1

Tidak Sembarangan, Pakai Hand Sanitizer dengan Cara yang Benar

Kabar6-Cara paling efektif untuk mencegah penularan COVID-19 adalah dengan rajin mencuci tangan memakai sabun dan air mengalir. Namun apabila tidak tersedia akses cuci tangan yang memadai, hand sanitizer dengan konsentrasi alkohol 60-70 persen jadi alternatif yang tepat.

Nah, apakah Anda sudah memakai hand sanitizer dengan benar? Meskipun terlihat sepele, cara penggunaan hand sanitizer pun harus diperhatikan, agar hasilnya maksimal.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), melansir Wolipop, merekomendasikan agar Anda melihat panduan yang tertera di label kemasan produk untuk jumlah pemakaian hand sanitizer. Seberapa banyak jumlah yang harus dituangkan ke tangan? Setidaknya gel atau cairan hand sanitizer harus cukup untuk membasahi seluruh bagian dari kedua tangan.

“Meskipun hand sanitizer berbasis alkohol bisa menonaktifkan berbagai jenis mikroba dengan sangat efektif apabila digunakan dengan tepat, mungkin masih banyak orang yang tidak memakainya dalam jumlah cukup,” demikian keterangan CDC.

Cara memakai hand sanitizer yang benar adalah dengan menuangkannya terlebih dahulu ke salah satu telapak tangan, kemudian gunakan tangan satunya dan gosok-gosokkan.

Hand sanitizer harus digosokkan secara merata mulai dari telapak tangan, punggung tangan, jari dan sela-sela jari. Gosok terus sampai hand sanitizer benar-benar kering. Proses ini biasanya memakan waktu sekitar 20 detik.

CDC menjelaskan, hand sanitizer bisa sama efektifnya membunuh kuman seperti sabun dan air. Dengan catatan, jika tangan Anda tidak terlihat ada kotoran atau berminyak. ** Baca juga: Haruskan Memakai Masker Saat Olahraga di Luar Rumah?

Di satu sisi, penggunaan hand sanitizer terlalu sering juga tidak dianjurkan karena bisa terjadi resistensi antiseptik. Menurut edaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, setelah digunakan lima kali berturut-turut, tangan harus tetap dicuci dengan air mengalir untuk mencegah resistensi antiseptik.

Selain itu, residu kuman yang sudah mati masih tetap menempel di tangan. Jadi, tangan harus dibersihkan menggunakan air dan sabun ketika sudah tersedia akses yang memadai.(ilj/bbs)




Usahakan Kuku Tangan Selalu Pendek Selama Pandemi COVID-19

Kabar6-Tidak hanya rajin mencuci tangan memakai sabun, ada satu hal lagi yang tak kalah penting untuk meminimalisir penularan COVID-19, yaitu menjaga kuku tangan agar selalu pendek atau tidak memelihara kuku.

Anda disarankan untuk rajin menggunting kuku sehingga tidak menjadi sarang bakteri maupun virus. Hal ini karena bakteri, virus, kotoran, sangat mudah hidup dalam kuku.

Artinya, apabila Anda tak sengaja menggigit kuku tangan, kemungkinan besar bakteri maupun virus akan berpindah ke mulut. Gunakan juga sikat kuku setiap kali mencuci tangan.

Sementara itu, banyak pula yang menyarankan untuk menggunakan hand sanitizer tangan secara rutin. Namun hal ini dinilai tidak efektif jika memiliki kuku panjang.

Sebelumnya, melansir Dailymail, seorang spesialis alergi dan penyakit menular di Langone Medical Center dari Universitas New York bernama Purvi Parikh, mengeluarkan peringatan tentang kebiasaan menggigit kuku dapat secara serius meningkatkan risiko tertular COVID-19.

Parikh mengatakan, semua jenis bakteri, virus, kotoran, dapat terkumpul di bawah kuku dan memungkinkan untuk berpindah ke mulut ketika tak sadar menggigit kuku terutama jika tidak mencuci tangan dengan benar.

