1

990 KPPS Berpenyakit Resiko Tinggi, KPU Tangsel: Ya Enggak Masalah

Kabar6-Sedikitnya 550 orang Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) punya riwayat penyakit kolesterol akut. Bahkan ada catatan penyakit lainnya seperti hipertensi dan diabetes yang tergolong beresiko tinggi.

“Oh enggak masalah,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum Kota Tangsel, M Taufik Mizan usai acara ‘Doa Bersama Pemilu Damai’ di kantornya, Senin (12/2/2024).

Ia mengklaim, KPU punya angka standar ambang batas kolestrol yang tidak boleh diderita panitia penyelenggara pemilu. Jika saat seleksi tes kesehatan memenuhi persyaratan maka lolos masuk sebagai KPPS.

Taufik bilang, rekam medis punya dinas kesehatan Kota Tangsel. Organisasi perangkat daerah tersebut juga sudah menyiapkan mitigasi bagi KPPS yang terdeteksi punya riwayat penyakit beresiko tinggi.

**Baca Juga: BKPM Catat Realisasi Investasi di Lebak Rp1,661 Triliun, Sebagian Besar Modal Domestik

“Tadi disebutkan oleh dinkes itu maka akan melakukan dalam tanda kutip mitigasi dan sebagainya. Dan kita data-data itu nanti kita juga minta ke dinkes kami juga mewaspadai itu,” ujarnya.

Ia pastikan tidak ada KPPS pengganti bagi individu yang terdeteksi punya riwayat penyakit beresiko tinggi. Berbeda bila yang bersangkutan meninggal dunia atau terbukti melanggar norma integritas.

“Karena pelantikan kapan dan materi bimtek penggantinya belum tentu mengerti tata laksana pemungutan suara,” jelas Taufik.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangsel, Allin Hendalin Mahdaniar mengungkapkan, dari 11 ribuan KPPS yang diperiksa kesehatannya lima persen mengidap hiper kolesterol. Tiga persen punya riwayat hipertensi, dan satu persen berpenyakit diabetes.

“Sampai saat ini pun sudah kita mapping dimana orang-orang yang beresiko tinggi ini ditempatkan TPS-nya,” ungkap Allin.(yud)




Penelitian Dosen Spesialis Medikal : Rebusan Daun Salam Efektif Menurunkan Tekanan Darah Hipertensi

Kabar6- Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang prosentasenya terbesar di Dunia. Penyakit ini setiap tahun mengalami tingkat penambahan penderita yang sangat signifikan. Bahkan di Indonesia data dari Kemenkes kasus Hipertensi masuk dalam peringkat 5 besar penyakit terbanyak di Dunia. Populasi penyakit Hipertensi sendiri setiap tahun terus meningkat bahkan mengalami prevalensi mencapai 34, 11%.

Di negara Indonesia penyakit Hipertensi menduduki peringkat pertama kasus penyakit terbanyak. Sedangkan pada peringkat rawat jalan di Rumah Sakit, penyakit Hipertensi menduduki peringkat kedua dari 10 penyakit terbanyak yang berkunjung ke fasilitas kesehatan.
Penyakit Hipertensi dikenal dengan julukan “The Sillent Killer” yang artinya adalah penyakit pembunuh diam – diam. Penderita penyakit Hipertensi mayoritas tidak menyadari bahwa mereka mengidap hipertensi, karena penyakit ini kebanyakan penderita Hipertensi tidak merasakan gejala apa – apa. Dari prosentasi hanya sebesar 3% yang menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit Hipertensi. Penderita Hipertensi baru menyadari mengidap Hipertensi setelah mereka melakukan pemeriksaan tekanan darah secara langsung di fasilitas kesehatan.

Sedangkan sisanya penderita Hipertensi baru menyadari mereka mengidap hipertensi apabila sudah memasuki tahap komplikasi hipertensi seperti : Penyakit Jantung, penyakit Stroke, Gangguan penglihatan, perubahan kognitif dan Penyakit Ginjal. Lebih parahnya lagi pada kasus dipedesaan banyak kasus hipertensi dimana penderita hipertensi meninggal mendadak dirumah dikarenakan terpeleset dikamar mandi.

