritme sirkadian tubuh dan mengembalikannya seperti semula. ** Baca juga: Hal yang Harus Anda Lakukan Setiap Jam Untuk Bantu Turunkan Berat Badan

Jika sudah merasakan gejala-gejala seperti di atas, jangan tunda untuk melakukan olahraga, ya.(ilj/bbs)




Tidak Selalu Buruk, Jadi ‘Kaum Rebahan’ Ternyata Baik untuk Fisik dan Mental

Kabar6-Selama pandemi COVID-19 ini Anda disarankan untuk berada di rumah saja, kecuali ada keperluan mendesak atau tidak bisa dilakukan di rumah. Karena itulah, tidak bisa dipungkiri jika kebanyakan orang menjadi ‘kaum rebahan’.

Meski identik dengan bermalas-malasan, tidak produktif dan berkonotasi negatif, kaum rebahan ternyata justru memiliki sejumlah manfaat baik untuk fisik maupun mental, lho.

Menjadi kaum rebahan, melansir CNN Indonesia, bisa terhindar dari ‘burnout’ atau stres karena menumpuknya pekerjaan yang harus segera diselesaikan dalam waktu cepat, yang membuat kepala seperti akan ‘meledak’. Kondisi seperti ini perlu waktu untuk menarik diri dari semua tekanan dengan rasa bosan dan malas, yang seharusnya digunakan sebagai cara untuk kembali mendapatkan kendali atas tubuh dan waktu yang dimiliki.

Manfaat kedua adalah menurunkan tekanan darah. Di saat menumpuknya pekerjaan, sempatkan untuk tidur siang selama 45 menit agar tubuh lebih sehat dan membantu menurunkan tekanan darah karena penat dari pekerjaan. Jadi, tubuh lebih sehat dan siap untuk tantangan berikutnya.

Selanjutnya, meningkatkan kecerdasan emosional. Menyempatkan waktu untuk menonton, itu bermanfaat bagi kecerdasan emosional. Misalnya, menonton drama membuat partisipan bisa mengetahui dan mendeteksi emosi serta pikiran orang lain, daripada menonton film dokumenter atau sama sekali tidak menonton.

Manfaat lainnya, minim kesepian dan lebih percaya diri. Saat menonton film atau drama, Anda akan menyukai tokoh atau karakternya. Anda merasa kenal atau dekat dengan tokoh tersebut.

Dan hal ini ternyata membawa manfaat seperti bisa bebas dari rasa kesepian dan merasa lebih percaya diri. ** Baca juga: Pilih Camilan yang Tepat Sesuai Kondisi Kesehatan

Menariknya, otak tetap sadar membedakan hubungan itu nyata atau sekadar khayalan.(ilj/bbs)




Dekorasi Rumah Ternyata Bisa Jadi Pemicu Stres

Kabar6-Ada banyak hal yang bisa menyebabkan stres, antara lain seperti pekerjaan, faktor ekonomi, atau cinta yang kandas. Namun, ada satu pemicu stres yang mungkin tidak disadari, yaitu dekorasi di rumah Anda.

“Rumah yang berantakan memberi tekanan yang tidak perlu pada pikiran kita,” kata Amber Dunford, seorang pakar psikologi desain. Lantas, dekorasi seperti apa saja yang bisa jadi pemicu stres? Melansir womantalk, berikut penjelasannya:

1. Tidak cukup cahaya
Cahaya tidak hanya dapat mengubah suasana ruangan, tetapi juga dapat memengaruhi suasana hati Anda. Menurut Amber, penting untuk memilih jenis lampu yang tepat.
“Cahaya alami membantu Anda mengatur dan mengangkat suasana hati. Jadi, tidak cukup cahaya dapat berdampak negatif pada seseorang,” katanya.

2. Terlalu banyak warna
Faktanya, warna-warna cerah yang melimpah dapat mengubah Anda menjadi stres. Beberapa warna yang kontras memang sangat bagus untuk menciptakan efek semangat pada manusia, tetapi kombinasi yang terlalu banyak dalam satu rumah akan menyebabkan kecemasan dan stres.

Namun bukan berarti Anda harus benar-benar menghilangkannya dari ruangan. Sebagai gantinya, gunakan warna cerah hanya dalam jumlah sedang.