“Setiap kali Anda menyentuh wajah Anda, terutama mulut, hidung, dan mata Anda. Anda memindahkan semua kuman itu, dan Anda bisa jatuh sakit,” jelasnya. ** Baca juga: Berisiko Bagi Kesehatan, WHO Tidak Sarankan Penyemprotan Disinfektan Langsung ke Tubuh

Ditambahkan, “Ada begitu banyak infeksi yang terjadi di sekitar tahun ini, dari bakteri ke virus ke flu. Tapi selain itu, mengingat sekarang kita memiliki (virus) ini, ada lebih banyak alasan untuk tidak menggigit kuku Anda.”

Perhatikan kebersihan kuku tangan agar tidak menjadi sarang virus dan bakteri.(ilj/bbs)




Apa yang Wajib Dilakukan Sepulang dari Bepergian?

Kabar6-Sebagain besar masyarakat sudah menerapkan work from home atau bekerja dari rumah, untuk memutus mata rantai COVID-19. Namun sebgain orang masih diharuskan untuk tetap pergi ke kantor, dan tidak memungkinkan untuk bekerja dari rumah.

Di sisi lain, masih ada beberapa masyarakat yang membeli kebutuhan pokok untuk persediaan makanan selama melakukan karantina di rumah. Karena itu, melansir CNN, ada beberapa hal yang harus dilakukan saat akan masuk ke rumah usai bepergian. Hal ini dimaksudkan agar virus dan kuman yang mungkin menempel di tubuh tidak terbawa masuk ke rumah.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah melepas sepatu atau sandal di depan pintu rumah agar kotoran yang menempel pada sepatu tidak terbawa. Jika memiliki disinfektan, Anda dapat menyemprotkannya ke arah sepatu.

Kemudian, cuci tangan sebelum masuk ke rumah. Sediakan sabun cuci tangan dan air di luar rumah terlebih dahulu. Setelah masuk rumah, letakkan tas atau barang bawaan ke dalam kantong plastik terlebih dahulu sebelum diletakkan di lantai.

Hindari untuk meletakkan di kursi, sebelum barang bawaan dibersihkan menggunakan tisu antiseptic. Hal ini juga wajib diterapkan ketika membersihkan ponsel, kacamata, atau kunci.

Jangan lupa untuk kembali dibersihkan menggunakan lap kering. ** Baca juga: Saat Kerja dari Rumah Hindari 3 Posisi Tubuh Ini

Setelah masuk rumah, disarankan untuk tidak menyentuh apa pun di dalam rumah, ataupun duduk dikursi dan berbaring. Langsung mandi dan keramas untuk menghilangkan semua bakteri, kuman, dan virus yang mungkin menempel.

Yuk, terapkan gaya hidup sehat.(ilj/bbs)




Begini Cara Sabun Bunuh Virus dan Kuman

Kabar6-Mencuci tangan menggunakan sabun dan air adalah cara paling efisien untuk menghindari penularan COVID-19. Diketahui, virus dapat aktif di luar tubuh selama berjam-jam, bahkan berhari-hari.

Mengapa sabun dan air adalah kunci penting membasmi kuman dan virus yang menempel di kulit? Melansir Hellosehat, kuncinya ada pada keampuhan sabun. Baik itu sabun cair biasa, sabun dengan wangi mewah, maupun sabun batang aneka bentuk, akan membunuh virus termasuk COVID-19.

Virus sendiri adalah material kecil yang terbalut oleh protein dan lemak. Virus menempel dengan mudah, melekat pada permukaan-permukaan seperti tangan.

Saat orang yang terinfeksi COVID-19 ini batuk atau bersin, tetesannya bisa mengenai tangan. Tetesan kecil ini bisa cepat mengering, tetapi virus akan tetap aktif. Kulit manusia adalah permukaan yang ideal untuk virus ini hidup.

