1

Disarankan untuk Lepas Alas Kaki Saat Anda Masuk Rumah

Kabar6-Mungkin Anda mengira, rajin membersihkan seluruh celah dalam rumah akan menjamin kuman atau bakteri ‘kabur’. Padahal, meski rumah rutin dibersihkan, masih saja ada berjuta-juta kuman di dalamnya, lho.

Sebuah penelitian dari the University of Houston, melansir dokter.id, menemukan bahwa sekira 40 contoh pijakan kaki mengandung bakteri Clostridium difficile dan begitu juga dengan 39 persen sol sepatu. Clostridium difficile merupakan sejenis bakteri yang resisten (tidak mempan) terhadap antibiotika.

Terinfeksi oleh bakteri ini akan membuat seseorang mengalami diare cair, dan bahkan pada sejumlah kasus dapat berujung pada peradangan usus besar yang berbahaya.

Penelitian menemukan, hampir setengah juta orang di dunia terinfeksi oleh bakteri ini setiap tahunnya. Bakteri ini merupakan jenis kuman yang paling sering menyerang para pasien di rumah sakit, walaupun sekira 35 persen kasus di antaranya terjadi di luar rumah sakit.

Lantas, bagaimana cara bakteri ini bisa berada dalam rumah Anda? Hal ini karena sepatu yang Anda gunakan dapat terkontaminasi oleh bakteri tersebut di mana saja. ** Baca juga: Penelitian: Panjang Umur Bisa Didapat Apabila Seseorang Bahagia dengan Hidupnya

Jadi, saat Anda masuk ke rumah dengan sepatu yang telah terkontaminasi tersebut, maka bakteri ini pun ikut masuk. Selain sepatu, bakteri ini juga dapat ditemukan pada kotoran berbagai jenis hewan, termasuk burung.

Setelah spora bakteri ini menempel pada suatu permukaan, maka mereka dapat hidup hingga berbulan-bulan. Saat seseorang secara tidak sengaja menghirup spora bakteri C. diff, maka orang tersebut dapat terinfeksi.

Solusinya sangat sederhana, Anda disarankan selalu lepas sepatu setiap kali akan masuk ke rumah. Mudah, bukan? (ilj/bbs)




Cara Sederhana Hindari Keracunan Makanan

Kabar6-Keracunan makanan adalah segala gejala yang timbul akibat makanan yang terkontaminasi, dapat mengandung organisme infeksius berupa bakteri, virus, maupun parasit atau toksin yang dihasilkan oleh organisme tertentu.

Organisme infeksius atau toksin dapat mengkontaminasi makanan pada segala titik dari mulai proses, produksi atau distribusi suatu makanan. Gejala keracunan makanan beragam bergantung pada sumber kontaminasi.

Sebagian besar keracunan makanan dapat menyebabkan beberapa tanda dan gejala antara lain mual, muntah, diare berair atau berdarah, nyeri dan kram perut, serta demam.

Bagaimana solusinya? Melansir beberapa sumber, ada beberapa cara sederhana untuk mencegah keracunan makanan dan mengontrol makanan sebelum mengonsumsinya. Apa sajakah itu?

1. Baca label makanan
Membaca label makanan sebelum membelinya adalah hal yang sangat penting dilakukan ketika berbelanja. Ini akan menambah pengetahuan bagaimana daging, produk susu dan lainnya harus disimpan untuk menghindari dari kerusakan.

Hindari kaleng atau bentuk dari kemasan rusak, terbuka atau bocor. Pastikan juga untuk memeriksa tanggal kedaluwarsa, dan hindari membeli barang yang mudah rusak dan mendekati tanggal kedaluwarsa.

2. Sedapat mungkin tolak tawaran sampel gratis
Penting untuk diperhatikan, mencicipi produk yang tidak dicuci saat di toko atau pasar. Seringkali barang-barang seperti buah dipetik dan dikemas tepat di ladang dan bahkan tanpa dibilas terlebih dahulu. Bahan makanan tersebut berpotensi terkontaminasi dengan bakteri dan virus.