Penyebab kematian mendadak terjadi dikarenakan penderita Hipertensi mengalami tekanan darah yang sangat tinggi diatas 200 mmHg yang tidak dirasakan, sehingga ketika terpeleset dikamar mandi maka pembuluh darah pasien mengalami pecah. Sehingga resiko yang paling ringan adalah terjadi Stroke, sedangkan resiko terbesar adalah kematian mendadak.

Sementara, untuk penatalaksanaan pengobatan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis merupakan terapi yang menggunakan obat – obatan medis, sedangkan penatalaksanaan non farmakologis adalah terapi tambahan selain hanya mengkonsumsi obat – obatan medis.

Seorang pasien apabila sudah didiagnosa penyakit Hipertensi maka diwajibkan untuk mengkonsumi obat seumur hidup, hal ini bertujuan supaya tekanan darah pasien bisa terkontrol sehingga meminimalisasi komplikasi penyakit Hipertensi yang lebih serius.
Dari Penelitian yang sudah dilakukan Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji asal kota Solo Indonesia yang juga sekaligus mahasiswa S3 PhD Doctoral Of Philosophy Lincoln College University Malaysia menyebutkan bahwa mayoritas penderita hipertensi mengalami kekambuhan Hipertensi yang signifikan dikarenakan kurang tertibnya penderita Hipertensi dalam mengkonsumsi obat secara teratur. Maka hal ini akan menyebabkan tekanan darah pasien mengalami lonjakan secara signifikan serta tidak terkontrol.

Dalam rangka untuk menekan laju pertumbuhan tingkat kekambuhan penderita Hipertensi, maka Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji melakukan Penelitian yang berjudul “Pengaruh Rebusan Daun Salam terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi”. Penelitian tersebut dilakukan pada masyarakat Jumapolo Karanganyar Indonesia, dimana hasil dari penelitian tersebut bahwa Rebusan Daun Salam efektif menurunkan tekanan darah pada penderita Hipertensi dimasyarakat Jumapolo Karanganyar Indonesia.

Hasil dari penelitian dari Prima Trisna Aji tersebut berhasil menurunkan tekanan darah penderita Hipertensi sebesar 23 – 30 mmHg. Semakin penderita Hipertensi disiplin dan tertib dalam mengkonsumsi dosis daun salam secara teratur maka tingkat penurunan tekanan darah akan semakin optimal.

**Baca Juga: Wanita Tahanan Titipan Lapas Klas IIA Tangerang Kabur Disebut Tidak Bergaul

Cara pembuatan rebusan daun salam untuk penderita Hipertensi sendiri yaitu dengan cara merebus 15 lembar Daun salam kemudian dimasukkan ke dalam air sebanyak 750 cc kemudian direbus selama 15 menit. Kemudian untuk rebusan air daun salam disaring diminum sebanyak 2x dalam sehari dengan dosis 200 cc sewaktu pagi hari sebelum makan dan sore hari sebelum makan selama 7 hari berturut – turut.

Dari hasil penelitian selain berhasil menurunkan tekanan darah penderita Hipertensi, rebusan daun salam juga efektif dalam meningkatkan kekebalan tubuh dimasa pandemi Covid-19, mencegah batu ginjal, menjaga kadar gula darah, menurunkan koelsterol, mencegah serangan jantung, mempercepat proses penyembuhan luka dan mencegah osteoporosis. Meskipun bermanfaat bagi kesehatan, tetapi konsumsi yang berlebihan rebusan daun salam tidak baik bagi kesehatan karena bisa menyebabkan gangguan pencernaan dan radang akut.