Ketika membilasnya hanya dengan air, virus itu tidak ikut terbasuh, dan ia tetap melekat di kulit. Hal itu karena lapisan yang membalut virus bersifat seperti minyak.

Bila mengibaratkan virus adalah minyak, jika Anda mencampur minyak dengan air, maka mereka tidak akan bercampur. Minyak akan berada di atas dan air di bawah. Betapa pun lamanya dan betapa pun cepatnya Anda mengaduk, minyak dan air tersebut akan tetap terpisah.

Ketika Anda memasukan sabun pada campuran minyak dan air tersebut lalu mengaduknya, maka minyak akan larut dengan air. Itu karena sabun memiliki dua sisi molekul. Satu sisi adalah molekul yang tertarik dengan air dan sisi lainnya tertarik dengan lemak.

Jadi ketika molekul sabun bersentuhan dengan air dan lemak, atraksi ganda ini memecah balutan lemak. Partikel lemak buyar dan menyatu dengan air.

Molekul COVID-19 juga dibalut oleh partikel protein dan lemak yang melindunginya dari air. Saat bersentuhan dengan sabun, balutan lemak tersebut akan terpecah dan virusnya akan ikut tandas.

Air mengalir kemudian akan membunuh dan membilas sisa-sisa COVID-19 yang susah terpecah belah oleh sabun. ** Baca juga: WHO: 7 Cara Hindari Penyebaran COVID-19 di Tempat Kerja

Hanya saja, proses pemecahan partikel lemak pada virus butuh waktu yakni 20 detik. Durasi tersebut juga dilakukan agar air mampu membilasnya.(ilj/bbs)




Penggunaan Hand Sanitizer Tidak Berikan Perlindungan Jangka Panjang

Kabar6-Belakangan ini hand sanitizer atau cairan pembersih tangan menjadi barang yang sangat dicari, bahkan di beberapa tempat tidak tersedia atau menjadi barang langka.

Hal ini berkaitan dengan wabah covid-19 (virus corona) yang semakin berkembang di lebih dari 20 negara. Juga berhubungan dengan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), yang menyarankan untuk menggunakan hand sanitizer, di mana dalam kandungannya terdapat alkohol 60 persen untuk menghindari penyebaran covid-19.

Namun kenyataannya, melansir Medcom, penggunaan hand sanitizer tidak memberikan perlindungan jangka panjang karena menurut CDC, mencuci tangan dengan air merupakan pilihan utama dan yang terbaik.

“Hand sanitizer yang mengandung alkohol hanya merupakan alternatif jika tak ada air dan sabun. Hand sanitizer bisa dipakai jika memang tidak tersedia wastafel untuk mencuci tangan,” kata Philip Tierno, PhD, profesor klinis di departemen patologi di New York University Langone Medical Center.

“Mencuci tangan dengan sabun dan air dapat menghilangkan kuman dan bakteri, tetapi hand sanitizer dapat membunuh apa pun yang terdapat dalam tangan Anda pada saat itu,” jelas Michael Lin, MD, associate professor di divisi penyakit menular di Rush University Medical Center di Chicago.

Ditambahkan, “Jika Anda menyentuh sesuatu yang terkontaminasi, Anda perlu membersihkan tangan Anda. Hal itu juga berlaku untuk sabun dan air.” ** Baca juga: Memasuki Usia 30-an, Ini 4 Risiko Kesehatan yang Mengintai Wanita

Tidak ada yang menjaga tangan Anda lebih lama dari beberapa menit. Sesaat setelah Anda mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer, tidak ada efek yang ditinggalkan.

“Anda tetap dapat mengontaminasi ulang tangan Anda. Itu terjadi segera setelah Anda menyentuh permukaan yang umum (dan seringkali kotor), seperti pegangan tangga, tombol lift, atau kalkulator,” ungkap Tierno.

Jadi, sebelum makan atau minum atau menyentuh wajah dengan alasan apa pun, Anda harus mencuci dengan sabun dan air atau menggunakan pembersih tangan. Disebutkan Tierno, apabila tangan kotor dan Anda tidak memiliki pembersih, jangan menyentuh wajah terlebih dulu.

