oleh

Denda Ratusan Juta di Shanghai Bagi Warga yang Langgar Aturan Buang Sampah

image_pdfimage_print

Kabar6-Sampah memang menjadi masalah di setiap negara. Tidak sedikit bencana yang timbul akibat buang sampah sembarang, salah satunya adalah banjir, disebabkan oleh tumpukan sampah yang menyumbat saluran pembuangan.

Nah, pemerintah Kota Shanghai, Tiongkok, mengeluarkan aturan baru terkait sampah. Penduduk yang tidak mematuhi aturan, terancam denda besar dan penurunan tingkat ‘kredit sosial’, yang berarti hak-hak ekonomi mereka bisa dicabut dan tak bisa lagi jadi ‘warga kota teladan’.

Aturan soal sampah, melansir BBC Indonesia, tergolong ambisius mengingat Shanghai adalah salah satu kota terpadat di dunia dengan 24 juta penduduk. Dilaporkan, hanya 10 persen sampah di sana didaur ulang, sementara statistik resmi menyatakan hanya 3.300 ton sampah daur ulang yang dikumpulkan setiap harinya, sementara sisa limbah yang diangkat sebanyak 19.300 ton dan sampah dapur sebanyak 5.000 ton.

Diketahui, Shanghai merupakan salah satu penghasil sampah terbesar di Tiongkok, dengan produksi sembilan juta ton per tahun. Lantas, bagaimana cara kerja peraturan tersebut? Dalam aturan ini, sampah dibagi jadi empat golongan:

1. Barang daur ulang seperti botol dan kaleng
2. Sampah berbahaya seperti baterai dan obat-obatan
3. Limbah dapur, umumnya sisa makanan
4. Sampah lain-lain, seperti limbah dari kamar mandi

Kota Shanghai mempekerjakan ribuan instruktur dan melakukan puluhan ribu pelatihan agar orang mengerti cara memilah sampah mereka. Namun penduduk tahu, pihak berwenang mengawasi perilaku mereka dengan ketat.

Ratusan polisi dikerahkan ke seluruh kota untuk membagikan peringatan atau denda, jika diperlukan. Ini menyebabkan panik karena penduduk tak punya pilihan kecuali sangat berhati-hati agar tidak melanggar aturan.

Perlu berpikir dua kali sebelum membuang wadah seperti botol dan harus mengosongkannya terlebih dulu. Kantong plastik bekas juga harus dicuci agar terhindar dari hukuman. Beberapa produk harus diurai dulu sebelum dibuang.

Disebutkan, denda sebesar 200 yuan ata sekira Rp411 ribu untuk perorangan, sementara organisasi atau perusahaan denda hingga 50 ribu yuan atau Rp102 juta.

Jumlah ini berat bagi sebagian besar penduduk. Sebagian besar penduduk Shanghai tinggal di apartemen dengan tempat sampah bersama, maka ada tekanan besar bagi penghuni untuk patuh pada aturan baru. Jika gagal, mereka bisa terkena hukuman secara kolektif.

Kekhawatiran lebih besar adalah penurunan tingkat kredit sosial, sebuah sistem yang menilai tingkat kepercayaan warga negara pada perilaku sosial dan finansial mereka.

Orang dengan kredit sosial buruk, bisa tersingkir dari pekerjaan bergengsi dan tak boleh ke sekolah bagus. Dalam kasus ekstrem, mereka bisa dilarang bepergian dengan pesawat atau tak punya akses ke ruang-ruang publik.

Pada 2020 mendatang, Tiongkok berharap bisa meningkatkan kapasitas daur ulang menjadi 35 persen dari seluruh sampah mereka. Namun survei memperlihatkan sedikit yang bisa memilah sampah dengan baik. ** Baca juga: LiLou, Hewan Terapi di Bandara untuk Bantu Penumpang yang Trauma Naik Pesawat

Disebutkan, hampir tiga perempat orang dari 3.600 yang disurvei tak bisa memahami pemilahan sampah dengan benar. Karena itulah, kampanye besar-besaran di Shanghai ini menunjukkan kemajuan dan bisa diikuti oleh kota-kota lain di Tiongkok.(ilj/bbs)

Print Friendly, PDF & Email