oleh

Jumlah Stunting di Kabupaten Serang Masih Tinggi

image_pdfimage_print

Kabar6-Pemerintah pusat masih mencatat tingginya akan prevelensi stunting di Kabupaten Serang, Banten, sebesar 26,4 persen. Hal itu terungkap berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 Kementerian Kesehatan.

“Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan upaya percepatan penurunan stunting,” ujar Hasto Wardoyo, Kepala BKKBN RI, melalui zoom, Senin, (13/11/2023).

Jumlah dokter di Kabupaten Serang terbatas, ada 376 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah populasinya sekitar 1,62 juta orang, artinya, 1 dokter melayani lebih dari 4 ribu penduduk. Jauh dari rasio ideal yang ditetapkan oleh WHO sebesar 1 berbanding 1.000 penduduk.

Kemudian, keberadaan bidan di Kabupaten Serang mencapai dua kali lipat jumlah dokter atau berjumlah 727 orang. Bidan memiliki potensi mendukung penurunan stunting.

Bidan sebagai salah satu garda terdepan pelayanan kesehatan masyarakat memiliki kompetensi pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan ibu hamil, bayi, balita dan anak prasekolah, termasuk promosi dan konseling kesehatan secara umum.

Pelibatan bidan secara lebih aktif dalam mengedukasi perawatan kesehatan mandiri dan perencanaan keluarga, dapat memberikan pondasi bagi masyarakat pedesaan untuk lebih berdaya mengatasi stunting dan berbagai masalah kesehatan lainnya.

**Baca Juga: Pemkot Tangerang Masuk Evaluasi Tahap II Smart City Tahun 2023

“Bayer Indonesia merupakan salah satu mitra strategis yang pada hari ini meluncurkan Program Bayer untuk Indonesia atau BISA di Serang sebagai kabupaten dengan prevalensi stunting tertinggi di Banten,” terangnya.

Memperingati Hari Kesehatan Nasional 2023, Bayer meningkatkan dampak program BISA melalui akselerasi penggunaan teknologi digital, guna mempermudah akses layanan kesehatan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat pedesaan.

Pendekatan baru program BISA kali ini membangun jaringan bidan desa dan menguatkan peran mereka, dengan dukungan aplikasi ponsel pintar untuk mengumpulkan data kondisi kesehatan komunitas petani setempat beserta keluarganya.

“Program ini merupakan program kolaboratif yang menjadi salah satu pendukung, dalam upaya mewujudkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga Indonesia melalui peningkatan kapasitas kesehatan dan ekonomi melalui pertanian,” jelasnya.(Dhi)

Print Friendly, PDF & Email