CDC juga menyarankan, saat menggunakan pembersih tangan, pilih yang mengandung alkohol setidaknya 60 persen. Tutupi semua permukaan tangan Anda dan gosokkan bersama-sama sampai terasa kering.(ilj/bbs)




Setop Kebiasaan Gigit Kuku Tangan

Kabar6-Anda yang memiliki kebiasaan menggigit kuku tangan, sebaiknya mulai menghentikan kebiasaan buruk itu. Menurut kajian studi di American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopaedics (AJODO), kebiasaan menggigit kuku ternyata bisa menjadi tanda ketidakseimbangan emosional.

Disebutkan para ahli, kebiasaan menggigit kuku adalah semacam ketakutan atau letih, dan penyakit yang dapat menimbulkan stres, berhubungan dengan kebiasaan lainnya seperti mengunyah pensil, menggigit bibir atau merokok.

Seorang Profesor Dermatologi di George Washington University bernama Adam Friedman, MD, mengatakan bahwa menggigit kuku juga dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang benar-benar kotor atau berbahaya. Melansir beberapa sumber, berikut efek buruk yang ditimbulkan dari kebiasaan menggigit kuku:

1. Infeksi
Menggigit sepotong kuku yang terlalu besar bisa mengekspos kulit halus di bawah kuku, dan membiarkannya terkena bakteri atau patogen di mulut. “Semua mulut kita penuh dengan bakteri, jadi kamu bisa dengan mudah menginfeksi diri kamu,” ungkap Friedman.

Sebuah studi di jurnal American Family Physician menunjukkan, salah satu bentuk infeksi yang paling umum disebut paronychia ini dapat menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri, dan benjolan nanah.

Infeksi semacam itu bisa bertahan selama berminggu-minggu pada suatu waktu. Friedman juga mengatakan, menggigit kutikula dan kulit yang sempit yang melapisi bagian bawah kuku adalah penyebab paronychia yang paling umum.

2. Peradangan
Komposisi kimia air liur memungkinkan memecah lemak dan molekul makanan lainnya. Friedman mengatakan, selain bisa mengganggu pencernaan, hal itu juga dapat merusak dan melukai kulit ujung jari apabila secara terus menerus membuat mereka tersumbat di mulut.

Sementara untuk alasan yang sama, membasahi bibir juga bisa menyebabkan bibir menjadi pecah-pecah. Hal ini karena air liur sebenarnya mengotori kulit.

3. Penyakit
Menggigit jari-jari di mulut bisa menimbulkan bakteri yang dapat memberi semua mikroorganisme jahat pada jari, karena mereka memiliki akses ke mulut, dan mungkin saja akan menyebabkan hal lebih buruk.

“Tangan kita bersentuhan dengan segala jenis puing dan patogen, dan benda-benda cenderung terjebak di bawah kuku kita,” jelas Friedman. Berbagai penyakit pun mulai bermunculan mulai dari pilek yang biasa sampai ke virus perut yang serius.

4. Kuku tumbuh ke dalam
Kuku jari, kata Friedman, mengandung lapisan generatif yang disebut ‘matriks’, yang seperti tempat tidur di mana semua sel punca berkembang. Dalam hal ini, menggigit kuku bisa menyebabkan infeksi dan dapat merusak matriks itu, yang dapat menyebabkan kuku tumbuh ke dalam kuku atau kelainan kuku.

5. Kutil wajah
Timbulnya kutil bisa terjadi akibat dari menggigit kuku dan penularannya dapat masuk di bawah kuku. Apabila menyentuh wajah atau mulut dengan kuku yang terkontaminasi, kutil dapat muncul baik di wajah atau leher.