3. Hindari daging unggas membusuk
Setelah menyembelih unggas, biasanya Anda akan merendam dalam bak berisi air. Sebaiknya, bersihkan unggas dengan hati-hati untuk menghilangkan bakteri dan kotoran, agar tidak menyiram dengan air yang bisa menularkan Salmonella dan patogen lainnya.

Selalu mencuci tangan setelah menyentuh daging mentah. Simpan daging unggas, daging, makanan laut mentah yang dibungkus dengan kantong plastik atau dalam wadah di lemari es untuk mencegah kebocoran cairan.

4. Cuci buah dan sayur
Pestisida menempel pada buah dan sayur, selain itu juga lilin sebagai pelapis untuk membantu buah dan sayur dapat bertahan dalam perjalanan panjang. Pestisida, lilin dan kotoran harus benar-benar digosok atau dicuci termasuk juga dengan produk organik lainnya.

Bila pestisida dan lilin jika tertelan, akan menyebabkan munculnya penyakit seperti diare atau masalah pencernaan lainnya.

5. Pilih sendiri saat membeli makanan laut
Hindari membeli makanan laut yang sudah dimasak. Potensi untuk terkontaminasi bakteri dan virus sangatlah tinggi. Terlebih ketika mereka berada di dekat makanan laut yang belum dimasak.

Jika mencium makanan laut yang yang mencurigakan, sebaiknya jangan dibeli karena mungkin saja makanan tersebut sudah mendekati basi. ** Baca juga: Rutin Lakukan Satu Jenis Olahraga Bantu Tingkatkan Metabolisme Tubuh

6. Teliti sebelum memasak
Bersihkan makanan dan barang-barang lainnya yang bersentuhan dengan makanan sebelum dan sesudah digunakan, dari tangan hingga pisau serta talenan.

Pisahkan daging mentah dari yang lain untuk menghindari terkontaminasi dan jangan meletakkan daging yang sudah dimasak kembali ke piring yang kotor. Masak daging dan unggas secara matang merata.

Perhatikan lagi kondisi atau kualitas bahan pangan atau makanan sebelum dikonsumsi agar Anda terhindar dari bahaya keracunan.(ilj/bbs)




Setop Kebiasaan Gigit Kuku Tangan

Kabar6-Anda yang memiliki kebiasaan menggigit kuku tangan, sebaiknya mulai menghentikan kebiasaan buruk itu. Menurut kajian studi di American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopaedics (AJODO), kebiasaan menggigit kuku ternyata bisa menjadi tanda ketidakseimbangan emosional.

Disebutkan para ahli, kebiasaan menggigit kuku adalah semacam ketakutan atau letih, dan penyakit yang dapat menimbulkan stres, berhubungan dengan kebiasaan lainnya seperti mengunyah pensil, menggigit bibir atau merokok.

Seorang Profesor Dermatologi di George Washington University bernama Adam Friedman, MD, mengatakan bahwa menggigit kuku juga dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang benar-benar kotor atau berbahaya. Melansir beberapa sumber, berikut efek buruk yang ditimbulkan dari kebiasaan menggigit kuku:

1. Infeksi
Menggigit sepotong kuku yang terlalu besar bisa mengekspos kulit halus di bawah kuku, dan membiarkannya terkena bakteri atau patogen di mulut. “Semua mulut kita penuh dengan bakteri, jadi kamu bisa dengan mudah menginfeksi diri kamu,” ungkap Friedman.

Sebuah studi di jurnal American Family Physician menunjukkan, salah satu bentuk infeksi yang paling umum disebut paronychia ini dapat menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri, dan benjolan nanah.

Infeksi semacam itu bisa bertahan selama berminggu-minggu pada suatu waktu. Friedman juga mengatakan, menggigit kutikula dan kulit yang sempit yang melapisi bagian bawah kuku adalah penyebab paronychia yang paling umum.

2. Peradangan
Komposisi kimia air liur memungkinkan memecah lemak dan molekul makanan lainnya. Friedman mengatakan, selain bisa mengganggu pencernaan, hal itu juga dapat merusak dan melukai kulit ujung jari apabila secara terus menerus membuat mereka tersumbat di mulut.

Sementara untuk alasan yang sama, membasahi bibir juga bisa menyebabkan bibir menjadi pecah-pecah. Hal ini karena air liur sebenarnya mengotori kulit.