3. Tidak cukup variasi
Jika warna-warna ‘berani’ terlalu membuat stres, lebih baik memilih warna putih bersih. Percaya atau tidak, terlalu banyak warna putih dapat mengubah rumah Anda menjadi tempat yang penuh tekanan.

Amber menyarankan untuk memilih warna krem sebagai alternatif warna yang tidak terlalu menimbulkan stres dan tidak menuntut perawatan obsesif sebagai cat putih.

4. Cetakan dan pola yang bertabrakan
“Terlalu banyak cetakan dan pola, terutama dengan ukuran yang sangat bervariasi dan bertabrakan atau menampilkan terlalu banyak warna kontras, nyatanya juga dapat mengacaukan mental Anda dan bisa menjadi pemicu stres,” terang Amber.

5. Terlalu berantakan
Rumah yang terlalu berantakan membuat Anda merasa tegang dan membutuhkan lebih banyak perhatian mental. Dijelaskan Amber, manusia cenderung lebih fokus pada tumpukan dokumen atau mainan, karena otak tidak dapat secara mental mengatur kekacauan tersebut.

Cara mengatasinya adalah dengan menyimpan barang-barang Anda dalam wadah dan keranjang. Dengan begitu, Anda tidak akan terlalu memikirkan tentang kekacauan yang bisa menjadi pemicu stres, dan lebih banyak memikirkan hal-hal penting dalam hidup. ** Baca juga: Jaga Kesehatan Mata dengan 10 Makanan Bergizi

Yuk, tata ulang kembali dekorasi dalam rumah Anda agar terasa lebih nyaman dan jauh dari stres.(ilj/bbs)




Penelitian: Panjang Umur Bisa Didapat Apabila Seseorang Bahagia dengan Hidupnya

Kabar6-Siapa sih yang tidak mau panjang umur? Namun tahukah Anda, salah satu kunci hidup panjang umur bisa dimulai dari diri sendiri? Ya, kunci itu adalah merasa bahagia.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal BMJ oleh Andrew Steptoe dari University College of London, melansir Fimela, menemukan bahwa hidup panjang umur bisa didapat jika seseorang merasa bahagia dengan hidupnya. Penelitian ini melihat hubungan antara rasa bahagia dan positif dengan potensi hidup panjang umur.

Penelitian yang melibatkan 10 ribu pria dan perempuan di Inggris dari 2002-2013 ini menemukan bahwa partisipan yang merasa bahagia dengan kehidupannya memiliki harapan hidup lebih tinggi.

Sebanyak 24 persen orang yang mengaku puas dan bahagia dengan hidupnya lebih panjang umur dan tidak mudah sakit dibanding mereka yang mengaku tidak menikmati hidupnya. ** Baca juga: Bersihkan Usus Besar dengan Konsumsi 5 Makanan Sehat

“Semakin besar orang memandang kehidupan secara positif, semakin baik kesehatan dan probabilitas hidup panjang umur. Menjaga pertemanan dan hubungan sosial yang baik dengan orang lain merupakan bekal yang baik untuk kesehatan fisik maupun mental,” urai Andrew Steptoe.

Jadi, apabila Anda ingin panjang umur, berbahagialah dengan hidup yang sedang dijalani. Mudah, bukan? (ilj/bbs)




‘Me Time’ Penting untuk Minimalisir Stres

Kabar6-Rutinitas harian yang dilakukan dari pagi hingga menjelang malam, tentu saja membuat Anda merasa bosan. Bahkan bagi sebagian orang, rutinitas yang monoton ini bisa membuat mereka stres.

Sebuah survei yang dilakukan oleh American Psychological Association (APA), melansir Womantalk, menemukan bahwa 49 persen wanita bekerja memiliki tingkat stres yang terus meningkat selama lima tahun terakhir. Angka ini lebih tinggi dari pria yang hanya 39 persen.

Beberapa penelitian lain juga mengungkapkan, tingkat stres masyarakat di kota-kota besar, terutama kaum hawa, terus meningkat setiap tahunnya.

Bagaimana solusinya? Salah satu cara untuk menghilangkan stres tersebut adalah melakukan ‘Me Time’, yaitu meluangkan untuk diri sendiri.

Anda bisa menggunakan untuk bersantai sejenak dari berbagai aktivitas, termasuk pekerjaan di kantor dan rumah. Misalnya, memanfaatkan waktu untuk perawatan kulit dengan langkah sederhana, seperti memakai masker wajah.