Alasan Dosen Spesialis Medikal Bedah Prima Trisna Aji melakukan penelitian Daun Salam, dikarenakan diwilayah Pedesaan terutama di kota Karanganyar Jawa Tengah Indonesia hampir mayoritas setiap rumah memiliki tanaman daun salam sehingga masyarakat tidak kesulitan untuk mendapatkan bahan tersebut. Selain mudah didapat, terapi rebusan daun salam juga murah meriah serta mudah untuk pengolahannya.

“Harapan ke depan saya berharap dengan penelitian rebusan daun salam ini bisa membuat masyarakat Indonesia bisa menekan tingkat kekambuhan penyakit Hipertensi, sehingga komplikasi penyakit Hipertensi seperti kematian mendadak bisa dicegah. Tetapi yang harus diingat, untuk pengobatan medis serta kontrol rutin tekanan darah juga harus berjalan beriringan hal ini bertujuan supaya tekanan darah pada penderita Hipertensi bisa dimonitor secara teratur”, Kata Prima Trisna Aji.

“Selain itu penelitian jurnal Rebusan Daun Salam juga sudah resmi di publish di jurnal Kesehatan Harapan bangsa serta sudah dilakukan sosialisasi kepada Kader di kota Karanganyar dan dimasyarakat Jumapolo Karanganyar. Sehingga harapan ke depan penelitian ini bisa meningkatkan pengetahuan bagi mahasiswa kesehatan kedepan dalam melakukan penelitian yang serupa, kemudian meningkatkan pengetahuan penderita Hipertensi tentang pengobatan non medis dan menekan laju kekambuhan hipertensi di Indonesia”, Ucap Prima Trisna Aji. (Red)

Penulis : Prima Trisna Aji
Dosen Spesialis Medikal Bedah
S3 PhD Lincoln College University Malaysia




Ini Alasan Makan di Rumah Lebih Sehat Ketimbang di Luar

Kabar6-Banyak orang yang dengan alasan praktis, lebih memilih makan di luar rumah seperti di restoran, warung makan, dan sejenisnya, ketimbang harus repot memasak di rumah. Terlebih Anda bisa memilih menu favorit sesuka hati.

Memang, memasak di rumah membuat Anda sedikit repot, mulai dari belanja ke pasar atau supermarket, hingga membersihkan peralatan dapur. Namun di satu sisi, kebersihan dan kualitas makanan yang dimasak sendiri tentu lebih terjamin.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Hypertension, melansir realsimple, menemukan bahwa kecenderungan makan di luar terkait erat dengan prehipertensi, suatu kondisi yang ditandai dengan kenaikan tekanan darah, dan mengarah kepada hipertensi. Penelitian ini dilakukan pada sebanyak 501 mahasiswa salah satu universitas di Singapura.

Setelah meneliti tekanan darah, IMT (Indeks Massa Tubuh), dan gaya hidup para partisipan, para peneliti menemukan bahwa 27 persen dari partisipan mengalami prehipertensi, dan 38 persen dari partisipan biasa makan di luar sekitar 12 kali dalam seminggu. Hal lain, mereka yang mengalami prehipertensi juga memiliki ciri-ciri nilai IMT yang lebih tinggi, terbiasa merokok, dan kurang aktivitas fisik.

Peneliti juga menemukan fakta lain, hanya makan di luar satu kali dalam seminggu dapat meningkatkan risiko terserang prehipertensi sebanyak enam persen. ** Baca juga: Berjalan Mundur Jadi Cara Unik untuk Bantu Tingkatkan Kesehatan

Makan di luar rumah sesekali memang diperbolehkan. Namun yang terpenting, mari ubah kebiasaan makan di luar dengan makan sehat di rumah. Tidak perlu ribet, cukup makanan sederhana namun mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh.(ilj/bbs)




Dibanding Pria, Wanita Lebih Sulit Berhenti Merokok

Kabar6-Tidak hanya pria, zaman sekarang sudah banyak wanita yang juga merokok, bahkan tidak sungkan melakukannya di tempat-tempat keramaian. Dan bagi sebagian orang, merokok merupakan kebiasaan yang sulit dihentikan.

