Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Staff Ahli Pembangunan Tangsel, Edy Malonda, saat ikut menyaksikan pemutaran film Paradise of Tangsel, di XXI Living World Alam Sutera, hari ini, (16/4/2015).
Menurut Edy, film yang sudah digarap secara profesional ini harusnya bisa dipublikasikan ke manca negara. “Harusnya disosialisasikan baik di dalam maupun luar negeri, sehingga akan mendatangkan banyak wisatawan ke Tangsel”. ** Baca juga: Produk Ramah Lingkungan ACE Untuk Menjaga Kelestarian Bumi
Meski ada beberapa kebudayaan Tangsel yang ditayangkan dalam film pendek tersebut, seperti tradisi palang pintu, barongsai dan gambang kromong, tetepi Edy sangat menyayangkan kurang tergalinya ciri khas kehidupan masyarakat Tangsel, pada pembuatan film dengan dana Rp160 juta tersebut.
“Yang banyak terekspos adalah icon wisata modern seperti hotel dan restoran, padahal sebenarnya masih banyak budaya dan ciri khas masyarakat Tangsel yang bisa dijadikan daya tarik pariwisata, seperti makanan-makanan tradisional Tangsel, atau tempat-tempat bersejarah di Tangsel,” ujar Edy yang datang bersama rombongan Walikota Tangsel, Hj. Airin Rachmi Diani, Kepala Kantor Kebudayaan dan Pariwisata, Yanuar, serta Ketua Persatuan Hotel dan Retoran Indonesia (PHRI) Tangsel, Gusri Effendy.(asri)