6. Herpes di tangan
Kondisi ini sebenarnya disebut ‘herpetic whitlow’. Sekira 40 persen orang dewasa dapat terinfeksi virus melalui jari dan mengakibatkan demam. Tapi biasanya gejala pertama terasa sakit seperti terbakar dan terasa geli di ujung jari yang terinfeksi.

Setelah satu atau dua minggu, Anda juga bisa mengalami luka yang mengandung cairan atau darah (bersamaan dengan rasa sakitnya) selama dua minggu lagi. ** Baca juga: Cegah Mulut Jadi Sarang Bakteri dengan Rutin Gosok Gigi Sebelum Tidur

7. Masalah gigi
Satu studi AJODO lainnya mengatakan, lubang yang menahan akar gigi bisa hancur akibat menggigit kuku, sehingga gigi menjadi bengkok. Menggigit kuku juga bisa menyebabkan patah tulang pada gigi dan bisa memicu penyakit gusi.

Jadi, hentikan kebiasaan menggigit kuku tangan, ya.(ilj/bbs)




Haruskah Makanan yang Sudah Dihinggapi Lalat Dibuang?

Kabar6-Saat makanan dihinggapi lalat, sebagian orang biasanya langsung membuangnya ke tempat sampah. Tentu saja, karena makanan yang sudah dihinggapi lalat membuat Anda kehilangan selera makan.

Ternyata, membuang makanan yang sudah dihinggapi lalat merupakan langkah tepat. Alasannya pun lebih dari sekadar karena lalat identik dengan segala hal yang kotor.

Rata-rata seekor lalat, melansir mirror.co.uk, membawa lebih dari 200 bakteria berbahaya. Ratusan bakteria bahaya ini dibawa lalat dari kebiasaan hinggap di tempat-tempat kotor seperti sampah, benda busuk, dan beragam kotoran lainnya. Ribuan bulu halus di keenam kaki lalat akan mentransfer bakteri-bakteri tersebut pada makanan yang dihinggapinya.

“Lalat hanya butuh waktu sedetik saja untuk hinggap, menempelkan kaki-kaki berbulu mereka, dan meninggalkan kuman berbahaya pada makanan yang akan Anda santap,” jelas Ron Harrison, seorang entimolog sekaligus pakar di sebuah perusahaan pestisida di Inggris.

Selain itu, lalat yang tidak bisa mengunyah makanan, memiliki cara tersendiri dalam menyantap makanan. Lalat mengeluarkan enzim pencernaannya ke permukaan makanan, untuk kemudian dimakan lagi.

Makanan yang sudah dihinggapi lalat, dikatakan Ron, berpotensi menjadi sumber berbagai penyakit berbahaya dan menular seperti kolera, desentri, dan lainnya. ** Baca juga: Waspada, Banyak Tidur di Akhir Pekan Bisa Bawa Dampak Buruk

Jadi, jangan ragu membuang makanan Anda setelah dihinggapi lalat, ya.(ilj/bbs)




Masih Banyak Orang Cuci Tangan dengan Cara yang Salah

Kabar6-Tangan jadi anggota tubuh yang paling mudah terpapar berbagai zat asing, tidak hanya patogen (bibit penyakit) tapi juga zat kimia. Selain itu, Anda juga sering menggunakan tangan untuk memegang makanan, mengambil peralatan makan, juga untuk menyentuh mata atau hidung.

Tangan jadi akses mudah bagi berbagai zat asing untuk masuk ke tubuh. Karena itulah, menerapkan kebiasaan cuci tangan menjadi hal penting. Sayangnya, masih banyak orang yang cuci tangan dengan cara yang salah. Melansir Hellosehat, ini sejumlah cara yang dimaksud:

1. Cuci tangan tidak dengan air yang mengalir
Selain tidak pakai sabun, banyak orang yang mencuci tangan dengan air yang tidak mengalir. Misalnya, memasukkan tangan ke wadah air seperti ember, gayung, kobokan atau mangkuk kecil.