3. Penyakit
Menggigit jari-jari di mulut bisa menimbulkan bakteri yang dapat memberi semua mikroorganisme jahat pada jari, karena mereka memiliki akses ke mulut, dan mungkin saja akan menyebabkan hal lebih buruk.

“Tangan kita bersentuhan dengan segala jenis puing dan patogen, dan benda-benda cenderung terjebak di bawah kuku kita,” jelas Friedman. Berbagai penyakit pun mulai bermunculan mulai dari pilek yang biasa sampai ke virus perut yang serius.

4. Kuku tumbuh ke dalam
Kuku jari, kata Friedman, mengandung lapisan generatif yang disebut ‘matriks’, yang seperti tempat tidur di mana semua sel punca berkembang. Dalam hal ini, menggigit kuku bisa menyebabkan infeksi dan dapat merusak matriks itu, yang dapat menyebabkan kuku tumbuh ke dalam kuku atau kelainan kuku.

5. Kutil wajah
Timbulnya kutil bisa terjadi akibat dari menggigit kuku dan penularannya dapat masuk di bawah kuku. Apabila menyentuh wajah atau mulut dengan kuku yang terkontaminasi, kutil dapat muncul baik di wajah atau leher.

6. Herpes di tangan
Kondisi ini sebenarnya disebut ‘herpetic whitlow’. Sekira 40 persen orang dewasa dapat terinfeksi virus melalui jari dan mengakibatkan demam. Tapi biasanya gejala pertama terasa sakit seperti terbakar dan terasa geli di ujung jari yang terinfeksi.

Setelah satu atau dua minggu, Anda juga bisa mengalami luka yang mengandung cairan atau darah (bersamaan dengan rasa sakitnya) selama dua minggu lagi. ** Baca juga: Cegah Mulut Jadi Sarang Bakteri dengan Rutin Gosok Gigi Sebelum Tidur

7. Masalah gigi
Satu studi AJODO lainnya mengatakan, lubang yang menahan akar gigi bisa hancur akibat menggigit kuku, sehingga gigi menjadi bengkok. Menggigit kuku juga bisa menyebabkan patah tulang pada gigi dan bisa memicu penyakit gusi.

Jadi, hentikan kebiasaan menggigit kuku tangan, ya.(ilj/bbs)




Cegah Mulut Jadi Sarang Bakteri dengan Rutin Gosok Gigi Sebelum Tidur

Kabar6-Menjaga kesehatan gigi dengan rutin menggosoknya sangat dianjurkan, karena gigi terhubung dengan banyak saraf di seluruh tubuh kita. Pagi hari usai sarapan dan malam sebelum tidur adalah waktu yang baik untuk menggosok gigi.

Meskipun terkesan sepele, banyak orang yang malas untuk menggosok gigi khususnya sebelum tidur. Saat tidur malam, melansir msnlifestyle, bakteri dalam mulut lebih aktif bekerja, sementara produksi air liur sedang berkurang. Fungsi air liur adalah untuk melindungi mulut dari bakteri jahat penyebab sakit gigi.

Mulut kering akibat produksi air liur yang kurang menjadi sarang bakteri berkembang dan mengakibatkan bau mulut, sakit gigi dan masalah mulut lainnya.

Ahli kesehatan gigi mengungkapkan, menggosok gigi di malam hari lebih penting dibandingkan dengan pagi hari, karena mulut mengunyah makanan sepanjang hari. Hal ini membuat partikel kecil makanan terjebak di antara gigi dan bila tidak dibersihkan akan melukai gusi dan gigi.

Ketika lupa menggosok gigi pada malam hari sebelum tidur, maka saat bangun pagi bakteri mulut akan berkembang dua kali lipat. Sisa-sisa makanan yang berada di sela-sela gigi akan diubah bakteri menjadi asam yang membuat gigi berlubang.

Manfaat menggosok gigi sebelum tidur selain membersihkan sisa-sisa makanan juga dapat menjaga produksi air liur dalam mulut selama kita tidur.

Sementara, malas menggosok gigi pada malam hari sebelum tidur memicu penyakit halitosis atau bau mulut yang sangat parah. ** Baca juga: Haruskah Makanan yang Sudah Dihinggapi Lalat Dibuang?