Menurut penelitian, perokok wanita lebih sulit untuk meninggalkan kebiasaan ini. Apa sebabnya? Melansir Kompas, hal ini terkait dengan tingginya akan kecemasan dan depresi pada kelompok wanita, sehingga merokok dianggap sebagai salah satu cara untuk rileks saat stres. Temuan studi lainnya menyebutkan, otak wanita memiliki respon berbeda terhadap nikotin.

Karena itulah, terapi pengganti nikotin pada program berhenti merokok tidak selalu sukses pada perokok wanita. Takut berat badan bertambah juga jadi alasan kebanyakan wanita untuk menghentikan kebiasaan buruknya ini.

Menurut Dr.Beth Abramson yang meneliti tentang perokok wanita, depresi dan gangguan mood pada wanita perokok harus segera diatasi, terlebih pada mereka yang berisiko tinggi menderita stroke dan serangan jantung.

“Kebiasaan merokok merupakan faktor risiko penyakit jantung yang paling bisa diubah,” jelas Abramson. ** Baca juga: Bagaimana Cara Terbaik Simpan Roti Agar Lebih Awet?

Faktor risiko penyakit jantung lainnya adalah hipertensi, kegemukan, kolesterol jahat tinggi, hingga penyakit diabetes. Merokok juga menjadi faktor risiko kematian yang paling bisa dikendalikan.

Sementara itu, alasan wanita berhenti merokok juga berbeda dengan pria. Mayoritas wanita berhenti merokok saat hamil dan menyusui. Namun, seringkali kebiasaan ini dilanjutkan kembali setelah anak telah lahir.(ilj/bbs)




Kurangi Pemakaian Garam dengan Cara Efektif

Kabar6-Seringkali kita mendengar ungkapan ‘seperti sayur tanpa garam’. Hal ini menunjukkan bahwa garam memang tidak pernah lepas dari kegiatan masak sehari-hari. Ya, masakan kurang lengkap rasanya bila belum ditambah garam.

Namun di sisi lain, mengonsumsi terlalu banyak garam yang ditambahkan ke makanan sehari-hari tentu saja kurang disarankan karena tidak baik untuk kesehatan. Diketahui, garam sebagai salah satunya penyebab hipertensi atau tekanan darah tinggi, yang merupakan faktor risiko terbesar terjadinya serangan jantung dan stroke.

Karena itulah Anda sebaiknya melakukan diet atau membatasi asupan garam dalam keseharian. Melansir beberapa sumber, berikut beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk membatasi asupan garam:

1. Hindari camilan asin
Tanpa disadari, camilan menyumbang asupan garam terbanyak. Hindari camilan seperti keripik kentang, kacang dalam kemasan, keripik singkong, dan kraker. Camilan-camilan tersebut umumnya mengandung garam yang sangat tinggi.

2. Hindari makanan cepat saji
Makanan cepat saji memang memiliki rasa yang enak dan praktis. Tetapi makanan ini merupakan makanan yang dapat menyebabkan hipertensi, karena kandungan garamnya yang tinggi.

3. Jangan tambahkan garam pada makanan
Saat sedang makan dan merasa makanan hambar, sebaiknya Anda tidak menambahkan garam pada makanan, karena hanya akan menjadi sebuah kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan Anda. Lebih baik tambahkan sedikit merica atau perasan jeruk lemon untuk membuat makanan menjadi lebih lezat.

4. Biasakan membaca label makanan
Bukan hanya makanan dengan klaim non fat yang perlu dipilih. Anda sebaiknya juga membaca label makanan dan memperhatikan kandungan natrium atau sodium dalam makanan tersebut. Cerdas saat memilih makanan menjadi kunci sukses untuk menghindari hipertensi.