Meskipun tangan sudah terkena air dan Anda sudah meremas jari-jari, cuci tangan dengan cara seperti ini tidak membuat tangan benar-benar bersih. Rendaman air dalam mangkuk telah tercampur dengan kotoran dari tangan Anda. Saat mengangkat tangan, bakteri yang menggenang akan menempel terbawa kembali pada tangan Anda.

2. Cuci tangan dengan air saja
Cuci tangan dengan air mengalir saja itu belum ampuh untuk menghilangkan bakteri yang menempel pada kulit. Air hanya membawa sebagian kuman atau bakteri, tidak benar-benar membunuh semua kotoran.

Terlebih apabila tangan Anda telah memegang atau terpapar dengan benda yang kotor, jumlah dan variasi kuman dan bakteri tentu akan lebih banyak.

3. Cuci tangan dengan sabun biasa
Selain menggunakan air yang mengalir, Anda perlu sabun untuk cuci tangan. Air hanya akan menyapu beberapa kuman saja tapi tidak membunuhnya. Anda bisa memilih sabun antiseptik untuk cuci tangan.

Sabun jenis ini memiliki kandungan khusus yang mampu membunuh kuman. Jadi, tangan Anda akan lebih bersih dan terbebas dari kotoran dan bibit penyakit. Hindari cuci tangan dengan sabun pembersih piring, apalagi jika Anda memiliki jenis kulit sensitif atau memiliki masalah pada kulit.

4. Hanya menggosok bagian telapak tangan saja
Cuci tangan tidak sekadar menggosok telapak tangan. Hal yang perlu diketahui, kuman suka sekali bersembunyi di tempat-tempat yang sulit dijangkau, tentunya pada sela jari dan kuku.

Jadi, pastikan untuk menggosok seluruh area tangan sampai berbusa. Menggosok sabun antiseptik hingga berbusa adalah kunci untuk menghilangkan kotoran, minyak, dan mikroba yang menempel pada kulit.

5. Cuci tangan sekadarnya/sebentar
Sebuah penelitian di Michigan State University menunjukkan, 95 persen orang tidak mencuci tangan mereka cukup lama. Mereka hanya menghabiskan waktu sekira enam detik untuk cuci tangan.

Akibatnya, tidak semua kuman mati terbunuh dan masih menempel di tangan. Mencuci tangan yang efektif membutuhkan waktu sekira 20 detik dengan gerakan menggosok sabun antiseptik dan membilaskannya dengan air mengalir. ** Baca juga: Ilmuwan Ungkap, Bahan Kimia Pembasmi Serangga Dapat Bertahan di Rumah Selama Setahun

Mulai sekarang jangan asal cuci tangan, ya.(ilj/bbs)




Bahaya Pelihara Kuku Panjang Bagi Kesehatan

Kabar6-Tidak sedikit orang, terutama kaum wanita, yang sengaja memelihara kuku jari tangan untuk menunjang kecantikan. Biasanya, kuku akan diberi kuteks aneka warna agar tampilannya semakin menarik.

Memiliki kuku panjang memang bisa membuatnya terlihat cantik. Namun apabila tidak dirawat, ada bahaya kuku panjang bagi kesehatan.

Penelitian yang dilakukan Infectious Disease Society of America, melansir Grid, menemukan fakta panjang kuku yang lebih dari tiga milimeter di luar ujung jari membawa bakteri dan ragi berbahaya. Penelitian ini juga menemukan, banyak orang tidak mencuci tangan dengan cukup baik untuk menyingkirkan semua kuman di bawah kuku mereka.

Penulis penelitian bernama Dr. Carol A. Kauffman mengatakan, waktu mencuci tangan sebaiknya sekira 15 detik, termasuk membersihkan area di bawah kuku.