Hal terburuk, kesehatan gigi dapat mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan masalah kesehatan lain.(ilj/bbs)




Haruskah Makanan yang Sudah Dihinggapi Lalat Dibuang?

Kabar6-Saat makanan dihinggapi lalat, sebagian orang biasanya langsung membuangnya ke tempat sampah. Tentu saja, karena makanan yang sudah dihinggapi lalat membuat Anda kehilangan selera makan.

Ternyata, membuang makanan yang sudah dihinggapi lalat merupakan langkah tepat. Alasannya pun lebih dari sekadar karena lalat identik dengan segala hal yang kotor.

Rata-rata seekor lalat, melansir mirror.co.uk, membawa lebih dari 200 bakteria berbahaya. Ratusan bakteria bahaya ini dibawa lalat dari kebiasaan hinggap di tempat-tempat kotor seperti sampah, benda busuk, dan beragam kotoran lainnya. Ribuan bulu halus di keenam kaki lalat akan mentransfer bakteri-bakteri tersebut pada makanan yang dihinggapinya.

“Lalat hanya butuh waktu sedetik saja untuk hinggap, menempelkan kaki-kaki berbulu mereka, dan meninggalkan kuman berbahaya pada makanan yang akan Anda santap,” jelas Ron Harrison, seorang entimolog sekaligus pakar di sebuah perusahaan pestisida di Inggris.

Selain itu, lalat yang tidak bisa mengunyah makanan, memiliki cara tersendiri dalam menyantap makanan. Lalat mengeluarkan enzim pencernaannya ke permukaan makanan, untuk kemudian dimakan lagi.

Makanan yang sudah dihinggapi lalat, dikatakan Ron, berpotensi menjadi sumber berbagai penyakit berbahaya dan menular seperti kolera, desentri, dan lainnya. ** Baca juga: Waspada, Banyak Tidur di Akhir Pekan Bisa Bawa Dampak Buruk

Jadi, jangan ragu membuang makanan Anda setelah dihinggapi lalat, ya.(ilj/bbs)




Bikin Tato Baru, Nyawa Pria Ini Melayang Akibat Bakteri Pemakan Daging

Kabar6-Malang benar nasib pria yang satu ini. Karena mengabaikan saran untuk tidak berenang di laut sebelum tato yang baru dibuatnya mengering dalam dua minggu, pria yang tidak disebutkan namanya itu tewas akibat terinfeksi bakteri pemakan daging.

Berawal ketika pria berusia 31 tahun itu, melansir metro.co.uk, memutuskan untuk tetap berenang di Teluk Meksiko hanya lima hari setelah membuat sebuah tato religius di tubuhnya. Ia membuat tato di betis kanan bergambar salib dan sepasang tangan tengah berdoa. Malangnya, tato itu terinfeksi bakteri pemakan daging ketika pria tadi berenang di perairan hangat Atlantik antara Meksiko dan Amerika.

Menurut British Meical Journal Case Report, ia mengalami demam, tubuhnya menggigil dan muncul ruam di dekat tato selama dua hari. Ketika warna kakinya telah berubah menjadi ungu, pria tersebut dirawat di rumah sakit.

Dokter mencurigai adanya bug vibrio vulnificus dan siroris di hati pasien akibat kegemaran pasien mengonsumsi minuman keras, yang membuatnya lebih rentan terhadap infeksi bakteri pemakan daging. ** Baca juga: Sebuah Drone Jatuh Terkena Tendangan Bola dari Pesepakbola Cilik

Dan hanya dalam tempo 24 jam, pria tersebut berada dalam mesin pendukung kehidupan setelah mengalami kegagalan organ. Setelah dirawat dua minggu pria itu akhirnya meninggal dunia.(ilj/bbs)




Masih Banyak Orang Cuci Tangan dengan Cara yang Salah

Kabar6-Tangan jadi anggota tubuh yang paling mudah terpapar berbagai zat asing, tidak hanya patogen (bibit penyakit) tapi juga zat kimia. Selain itu, Anda juga sering menggunakan tangan untuk memegang makanan, mengambil peralatan makan, juga untuk menyentuh mata atau hidung.