Beberapa me time yang dapat Anda lakukan antara lain, menonton film, mendnegarkan musik favorit, perawatan di salon, makan di restoran baru, jalan-jalan di pantai, dan lain sebagainya.

Me time bisa memberikan banyak manfaat untuk kesehatan fisik dan mental, antara lain meningkatkan kosentrasi dan produktivitas, serta memberikan kesempatan untuk memahami lebih dalam tentang diri sendiri. ** Baca juga: Batasi Konsumsi Makanan Asin Saat Tubuh Kirim 4 Sinyal Ini

Hal lain, me time juga bisa menyegarkan pikiran yang menganggu. Nah, apabila pikiran terasa segar, maka tubuh dan jiwa pun akan ikut terasa lebih sehat dan bugar.(ilj/bbs)




Efek Nyata Media Sosial Bagi Kesehatan Mental yang Jarang Disadari

Kabar6-American Academy of Pediatrics telah memperingatkan tentang potensi efek negatif dari media sosial pada anak-anak dan remaja, termasuk cyber-bullying dan depresi.

Nah, risiko yang sama mungkin berlaku juga untuk orang dewasa atau lintas generasi. Ada sejumlah efek buruk media sosial terhadap kesehatan mental yang seringkali jarang disadari. Melansir idntimes, berikut uraiannya:

1. Media sosial bersifat adiktif dan dapat membuat sejumlah orang mengalami kecanduan
Sebuah studi dari Nottingham Trent University mengungkapkan, sejumlah gejala seperti mengabaikan kehidupan pribadi, terlalu asyik, menggunakan media sosial sebagai objek pelarian, memodifikasi suasana hati, dan perilaku adiktif, tampak dialami oleh beberapa orang yang menggunakan jejaring sosial secara berlebihan.

Sebuah studi lanjutan yang dilakukan oleh Swansea University menemukan, orang-orang juga mengalami gejala psikologis ketika mereka berhenti menggunakan media sosial dan internet. Di mana orang-orang yang terlalu bergantung pada perangkat digital melaporkan perasaan cemas ketika mereka berhenti menggunakannya.

2. Semakin banyak waktu yang kita gunakan untuk media sosial, semakin tidak bahagia kita
Sebuah studi menemukan, penggunaan Facebook dikaitkan dengan kurangnya kebahagiaan dan kepuasan hidup yang lebih sedikit. Hal ini dimungkinkan karena adanya kaitan dengan fakta bahwa Facebook memunculkan persepsi isolasi sosial. Dan, isolasi sosial adalah salah satu hal terburuk bagi setiap orang, secara mental dan fisik.

3. Membuat Anda membandingkan hidup dengan orang lain
Media sosial membuat orang-orang tanpa sadar suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain ketika sedang menelusuri timeline. Kebanyakan orang akan membuat penilaian apakah mereka lebih baik atau lebih buruk ketika melihat foto-foto yang diunggah teman di media sosial. Dan sikap suka membandingkan ini memiliki kaitan dengan gejala depresi.

4. Memicu perasaan cemburu
Bukan rahasia lagi bahwa sikap suka membandingkan di media sosial mengarah pada kecemburuan. Terdapat hubungan antara kecemburuan dan depresi dalam penggunaan media sosial di mana kecemburuan memediasi depresi. Namun ketika kecemburuan tersebut dikendalikan, media sosial tidak begitu buruk.

5. Semakin banyak teman yang ada di media sosial tidak menjamin seseorang memiliki kehidupan sosial yang lebih baik
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal the royal society publishing menemukan fakta, semakin banyak teman di media sosial tidak berarti seseorang memiliki kehidupan sosial yang lebih baik.

Merasa bersosialisasi atau mencari dukungan lewat media sosial tidak akan mampu mengatasi sejumlah masalah, seperti merasa kesepian, kesedihan, dan sebagainya.

Untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan kesehatan mental, setiap orang membutuhkan dukungan sosial yang nyata, bukannya dukungan virtual. Karena pertemanan virtual tidak memiliki efek terapi seperti pada pertemanan sosial yang nyata.