5. Kurangi takaran garam saat memasak
Bila Anda gemar memasak makanan di rumah, sebaiknya mulai mengurangi takaran garam yang biasa digunakan. Perbanyaklah rempah-rempah untuk lebih menambah cita rasa masakan, sehingga makanan Anda tetap enak meski dengan sedikit garam. ** Baca juga: Hindari Sering Konsumsi Makanan Kaleng

Mulailah menjalankan pola hidup sehat.(ilj/bbs)




Benarkah Pizza Beku Bisa Picu Hipertensi?

Kabar6-Pizza menjadi salah satu makanan yang banyak dipilih karena rasanya yang lezat. Namun di satu sisi, ada yang menyebut bahwa pizza beku ini bisa memicu hipertensi atau tekanan darah tinggi. Benarkah anggapan?

Sebenarnya, melansir doktersehat, pizza termasuk dalam makanan cepat saji yang memang tidak baik untuk dikonsumsi terlalu sering karena bisa menyebabkan efek buruk bagi berat badan dan kesehatan organ kardiovaskular. Sementara itu, khusus untuk pizza beku, makanan ini memang bisa memicu datangnya penyakit seperti hipertensi. Hal ini karena hampir semua makanan beku cenderung tinggi kandungan garam dan gula. Padahal, sudah menjadi rahasia umum jika konsumsi garam berlebihan bisa menyebabkan hipertensi.

Disebutkan, semua jenis pizza tidak sehat bagi tubuh karena kandungan sodiumnya cenderung sangat tinggi. Ditambah dengan adanya kandungan keju, daging olahan, dan saus tomat, maka kadar sodium di dalam pizza pun semakin banyak sehingga bisa menyebabkan kenaikan tekanan darah dengan signifikan. ** Baca juga: Alarm yang Tunjukkan Anda Kurang Tidur ‘Parah’

Khusus untuk pizza beku, kita bisa mengonsumsi sodium sebanyak 982 miligram. Bahkan, jika ada tambahan topping atau bahan-bahan lainnya, bisa jadi kandungan sodiumnya jauh lebih tinggi. Karena alasan inilah sebaiknya kita tidak terlalu sering mengonsumsi pizza demi menjaga kesehatan.(ilj/bbs)




Hindari Hipertensi dengan Cara Ini

Kabar6.com

Kabar6-Ada beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai langkah pencegahan hipertensi menurut dr. Dasaad Mulijono, MBBS(Hons), FIHA, FIMSANZ, FRACGP, FRACP, PhD, saat menggelar seminar kesehatan Cegah dan Kontrol Hipertensi di auditorium lantai 9 Bethsaida Hospitals Gading Serpong Tangerang.

Hindari faktor risiko yang dapat dikontrol, seperti mengurangi asupan garam, hindari kegemukan, jangan merokok, tidak meminum alcohol dan hindari stress.

“Rajin berolahraga serta melakukan gaya hidup sehat merupakan langkah tepat untuk menghindari hipertensi,” terang dr Dasaad Mulijono, Minggu (3/3/2019).

**Baca juga: Demo Trend Cookies di Bintaro, Chef Sriboga Hipnotis Ratusan Peserta.

Serta periksakan tekanan darah secara rutin dengan cara melakukan konsultasi dengan dokter dan minum obat teratur sesuai dengan yang diresepkan. (fit)




Hipertensi Dapat Sebabkan Stroke

Kabar6.com

Kabar6-Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah pengingkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang.

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke).

“Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat,” kata dr. Dasaad Mulijono, MBBS(Hons), FIHA, FIMSANZ, FRACGP, FRACP, PhD, saat menggelar seminar kesehatan Cegah dan Kontrol Hipertensi di auditorium lantai 9 Bethsaida Hospitals Gading Serpong Tangerang, Minggu (3/3/2019).

Berdasarkan data Riskesdas 2013 angka prevalensi hipertensi sebesar 25,8 persen. Harapannya adalah dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi, penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi gaya hidup ataupun obat-obatan.