Tangan jadi akses mudah bagi berbagai zat asing untuk masuk ke tubuh. Karena itulah, menerapkan kebiasaan cuci tangan menjadi hal penting. Sayangnya, masih banyak orang yang cuci tangan dengan cara yang salah. Melansir Hellosehat, ini sejumlah cara yang dimaksud:

1. Cuci tangan tidak dengan air yang mengalir
Selain tidak pakai sabun, banyak orang yang mencuci tangan dengan air yang tidak mengalir. Misalnya, memasukkan tangan ke wadah air seperti ember, gayung, kobokan atau mangkuk kecil.

Meskipun tangan sudah terkena air dan Anda sudah meremas jari-jari, cuci tangan dengan cara seperti ini tidak membuat tangan benar-benar bersih. Rendaman air dalam mangkuk telah tercampur dengan kotoran dari tangan Anda. Saat mengangkat tangan, bakteri yang menggenang akan menempel terbawa kembali pada tangan Anda.

2. Cuci tangan dengan air saja
Cuci tangan dengan air mengalir saja itu belum ampuh untuk menghilangkan bakteri yang menempel pada kulit. Air hanya membawa sebagian kuman atau bakteri, tidak benar-benar membunuh semua kotoran.

Terlebih apabila tangan Anda telah memegang atau terpapar dengan benda yang kotor, jumlah dan variasi kuman dan bakteri tentu akan lebih banyak.

3. Cuci tangan dengan sabun biasa
Selain menggunakan air yang mengalir, Anda perlu sabun untuk cuci tangan. Air hanya akan menyapu beberapa kuman saja tapi tidak membunuhnya. Anda bisa memilih sabun antiseptik untuk cuci tangan.

Sabun jenis ini memiliki kandungan khusus yang mampu membunuh kuman. Jadi, tangan Anda akan lebih bersih dan terbebas dari kotoran dan bibit penyakit. Hindari cuci tangan dengan sabun pembersih piring, apalagi jika Anda memiliki jenis kulit sensitif atau memiliki masalah pada kulit.

4. Hanya menggosok bagian telapak tangan saja
Cuci tangan tidak sekadar menggosok telapak tangan. Hal yang perlu diketahui, kuman suka sekali bersembunyi di tempat-tempat yang sulit dijangkau, tentunya pada sela jari dan kuku.

Jadi, pastikan untuk menggosok seluruh area tangan sampai berbusa. Menggosok sabun antiseptik hingga berbusa adalah kunci untuk menghilangkan kotoran, minyak, dan mikroba yang menempel pada kulit.

5. Cuci tangan sekadarnya/sebentar
Sebuah penelitian di Michigan State University menunjukkan, 95 persen orang tidak mencuci tangan mereka cukup lama. Mereka hanya menghabiskan waktu sekira enam detik untuk cuci tangan.

Akibatnya, tidak semua kuman mati terbunuh dan masih menempel di tangan. Mencuci tangan yang efektif membutuhkan waktu sekira 20 detik dengan gerakan menggosok sabun antiseptik dan membilaskannya dengan air mengalir. ** Baca juga: Ilmuwan Ungkap, Bahan Kimia Pembasmi Serangga Dapat Bertahan di Rumah Selama Setahun

Mulai sekarang jangan asal cuci tangan, ya.(ilj/bbs)




Yuk, Cuci Tangan Usai Pegang 7 Benda Ini untuk Hindari Virus

Kabar6-Pencegahan penyebaran penyakit, termasuk virus korona (COVID-19) sebenarnya bisa dilakukan dengan langkah sederhana. Menjaga kebersihan dengan cara rajin mencuci tangan sangat berperan mengurangi risiko terinfeksi berbagai virus.

Ya, mencuci tangan dapat mengurangi penyebaran bakteri, virus, dan kuman lainnya. The Center for Disease Control and Prevention di Atlanta, Amerika Serikat, menyarankan Anda untuk mencuci tangan dengan cara mengusapkan kedua telapak tangan bersama sabun dan air bersih atau hand sanitizer berbasis alkohol.

Di sisi lain, meskipun tampak tidak berbahaya, melansir Femina, beberapa benda tertentu dianggap berpotensi menyebarkan virus atau bakteri. Karena itulah, Anda dianjurkan mencuci tangan setelah menyentuh benda-benda berikut. Apa saja ketujuh benda yang dimaksud?