Hal ini karena, tangan bersentuhan dengan ratusan benda setiap hari, dan kita sering menggunakannya untuk kegiatan lain seperti memasak serta makan. Berikut beberapa alasan mengapa ada bahaya kuku panjang untuk kesehatan:

1. Berpotensi melukai diri sendiri ketika kuku tersangkut di ritsleting hingga jendela

2. Sering menggunakan kuku palsu rentan terhadap infeksi apabila dipakai terlalu lama

3. Memungkinkan bakteri dan infeksi lain memasuki tubuh saat makan menggunakan tangan yang berkuku panjang. Ya, kuku merupakan tempat sempurna bagi kuman dan kotoran untuk tinggal.
4. Kuku panjang bisa membuat kulit terluka ketika menggaruk

Lantas, bagaimana apabila Anda tetap ingin memanjangkan kuku? Hal yang harus dilakukan adalah jangan menggunakan kuku untuk membuka benda yang bisa mengikis bagian kuku, sehingga membuat kuku jadi lebih tajam dan berbahaya. Kemudian, pastikan mengenakan sarung tangan saat memasak, kemudian mencuci tangan untuk mencegah kuman berkumpul di bawah kuku.

Hindari juga menggigit kuku, karena kebiasaan buruk ini memungkinkan kuman masuk ke tubuh. Bersihkan kutikula kuku dengan sering, serta gunakan sanitiser secara teratur. ** Baca juga: Ketahui Efek Buruk Sering Tidur Larut Malam

Konsumsi makanan bergizi yang mencakup kalsium, protein dan vitamin, agar kuku tetap sehat, dan perbanyak minum air putih agar kuku tetap terhidrasi.(ilj/bbs)




Kenali Botol Plastik yang Anda Gunakan Agar Terhindar dari Bahaya Kesehatan

Kabar6-Botol plastik hingga kini masih menjadi salah satu wadah paling umum yang biasa digunakan setiap hari. Hal yang kurang disadari, Anda seringkali menuangkan air minum ke botol berulangkali.

Bukan tanpa sebab, terdapat sejumlah botol yang sebaiknya jangan digunakan berulang-ulang. Melansir brightside, begini cara mengenali botol plastik:

1. Apakah jenis plastik mengandung bahan kimia berbahaya?
Botol plastik bisa memancarkan bahan kimia berbahaya. Anda perlu memperhatikan tanda-tanda khusus, segitiga nomor dalam botol plastik dapat menunjukkan jenis plastik yang digunakan.

a. Botol berlabel 1 (PET atau PETE) hanya aman untuk penggunaan tunggal. Saat terkena oksigen atau suhu tinggi, termasuk panas matahari, botol semacam itu akan mengeluarkan zat beracun yang masuk ke air.

b. Hindari botol berlabel 3 atau 7 (PVC dan PC) saat memancarkan bahan kimia beracun, dapat menembus makanan dan minuman kamu, dan paparan yang lama bahkan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang parah.

c. Botol yang terbuat dari polietilen (2 dan 4) dan polipropilena (5 dan PP) cocok untuk penggunaan ganda. Mereka relatif aman jika kamu hanya menyimpan air dingin di dalamnya.

2. Botol plastik, media yang kaya akan pertumbuhan bakteri
Jumlah bakteri dalam botol tersebut seringkali melebihi batas keamanan. Di mana menciptakan kondisi pertumbuhan yang sempurna sendiri dengan mengambil botol lewat tangan kotor, tidak membilasnya cukup bersih dan menjaga air hangat di dalamnya.

Lalu, apa saja yang harus dilakukan? Cuci botol secara teratur dengan air sabun hangat, cuka atau obat kumur anti bakteri. ** Baca juga: Ketahui Perbedaan Penggunaan Kompres Air Es dan Air Hangat

3. Perhatikan leher botol
Bahkan dengan mencuci botol secara menyeluruh, Anda mungkin masih mengalami keracunan makanan atau bisa jadi hepatitis A. Penelitian menunjukkan jika kebanyakan bakteri hidup di leher botol yang tidak bisa tercuci dengan cukup baik.

Topi putar dan tutup geser penuh kuman secara tidak langsung dapat Anda telan bersama air. Untuk mengatasinya, gunakan sedotan agar aman.(ilj/bbs)