**Baca juga: Gunakan Tepung Terigu Ninja, Sriboga gelar Baking Demo Ramadhan Vaganza di Bintaro.

“Sehingga komplikasi yang terjadi dapat dihindarkan karena tujuan utama pengobatan hipertensi bukan semata–mata menurunkan tekanan darah, namun mencegah kerusakan organ yang utama (otak,jantung, ginjal),” terang dr Dasaad Mulijono. (fit)




5 Jenis Makanan ‘Kurang Garam’ yang Bantu Hindari Hipertensi

Kabar6-Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi yang terjadi ketika sejumlah darah dipompakan oleh jantung melebihi kemampuan yang dapat ditampung dinding arteri. Ketika jumlah darah tinggi, komplikasi dapat terjadi tergantung pada hubungan antara jumlah darah dan kapasitas arteri. Semakin banyak darah yang mengalir dan semakin sempit dinding arteri, tekanan darah akan semakin tinggi.

Tekanan darah tinggi bisa meningkatkan risiko penyakit jantung atau serangan stroke. Selain rajin berolahraga, mengubah pola makan adalah cara paling ampuh untuk melawan hipertensi. Melansir womantalk ini lima jenis makanan rendah garam yang bantu hindari hipertensi:

1. Bayam
Bayam kaya potasium yang bisa melawan efek sodium dan meredakan tekanan di pembuluh darah. Umumnya, orang dewasa butuh asupan potasium sebanyak 4.700 miligram per hari. Dalam 100 gram bayam mentah saja mengandung 558 mg potasium.

2. Pisang
Pisang mengandung 487mg potasium. Sebuah penelitian pada 2015 lalu menunjukkan, orang dengan hipertensi yang makan dua buah pisang per hari selama 20 hari, maka tekanan darahnya menurun secara signifikan.

3. Produk susu
Namun hati-hati karena beberapa jenis keju memiliki kandungan sodium yang tinggi dan lemak tak jenuh, yang bisa mengalahkan keuntungannya.

4. Minyak zaitun
Olive oil kaya polyphenols yang bisa menurunkan tekanan darah bagi orang hipertensi. ** Baca juga: Benarkah Sebaiknya Hindari Makan Usai Olahraga?

5. Cokelat hitam
Ada penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi ringan (1-2 batang per minggu) cokelat hitam bisa menurunkan tekanan darah. Pilih cokelat hitam dibanding susu dan pilih yang diproses secara minimal agar tidak banyak gula atau garam.

Selamat mencoba.(ilj/bbs)




Malas Berolahraga Lebih Berbahaya Ketimbang Merokok?

Kabar6-Sudah menjadi rahasia umum bahwa merokok tidak baik untuk kesehatan karena dapat menyebabkan antara lain penuaan dini, kanker paru-paru, jantung hingga risiko kematian yang tinggi.

Nah tahukah Anda, malas berolahraga ternyata menyimpan bahaya kesehatan yang lebih tinggi ketimbang merokok? Melansir Vemale, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA Network Open menemukan korelasi jelas antara kehidupan lebih sehat dan frekuensi olahraga. Peneliti dari Cleveland Clinic melakukan analisis terhadap 122.007 pasien dari 1991 hingga 2014.

Partisipan diminta olahraga lari treadmill dan diukur angka harapan hidupnya. Hasilnya, mereka yang kurang olahraga memiliki angka harapan hidup lebih rendah atau pendek. Sebaliknya, mereka yang rutin berolahraga memiliki angka harapan hidup lebih tinggi alias lebih panjang umur. Dr Wael Jaber, penulis penelitian mengatakan bahwa tidak olahraga di atas treadmill lebih parah efeknya terhadap kesehatan dibandingkan hipertensi, mengalami diabetes atau bahkan menjadi perokok. ** Baca juga: Sering Kuncir Rambut Tidak Baik untuk Kesehatan

Namun tentu saja penemuan ini bukan berarti menyatakan bahwa merokok lebih baik daripada tidak olahraga. Baik merokok maupun tidak olahraga sama buruknya, namun dalam taraf yang berbeda.(ilj/bbs)