1. Uang
Ketika menyentuh uang kertas maupun uang logam, bakteri seperti salmonella dan E.coli dapat menyebar. Anda tak pernah tahu sebersih apa tangan orang yang menyentuh uang itu sebelumnya. Cucilah tangan setelah memegang uang guna menghindari penyebaran bakteri.

2. Gagang pintu atau fasilitas untuk pegangan tangan di tempat umum
Benda untuk tumpuan atau pegangan tangan pada fasilitas umum sangat berpotensi menyebarkan kuman. Misalnya, gagang pintu toilet umum, pegangan escalator, dan tumpuan tangan di berbagai transportasi umum, seperti bus, kereta, dan sebagainya.

Dermatologist Katy Burris merekomendasikan untuk mencuci tangan setelah menyentuh salah satu benda-benda tersebut untuk mencegah penyebaran virus dan bakteri.

3. Daftar menu rumah makan
Meskipun tampak bersih, restoran dapat menjadi sumber kuman. Peneliti dari Universitas Arizona menemukan, daftar menu dapat mengandung 185 ribu bakteri karena disentuh oleh banyak orang. Cucilah tangan setelah menyentuh daftar menu, terutama sebelum menyentuh hidangan di rumah makan.

4. Hewan
Ilmuwan Nesochi Okeke-Igbokwe menyarankan untuk mencuci tangan setelah menyentuh hewan. “Hewan dapat membawa beragam penyakit, dan karena hewan peliharaan seringkali dianggap aman, orang-orang seringkali abai mencuci tangan setelah menyentuh hewan tersebut,” jelasnya.

5. Layar sentuh pada fasilitas umum
Layar sentuh pada berbagai fasilitas umum berpotensi sebarkan kuman karena disentuh oleh banyak orang. Misalnya, mesin ATM dan pemindai sidik jari di mesin absensi kantor.

6. Spons dan peralatan dapur
Mempersiapkan makanan di dapur butuh lingkungan higienis dan tangan yang bersih. Peralatan masak, kain lap, dan makanan itu sendiri bisa saja penuh kuman.

Talenan, lap dapur, dan spons pembersih adalah beberapa alat dapur yang paling berpotensi sebarkan kuman. Sebuah studi menemukan, 326 spesies bakteri yang berbeda hidup dalam spons dapur yang telah digunakan.

Katy Burris, menganjurkan untuk mencuci tangan sebelum mempersiapkan makanan atau setelah mengolah daging mentah. Selain itu, rutinlah mengganti spons pembersih di dapur.

7. Bandara
Menurut Federal Aviation Administration, sekira 2,6 juta penumpang pesawat terbang melakukan perjalanan setiap hari. Ini membuat bandara menjadi rumah bagi ribuan jenis bakteri.

Menurut penelitian yang dipublikasi oleh BMC Infectious Disease, wadah penyimpanan benda-benda penumpang yang digunakan dalam proses pengecekan barang bawaan sangat berpotensi terkontaminasi virus dan bakteri. ** Baca juga: Haruskan Kita Tidur Siang?

Jadi, cucilah tangan setelah beraktivitas untuk menghindari penyebaran penyakit, termasuk COVID-19.(ilj/bbs)




Bahaya Pelihara Kuku Panjang Bagi Kesehatan

Kabar6-Tidak sedikit orang, terutama kaum wanita, yang sengaja memelihara kuku jari tangan untuk menunjang kecantikan. Biasanya, kuku akan diberi kuteks aneka warna agar tampilannya semakin menarik.

Memiliki kuku panjang memang bisa membuatnya terlihat cantik. Namun apabila tidak dirawat, ada bahaya kuku panjang bagi kesehatan.

Penelitian yang dilakukan Infectious Disease Society of America, melansir Grid, menemukan fakta panjang kuku yang lebih dari tiga milimeter di luar ujung jari membawa bakteri dan ragi berbahaya. Penelitian ini juga menemukan, banyak orang tidak mencuci tangan dengan cukup baik untuk menyingkirkan semua kuman di bawah kuku mereka.

