Demikian disampaikan oleh praktisi pendidikan, Romo Benny Susetyo, ketika dihubungi wartawan, Senin (16/7/2013).
“Kurikulum baru ini hanya untuk mengikuti selera penguasa tanpa mementingkan dan memikirkan anak sebagai aset bangsa,” katanya.
Hal itu, kata Romo Benny, dilandasi oleh belum rampungnya penyusunan hingga penyetakan buku kurikulum 2013. Bahkan metode pelatihan tenaga guru dan kepala sekolah belum selesai.
Sehingga mengesankan persiapan yang terlalu terburu-buru ini, menurut Romo Benny, hanya sekedar politik pencitraan.
“Tidak ada perubahan paradigmatik seperti yang di sebut-sebut. Ini bukti penguasa tidak mau memahami substansial pendidikan,” terangnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hamid Muhammad, mengakui masih ada sejumlah mata pelajaran SMA dan SMK yang belum selesai disusun.
Keterlambatan tersebut karena pihaknya lebih mendahulukan penulisan mata pelajaran Matematika, Sejarah dan Bahasa Indonesia.
“Karena sejak awal ketiga buku itu yang lebih diprioritaskan terlebih dahulu,” kilah Hamid menjawab pertanyaan kabar6.com di Serpong.
Ketika buku kurikulum 2013 yang masih dalam proses penggarapan yaitu, Bahasa Inggris, Seni Budaya serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Kalau kurikulum SMA dan SMA, menurut Hamid, tidak mengalami banyak perubahan, seperti tiga mata pelajaran sebelumnya.
“Oleh karena itu disarankan agar terlebih dulu memakai buku yang lama sampai jadi dicetak paling lambat akhir tahun ini,” ujarnya.(yud)