Â
Hal itu guna merespon terus terjadinya kasus kekerasan terhadap anak, seperti kasus kekerasan yang menimpa Angeline, bocah yang dikabarkan hilang dan belakangan terungkap menjadi korban pembunuhan di Sanur, Bali.
Â
Yohana Yembise menyebut, Perguruan Tinggi melalui program pengabdian masyarakat dari mahasiswanya, diharapkan bisa menjadi penyaring awal indikasi kekerasan terhadap perempuan dan anak di berbagai penjuru Indonesia.
Â
“Mereka nanti dibuat esai sambil mendampingi keluarga dan sembari mendeteksi apakah ada kekerasan di desa-desa,†tuturnya saat menghadiri Forum Kempemimpinan Perempuan USAID, di Tangerang, Jumat (12/6/2015).
Â
Pemerintah dalam hal ini Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), juga perlu menyokong melalui penyaluran dana hibah. ** Baca juga: Sachrudin: Rumah Makan & Hiburan di Kota Tangerang Tutup
Â
“Saya tinggal bangun jejaring dengan pemerintah daerah, pusat pelayanan terpadu se-Indonesia, komisi perlindungan dan LSM, untuk membuat program yang bisa dilaksanakan sampai ke tingkat desa,†ujarnya.
Â
Ditanya terkait akan hadir Satuan Tugas (Satgas) perlindungan anak khusus untuk menangani kasus kekerasan terhadap anak sampai ke tingkat RT dan RW, Yohana mengklaim bila hal itu masih dalam wacana.
Â
“Kami bicarakan dengan Menteri Puan sepertinya dia tidak terlalu setuju,†ucapnya.(tmn/din)