1

Kasus DBD di Tangsel Meningkat, Kenali Gejalanya

Kabar6.com

Kabar6-Masyarakat di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) diimbau tingkatkan kewaspadaan terhadap kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Termasuk mengenali gejalanya karena trend kasus tahun ini meningkat.

“Gejala DBD antara lain hari 1-3 fase demam mendadak tinggi disertai berbagai gejala yang muncul,” kata Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Tangsel, Ady Purnawan kepada kabar6.com, Rabu (28/9/2022).

Ia jelaskan, pada hari 4-5 merupakan fase kritis demam turun. Dua hari selanjutnya fase penyembuhan demam kembali tinggi sebagai reaksi dari kesembuhan. Apabila mengalami gejala tersebut segera periksakan segera ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.

“Jikalau mengalami gejala syok yang di tandai dengan kaki, tangan dingin kulit lembab dan tampak gelisah agar segera bawa ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan,” jelas Ady.

**Baca juga:Pamulang Terbanyak, Januari hingga September 2022 DBD di Tangsel 577 Kasus

Oleh karena itu, lanjutnya, Pemerintah Kota Tangsel mengajak seluruh masyarakat untuk antisipasi atau mengendalikan DBD dengan melakukan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) lewat 3 M plus. Di antaranya menguras, mengubur, mendaur ulang, menghindari gigitan nyamuk dan partisipasi masyarakat dalam Gerakan 1 rumah 1 jumantik (G1R1J)

“DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes albopictus atau infeksi virus akut yang disebabkan virus dengue,” ujar Ady.(yud)




Dinkes Tangsel Klaim Omicron Lebih Ringan, Kenali Gejala dan Uji Medisnya

Kabar6.com

Kabar6-Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengklaim virus Covid-19 varian Omicron lebih enteng ketimbang Delta. Tercatat per Jum’at, 28 Januari 2022, pukul 17.00 WIB total terkonfirmasi positif 34.330 kasus atau bertambah 662 orang.

“Omicron ini lebih ringan yang gejalanya dibanding Delta,” ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Adhy Purnawan kepada kabar6.com di Serpong dikutip Sabtu, (29/1/2022).

Ia mengungkapkan ciri-ciri gejala orang yang terpapar virus Omicron yakni, batuk dan pilek. Namun hal yang perlu diwaspadai sesak nafas.

Adhy bilang, virus Omicron dapat berbahaya bila menyerang orang lanjut usia ataupun yang punya penyakit bawaan atau komorbid.

“Jantung, ginjal atau penyakit penyerta bawaan. Itu yang harus diwaspadai,” ungkapnya.

Menurutnya, untuk uji klinis Omicron membutuhkan waktu panjang dari awal terkonfirmasi positif Covid-19. Mulai dari pemeriksaan metode S Gene Target Failure (SGTF) dilanjutkan pengecekan ke Whole Genome Sequencing (WGS).

**Baca juga: Selain Kebijakan, Pemulihan Ekonomi di Tangsel Bergantung Pada Tingkat Belanja

**Cek Youtube: Pedes! Bahas Rencana Pemekaran Tangerang Utara

Pertama yang diperiksa, lanjut Adhy, adalah pelaku perjalanan luar negeri, serta kasus terkonfirmasi positif dengan CT kurang dari 28.

“Sekarang yang positif Omicron masih proses verivikasi, karena ketika kami dapat temuan harus hasilnya valid,” ujar Adhy.(yud)




Dinkes Tangsel Sebut Gejala Terjangkit Virus Omicron

Kabar6.com
Kabar6-Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Allin Hendalin Mahdaniar menyebutkan, virus Covid-19 varian Omicron cepat menular. Angka kasus setiap harinya terus meningkat, per Jum’at, 21 Januari 2022, pukul 17.00 WIB bertambah 123 kasus.
“Jadi memang si virus ini bereplikasi di saluran nafas atas jadi bukan di paru-paru,” ungkapnya dikutip Sabtu (21/1/2022).
Allin jelaskan, gejala itu diketahui lewat penelitian ilmiah. Kemungkinan gejalanya itu demam hanya 32 persen.**Baca Juga: Per Jum’at 22 Januari 2022 Omicron di Tangsel Naik 123 Kasus
“Sisanya batuk dan meler. Sudah seperti pilek biasa kan,” jelasnya. Bagi warga yang sudah mendapatkan vaksin bila terserang virus Omicron bakal mengurangi gejala.
Bahkan sekarang ini omicron sudah mengalami mutasi gen. Mutasinya ternyata mutasi lemah.
“Siapapun orang bisa terkena. Bahkan yang kemarin tes Omicron sudah 2 kali vaksin,” ujar Allin.
Menurutnya, angka vaksinasi di Kota Tangsel sudah bagus karena melewati 70 persen. “Intinya yang dikejar jangan ada yang meninggal aja,” ujarnya.(yud)