Meskipun memiliki beberapa dampak negatif, bukan berarti media sosial tidak memiliki manfaat sama sekali. Media sosial membantu menghubungkan orang-orang yang terpisah jarak ratusan kilometer, bahkan bisa menjadi ladang penghasilan. ** Baca juga: Bahaya ‘Bicara’ Negatif pada Diri Sendiri

Karena itulah, gunakan media sosial secara bijak.(ilj/bbs)




Demi Kesehatan Mental, Setop ‘Kepoin’ Mantan Lewat Instagram

Kabar6-Putus cinta adalah hal lumrah dalam hubungan asmara. Namun melupakan mantan kekasih sepertinya menjadi ‘pekerjaan rumah’ bagi sebagian orang. Ya, harus diakui bahwa melupakan kenangan indah tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Salah satu kebiasaan yang masih sering dilakukan sebagian orang saat putus cinta adalah stalking atau ‘kepoin’ Instagram (IG) mantan kekasih. Padahal, kepoin IG mantan bukanlah hal yang paling sehat di dunia. Mengapa demikian?

Ada empat efek buruk kebiasaan stalking di media sosial. Melansir womantalk, studi yang dimuat dalam jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking ini adalah penelitian yang mungkin Anda butuhkan untuk berhenti kepoin akun mantan. Hasil penelitian menunjukkan, stalking mantan di media sosial benar-benar buruk bagi kesehatan mental Anda.

Para peneliti bertanya kepada 400 orang tentang seberapa sering mereka melihat Facebook atau media sosial lainnya dari mantan mereka. Ternyata, semakin banyak orang melihat profil, semakin besar kemungkinan mereka akan mengalami kesulitan move on.

Mereka juga besar kemungkinan ingin berhubungan seks dengan mantan, dan semakin kecil kemungkinan mereka mengembangkan minat baru.

Itu juga menjelaskan rasa cemburu yang Anda rasakan ketika tahu mantan punya pacar baru. ** Baca juga: Agar Sarapan Tidak Kacaukan Berat Badan, Perhatikan Beberapa Hal Ini

Jadi, menghilangkan godaan untuk stalking adalah cara teraman untuk memastikan bahwa Anda bisa move on dengan cara yang sehat.(ilj/bbs)




Hati-hati, Kerja di Akhir Pekan Ternyata Bisa Kacaukan Kesehatan Mental

Kabar6-Tidak semua orang menjadikan akhir pekan sebagai saatnya beristirahat atau pergi berlibur. Hal ini karena beberapa pekerjaan mengharuskan karyawannya tetap bekerja di akhir pekan.

Nah, sebuah penelitian baru mengungkapkan, bekerja di akhir pekan dapat mengacaukan kesehatan mental. Para peneliti dari University College London dan Queen Mary Universit of London, melansir Kompas, menemukan bahwa mereka yang bekerja selama berjam-jam di akhir pekan, berisiko lebih tinggi mengalami depresi. Dan, risiko pada wanita lebih tinggi ketimbang pria.

Survei menganalisis 20 ribu pekerja dan menemukan bahwa mereka yang bekerja lebih dari 55 jam per minggu 7,3 persen menunjukkan lebih banyak gejala depresi.

Sedangkan 4,6 persen wanita yang bekerja di akhir pekan, juga menunjukkan gejala depresi. Sementara hanya 3,4 persen pria yang menunjukkan tanda-tanda depresi.

Penulis utama studi bernama Gill Weston mengatakan, ini adalah studi observasional, sehingga meski belum dapat ditentukan apa penyebab pastinya, penelitian ini menunjukkan banyak wanita menghadapi beban tambahan untuk melakukan bagian yang lebih besar dari urusan rumah tangga dibanding pria. Mulai dari jam kerja, tekanan yang lebih banyak, dan tanggung jawab berlebih.

“Terlepas dari pola kerja mereka, kami juga menemukan bahwa pekerja yang paling banyak mengalami gejala depresi adalah mereka yang berusia lebih tua, dengan pendapatan lebih rendah, perokok, melakukan pekerjaan yang menuntut fisik, dan yang tidak puas dengan tempat kerjanya,” jelas Weston. ** Baca juga: Menurut Riset, Wanita Lebih Pandai Tutupi Perselingkuhan Dibanding Pria

Ditambahkan, “Kami berharap temuan kami akan mendorong para pengusaha dan pembuat kebijakan untuk berpikir tentang bagaimana caranya mengurangi beban dan meningkatkan dukungan bagi perempuan yang bekerja dalam waktu tak terbatas atau tidak teratur, tanpa membatasi kemampuan mereka untuk bekerja ketika mereka menginginkannya.” (ilj/bbs)