Penulis penelitian bernama Dr. Carol A. Kauffman mengatakan, waktu mencuci tangan sebaiknya sekira 15 detik, termasuk membersihkan area di bawah kuku.

Hal ini karena, tangan bersentuhan dengan ratusan benda setiap hari, dan kita sering menggunakannya untuk kegiatan lain seperti memasak serta makan. Berikut beberapa alasan mengapa ada bahaya kuku panjang untuk kesehatan:

1. Berpotensi melukai diri sendiri ketika kuku tersangkut di ritsleting hingga jendela

2. Sering menggunakan kuku palsu rentan terhadap infeksi apabila dipakai terlalu lama

3. Memungkinkan bakteri dan infeksi lain memasuki tubuh saat makan menggunakan tangan yang berkuku panjang. Ya, kuku merupakan tempat sempurna bagi kuman dan kotoran untuk tinggal.
4. Kuku panjang bisa membuat kulit terluka ketika menggaruk

Lantas, bagaimana apabila Anda tetap ingin memanjangkan kuku? Hal yang harus dilakukan adalah jangan menggunakan kuku untuk membuka benda yang bisa mengikis bagian kuku, sehingga membuat kuku jadi lebih tajam dan berbahaya. Kemudian, pastikan mengenakan sarung tangan saat memasak, kemudian mencuci tangan untuk mencegah kuman berkumpul di bawah kuku.

Hindari juga menggigit kuku, karena kebiasaan buruk ini memungkinkan kuman masuk ke tubuh. Bersihkan kutikula kuku dengan sering, serta gunakan sanitiser secara teratur. ** Baca juga: Ketahui Efek Buruk Sering Tidur Larut Malam

Konsumsi makanan bergizi yang mencakup kalsium, protein dan vitamin, agar kuku tetap sehat, dan perbanyak minum air putih agar kuku tetap terhidrasi.(ilj/bbs)




Apa Alasan Sebaiknya Tidak Cuci Telur Mentah Sebelum Diolah?

Kabar6-Mungkin Anda termasuk salah satu orang yang mempunyai kebiasaan mencuci kulit telur sebelum merebus atau mengolah menjadi masakan. Alasannya, agar kuman atau bakteri tidak menempel pada kulit telur.

Namun tahukah Anda, kebiasaan mencuci telur mentah dimaksud untuk menghindari telur terkontaminasi kuman atau bakteri, ternyata kurang disarankan? “Jika Anda mencuci telur sebelum memasaknya, cangkang telur yang keropos dan air justru dapat mendorong bakteri ke dalam telur,” ungkap Amy Leigh Mercree, pakar kesehatan holistik dan penulis buku The Mood Book.

Meski Amy menyebut bahwa ada potensi bakteri terbentuk di permukaan telur, melansir beberapa sumber, apabila Anda mencucinya menggunakan air dingin atau air mengalir, maka itu akan memperburuk keadaan.

“Karena cangkang telur sangat keropos, Anda mendorong bakteri ke permukaan dalam telur dan itu menimbulkan risiko yang jauh lebih besar untuk mencemari bagian telur yang akan Anda makan,” urainya.

Meskipun begitu, Amy tetap mengakui bahwa telur segar yang Anda beli, biasanya belum mengalami proses pencucian yang ketat, memang memiliki potensi lebih besar untuk bersentuhan dengan kotoran.

Jadi, meski Amy tetap tidak merekomendasikan untuk mencuci kulit telur, jika Anda tetapi ingin melakukannya maka pastikan menggunakan air hangat dan menghindari sabun.

Apabila Anda membeli telur yang dijual secara komersial, Amy menyarankan untuk jangan mencucinya. Hal tersebut karena perusahaan umumnya akan mengharuskan proses pencucian semua telur yang diproduksi, yang menghilangkan lapisan pelindung alami, disebut ‘bloom’ atau ‘cuticle’ dari permukaan telur.

Namun, permukaan telur akan diolesi selaput minyak mineral untuk mencegah bakteri masuk dan berpotensi mencemari telur. ** Baca juga: Perlukah Sit-Up untuk Kecilkan Perut?

Jadi, jika Anda masih ingin mencuci telur mentah sebelum diolah, jangan lupa menggunakan air hangat.(ilj/bbs)