Pasien yang Diisolasi di RSUD Lebak karena Gejala Mirip Corona Sudah Dipulangkan

Kabar6.com

Kabar6-Satu orang pasien laki-laki berusia 22 tahun yang sempat diisolasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Adjidarmo Rangkasbitung sudah dipulangkan. Pasien diisolasi karena mengalami batuk, flu, demam dan sesak.

“Hari Sabtu kemarin sudah dipulangkan,” kata Kabid Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Lebak dr Firman Rahmatullah saat dihubungi Kabar6.com, Senin (16/3/2020).

Pasien tersebut masuk RSUD Adjidarmo pada Rabu (11/3/2020) lalu setelah dirujuk oleh pihak puskesmas. Batuk, flu dan demam yang dialami pasien tersebut sudah dialami sejak berada di Jakarta.

Firman mengatakan, meski sudah pulang, pihaknya tetap melakukan pemantauan terhadap pasien.

“Walaupun yakin sudah aman, tetapi tetap kami observasi sampai dengan 14 hari bila masih ada di Kabupaten Lebak,” terang Firman.

Dari hasil pemeriksaan saat di rumah sakit, meski memiliki gejala yang mirip dengan Corona, namun hasil lab terhadap pasien tidak menunjukkan ke arah suspect Covid-19.

Begitu juga kekhawatiran terhadap pasien melakukan kontak langsung dengan orang terinfeksi maupun dari negara terinfeksi.

**Baca juga: Program Sembako di Lebak Dipansuskan, DPRD: Kita Bongkar Semua!.

“Selama tinggal di Jakarta pasien ini tidak pernah berpergian ke luar negeri yang menjadi negara terinfeksi maupun kontak dengan warga negara asing. Yang bersangkutan juga punya bos, tetapi bos nya tidak habis bepergian ke luar negeri,” ungkap Firman.(Nda)




Ini Hasil Pemeriksaan Pasien dengan Gejala Mirip Corona di RSUD Lebak

kabar6.com

Kabar6-Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Adjidarmo Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap pasien yang mengalami gejala batuk, flu, demam, sesak dan lemas. Pasien berada di ruang isolasi.

Sebelum dirujuk ke RSUD dr Adjidarmo, pasien ditangani terlebih dahulu oleh petugas puskesmas.

“Vital sign semuanya, tekanan darah 110/70 bagus. Tetapi suhu badan memang demam, pengukuran di puskesmas 39 derajat celcius dan pernapasan agak cepat,” kata Kabid Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Lebak dr Firman Rahmatullah, Kamis (12/3/2020).

Namun, karena puskesmas keterbatasan dalam segi pemeriksaan dan untuk menunjang diagnosa kebenaran, pihak puskesmas merujuk pasien ke RSUD untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap dan rontgen.

“Kemudian kemarin malam dilakukan pengambilan darah pasien dan rontgen. Bisa kami sampaikan bahwa hasil pemeriksaan tidak mengindikasi dan tidak ada ke arah yang selama ini dikhawatirkan masyarakat,” ungkap Firman.

“Hasil lab nya normal dan hasil foto rongten thorax juga normal. Sampai saat kami rapat dengan RSUD pukul 09.00 WIB, bisa saya nyatakan pasien tidak termasuk dalam kriteria Corona,” jelasnya.

**Baca juga: Pasien Diisolasi RSUD Adjidarmo Warga Lebak yang Bekerja di Jakarta.

Tidak mengarahnya pasien ke dalam kategori ke arah suspect Corona sambung Firman, juga ditunjang dengan kriteria lain.

“Pasien tidak pernah berpergian ke luar negeri yang menjadi negara terinfeksi maupun kontak dengan warga negara asing. Pasien punya bos, tetapi bos nya tidak habis bepergian ke luar negeri. Jadi, dari kriteria yang ada dalam kecurigaan ke arah virus Corona, pasien ini tidak memenuhi kriteria tersebut,” paparnya.(Nda)




Pasien Gejala Mirip Corona di RSUD Lebak Belum pernah ke Luar Negeri

Kabar6.com

Kabar6-Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Lebak menempatkan satu orang pasien berusia 22 tahun di ruang isolasi karena mengalami demam, batuk, flu dan sesak nafas.

Langkah tersebut dilakukan untuk memudahkan tim medis dalam melakukan penanganan dikarenakan pasien mengalami gejala yang mirip dengan infeksi virus Corona.

Kepada wartawan, Kabid Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Lebak dr Firman Rahmatullah, menyampaikan, pasien tidak pernah berpergian ke luar negeri maupun berinteraksi dengan warga negara asing (WNA).

“Selama tinggal di Jakarta pasien ini tidak pernah berpergian ke luar negeri yang menjadi negara terinfeksi maupun kontak dengan warga negara asing,” kata Firman, di Rangkasbitung, Kamis (12/3/2020).

“Yang bersangkutan juga punya bos, tetapi bos nya tidak habis bepergian ke luar negeri,” sambung Firman.

Firman juga menepis rumor yang menyebut bahwa pasien bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di China atau driver yang bekerja dengan warga negara asing (WNA).

**Baca juga: RSUD Lebak Isolasi Pasien dengan Gejala Mirip Virus Corona.

“Tidak, yang kami dapatkan informasi wawancara dengan pasien adalah penjual es,” ungkapnya.

Saat dirujuk oleh puskesmas ke RSUD Adjidarmo, kondisi suhu badan pasien mencapai 39 derajat celcius.

“Saat ini kondisi suhu tubuhnya 37 derajat celcius, jadi ada penurunan demam dibandingkan dengan kemarin. Suhu tubuh ini tergantung dengan kondisi tubuh,” ucap Firman.(Nda)




Gejala Mirip DBD, DSS Sebabkan Angka Kematian Lebih Tinggi

Kabar6-Sepanjang Maret 2019, sebanyak 20 kasus infeksi virus dengue di Kabupaten Tangerang telah dilaporkan ke Kementerian Kesehatan. Yakni demam berdarah dengue (DBD) serta Dengue Shock Syndrome (DSS), apa itu DSS?

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dr Hendra Tarmizi menjelaskan, infeksi yang diakibatkan virus dengue terbagi menjadi tiga.

Yakni demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) serta dengue shock syndrome (DSS). Walau gejalanya mirip, namun ketiga infeksi virus dengue itu berbeda.

Demam dengue dan demam berdarah dengue merupakan hasil infeksi virus dengue. Penyebab DD dan DBD adalah karena gigitn nyamuk aedes aegypti yang sudah membawa virus dengue.

“Ketika menggigit, liur nyamuk aedes aegypti menyebabkan virus dengue berpindah dari tubuh nyamuk ke tubuh korban,” kata dr Hendra Tarmizi, Kamis (21/3/2019).

Gejala yang ditimbulkan DD dan DBD-pun hampir sama. Diantaranya, demam 2-7 hari, sakit pada kepala, penurunan keping darah atau trombosit dibawah 150.000 pada DD dan dibawah 100.000 trombosit pada DBD disertai bintik kecil merah pada kulit.

Perbedaan DD dan DBD yakni pada presentase hematokrit pada pemeriksaan lab serta tanda kebocoran plasma.

Pada pasien DD terjadi peningkatan hematokrit sebesar 5-10 persen dari jumlah normal dan tidak ditemukan kebocoran plasma.

Sedangkan Pada pasien DBD terjadi peningkatan 20 persen dari jumlah normal, ditemukan kebocoran plasma serta penurunan kadar protein albumin.

Sementara, untuk dengue shock syndrome DSS, gejala yang ditimbulkan sama persis seperti DBD. Namun kondisi DSS merupakan tahapan yang lebih parah atau kondisi kritis bagi penderita DBD.

**Baca juga: Kemacetan Mengular di Gading Serpong, Tiang PLN Melintang di Jalan.

Tanda-tanda pasien mengalami shock, denyut nadi cepat dan lemah saat dihitung per menit. Penurunan tekanan darah secara drastis atau lebih kecil dari 20 mmHg, kulit dingin dan lembab serta merasa gelisah.

Jika pasien mengalami tanda-tanda di atas, harus diwaspadai adanya shock sebab angka kematian pada kasus DSS lebih tinggi sepuluh kali lipat dibandingkan dengan DBD tanpa shock. (jic)